Anda di halaman 1dari 11

Pengumpulan dan Pengemasan Barang Bukti

Oleh:
Vanesa Oktaria
G1A219088
 
Pembimbing:
dr. Erni Handayani Situmorang, Sp.F.,MH
 
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

• Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010,Barang Bukti
adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang telah dilakukan
penyitaan oleh penyidik untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.

• Barang bukti dapat berupa benda yang bergerak dan yang tidak bergerak.

• Dalam hal ini yang menjadi objek dari suatu tindak pidana itu tubuh manusia , maka tubuh manusia
itu baik dalam keadaan hidup maupun sudah mati pada hakekatnya adalah barang bukti.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Barang Bukti

• Istilah barang bukti dalam perkara pidana yaitu barang mengenai mana delik dilakukan (obyek delik)
dan barang dengan mana delik dilakukan yaitu alat yang dipakai untuk melakukan delik. Termasuk
juga barang bukti ialah hasil dari delik.

• Akan tetapi berbeda dengan barang bukti lainnya, tubuh manusia tidak dapat disita kemudian
disimpan dalam gudang barang bukti, yang selanjutnya diajukan dalam pemeriksaan atas perkaranya
disidang pengadilan, melainkan sesaat setelah ditemukan, penyidik segera mengajukan permintaan
keterangan kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya mengenai sebab
luka atau matinya orang tersebut  Kewenangan penyidik tersebut di atur dalam pasal 133 ayat
(1) KUHAP
Memperhatikan Pasal 133 KUHAP beserta penjelasannya, maka dapat disimpulkan bahwa :
• Keterangan mengenai barang bukti ( tubuh manusia yang masih hidup ataupun mayat ), yang diberikan
oleh Ahli Kedokteran Kehakiman, adalah menjadi alat bukti yang sah sebagai “Keterangan ahli” sebagai
mana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP.
• Selanjutnya apabila dikaitkan Pasal 120, Pasal 184 serta Pasal 186 KUHAP , terlihat bahwa hasil
pemeriksaan oleh ahli – ahli lainnya ( selain dari ahli kedokteran kehakiman ) yang lazimnya disebut
Expertise, misalnya hasil pemeriksaan terhadap bagian – bagian tertentu dari tubuh manusia ( darah,air
mani,rambut dan sebagainya ) atau hasil pemeriksaan benda-benda tertentu (serbuk,senjata api,uang
palsu dan sebagainya ) apabila diberikan secara lisan di sidang pengadilan,makan akan menjadi
keterangan ahli sebagai mana tersebut dalam Pasal 184 KUHAP.
Klasifikasi Barang Bukti dalam Proses Pidana

Klasifikasi barang bukti menurut PERKAP No. 10 Tahun 2010 Pasal 4, 5, dan 6 yaitu:
1. Benda Bergerak
Yaitu benda yang dapat dipindahkan dan/atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
2. Benda Tidak Bergerak
yaitu benda yang selain dari benda bergerak.
Tata Cara Pengumpulan Barang Bukti

Barang bukti dapat diperoleh penyidik melalui:


1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) 2. Penggeledahan
3. Diserahkan langsung oleh saksi pelapor atau tersangka 4. Diambil dari pihak ketiga
5. Barang temuan

• Pengertian mengenai penyitaan, tercantum dalam Pasal 1 butir 16 KUHAP, yaitu serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak, berwujud,atau
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
• Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyitaan termasuk tahap penyidikan karena dikatakan “.....serangkaian tindakan penyidik untuk....................”
2. Penyitaan bersifat pengambil-alihan atau penyimpanan di bawah penguasaan penyidik suatu benda milik
orang lain.
3. Benda yang disita itu berupa benda bergerak dan tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud.
4. Penyitaan itu untuk tujuan kepentingan pembuktian.
• Tindakan – tindakan yang dilakukan di tempat kejadian perkara adalah :
 mencari keterangan, petunjuk, bukti serta identitas tersangka dan korban untuk kepentingan selanjutnya, atau
melakukan penangkapan atau penggeledahan badan apabila tersangka masih berada di tempat kejadian.
 pencarian, pengambilan, pengumpulan dan pengawetan barang bukti, dilakukan dengan metode – metode
tertentu serta didukung dengan bantuan teknis operasional seperti laboratorium kriminal, identifikasi dan
bidang – bidang keahlian lainnya. Misalnya terjadipembunuhan, maka diperlukan bantuan dokter yaitu untuk
mengetahui cara kematian, sebab – sebab kematian (jika koban mati) dan keterangan – keterangan lain yang
diperlukan.
tindakan penyidik dalam melakukan pembungkusan atau penyegelan benda sitaan/ barang bukti ini harus
dibuatkan berita acaranya, dengan menyebutkan hal – hal sebagai berikut:
1. Hari, tanggal dan jam pembungkusan/ penyegelanini harus dibuatkan berita acaranya, dengan
menyebutkan hal – hal sebagai berikut:
• Hari, tanggal dan jam pembungkusan/ penyegelan dilakukan.
• Nama petugas yang melakukan pembungkusan/ penyegelan.
• Dasar pembungkusan:
o Surat perintah penyidikan (sebutkan nomor dan tanggalnya)
o Surat perintah penyitaan (sebutkan nomor dan tanggalnya)
• Saksi/tersangak yang menyaksikan pembungkusan / penyegelan (cantumkan identitasnya)
• Benda atau benda yang dibungkus / disegel.
• Uraian, cara pembungkusanSaksi/tersangak yang menyaksikan pembungkusan / penyegelan (cantumkan
identitasnya)
• Berita cara ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian ditutup dan
ditandatangani (sebutkan tempat dan tanggalnya)
• Nama, pangkat dan NRP dan tanda tangan petugas yang melakukan pembungkusan/ penyegelan serta
cap jabatannya.
• Nama saksi/ tersangka yang menyaksikan pembungkusan penyegelan benda sitaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai