FORENSIK
oleh
Sofwan Dahlan
kesehatan
keamanan / keselamatan
moral
kesejahteraan umum
DEFINISI
Ilmu Kedokteran Forensik adalah ilmu
yang mempelajari penerapan ilmu kedokteran untuk kepentingan peradilan
(medicine for the law).
Sering disebut Medical Jurisprudence
atau Medicina Forensis.
Perlu dikuasai
oleh penegak hukum
Bila tidak maka
penegak hukum
diperlukan bantuan
ahli yang menguasai
KEGUNAAN IKF
BAGI PENEGAK HUKUM
1. Memahami pentingnya peranan ilmu kedokteran dan
dokter dalam membantu mengungkap perkara
pidana.
2. Mengerti pada kasus yang bagaimana diperlukan
bantuan ilmu kedokteran dan dokter.
3. Mengerti status dokter dalam proses peradilan pidana.
4. Mengerti tatalaksana meminta bantuan kepada dokter
dalam kapasitasnya sebagai ahli.
5. Mengerti prinsip-prinsip pemeriksaan forensik.
6. Mampu memahami keterangan yang diberikan dokter.
7. Mengerti batas-batas kemampuan dokter dalam
PENYELIDIKAN
Tujuan:
PENYIDIKAN
Tindakan menurut UU untuk mengumpulkan bukti
supaya dengan bukti itu perkaranya menjadi terang
dan pelakunya bisa ditangkap.
Tujuan:
CARA KEMATIAN
A. Pembunuhan.
Ciri-cirinya:
- letak luka di sembarang tempat pada tubuh.
- sering ditemukan luka tangkis (defensive wounds).
- pakaian di daerah luka ikut robek terkena senjata.
B. Bunuh diri.
Ciri-cirinya:
- letak luka pada bagian tubuh yang mematikan
dan dapat terjangkau oleh tangan yang bunuh diri.
- ditemukan luka percobaan (tentative wounds).
- pakaian di daerah luka tidak ikut robek oleh senjata.
C. Kecelakaan.
Ciri-cirinya:
- tidak menunjukkan ciri bunuh diri & pembunuhan.
LUKA TANGKISAN
Disebabkan oleh reflek ketika sadar ada serangan.
Ciri-cirinya:
- letak luka tangkis pada lengan bawah bagian
luar atau tangan bagian luar (punggung tangan).
- jumlah luka tangkis bisa banyak.
- luka tersebut tidak mematikan.
LUKA PERCOBAAN
Disebabkan yang bersangkutan masih mencoba-coba.
Ciri-cirinya:
- letak luka di sekitar luka yang mematikan.
- jumlahnya banyak (multipel).
- kualitas luka dangkal.
- luka tersebut tidak mematikan.
IDENTIFIKASI KORBAN
Identifikasi Umum, untuk mengetahui:
- jenis kelamin.
- umur.
- tinggi badan.
- golongan darah.
- suku bangsa
- dll.
Identifikasi Personal, untuk mengenali identitas
personal, yaitu: - si Bambang atau bukan.
- si Ahmad atau bukan.
- si Fatimah atau bukan.
Untuk identifikasi personal diperlukan DATA PEMBANDING,
misalnya data sidik jari, data gigi geligi atau data sidik jari DNA.
IDENTIFIKASI PELAKU
Identifikasi pelaku dapat dilaksanakan dengan
melakukan pemeriksaan atas bahan-bahan medis
seperti:
Darah pelaku.
Sel-sel dari jaringan tubuh pelaku, misalnya
- sel kulit.
- sel darah.
Sperma pelaku.
Air liur pelaku.
Rambut pelaku (rambut kepala atau kemaluan).
Gigi pelaku.
Jejas gigitan pada korban yang ditinggalkan
oleh pelaku.
BANTUAN
YANG DAPAT DIBERIKAN DOKTER
Bantuan yang dapat diberikan dokter dalam proses penegakan
hukum adalah:
1. Memberikan keterangan tentang:
a. Korban (hidup atau mati).
b. Tersangka / terdakwa, yaitu tentang:
- umur yang sebenarnya.
- kemampuan bertanggung jawab.
- kemampuan melakukan coitus.
- dll.
c. Barang bukti lain, misalnya:
- darah.
- sperma.
- dll.
2. Memberikan penjelasan tentang:
- pertanyaan hipotetis (hipothetical question).
3. Membantu pemeriksaan TKP.
2. SECARA LISAN
Yaitu keterangan lisan yang disampaikan secara langsung kepada
penyidik, lalu dibuatkan berita acaranya dan ditandatangani
oleh dokter serta penyidik.
Catatan:
Sebaiknya dokter mengucapkan sumpah di depan penyidik, supaya keterangan
tersebut dapat diproses sebagai alat bukti jika kelak dokter tidak bisa hadir di
sidang pengadilan karena alasan yang syah.
Jika menolak mengucapkan sumpah di depan penyidik, ia tak dapat disandera
di Rumah Tahanan, kecuali penolakan itu dilakukan di sidang pengadilan.
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI, yaitu:
a. Alat Bukti katagori Keterangan Ahli, bila diberikan
secara lisan di sidang pengadilan dengan sumpah
atau janji.
b. Alat Bukti katagori Surat, bila diberikan secara
tertulis dengan mengingat sumpah ketika menerima
jabatan (misalnya Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan alat
bukti, yaitu apabila diberikan didepan penyidik dengan
sumpah atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut
dibacakan di sidang pengadilan karena dokter tidak dapat
didatangkan karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yang Menguatkan Keyakinan Hakim,
yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah dokter
selesai menjalani penyanderaan karena tanpa alasan syah
menolak mengucapkan sumpah atau janji.
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI
Apabila dokter diminta keterangannya maka dokter wajib
mengucapkan sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang syah maka sanksinya adalah:
1. Bila penolakan itu dilakukan di depan Penyidik maka tidak
ada sanksi apapun.
2. Bila penolakan itu dilakukan di depan sidang pengadilan
maka dokter dapat disandera di rumah tahanan negara
maksimal 14 hari.
INGAT :
Pengertian disandera tidak sama dengan ditahan. Disandera
artinya dilakukan upaya paksaan agar yang bersangkutan mau
mengikuti keinginan penyandera, yaitu mengucapkan sumpah
atau janji.
KETERANGAN DOKTER
Keterangan yang diperlukan oleh penegak hukum
dari dokter bisa berupa:
1. Keterangan lisan, yang dapat disampaikan:
a. didepan penyidik; atau
b. di sidang pengadilan.
2. Keterangan tertulis dalam bentuk Visum et Repertum, yang dapat diserahkan:
a. di tingkat penyidikan, atau
b. di tingkat sidang pengadilan.
VISUM ET REPERTUM
Definisi:
Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter
(dalam kapasitasnya sebagai ahli) atas permintaan
dari penegak hukum yang berwenang tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada objek yang diperiksanya dengan mengingat sumpah/janji ketika
menerima jabatan.
STANDAR UMUM
VISUM ET REPERTUM
1. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
penegak hukum.
2. Isinya relevan dengan maksud dan tujuan dimintakannya visum et repertum, yaitu untuk membuat terang
perkara pidana.
