Anda di halaman 1dari 18

ILMU KEDOKTERAN

FORENSIK
Oleh
Sofwan Dahlan
THE POLICE POWER
(KEKUASAAN KEPOLISIAN)
The power of the state to protect the health,
safety, morals and general welfare of its citizen
• melindungi kesehatan
• melindungi keamanan / keselamatan
• melindungi moral
• melindungi kesejahteraan umum
TUGAS POLISI disini ialah melakukan:
• tindakan preventif thd kejahatan yg belum terjadi
• tindakan repressif thd kejahatan yg sudah terjadi,
yaitu:
• penyelidikan;
• penyidikan; dan Polisi perlu tahu ilmu forensik,
• penyidikan tamb. atau minta bantuan ahli forensik.
DEFINISI
Ilmu Kedokteran Forensik adalah:
Ilmu yang mempelajari penerapan ilmu
kedokteran untuk kepentingan peradilan
(medicine for the law).
Sebutan lain: Forensic Medicine, Medical
Jurisprudence, atau Medicina Forense.
Forense berasal dari kata “forum”, yang
artinya sidang pengadilan.
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Ilmu Kedokteran Forensik merupakan disiplin medis
(bukan disiplin hukum), namun aplikasinya untuk
membantu proses peradilan agar suatu perkara bisa
menjadi terang (medicine for the law).
Hukum Kedokteran (Medical Law) merupakan
disiplin hukum, yaitu bagian dari Hukum Kesehatan
yang mengatur semua aspek yang berkaitan dengan
profesi kedokteran (law regulating the practice of
medicine).
Hukum Kesehatan (Health Law) juga merupakan
disiplin hukum, yaitu hukum yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan upaya kesehatan.
UPAYA KESEHATAN
Aspeknya t.a: Hukumnya disebut:
o Kedokteran Medical Law
o Keperawatan Nurse Law
o Perumahsakitan Hospital Law
o Lingkungan Hidup Environmental Health
Law
o Makanan & Obat Food and Drug Law
o Kesehatan Jiwa Mental Health Law
o Kesehatan Kerja Occupational Health
Law
o DLL
FORENSIC SCIENCES (Ilmu-Ilmu Forensik),
terdiri dari:
• Ilmu Kimia Forensik
• Ilmu Fisika Forensik perlu dikuasai oleh
• Ilmu Kedokteran Forensik penegak hukum
• Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
bila tidak, maka
• Ilmu Psikiatri Forensik penegak hukum
• Daktiloskopi
• Balistik
perlu minta bantuan
• DLL ahli yang menguasai
ilmu forensik

Sering disebut the Mother of Forensic Sciences


TUJUAN DOKTER MEMPELAJARI IKF
1. Menyadari betapa pentingnya peranan dokter
dan ilmu kedokteran dalam proses peradilan.
2. Mengerti status dokter dalam proses peradilan.
3. Memahami segala ketentuan yang berkaitan dg
tugas keforensikan; meliputi kewenangan, hak,
kewajiban serta sanksinya.
4. Mampu melakukan berbagai macam pemeriksaan
forensik.
5. Mampu memberikan keterangan yg relevan dgn
jenis kasusnya shg perkaranya menjadi jelas.
6. Mengerti cara-cara menyampaikan keterangannya
sesuai ketentuan per-UU-an sehingga keterangan
tsb memiliki daya bukti di sidang pengadilan.
KEGUNAAN FORENSIC SCIENCES
1. Membantu menentukan apakah suatu peristiwa
merupakan tindak pidana atau bukan.
2. Membantu mengungkap PROSES tindak pidana:
a. kapan dilakukan?
b. dimana dilakukan?
c. dengan benda atau senjata apa dilakukan?
d. bagaimana cara melakukan?
e. apa akibatnya, yaitu : - luka ringan?
- luka sedang?
- luka berat?
- meninggal dunia?
3. Membantu mengungkap IDENTITAS KORBAN.
4. Membantu mengungkap IDENTITAS PELAKU.
Point 1) utk penyelidikan. Point 2), 3) dan 4) utk penyidikan.
PENYELIDIKAN
Adalah rangkaian tindakan menurut UU utk
mengetahui apakah suatu peristiwa yang
sedang diselidiki itu merupakan tindak pidana
sehingga bisa dilakukan pemeriksaan (yaitu
penyidikan).
Tindakan penyelidikan terdiri atas:
1. Melakukan TKP;
2. Memeriksa saksi-saksi dan barang bukti;
3. Meminta bantuan para ahli, termasuk ahli-
ahli forensik (mis: dokter forensik).
PENYIDIKAN
Adalah rangkaian tindakan menurut UU,
untuk mengumpulkan bukti-bukti, supaya
dengan bukti tsb perkaranya menjadi terang
dan pelakunya bisa ditangkap.
Tindakan penyidikan terdiri atas:
o mengumpulkan bukti-bukti.
o memberdayakan ahli-ahli forensik yang
dimiliki pihak kepolisian.
o meminta bantuan ahli-ahli forensik yang
tidak dimiliki pihak kepolisian (mis: dokter,
termasuk dokter ahli forensik RS).
BANTUAN DOKTER di TKP

