Tanda-tanda
kematian
Fungsi Tanatologi :
Menegakkan diagnosis mati
Memperkirakan saat kematian
Untuk menentukan proses cara kematian
Untuk mengetahui sebab kematian
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
MATI SOMATIS
a. Terjadi akibat henti 3 sistem penunjang kehidupan
b. Mati SSP, sistem KV, sistem respirasi yg menetap
c. Tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung
(-), tidak ada gerak pernapasan, auskultasi suara nafas (-)
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
MATI CEREBRAL
a. Hanya kedua hemisfer serebrum yang tidak aktif EEG flat
b. Batang otak dan serebelum masih berfungsi
c. Pernafasan dan KV masih berfungsi dengan bantuan alat
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Cara Mendeteksi Tidak Berfungsinya
Sistem respirasi
• Tidak ada gerak napas pada inspeksi & palpasi.
• Tidak ada bising napas pada auskultasi.
• Tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang
kita taruh diatas perut korban pada tes Winslow.
• Tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan
didepan lubang hidung atau mulut korban.
• Tidak ada gerakan bulu burung yang kita letakkan
didepan lubang hidung atau mulut korban.
Sistem Saraf : Sistem Kardiovaskuler :
• Areflex • Denyut nadi berhenti pada palpasi.
• Detak jantung berhenti selama 5-10 menit pada
• Relaksasi auskultasi.
• Pergerakan tidak ada • Elektro Kardiografi (EKG) mendatar/flat.
• Tonus tidak ada • Tes magnus : tidak adanya tanda sianotik pada
ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita
• Elektoensefalografi (EEG) ikat.
mendatar/flat • Tes Icard : daerah sekitar tempat penyuntikan
larutan Icard subkutan tidak berwarna kuning
kehijauan.
• Tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi
arteri radialis.
Macleod Clinical Examination
http://www.osce-aid.co.uk/stations/osce_deathconfirmation.pdf
LI 2
Lebam Mayat (livor mortis)
Tidak Pasti
Tonus Otot Yang Menghilang Dan Relaksasi
Skeletonisasi
Segmentasi Pembuluh Darah Retina (Selama
bbrp menit)
• Terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang
lebih dingin
• Kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh: suhu keliling rendah,
lingkungan berangin dan kelembaban udara rendah, tubuh yang kurus, posisi
terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, orang tua serta anak kecil
• Cara mengukur suhu tubuh dan perkiraan jam mati:
• 4-5x penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15
menit)
• Suhu lingkungan diukur & dianggap konstan
• Suhu saat mati dianggap 37°C saat mati bila tidak ada penyakit demam
Pembusukan (decomposition/putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri
(tampak 24 jam pasca mati) warna kehijauan pada perut kanan bawah:
daerah caecum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak
dekat dinding perut
• Warna kehijauan: karena terbentuk sulf-met-hemoglobin
• Bertahap menyebar ke seluruh perut dan dada dan bau busuk mulai
tercium
Pembusukan (24 jam pasca kematian)
• Autolisis perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril yg disebabkan
zat digestif sel pasca mati
• Bakteri utama Clostridium welcii (dari usus) terbentuk gas alkana, H2S dan HCN, asam amino
dan asam lemak
Larva lalat
(36-48 jam)
perut tegang dan kulit ari terkelupas
terbentuk gas Menetas jadi
keluar cairan merah atau membentuk
dalam saluran larva (dalam
dari mulut dan hidung gelembung isi cairan
pencernaan 24 jam)
--> teraba krepitasi kemerahan
gantung
mekanik choking
asfiksia
kompresi
Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
LI 5
Perubahan pada mata:
• mata terbuka pada atmosfer yang kering: sklera di kiri-kanan akan
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan
dasar di tepi kornea (taches noires sclerotiques).