3. Memenuhi syarat formal, yaitu dibuat dengan mengucapkan sumpah/janji sebelum melakukan pemeriksaan
atau dibuat dengan mengingat sumpah/janji ketika
menerima jabatan dokter.
Luka Ringan:
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian.
Luka Sedang:
Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
matapencaharian untuk sementara waktu.
Luka Berat:
- Tidak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna.
- Dapat mendatangkan bahaya maut.
- Menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencaharian.
- Kehilangan salah satu dari panca indera.
- Menimbulkan cacat besar / kudung.
- Mengakibatkan lumpuh.
- Menimbulkan gangguan daya pikir 4 minggu / lebih.
- Keguguran atau kematian janin dalam kandungan.
VISUM et REPERTUM
PENDAHULUAN :
- identitas peminta visum et repertum.
- identitas dokter yang melakukan pemeriksaan.
- identitas korban yang diperiksa.
- alasan dimintakan visum et repertum.
- kapan dilakukan pemeriksaan.
- tempat dilakukan pemeriksaan.
HASIL PEMERIKSAAN :
- fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter.
- fakta dari hasil pemeriksaan yang dilakukan bersama-sama
dokter lain.
KESIMPULAN :
- interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta-fakta di atas, dikaitkan dengan maksud dimintakannya V et R.
PENUTUP :
- pernyataan bahwa keterangan tertulis ini dibuat dengan mengingat
sumpah / janji ketika menerima jabatan atau dengan mengucapkan
sumpah / janji sebelum melakukan pemeriksaan.
- tanda tangan dokter pemeriksa dan pembuat visum et repertum.
PENGERTIAN SEKS
Do you believe in sex
before marriage?
= Coitus.
= Gender role.
= Anatomy, development,
physiology, reproduction
= Erotic appeal.
Is he homosexual or heterosexual.
O th
12 th
delik biasa
tindak
> 12 th
15 th
delik aduan
> 15 th
bukan
pidana
Kesimpulan:
1. Hak memberikan persetujuan coitus (the right to
consent to coitus) ada pada wanita yang sudah
berumur 15 tahun ke atas.
2. Persetujuan coitus yang diberikan oleh wanita
yang belum 15 tahun menurut hukum tidak syah.
HAK-HAK PEREMPUAN
PENGERTIAN COITUS
Perpaduan kelamin laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh keturunan.
(Susilo)
Masuknya kepala penis di antara kedua bibir vulva.
(Nojon)
The slightest penetration of the sexual organ of the
female by the sexual organ of the male.
(State v. Cross)
The entering of the vulva or labia is sufficient. It is not
necessary that vagina be entered or that the hymen be
ruptured.
(De Armond v. State)
penetrasi penis
gesekan antara
penis & vagina
tertular penyakit
kelamin (STD)
tertular penyakit
kelamin (STD)
ejakulasi
sperma di vagina
Common Law
Disini
Menggunakan Force
Rape
Rape
Menciptakan Fear
Rape
Rape
Melakukan Fraud
Rape
Menyalahgunakan Power Sexual Harassment
?
?
Bentuk Perbuatan
Offence against
property
Coitus intravaginal
Sexual offence
Physical offence
Kesimpulan
PERKOSAAN harus memenuhi syarat:
1. Pelaku harus laki-laki yang mampu melakukan coitus.
2. Korban harus perempuan yang bukan isteri sendiri.
3. Perbuatannya harus meliputi:
a. coitus intra vaginal yang sifatnya dengan paksa.
b. bentuk pemaksaannya harus dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan.
FUNGSI
KETERANGAN DOKTER DI SIDANG PENGADILAN
1. Sebagai ALAT BUKTI, yaitu:
a. Alat Bukti katagori Keterangan Ahli, bila diberikan
secara lisan di sidang pengadilan dengan sumpah
atau janji.
b. Alat Bukti katagori Surat, bila diberikan secara
tertulis dengan mengingat sumpah ketika menerima
jabatan (misalnya Visum et Repertum).
2. Sebagai Keterangan yang disamakan nilainya dengan alat
bukti, yaitu apabila diberikan didepan penyidik dengan
sumpah atau janji tetapi kemudian keterangan tersebut
dibacakan di sidang pengadilan karena dokter tidak dapat
didatangkan karena alasan yang syah.
3. Sebagai Keterangan yang Menguatkan Keyakinan Hakim,
yaitu bila diberikan di sidang pengadilan setelah dokter
selesai menjalani penyanderaan karena tanpa alasan syah
menolak mengucapkan sumpah atau janji.
KEWAJIBAN
MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI
Apabila dokter diminta keterangannya maka dokter wajib
mengucapkan sumpah atau janji.
Jika dokter menolak mengucapkan sumpah atau janji tanpa
alasan hukum yang syah maka sanksinya adalah:
1. Bila penolakan itu dilakukan di depan Penyidik maka tidak
ada sanksi apapun.
2. Bila penolakan itu dilakukan di depan sidang pengadilan
maka dokter dapat disandera di rumah tahanan negara
maksimal 14 hari.
INGAT :
Pengertian disandera tidak sama dengan ditahan. Disandera
artinya dilakukan upaya paksaan agar yang bersangkutan mau
mengikuti keinginan penyandera, yaitu mengucapkan sumpah
atau janji.
JENIS
PEMBUNUHAN OROK
1. KINDERDOODSLAG : dengan ancaman hukuman paling
ringan.
2. KINDERMOORD : dengan ancaman hukuman lebih berat.
3. PEMBUNUHAN BIASA : dengan ancaman hukuman paling berat.
Bagi penyidik yang menemukan adanya korban tindak pidana
berupa orok atau bayi baru lahir maka ia harus berusaha untuk
mengidentifikasi apakah tindak pidana ini berupa kinderdoodslag, kindermoord atau pembunuhan biasa.
CIRI-CIRI
Kinderdoodslag & Kindermoord
Pemb. Biasa
Korban
anak kandung
siapa saja
Pelaku
siapa saja
kapan saja
Motif
selain takut
melahirkan
anak
TUJUAN OTOPSI
KORBAN INFANTICIDE
PADA
1.
2.
3.
4.
BAYI VIABEL
Bayi dikatakan viabel kalau keadaan bayi setelah dilahirkan
menunjukkan adanya kemampuan untuk hidup diluar
kandungan tanpa bantuan peralatan khusus (canggih).
SYARAT BAYI VIABEL
1. Umur bayi dikandung 28 minggu atau lebih.
2. Tidak memiliki cacat berat (misalnya anencephali).
TANDA BAYI TELAH DIKANDUNG 28 MINGGU
1. Panjang badan 35 cm atau lebih.
2. Berat badan 1500 gram atau lebih.
PEMERIKSAAN
TERHADAP IBU YANG MENYANGKAL
Bila wanita yang dicurigai menyangkal bahwa ia pernah
melahirkan anak maka wanita tersebut dapat dibawa ke dokter
untuk dimintakan visum et repertum.
Tujuan pemeriksaan adalah :
1. Untuk menentukan apakah pada tubuh wanita tersebut
ditemukan tanda-tanda bekas hamil, yaitu:
a. Adanya garis kehamilan.
b. Rahim membesar.
c. Payudara membesar.