Bantuan yang dapat diberikan oleh dokter pada


pemeriksaan di TKP adalah membantu:
1. Menentukan korban sudah mati atau belum.
2. Menentukan cara kematiannya (jika sudah mati),
yaitu:
o pembunuhan;
o bunuh diri; atau
o kecelakaan.
3. Mencari, menemukan dan menyelamatkan barang
bukti untuk kepentingan:
o penyelidikan itu sendiri; maupun
o penyidikan, jika ternyata TINDAK PIDANA.
CARA KEMATIAN
A. Pembunuhan:
o letak luka di sembarang tempat pada tubuh.
o sering ada luka tangkis (defensive wounds).
o pakaian di daerah luka ikut terkena senjata.
B. Bunuh diri:
o letak luka pada bagian tubuh yang mematikan
dan dapat terjangkau tangan yang bunuh diri.
o ditemukan luka percobaan (tentative wounds).
o pakaian di daerah luka tidak ikut terkena
senjata.
C. Kecelakaan:
o tidak menunjukkan ciri khas bunuh diri ataupun
pembunuhan.
LUKA TANGKISAN
Disebabkan oleh reflek ketika sadar mendapat serangan.
Ciri-cirinya:
o letak luka tangkis pada lengan bawah bagian luar atau
tangan bagian luar (punggung tangan).
o jumlah luka tangkis bisa banyak.
o luka tersebut tidak mematikan.

LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
o letak luka di sekitar luka yang mematikan.
o jumlahnya banyak (multipel).
o kualitas luka dangkal.
o luka percobaan tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
o Identifikasi Umum:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa, dll.
o Identifikasi Personal:
- si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA ante-
mortum utk pembanding (sidik jari, gigi geligi, DNA).
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
memeriksa bahan-bahan medis, misalnya:
o Darah pelaku yang tercecer.
o Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku yang berhasil
dicakar oleh korban, misalnya:
- sel kulit.
- sel darah, dll.
o Sperma pelaku.
o Air liur pelaku.
o Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
o Gigi pelaku yang tanggal.
o Jejas gigitan pada korban akibat gigitan pelaku.
BANTUAN DOKTER
DALAM PROSES PERADILAN PIDANA
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (korban hidup atau mati).
b. Tersangka atau terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya (bila ada keraguan).
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus.
- pelaku infanticide (yang menyangkal tlh melahirkan).
c. Barang bukti medis, misalnya:
- darah, sperma, dll.
2. Memberikan penjelasan tentang:
- pertanyaan hipotetis (hipothetical question).
3. Membantu pemeriksaan penyelidik di TKP.
PROSEDUR MEMINTA BANTUAN DOKTER
1. Pejabat yang berhak minta bantuan:
a. Penyelidik, pada tingkat Penyelidikan (POLRI, Provost, atau PM).
b. Penyidik (pada tingkat Penyidikan dan Penyidikan Tambahan)
yang dilaksanakan Penyidik POLRI, Provost atau Polisi Militer).
c. Hakim ketua sidang pada tingkat Persidangan (yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh Penuntut Umum).
Terdakwa, pembela, korban atau keluarga korban tidak berhak minta
bantuan forensik. Mereka hanya berhak melapor atau mengadu.
2. Cara mengajukan permintaan:
a. Harus secara tertulis (kecuali untuk kepentingan TKP).
b. Harus menyebutkan jenis pemeriksaan yang diminta.
c. Surat permintaan diajukan secara langsung bersama-sama objek
yang dimintakan untuk diperiksa.
d. Penyidik wajib memberikan informasi yg cukup untuk memudahkan
dokter dalam melakukan pemeriksaan.
e. Jika korban tindak pidana masih hidup maka permintaan bantuan
forensik harus segera diajukan kareana adanya rahasia kedokteran.
CARA DOKTER MENYAMPAIKAN
KETERANGANNYA
1. SECARA TERTULIS:
Dalam bentuk Visum et Repertum.
2. SECARA LISAN:
Dalam bentuk Keterangan Lisan, yg disampaikan secara
langsung kepada penyidik, lalu dibuatkan berita acaranya
dan ditandatangani oleh penyidik dan dokter.
CATATAN:
Sebaiknya Dr mengucap sumpah di depan penyidik, supaya
keterangannya dapat diproses menjadi alat bukti untuk jaga-
jaga jika Dr tidak bisa hadir di sidang karena alasan yang sah.
Menolak mengucapkan sumpah di depan penyidik tidak dapat
dikenai sandera di Rumah Tahanan Negara, tetapi menolak
mengucapkan sumpah di sidang pengadilan Dr bisa disandera.

Anda mungkin juga menyukai