• kekeruhan kornea – lapis demi lapis menetap kira-kira 6 jam pasca
mati
• mata terbuka atau tertutup: kornea keruh 10-12 jam pasca mati
• TIO menurun distorsi pupil pada penekanan bola mata
• 30 menit : kekeruhan makula dan mulai memucatnya doskus optikus
• 1 jam : makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi
• 2 jam : retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning; warna
kuning juga tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap
• Pola vaskular koroid: tampak sebagai bercak dengan altar belakang merah
dengan pola segmentasi yang jelas (2 jam pasca mati), menjadi kabur (3
jam pasca mati), menjadi homogen dan lebih pucat (5 jam pasca mati)
• 6 jam : batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar yang mengalami
segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning-kelabu
• 7-10 jam : batas diskus sangat kabur, segmentasi mencapai tepi retina
• 12 jam : diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi
beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa
• 15 jam : tidak dapat ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan
diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap
• Perubahan rambut maupun kuku:
• Jika diketahui kapan terakhir kali yang bersangkutan memotong rambut/kuku
• Pertumbuhan:
• Rambut: 0.4 mm/hari
• Kuku: 0.1 mm/hari
• Perubahan dalam cairan serebrospinal:
• Kadar nitrogen <14 mg: kematian < 10 jam
• Kadar nitrogen non protein < 80 mg: kematian < 24 jam
• Kreatinin < 5 mg: kematian < 10 jam
• Kreatinin < 10 mg: kematian < 30 jam
• Peningkatan kadar kalium dalam cairan vitreus
• Lambung : Kecepatan pengosongan lambung bervariasi tdk dpt digunakan
u/memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir & saat mati
• Komponen darah : Belum ada yg digunakan u/perkiraan saat mati yg tepat
• Reaksi supravital: reksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup
• Rangsangan listrik masih dapat menimbulka kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca
mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampao 60-90 menit pasca mati
• Trauma: masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati
Caran mengukur suhu tubuh dan perkiraan
jam mati:
• 4-5x penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit)
• Suhu lingkungan diukur & dianggap konstan
• Suhu saat mati dianggap 37°C saat mati bila tidak ada penyakit demam
Payne-James J, et al. Simpson’s forensic medicine. 13th ed. 2011.
LI 6
Pemeriksaan Mayat
• Sebelum pemeriksaan, dokter wajib
• Meneliti keabsahan administrasi( surat permintaan visum et repertum), jenis pemeriksaan
mayatyg di minta, label indentitas mayat dan pernyataan tidak keberatan dari keluarga
korban umtuk melakukan autopsi
• Dalam keadaan tertentu, penyidik dapat melakukan tindakan auopsi tanpa pernyataan tidak
berkeberatan dari keluarga korban. Demikian apabila telah 2 hari tidak ditemukan keluarganya
atau tidak ada berita dari keluarga
• Mayat merupakan barang bukti harus di copy ke dalam visum et repertum karena akan
berubah (pembusukan)
• Pakaian dan perhiasan yg melekat, harus dicatat serinci mungkin pada visum et repertum. Pada
keadaan tertentu dapat disertakan gambar skets/foto
Pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi
Pemeriksaan penunjang dapat berupapemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi dan DNA, parasitologi, mikrobiologi, sidik jari, uji
material, rambut, serat tekstil, biologi dan lain-lain
Kandungan
Warna Panjang gel pita absorsi
suspensi
Merah
HB ter-reduksi 54-59 Lebar di daerah kuning
Keunguan
52 hijau
• Apakah surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan dilakukan telah
lengkap
• Apakah mayat yang akan diautopsi benar-benar adalah mayat yang dimaksudkan
dalam surat yang bersangkutan
• Kumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap
mungkin
• Periksalah apakah alat-alat yang diperlukan telah tersedia
Beberapa Hal Pokok pada Autopsi Forensik
Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
INSISI PADA TUBUH
Insisi bentuk I :
• Dimulai sedikit dibawah Cart. Thyroidea Proc. Xiphoideus 2 cm
paramedian kiri Symphysis
• Pada peristiwa cekikan, gantung diri
Insisi bentuk Y :
• Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari Acromion Ka-Ki Proc. Xiphoideus
• Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari Acromion Ka – Ki lurus kebawah
melingkari mamma Proc. Xiphoideus 2 cm paramedian Ki Symphysis
• Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam sampai menembus perintoneum
diteruskan sampai Symphysis
• Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada dengan cara menarik kulit dengan keras
ke samping memotong otot-otot dengan pisau. Otot perut dilepas dari Arcus costa.