2. Untuk menentukan apakah pada tubuh wanita tersebut
tanda-tanda persalinan, yaitu:
a. Adanya robekan jaringan dibelakang alat kelamin.
b. Adanya cairan nifas (lochea) yang keluar dari alat
kelamin.
OTOPSI
PENGERTIAN OTOPSI :
Otopsi berasal dari kata auto yang berarti sendiri
dan opsis yang berarti melihat.
Makna yang sesungguhnya dari otopsi adalah suatu
pemeriksaan atas jenazah, yang meliputi bagian luar
dan dalam, oleh tenaga kesehatan yang berwenang
dengan menggunakan cara-cara yang dapat
dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dan hukum.
JENIS OTOPSI :
Otopsi Anatomik (untuk kepentingan pendidikan).
Otopsi Klinik (untuk kepentingan penyelidikan
penyakit).
Otopsi Forensik (untuk kepentingan penegakan
hukum).
PEMINTA OTOPSI :
Penyidik (untuk polisi minimal AIPDA dan untuk
polisi militer minimal PELDA).
KEWAJIBAN BAGI PEMINTA OTOPSI :
Memberitahu keluarga korban tentang maksud
dan tujuan dimintakannya OTOPSI.
(Jadi bukan minta izin sebab untuk otopsi forensik
tidak diperlukan izin dari keluarga korban).
TEMPAT DIMANA DAPAT DIMINTAKAN OTOPSI :
Rumah sakit milik pemerintah.
Rumah sakit militer / kepolisian.
Rumah sakit milik swasta.
Puskesmas.
PELAKSANAAN OTOPSI
PRINSIP OTOPSI :
Perlu dilaksanakan sesegera mungkin guna
menghindari hilangnya data-data medik akibat proses
pembusukan.
TEKNIS PELAKSANAAN OTOPSI :
Menunggu klarifikasi keluarga paling lama 2 hari.
Jika keluarga keberatan maka dokter (dapat mewakili
penyidik) untuk menjelaskan pentingnya otopsi.
Jika tetap berkeberatan atau keluarga tidak ditemukan
maka dapat melakukan otopsi sesudah 2 hari.
Hendaknya penyidik hadir ditempat otopsi agar dapat
saling bertukar informasi guna memperlancar proses
otopsi dan penyidikan serta menciptakan rasa aman
bagi dokter yang melakukan otopsi.
SARANA OTOPSI
SARANA TEMPAT
Ruang :
a. Kamar otopsi khusus.
b. Kamar jenazah, gudang atau halaman dapat disulap
menjadi tempat otopsi apabila kamar otopsi khusus
tidak tersedia di Rumah Sakit atau Puskesmas
SARANA ALAT
Alat Otopsi :
a. Pisau (bisa scalpel atau pisau dapur).
b. Gergaji listrik (bisa gergaji besi).
c. Benang yang besar (bisa benar kasur).
d. Jarum besar (bisa jarum kasur).
e. Air yang cukup.
f. Alat ukur (penggaris dan timbangan).
SARANA PENUNJANG
Toksikologi.
Histopatologi.
Dll
LANGKAH-LANGKAH OTOPSI
PEMERIKSAAN LUAR :
Memeriksa seluruh bagian luar dari tubuh jenazah,
mulai dari ujung rambut sampai ujung jari kaki.
OTOPSI
JENAZAH YANG SUDAH DIKUBUR
Meskipun jenazah sudah dikubur (lama ataupun baru) maka
otopsi atas jenazah tersebut tetap perlu karena :
a. bekas kekerasan pada jaringan lunak mungkin masih
dapat dikenali.
b. bekas kekerasan pada tengkorak, tulang dan gigi akan
dapat dikenali meskipun sudah lama terkubur.
c. racun-racun masih dapat ditemukan pada jaringan
lunak, tulang, kuku, rambut, kafan, peti dan tanah.
Sebelum otopsi harus dilakukan pembongkaran lebih dahulu.
Faktor musim (penghujan atau kemarau) dapat dijadikan
salah satu pertimbangan apakah pembongkaran harus segera
dilaksanakan atau ditunda.
Demi efisiensi maka otopsi dapat dilaksanakan di tempat
pembongkaran jenazah.
ASFIKSIA
PENGERTIAN ASFIKSIA :
Keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen sebagai
akibat terhalangnya oksigen memasuki paru-paru.
Keadaan ini sering disebut mechanical asphyxia.
JENIS ASFIKSIA :
Strangulasi (jeratan), yaitu:
1. Hanging (gantung).
2. Strangulation by ligature (jeratan tali).
3. Manual strangulation (cekikan).
Sufokasi.
Smothering (pembekapan).
Choking / gagging (penyumpalan).
Drowning (tenggelam).
Crush asphyxia, yaitu:
1. Tekanan pada dada dan perut oleh benda
berat.
2. Berdesak-desakan.
GEJALA ASFIKSIA :
1. Nafas sesak (dyspneu).
2. Kejang (konvulsi).
3. Nafas berhenti (apneu).
polisi militer minimal PELDA).
TANDA PADA TUBUH JENAZAH :
1. Kebiruan (cyanosis).
2. Sembab (kongesti).
HANGING (GANTUNG)
PENGERTIAN :
CARA KEMATIAN :
Bunuh diri (paling sering).
Pembunuhan.
Kecelakaan (terlilit tali parasut).
TANDA-TANDA UMUM :
Kebiruan (cyanosis).
Bintik perdarahan (utamanya pada selaput mata).
Daerah muka, leher dan otak sembab.
Darah berwarna gelap dan encer.
TANDA-TANDA KHAS :
Jejas jerat berwarna coklat kemerahan.
Dibawah kulit leher terdapat resapan darah.
Lebam mayat pada ujung tangan dan kaki.
Lidah terjulur apabila letak tali berada dibawah jakun.
Lokasi.
Posisi tubuh.
Keadaan tali.
Keadaan tubuh jenazah, misalnya:
a. Distribusi lebam mayat apakah sesuai dengan ciriciri menggantung.
b. Lidah tidak harus terjulur.
c. Sperma atau faeces tidak selalu keluar.
CEKIKAN
TANDA-TANDA :
1. Leher :
a. Bagian luar, antara lain:
- memar.
- lecet berbentuk bulan sabit.
b. Bagian dalam, antara lain:
- resapan darah dibawah kulit.
- patah tulang rawan.
2. Paru-paru : terlihat sembab.
TENGGELAM
PENGERTIAN :
Peristiwa tenggelam terjadi manakala lubang hidung dan
mulut berada didalam air.
Dalam peristiwa tenggelam, seluruh tubuh tidak harus
berada didalam air.
Oleh sebab itu dimungkinkan orang tenggelam didalam
wastafel atau ember yang berisi air.
Pada orang dewasa, kematian terjadi apabila menghirup
air sebanyak 2 liter sedangkan pada bayi apabila
menghirup air sebanyak 30 sampai 40 cc air.
SEBAB KEMATIAN :
Vagal reflex.
Spasme (kejang) larynx).
Pengaruh air dalam paru-paru.
CARA KEMATIAN :
Bunuh diri.
Pembunuhan.
Kecelakaan.
TANDA-TANDA POST MORTUM :
Bagian Luar Tubuh :
a. Pakaian basah campur lumpur.
b. Kulit basah dan keriput seperti kulit angsa
(cutis anserina).
c. Lebam mayat pada daerah kepala dan leher.
d. Cadaveric spasm (kejang tangan).
e. Buih halus pada hidung dan mulut.
Bagian Dalam Tubuh :
a. Saluran nafas penuh dengan buih.
b. Paru-paru membesar dan lebih berat.
c. Lambung terisi air, lumpur dan ganggang.
PENDAHULUAN
1. Agar masyarakat tertib & teratur diperlukan
perangkat hukum yang mengatur seluruh sektor
kehidupan; baik Ekuin, Polkam maupun Kesra.
2. Masing-masing sektor kehidupan tersebut masih
dapat dirinci lagi menjadi subsektor-subsektor.
3. Salah satu subsektor terpenting adalah subsektor
kesehatan, mengingat subsektor ini akan ikut
menentukan keberhasilan sektor lainnya.
4. Oleh sebab itu untuk subsektor kesehatan perlu
dibuat perangkat hukum yang akan menentukan
POLA KEHIDUPAN di subsektor tersebut.
5. Perangkat hukum itu adalah Hukum Kesehatan
(Health Law).
DEFINISI
HUKUM KESEHATAN
Van Der Mijn :
Hukum kesehatan adalah hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan
kesehatan; meliputi penerapan perangkat
hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
Leenen :
Hukum kesehatan adalah keseluruhan aktifitas
juridis beserta peraturan hukum di bidang
kesehatan serta studi ilmiahnya.
Sofwan Dahlan :
Hukum kesehatan adalah seperangkat kaidah yang
mengatur semua aspek yang berkaitan dengan upaya
di bidang kesehatan.
Aspek-aspek dalam upaya kesehatan tsb meliputi:
bidang kedokteran, keperawatan-kebidanan,
makanan dan obat-obatan, rumah sakit, lingkungan
hidup, kesehatan kerja, dan bidang-bidang lainnya
yang terkait dengan upaya kesehatan.
HUKUM KEDOKTERAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan perobatan (law
regulating the practice of medicine).
HUKUM KEPERAWATAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan keperawatan.
HUKUM KEBIDANAN
Bagian dari hukum kesehatan yang mengatur semua
aspek yang berkaitan dengan amalan kebidanan.
HAKEKAT
HUKUM KESEHATAN
Hukum Kesehatan (yang terdiri atas Hukum
Kedokteran, Hukum Keperawatan dan lain
sebagainya) pada hakekatnya merupakan kaidah
yang berkaitan dengan aplikasi (penerapan)
dari:
1. Hukum administrasi negara;
2. Hukum perdata; dan
3. Hukum pidana.
LATAR BELAKANG
Perlunya dikembangkannya hukum kesehatan
sebagai spesialisasi dari disiplin hukum menurut
Leenen dilatarbelakangi oleh:
1. Adanya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang
kesehatan yang semakin hari semakin
memperlihatkan adanya bentuk intervensi
terhadap
integritas manusia.
2. Berubahnya dunia pelayanan kesehatan menjadi
semakin birokratis shg mengakibatkan hubungan
personal semakin menurun.
3. Semakin diterimanya gagasan mengenai hak
asasi manusia (termasuk hak menentukan nasib
sendiri) sebagai landasan bagi kebijakan hukum
dan sosial.
MOTIF
Motif pembentukan dan pembangunan hukum di
bidang kesehatan menurut Van Der Mijn didorong
oleh adanya kebutuhan akan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup atau cakupan hukum kesehatan
ditentukan oleh pengertian yuridis tentang sehat.
UU Kesehatan mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Dengan definisi yuridis diatas maka ruang lingkup
hukum kesehatan meliputi banyak aspek, mis:
a. Kesehatan masyarakat. b. Kesehatan keluarga.
c. Kesehatan lingkungan.
d. Kesehatan kerja.
FUNGSI HUKUM
Hukum merupakan kaidah sosial yang diperlukan
di dalam masyarakat untuk:
1. Menciptakan kedamaian.
2. Menyelesaikan sengketa yang terjadi di dalam
masyarakat.
3. Merekayasa masyarakat (Social engineering).
FUNGSI HUKUM KESEHATAN
Fungsi umum: sama seperti fungsi hukum umumnya.
Fungsi khusus atau spesifik: mengatur pola kehidupan di subsektor kesehatan.
SUMBER
HUKUM KESEHATAN
Sumber hukum kesehatan meliputi:
1. Sumber hukum yang memiliki kekuatan mengikat
(binding authority), meliputi:
a. Peraturan perundang-undangan.
b. Yurisprudensi.
c. Traktat.
d. Konvensi.
2. Sumber hukum yang tidak mempunyai kekuatan
mengikat (non-binding authority atau persuassive
authority), antara lain:
a. Doktrin.
b. Konsensus dan lain-lain.
SUMBER HUKUM
DI NEGARA-NEGARA COMMON LAW
Negara Common Law adalah negara yang sumber
hukumnya, selain Statute Law juga Common Law.
Statute Law adalah produk perundang-undangan yg
dihasilkan oleh lembaga legislatif (DPR).
Common Law adalah produk perundang-undangan
yg berasal dari putusan pengadilan atas kasus-kasus
yang pernah diputus pengadilan (Case Law).
Contoh common law adalah informed consent,
yang berasal dari keputusan pengadilan atas kasus
Schloendorf dengan hakim Benjamin Cardozo.
Doktrinnya yang sangat terkenal, yaitu a man is the
master of his own body.
UU KESEHATAN RI
No. 23 Th. 1992
oleh
Sofwan Dahlan
LATAR BELAKANG
Salah satu citacita bangsa Indonesia adalah melindungi
segenap warga dari ancaman (termasuk ancaman penyakit)
dan memajukan kesejahteraan.
Dalam rangka itu perlu dilakukan pembangunan kesehatan
yang meliputi semua segi kehidupan (baik fisik, mental
maupun sosial ekonomi) dengan meletakkan peran pemerintah dan masyarakat sama besar dan sama penting.
Meningkatnya taraf hidup masyarakat dewasa ini pasti akan
mempengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat akan
pelayanan dan pemerataan yang mencakup tenaga, sarana
dan prasarana; baik jumlah maupun mutunya.
Dalam rangka memberikan kepastian dan perlindungan
hukum bagi upaya meningkatkan, mengarahkan dan
memberikan landasan pembangunan di bidang kesehatan
diperlukan perangkat hukum kesehatan yang dinamis agar
dapat menjangkau dan mengantisipasi perkembangan.
TUJUAN UU KESEHATAN
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan utk hidup sehat bagi setiap orang agar
dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
ASAS UU KESEHATAN
1. Asas prikemanusiaan berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
2. Asas manfaat.
3. Asas usaha bersama dan kekeluargaan.
4. Asas adil dan merata.
5. Asas perikemanusiaan dalam keseimbangan.
6. Asas kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup hukum kesehatan ditentukan
pengertian yuridis tentang sehat.
oleh
UU Kesehatan mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Dengan definisi yuridis seperti tersebut diatas maka
ruang lingkup meliputi berbagai aspek, mis:
a. Kesehatan masyarakat. b. Kesehatan keluarga.
c. Kesehatan lingkungan.
d. Kesehatan kerja.
UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan meliputi:
1.
2.
3.
4.
Kesehatan keluarga.
Perbaikan gizi.
Pengamanan makanan dan minuman.
Kesehatan lingkungan.
Kesehatan kerja.
Kesehatan jiwa.
(Lanjutan)
7. Pemberantasan penyakit.
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
9. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
11. Pengamanan zat adiktif.
12. Kesehatan sekolah.
13. Pengobatan tradisional.
14. Kesehatan matra.
KEBIJAKAN
PENYEMBUHAN PENYAKIT
UU Kesehatan menetapkan bahwa kebijakan
pengobatan yg berlaku di Indonesia tidak menjadi
monopoli oleh ilmu kedokteran moderen.
Berdasarkan kebijakan tsb maka upaya pengobatan
dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan ilmu kedokteran / ilmu keperawatan, dengan syarat:
a. Memiliki kemampuan (sertifikat kompetensi).
b. Memiliki kewenangan (lisensi / surat ijin).
2. Menggunakan pengobatan tradisional.
Pemerintah berhak mengatur, mengawasi serta membina ke-
KEBIJAKAN
KELUARGA BERENCANA
UU Kesehatan menetapkan bahwa upaya keluarga
berencana tidak lagi dipandang sebagai pelanggaran
atau kejahatan sebagaimana dimaksud dlm KUHP.
Berdasarkan kebijakan tsb maka upaya keluarga
berencana dapat dilakukan melalui upaya pengaturan kelahiran.
Pengaturan kehamilan merupakan upaya untuk
merencanakan jumlah ideal anak, jarak kelahiran
dan usia ideal perkawinan, serta usia ideal untuk
melahirkan.
Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sbg
upaya terakhir.
UPAYA
KEHAMILAN DILUAR CARA ALAMI
Syarat kehamilan diluar cara alami (misalnya bayi
tabung) adalah sbb:
1. Harus oleh pasangan suami isteri yang syah.
2. Embrio harus berasal dari pembuahan ovum
isteri dan sperma suami.
3. Embrio tersebut diatas hanya boleh ditanamkan
ke rahim isteri yang bersangkutan.
4. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian dan kewenangan untuk itu.
TENAGA KESEHATAN
Setiap orang yang mengabdikan diri didalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Nakes menurut PP Tenaga Kesehatan adalah:
1. Tenaga medis, yang terdiri atas:
a. Dokter.
b. Dokter gigi.
c. Dokter spesialis.
2. Tenaga keperawatan, yang terdiri dari:
a. Perawat.
b. Bidan.
3. Tenaga farmasi, dll.
SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan
untuk melaksanakan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan meliputi:
1. Balai pengobatan.
2. Puskesmas.
3. Rumah sakit umum & rumah sakit khusus.
4. Praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek
dokter spesialis dan praktek dokter gigi
spesialis.
5. Praktek bidan, dll.
Semua sarana kesehatan tersebut diatas harus memiliki izin agar boleh memberikan layanan kesehatan.
PROFESI
DI BIDANG KESEHATAN
oleh
Sofwan Dahlan
APA
PROFESI
&
APAKAH
PROFESI SAMA DENGAN
OKUPASI?
PROFESI
Istilah profesi berasal dari :
Bahasa Latin professio, yang berarti pernyataan atau
janji.
Bahasa Inggris to profess, yang berarti mengaku atau
menyatakan.
PROFESIONAL
Orang yang dengan kebebasannya telah mengucapkan
suatu janji kepada publik untuk melayani masyarakat
yang menginginkan suatu kebaikan tertentu.
Pengucapan janji tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh suatu kepercayaan (trust) dari masyarakat.
PROFESSIONALISM
Quality or typical features of a profession or professionals.
CIRI PROFESI
Profesi berbeda dg okupasi karena cirinya:
Charaka Samhita (S.M) :
Knowledge.
Cleverness.
Devotion.
Purity (physic and mind).
Bernard Barber :
Memiliki body of knowledge.
Orientasi primernya untuk kepentingan
masyarakat.
Memiliki mekanisne self-control.
Memiliki sistem reward.
PROFESSIONALISM
Praktek yang profesional memerlukan syarat:
1.
2.
3.
Knowledge.
Skill.
Attitude.
Knowledge
Skill
Attitude
ETIKA PROFESI
Dalam melaksanakan profesinya, wajib mematuhi nilai moralitas yang berkaitan dengan:
1. People who require medical care (tidak
membedakan-bedakan orang yg membutuhkan pertolongannya) .
2. Client or patient (setelah terjadi hubungan).
3. Health care team (wajib mengingatkan bila
ada anggota tim yg melakukan kesalahan).
4. Society (social context).
5. Profession (disiplin dlm menerapkan kaidahkaidah yang berlaku di dunia kedokteran).
ETIKA
Catalano, J, T.:
1.
1.
2.
3.
Gene Bloker :
Etika dalah cabang ilmu filsafat moral yang
mencoba mencari jawaban untuk menentukan dan
mempertahankan secara rasional teori yang
berlaku secara umum tentang apa yang benar dan
salah, baik dan buruk sebagai suatu perangkat
prinsip moral yang dapat dipakai sebagai pedoman
bagi tindakan manusia.
KODE ETIK
Merupakan ketentuan tertulis (written list) yang memuat
nilai-nilai dalam profesi, sekaligus sebagai standar
berprilaku.
Merupakan kerangka acuan dalam mengambil keputusan.
Selalu dilakukan revisi secara periodik, disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat atau perkembangan profesi.
Biasanya lebih luas, tetapi tidak pernah berbenturan dengan
ketentuan hukum.
Setiap anggota profesi bertanggungjawab terhadap tegaknya
nilai-nilai serta standar yang ada dalam kode etik.
Kode etik tidak bersifat paksaan.
(Catalano, JT, 1991)
HUKUM
Norma otonom.
Norma heteronom.
Umum.
Sanksi tidak mengikat dan tidak dapat Mengikat dan dapat dipaksakan.
dipaksakan (sanksi moral); berupa kata
atau isyarat dari ketidaksukaan sosial,
ketidaksetujuan atau pengucilan.
Akibat sanksi berupa pencemaran
nama baik.
Pada hakekatnya hukum dan etika beranjak dari landasan yang sama,
yaitu moral.
Apa yang pada umumnya dinilai baik atau buruk oleh etika juga
dirasakan demikian oleh hukum.
Hanya saja bidang hukum tidak mencakup hal-hal kecil dan sepele, yang
bagi hukum kurang relevan untuk dicampuri.
Pelanggaran terhadap norma etik yang kecil dan ringan dianggap belum
mengganggu atau membahayakan ketertiban umum sehingga belum perlu
diatur dan diberi sangsi hukum sebab masyarakat sendiri dinilai masih
sanggup mengendalikanya tanpa menimbulkan gejolak yang berarti.
Tetapi aliran legalisme menghendaki agar sikap-tindak etik diikuti oleh
peraturan hukum dimana kewajiban-kewajiban dan hak-hak ditentukan.