• METODE EKSKLUSI
• Digunakan u/ kecelakaan masal melibatkan sejlh org yg dpt diketahui identitasnya:
penumpang pesawat udara, kapal laut, dsb
• Bila sbgn bsr korban tlh dpt dipastikan identitasnya dg metode2 identifikasi lain, sdgkan
identitas korban sisa tdk dpt ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut data
penumpang
• IDENTIFIKASI POTONGAN TUBUH MANUSIA (KASUS MUTILASI)
• Px bertujuan u/ menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang
• Bila dari manusia, ditentukan apakah potongan tsb berasal dr 1 tubuh
• Penentuan jg meliputi: jenis kelamin, ras, umur, TB, keterangan lain: cacat tubuh,
penyakit yg pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasan ttt serta cara pemotongan
tubuh yg mengalami mutilasi
• U/ memastikan bahwa potongan tubuh berasal dr manusia, digunakan px spt
pengamatan jaringan makroskopik, mikroskopik, serologik (rxsi Ag – Ab – presipitin)
• Penentuan jenis kelamin dilakukan dg px makroskopik & diperkuat dg px mikroskopik yg
bertujuan menemukan kromatin seks wanita spt drum stick pd leukosit & Barr body pd
epitel
• IDENTIFIKASI KERANGKA
• Bertujuan membuktikan kerangka tsb adalah manusia, ras, jenis kelamin,
perkiraan umur, TB, ciri khusus, deformitas & bila memungkinkan dpt
dilakukan rekonstruksi wajah
• Dicari pula tnd kekerasan pd tulang
• Perkiraan saat kematian dg memperhatikan kekeringan tulang
• Bila ada dugaan berasal dr ssorg ttt, maka dilakukan identifikasi dg
membandingkan dg data antemortem
• Bila tdpt foto terakhir wajah org tsb semasa hidup, dpt dilaksanakan
metode superimposisi: dg jalan menumpukkan foto rontgen tulang
tengkorak diatas foto wajah yg dibuat berukuran sama & diambil dr sudut
pemotretan yg sama adanya titik persamaan
Peralatan untuk Autopsi
1. Kamar Autopsi
• Agar dokter dapat memeriksa dgn tenang (tidak diperlukan kamar khusus
jika keadaan tdk memungkinkan)
• Kamar jenazah, “bedeng darurat” (asal penerangan cukup)
2. Meja Autopsi
• Jika keadaan tidak memungkinkan, tdk perlu yg dari stainless steel
(alternatif: kereta dorong mayat, atau meja darurat dari bbrp helai papan)
• Perlu dipikirkan: tempat penampungan darah yg keluar waktu autopsi & air
untuk pencucian
3. Peralalatan Autopsi
• Pisau memotong kulit serta organ dalam & otak
• Gunting & pinset bergigi pemeriksaan organ dalam
• Gergaji gergaji tulang tengkorak
• Jarum jahit & benang kasar merapikan mayat yg telah diautopsi
• Gelas ukur mengukur volume cairan/darah yg ditemukan
• Semperit + jarum untuk pengambilan darah
Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
Peralatan untuk Autopsi
4. Peralatan Pemeriksaan
• Botol-botol kecil terisi formalin 10% atau alkohol 70-
80% mengambil jaringan utk pemeriksaan histoPA
• Botol yg lebih besar pengambilan bahan guna
pemeriksaan toksikologik, yg berisi bahan pengawet
yg sesuai
Bahan pengawet:
• Yang paling baik: tanpa pengawet, tetapi disimpan di dalam lemari es
• Bila terpaksa:
• Alkohol absolut
• Larutan garam dapur jenuh
• Larutan NaF 1%
• 5 mL NaF + 50 mL Na sitrat (untuk setiap 10 mL bahan)
• Na benzoat + fenil merkuri nitrat (hanya untuk urin)
• Volume pengawet sebaiknya minimal 2x volume bahan pemeriksaan
• Penggunaan pengawet alkohol: tidak untuk keracunan alkohol dan racun yang mudah
menguap
Cara pengiriman:
• Harus memenuhi kriteria:
• Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan
• Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrl
• Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan mengenai
tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya
• Hasil autopsi harus disertakan secara singkat, jika mungkin: anamnesis dan gejala klinik
• Serat permintaan pemeriksaan dari penyidik haris disertakan dan memuat identitas korban
dengan lengkap dan dugaan racun apa yang menyebabkan intoksikasi
• Semua diatas dikemas dalam suatu kotak dan botol haris dijaga agar tertutup
rapat sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah dalam pengiriman
• Kotak harus diikat dengan tali yag setiap persilangannya diikat mati serta diberi
lak pengaman
• Penyegelan dilakukan oleh polisi yang juga harus membuat berita acara
penyegelan dan berita acara ini haris disertakan dalam pengiriman bahan
pemeriksaan
• Dalam berita acara harus terdapat contoh kertas pembungkis, segel/materai yang
digunakan
• Jika jenazah akan diawetkan: pengambilan contoh harus sebelum diawetkan
Keracunan CO
Sumber:
• Hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon dan bahan-bahan
organik yang mengandung karbon. (motor yang menggunakan bensin, gas
arang batu, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es das, cerobong
asap yang bekerja tidak baik)
Farmakokinetik:
• Hanya diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin
secara reversibel karboksihemoglobin
Farmakodinamik:
• Bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu bersaing dengan O2 dalam
mengikat protein heme
• Tanda dan gejala keracunan:
% saturasi COHb Gejala-gejala
10 Tidak ada
Rasa berat pada kening, mungkin sakit kepala ringan, pelebaran pembuluh darah
10-20
subkutan, dispnu, gangguan koordinasi
30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, oenglihatan buram, mual dan muntah, kollaps
Sama dengan yang tersebut diatas tetapi dengan kemungkinan besar untuk kollaps
40-50 atau sinkop.
Pernaoasan dan nadi bertambah cepat, ataksia
Sinkop, pernafasan dan nadi betamah cepat, koma dengan kejang intermiten.
50-60
Pernapasan Cheyne Stokes
60-70 Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernapasan, mungkin mati