Tujuan dari aliran ini adalah legalisasi moral dan moralisasi hukum,
namun banyak ditentang karena dinilai membaurkan pengertian mengenai fungsi hukum dan fungsi moral.
PROBLEM HUKUM
1. Sering bertentangan dengan nilai fundamental.
2. Penyelesaian menggunakan jalur hukum memiliki
banyak kelemahan, yakni:
- Membutuhkan waktu lama.
- Memerlukan biaya yang tidak sedikit.
- Bentuk penyelesaiannya sangat kaku dan
menyakitkan salah satu atau bahkan kedua
belah pihak.
PROBLEM ETIKA
1. Sifatnya yg umum & abstrak menimbulkan problem
aplikasi, konsistensi & questionable morality.
2. Penyelesaian lewat jalur ini tidak memiliki daya paksa.
ASPEK HUKUM
KEPERAWATAN
oleh
Sofwan Dahlan
AMALAN KEPERAWATAN
Upaya membantu individu, yang sakit maupun
yang sehat, dengan cara melakukan tindakan yang
dapat menunjang kesehatan ataupun kesembuhan
pasien (termasuk membimbing menuju kematian
-nya dengan tenang).
Upaya tersebut semestinya dapat dilakukan sendiri
oleh pasien tanpa bantuan perawat jika seandainya
pasien memiliki pengetahuan, kemampuan dan
kemauan untuk itu.
(Henderson, 1980)
FAGIN
Keperawatan didefinisikan sebagai upaya promosi
dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
perawatan selama periode akut dari suatu penyakit,
rehabilisasi serta restorasi kesehatan.
FLORENCE NIGHTINGALE
Keperawatan adalah upaya menempatkan pasien ke
suatu kondisi terbaik sebagaimana layaknya.
DEFINISI KONTEMPORER
Keperawatan merupakan seni (art) dan ilmu
(science) yang berhubungan dengan pasien dari
aspek yang menyeluruh (meliputi jasmani, jiwa,
dan semangatnya) dengan tujuan meningkatkan
semangat, mental serta kesehatan jasmani dengan
cara memberikan edukasi dan contoh yang lebih
ditekankan pada pendidikan dan pemeliharaan
kesehatan serta memberikan bantuan kepada yang
sedang menderita sakit, termasuk memperhatikan
lingkungannya (sosial, spiritual dan jasmani) dan
memberikan layanan kesehatan kepada individu,
keluarga dan komunitasnya.
APAKAH
PERAWAT MERUPAKAN
OKUPASI ATAUKAH PROFESI?
PROFESI
Profesi merupakan istilah yang pada awalnya digunakan
oleh pengikut-pengikut Pytagoras, berasal dari:
1. Bahasa Latin, yaitu professio.
2. Bahasa Inggris, yaitu to profess.
Keduanya memiliki arti sama, yaitu berjanji / menyatakan.
PROFESIONAL
Seseorang yang dengan kebebasannya telah mengucapkan
janji kepada publik bahwa dirinya akan melayani masyarakat yang menginginkan suatu kebaikan tertentu.
Pengucapan janji ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu
kepercayaan (public trust) yang waktu itu mulai memudar.
PROFESSIONALISM
Quality or typical features of a profession or professionals
(knowledge, skill, and attitude).
PROFESSIONALISM
Quality or typical features of a profession or
professionals (knowledge, skill, and attitude).
Praktek yang profesional perlu 3 syarat:
1.
2.
3.
Knowledge.
Skill.
Attitude.
Knowledge
Skill
Hard Competency
Attitude
Soft Competency
KOMPETENSI
Maknanya :
The condition of being capable (syarat agar kapabel).
The capacity to perform task or role (kemampuan untuk
melaksanakan tugas atau peran).
Aspek kompetensi yang harus perawat kuasai:
1. Knowledge (ilmu keperawatan).
2. Skill (ketrampilan melakukan amalan keperawatan).
3. Judgment (membuat keputusan/kebijakan keperwtn).
4. Humanistic quality (bertindak secara manusiawi).
5. Communication skill (ketrampilan komunikasi).
Dengan menguasai aspek kompetensi tsb diharapkan mampu
melaksanakan tugas (task) & peran (role) sebagai:
Expert.
Professional.
Communicator.
Health advocate. Scholar.
Collaborator.
Manager.
PERAN PERAWAT
Perawat mengemban peran simultan, yakni sbg:
1. Pemberi layanan langsung (direct care provider).
2. Pembuat keputusan klinik (clinical decision
maker).
3. Pengamat yang membantu pasien serta keluarga
(client and family advocate reseacher).
4. Pendidik (educator) agar pasien memahami dan
mampu memelihara kesehatannya.
SIKAP PERAWAT
1. Rasa hormat kepada pasien, orang tua dan keluarganya.
2. Memiliki sikap keterbukaan dan tidak memihak.
3. Selalu melakukan introspeksi diri.
4. Melaksanakan tanggungjawabnya secara profesional.
5. Menghormati hak-hak pasien, antara lain :
Hak memperoleh layanan kesehatan sesuai standar.
Hak atas informasi tentang kesehatannya.
Hak untuk menyetujui atau tidak menyetujui tin dakan medik / keperawatan.
Hak atas rahasia medik serta hak melepaskan sifat
kerahasiaan mediknya.
DLL.
HAK-HAK PASIEN DI RS
1. Hak-hak yang berkaitan dengan peraturan
rumah sakit:
a. Mengakses serta mengetahui Peraturan RS
yang berkaitan dengan kepentingan pasien.
b. Untuk tidak diberlakukannya perubahan
peraturan, termasuk perubahan tarif, yang
ditetapkan pada saat pasien tengah berada
dalam masa perawatan.
TANGGUNGJAWAB PERAWAT DI RS
Tanggungjawab perawat rumah sakit di negara
maju adalah sebagai berikut:
1. Caring :
Perawat bertanggungjawab secara mandiri
terhadap decision dan execution yang dibuat.
2. Technical nursing :
Perawat hanya bertanggungjawab terhadap
execution dari decision yang dibuat dokter.
3. Delegated medical activities :
Perawat tidak bertanggungjawab terhadap
decision maupun execution yang dibuat dlm
rangka melaksanakan delegasi.
TECHNICAL NURSING
PUBLIKASI WHO
In clinics and health centres in communities
which have few doctors, nurses diagnose and
treat common illnesses, prescribe and dispense
medications and even perform minor surgery.
(Di klinik-klinik atau pusat-pusat kesehatan
di masyarakat yang hanya memiliki beberapa
dokter maka perawat dapat mendiagnosis dan
mengobati penyakit-penyakit lazim, memberikan dan menyediakan obat-obatan dan bahkan
melakukan operasi kecil).
KEWENANGAN PERAWAT
1. Melaksanakan asuhan keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian.
b. Penetapan diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan.
d. Melaksanankan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
2. Tindakan keperawatan meliputi:
a. Intervensi keperawatan.
b. Observasi keperawatan.
c. Pendidikan dan konseling kesehatan.
3. Pelaksanaannya harus sesuai standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
4. Pelayanan medik hanya dapat dilakukan atas dasar
permintaan tertulis dari dokter.
KEWAJIBAN PERAWAT
1. Menghormati hak pasien.
2. Merujuk kasus yang tak dapat ditangani.
3. Menyimpan rahasia pasien.
4. Memberikan informasi.
5. Meminta persetujuan atas tindakan yang
akan dilakukan.
6. Melakukan catatan keperawatan yang
baik.
HAL-HAL PENTING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KESIMPULAN
BERKAITAN KEWENANGAN PERAWAT
Berdasarkan peraturan yang ada maka perawat:
1. Tidak dibenarkan melakukan tindakan medik
secara mandiri, kecuali :
a. Atas perintah tertulis dari dokter.
b. Dalam rangka penyelamatan jiwa karena
pasien berada dalam keadaan emergensi.
2. Tidak termasuk dalam jalur distribusi obat.
KETENTUAN PIDANA
UU KESEHATAN
Dipidana paling lama 5 tahun atau denda paling banyak 100 JUTA
rupiah bila melakukan praktik tanpa keahlian dan kewenangan.
dokter
Tindakan
medik
(medical care)
Asuhan
keperawatan
(nursing care)
perawat
dokter
Tindakan
medik
(medical care)
Asuhan
kebidanan
(nurse midewifery
care)
DAERAH OVERLAPING
(bidan boleh melakukan secara mandiri)
bidan
UU PRAKTIK
KEDOKTERAN
No. 29 Th. 2004
oleh
Sofwan Dahlan
IMPLIKASI UUPK
TERHADAP RUMAH SAKIT
1. Hanya mempekerjakan dokter yang punya ijin.
2. Menetapkan kewenangan klinik (Clinical Privilege) di RS
sesuai kompetensi dokter.
3. Memfasilitasi agar dokter selalu melaksanakan pelayanan
sesuai standar.
4. Melaksanakan :
a. Manajemen Informed Consent yang benar.
b. Manajemen Rekam Medik yang baik dan rapi.
c. Manajemen Rahasia Kedokteran yang tertib.
d. Manajemen Kendali Mutu (Audit Medik dsbnya).
5. Memfasilitasi terlaksananya semua Hak Pasien.
6. Melakukan Tindakan Korektif thd dokter yang melanggar.
LANDASAN FILOSOFIS
Doktrin A man is the master of his own body, yang
bersumber pada Hak Azasi Manusia, yaitu the right to
self determination (hak menentukan nasibnya sendiri).
Berdasarkan doktrin tersebut maka tindakan apapun
yang bersifat offensive touching terhadap tubuh seseorang
(termasuk tindakan medik), harus mendapat persetujuan
lebih dahulu dari pemilik tubuh tersebut.
Konsekuensinya, tindakan medik yang dilakukan tanpa
persetujuan pasien secara filosofis dianggap melanggar hak,
meskipun tujuannya baik dan demi kepentingan pasien.
LANDASAN ETIKA
Prinsip-prinsip etika (moral principles) menghendaki
agar dokter memperhatikan 4 hal, yaitu :
1.
2.
3.
LANDASAN HUKUM
1. UU Kesehatan Th. 1992, Psl 53.
Dengan jelas dikatakan bahwa hak health care receiver
antara lain :
Hak atas informasi.
Hak memberikan persetujuan tindakan medik.
Jadi informed consent merupakan perwujudan dari
kedua hak pasien tersebut.
2. UU No. 29 Th. 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan.
4. Permenkes No. 585 tentang Persetujuan Tindakan Medik
serta Surat Keputusan Dirjen Yanmed.
5. Permenkes No. 1419 / Menkes / PER / 2005 tentang
Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi.
TINDAKAN MEDIK
YANG PERLU INFORMED CONSENT
1. Major or minor invasive surgery.
2. All procedures that involve more than slight
risk of harm.
3. All forms of radiological therapy.
4. Electro-convulsive therapy.
5. All experimental procedures.
6. All procedures for which consent forms are
required by statute or regulation.
(Roach, Chernoff dan Esley, 2000)
TINDAKAN MEDIK
YANG PERLU INFORMED CONSENT
1. Major or minor invasive surgery that involves an entry
into the bodily either through an incision or through one
of the natural body opening.
2. All procedures in which anesthesia is used, regardless of
whether an entry into the bodily is involved.
3. Nonsurgical procedures involving more than a slight risk
of harm to the patient, or involving the risk of change in the
patients body structure.
4. Procedures involving the use of cobalt and X ray therapy.
5. Electroshock therapy.
6. Experimental therapy.
7. All procedures that the medical staff determines require a
specific explanation to the patient.
(Mancini M.R, Gale A.T.)
BAGAIMANA
JIKA KONDISI PASIEN DALAM
KEADAAN EMERGENSI ???
APAKAH
INFORMED CONSENT MASIH TETAP
PERLU ???
BAGAIMANA
JIKA PASIEN TIDAK LAGI BISA
DIAJAK KOMUNIKASI ???
ASPEK HUKUM
GAWAT DARURAT
Meliputi :
1. DEFINISI GAWAT DARURAT.
2. TANGGUNG JAWAB HUKUM TENAGA
KESEHATAN.
3. INFORMED CONSENT DALAM KEADAAN GAWAT
DARURAT.
4. SANKSI HUKUM BAGI TENAGA KESEHATAN.
PENGALAMAN AMERIKA
1. Pada th 1968 tercatat 35 juta pasien
mengunjungi Emergency Room (UGD).
2. Pada th 1984 melonjak menjadi 160 juta
pasien yang mengunjungi Emergency Room.
Anehnya dari pasien yang mengunjungi
UGD hanya sekitar 5 % saja yang benar-benar
dalam keadaan true emergency dan memerlukan emergency care.
EMERGENCY ROOM
BANYAK DISUKAI KARENA
1. Semakin menurunnya jumlah dokter yang
bersedia dipanggil ke rumah pasien.
2. Emergency Room terbuka selama 24 jam.
3. Di Emergency Room tersedia fasilitas lengkap.
4. Emergency Room biasanya dikelola oleh tenaga
terlatih (high skilled personnel).
5. Pihak asuransi mau menanggung semua biaya
yang dikeluarkan.
DEFINISI
DIANGGAP EMERGENCY :
Setiap kondisi yang menurut pendapat
pasien, keluarganya atau orang-orang yang
membawa pasien ke rumah sakit --------- bahwa
pasien --------- memerlukan penanganan segera
(requires immediate medical attention).
TRUE EMERGENCY :
Setiap kondisi klinis yang ditentukan
memerlukan penanganan segera guna mencegah kematian atau kecacatan.
(American Hospital
EMTALA
(A). Suatu kondisi yang ditandai adanya gejala berat dan
akut (meliputi rasa sakit yang sangat), yang jika tidak
segera ditangani akan dapat mengakibatkan:
____________________________
(i) kesehatan pasien (termasuk wanita hamil atau bayi
yang dikandungnya) mengalami bahaya serius,
(ii) kerusakan organ atau tubuh yang serius; atau
(iii) kegagalan organ atau bagian tubuh yang serius; atau
(B). Suatu kondisi dari wanita hamil yang telah mengalami
kontraksi, tetapi:
(i). tidak memiliki waktu yang cukup untuk membawa
wanita itu ke rumah sakit; atau
(ii). transpotasi wanita itu ke rumah sakit dapat memba hayakan bagi dirinya atau bayinya .
TANGGUNGJAWAB NAKES
TERHADAP PENDERITA EMERGENSI
Tenaga kesehatan diwajibkan oleh hukum untuk
menolong pasien emergensi jika :
1. Bentuk pertolongannya masih berada dalam
konteks profesinya.
2. Pasien berada dalam jarak dekat dengan nakes.
3. Nakes mengetahui bahwa ada kebutuhan bantuan
emergensi atau ada pasien dengan kondisi serius.
4. Nakes dinilai layak memberikan bantuan serta
memiliki peralatan yang mungkin diperlukan.
(Gorton, 2000)
INFORMED CONSENT
PADA PASIEN EMERGENSI
1. Dalam keadaan emergensi, informed consent (jika
masih mungkin) tetap penting, tetapi bukan prioritas.
2. Walaupun penting tetapi pelaksanaan informed consent
tidak boleh menjadi penghambat ataupun penghalang
bagi dilakukannya emergency care.
3. Permenkes no. 585 menyatakan bahwa dalam keadaan
emergensi tidak diperlukan informed consent.
4. Berbagai yurisprudensi di negara maju menunjukkan
kesamaan prinsip, bahwa tindakan emergency care
dapat dilakukan tanpa informed consent.
5. Dlm kasus Mohidin (Sukabumi), hakim membenarkan
tindakan dokter mencopot mata pasien yang sakit guna
menyelamatkan mata yang sehat berdasarkan teori
sympatico optalmia.
TINDAKAN EMERGENSI
PADA PASIEN ANAK-ANAK
TANPA INFORMED CONSENT ORTU
Jika orangtua tak setuju, tindakan medik pada
anak dapat dilakukan dengan syarat:
1. Tindakan medik yg akan dilakukan harus
berupa tindakan medik terapetik (bukan tindakan medik yang masih eksperimental).
2. Tanpa tindakan medik tsb anak akan mati.
3. Tindakan medik tersebut memberikan harapan
atau peluang pada anak untuk hidup normal,
sehat dan bermanfaat.
(Goldstein, Freud dan Solnit)
SANKSI PIDANA
Pasal 531 KUHP :
Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang dalam
keadaan bahaya maut tidak memberi pertolongan yang
dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan
bahaya bagi dirinya atau orang lain, diancam, jika
kemudian orang itu meninggal, dengan pidana kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak
..
Pasal ini berlaku bg nakes sesuai kapasitas masing-masing!!
Di Amerika berlaku Good Samaritan Law, yaitu
undang-undang yang memberikan immunitas (kekebalan)
dari tuntutan hukum bila tenaga kesehatan melakukan
kesalahan yang tak seberapa besar (bukan gross negligent).
MATERI INFORMASI
YANG HARUS DISAMPAIKAN
1. Alasan perlunya tindakan medik (diagnosa penyakit).
2. Sifat tindakan medik (eksperimen atau non eksperimen).
3. Tujuan tindakan medik.
4. Risiko tindakan medik.
5. Akibat ikutan yang bakal tidak menyenangkan.
6. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
7. Akibat yang bisa terjadi jika menolak tindakan medik.
Informasi cukup lisan agar terjalin komunikasi dua arah,
tetapi boleh ditambah / dilengkapi information sheets.
Jika informasi tidak cukup atau tidak sama sekali maka
berdasarkan teori domino, persetujuan tersebut tidak syah.
Pada pasien dengan sindroma Dont tell me, doctor dapat
dianggap setuju jika pasien tersebut kemudian
menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter.
KEWAJIBAN
MEMBERIKAN INFORMASI
1. Kewajiban memberikan informasi berada di tangan
dokter yang hendak melakukan tindakan medik karena
ia yang tahu persis kondisi pasien serta hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan medik yang akan dilakukan.
2. Kewajiban tersebut amat riskan bila didelegasikan
kepada dokter lain, perawat atau bidan; tetapi bila hal
itu dilakukan dan terjadi kesalahan dalam memberikan
informasi maka tanggungjawabnya tetap pada dokter
yang melakukan tindakan medik.
3. Di beberapa negara maju, tanggungjawab memberikan
informasi merupakan tanggungjawab yang tidak boleh
didelegasikan (non-delegable duty).
REDAKSI
INFORMED CONSENT TERTULIS
Setidak-tidaknya informed consent tertulis berisi:
1. PENGAKUAN, oleh pasien atau orang yang berhak
mewakili bahwa ia telah diberi penjelasan mengenai:
a. Alasan perlunya tindakan medik.
b. Sifat tindakan medik (eksperimen / non eksperimen).
c. Tujuan tindakan medik.
d. Risiko tindakan medik.
e. Akibat ikutan yang bakal tidak menyenangkan.
f. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
g. Akibat yg akan dialami jika menolak tindakan medik.
2. PENGAKUAN, bahwa ia telah memahami informasi tsb.
3. PERNYATAAN, bahwa ia MENYETUJUI tindakan medik.
HAKEKAT
INFORMED CONSENT
1. Bagi pasien, merupakan media untuk menentukan
sikap atas tindakan medik yang mengandung risiko atau
akibat ikutan yang bakal tidak menyenangkan pasien.
2. Bagi dokter, merupakan sarana untuk memperoleh
legitimasi (pengesahan/pembenaran) atas tindakan medik
yang bersifat offensive touching.
3. Merupakan syarat agar dokter bebas dari tanggung
jawab hukum atas terjadinya risiko atau akibat ikutan saja
(transfer of liability).
4. Bukan merupakan sarana yang dapat membebaskan dokter
dari tanggung jawab hukum atas terjadinya malpraktek,
sebab masalah malpraktek merupakan masalah lain yg erat
kaitannya dengan mutu tindakan medik yang tidak benar
atau tidak sesuai standard of care.
MASALAH
Persetujuan yang diberikan dengan tidak didahului
informasi atau didahului informasi tetapi tidak cukup maka
persetujuan tersebut dianggap tidak pernah ada (tidak syah
demi hukum).
Informasi diberikan sejelas-jelasnya, tetapi jika pada
akhirnya pasien menolak memberikan persetujuannya
berarti dokter telah gagal dalam melakukan komunikasi.
Jadi keberhasilan mendapatkan informed consent amat
ditentukan oleh kemampuan dokter dalam ber
KOMUNIKASI
KESULITANNYA
Proses mendapatkan informed consent
memerlukan penjelasan detail dan waktu yang
cukup.
Communication skill dokter sangat beragam.
Kesediaan dan kemampuan pasien dalam
menyerap Informasi dan membuat keputusan
berbeda-beda.
Faktor kultur juga bisa menambah kesulitan.
GUIDELINE
Informasi harus diberikan dalam bentuk dan cara
yang dapat membantu pasien untuk memahami masalah
kesehatannya serta alternatif-alternatif terapi yang
mungkin dapat diberikan.
Dokter harus mengambil posisi sebagai pemberi advis.
Tidak boleh ada paksaan-paksaan.
Pasien harus diberi kebebasan untuk menyetujui atau
tidak menyetujui tindakan medik yang dianjurkan dokter.
Pasien perlu didorong untuk membuat keputusan.
Dokter dan pasien harus bersikap jujur dan beriktikat
baik.