Anda di halaman 1dari 141

Pemicu 3

Etika, Hukum, dan Forensik Kedokteran


Kelompok 6
Jakarta, 26 November 2018
• Tutor : dr. Agus
Kelompok 6 • Ketua : Erics Efrany
• Sekretaris : Rizky Putri Agustina
• Penulis : Chipta Cahya Lestari
• Anggota : Hartanto
Nashruta Nissatul A’la
Carissa Meyllia K.
Grace Madeleine
Zamila Khairatunnisa
Velisa Juliani
Novia Anggriani
Joseph Deni
Alvin Rinaldo
Heboh Saat Dugem
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS terdekat dengan keluhan mendadak
kejang saat sedang berada di diskotik. Saat diperiksa oleh dokter, ia sudah tidak bernafas,
denyut nadi tidak teraba, detak jantung tidak terdengar, dan refleks pupil negatif.
Menurut keterangan teman perempuannya, mereka saat itu sedang dugem dan korban
mengonsumsi beberapa pil dengan minuman keras. Setelah itu, beberapa menit saat sedang
berjoget, korban mendadak roboh dan kejang-kejang. Temannya mengaku panik dan
meminta pertolongan sehingga korban segera dibawa ke RS.
Dokter kemudian melapor ke polisi dan memeriksa ulang korban. Hasil pemeriksaan ulang
menunjukkan pada punggung bagian atas di antara kedua tulang belikat teerdapat lebam
mayat berwarna merah terang, kaku mayat terdapat pada jari-jari tangan dan kaki. Seluruh
tubuh tidak ditemukan luka-luka.
Keluarga korban datang dan dokter menanyakan apakah korban menderita suatu penyakit,
namun disangkal oleh keluarga. Keluarga menanyakan penyebab kematian korban dan
meminta surat keterangan kematian. Polisi kemudian datang dan meminta keterangan kepada
dokter.
Apa yang dapat Saudara pelajari dari pemicu di atas?
Kematian
Mind Map Wajar / Tidak
Wajar

Tanda-tanda
kematian

Surat kematian Forensik


dan pelaporan
kematian
Pemeriksaan luar Pemeriksaan
Dalam
Learning Issues
1. Teori kematian dan prosedur penetapan kematian
2. Tanda kematian dan perubahan pasca kematian
3. Kematian mendadak
4. Cara dan mekanisme kematian
5. Penentuan jam kematian
6. Pemeriksaan forensic
7. Surat pelaporan dan keterangan kematian
8. Toksikologi forensic
9. Analisis kasus
LI 1
TANATOLOGI
bagian dari ilmu Kedokteran Forensik yg mempelajari kematian dan
perubahan yg terjadi setelah kematian serta faktor yg mempengaruhi
perubahan tersebut

Fungsi Tanatologi :
Menegakkan diagnosis mati
Memperkirakan saat kematian
Untuk menentukan proses cara kematian
Untuk mengetahui sebab kematian
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.

MATI SOMATIS
a. Terjadi akibat  henti 3 sistem penunjang kehidupan
b. Mati SSP, sistem KV, sistem respirasi yg menetap
c. Tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung
(-), tidak ada gerak pernapasan, auskultasi suara nafas (-)

MATI SURI (APPARENT DEATH)


a. Terhentinya ketiga sistem kehidupan yg ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana.
Peralatan kedokteran canggih  ketiga sistem tersebut masih berfungsi
b. Terjadi karena proses vital dalam tubuh menurun sampai taraf minimum untuk
kehidupan  klinis sama dengan orang mati
c. Sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik,
kedinginan, tenggelam, mengalami anestesi yang dalam, AHF, neonatal anoxia,
menderita catalepsy
MATI SELULER ( MATI MOLEKULER)
a. Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis
b. Terjadi kematian selular pada tiap organ dan jaringan tidak bersamaan
c. SSP mati selular  4 menit
d. Otot dapat dirangsang listrik  2 jam pasca mati, mati setelah 4 jam
e. Miosis pupil  dalam 24 jam pasca mati  bila disuntikan adrenalin 0,1% / sulfas
atropin 1%
f. Kulit masih berkeringat  > 8 jam pasca mati  dengan menyuntikkan pilokarpin
2% SC
g. Darah  untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
MATI CEREBRAL
a. Hanya kedua hemisfer serebrum yang tidak aktif  EEG flat
b. Batang otak dan serebelum masih berfungsi
c. Pernafasan dan KV masih berfungsi dengan bantuan alat

MATI BATANG OTAK


a. Kerusakan irreversibel seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk batang otak dan
serebelum
b. Dinyatakan tidak dapat hidup lagi  alat bantu dapat dihentikan

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Cara Mendeteksi Tidak Berfungsinya
Sistem respirasi
• Tidak ada gerak napas pada inspeksi & palpasi.
• Tidak ada bising napas pada auskultasi.
• Tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang
kita taruh diatas perut korban pada tes Winslow.
• Tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan
didepan lubang hidung atau mulut korban.
• Tidak ada gerakan bulu burung yang kita letakkan
didepan lubang hidung atau mulut korban.
Sistem Saraf : Sistem Kardiovaskuler :
• Areflex • Denyut nadi berhenti pada palpasi.
• Detak jantung berhenti selama 5-10 menit pada
• Relaksasi auskultasi.
• Pergerakan tidak ada • Elektro Kardiografi (EKG) mendatar/flat.
• Tonus tidak ada • Tes magnus : tidak adanya tanda sianotik pada
ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita
• Elektoensefalografi (EEG) ikat.
mendatar/flat • Tes Icard : daerah sekitar tempat penyuntikan
larutan Icard subkutan tidak berwarna kuning
kehijauan.
• Tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi
arteri radialis.
Macleod Clinical Examination
http://www.osce-aid.co.uk/stations/osce_deathconfirmation.pdf
LI 2
Lebam Mayat (livor mortis)

Pasti Kaku Mayat (rigor mortis)


Pembusukan
Penurunan Suhu Tubuh (algor mortis)

Tanda Pernapasan Berhenti >10mnt Adiposera


Kematian Perubahan
Terhentinya Sirkulasi (Dinilai Selama 15mnt pada
A.Carotis) Pasca
Kematian
Kulit Pucat Mumifikasi

Tidak Pasti
Tonus Otot Yang Menghilang Dan Relaksasi
Skeletonisasi
Segmentasi Pembuluh Darah Retina (Selama
bbrp menit)

Kornea Kering --> 10mnt Kornea Keruh

Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI


LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
• mulai tampak 20-30 menit pasca mati
• menetap 8-12 jam  menetap karena
sel darah tertimbun cukup banyak
sehingga sulit berpindah lagi dan
dipersulit dengan kekakuan otot
• <8-12 jam  dilakukan
penekananhilang/memucat
Kaku mayat (rigor mortis)
• Mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis (dari bagian luar tubuh:
otot-otot kecil ke arah dalam 
sentripetal)
• Setelah mati klinis 12 jam: kaku mayat
menjadi lengkap
• Kaku dipertahankan selama 12 jam,
menghilang dalam urutan yang sama
dengan munculnya
Kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat :
1. Cadaveric spasm (instaneous rigor)  merupakan
kekakuan yang timbul dan menetap dgn intensitas kuat
tanpa didahului oleh relaksasi primer. Disebabkan
habisnya cadangan glikogen dan ATP yg bersifat setempat
saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yg hebat
sesaat sebelum meninggal. Sering terjadi pada masa
perang; tangan yayng menggeggam erat benda yang
diraihnya pada kasus tenggelam; tangan yang
menggenggam senjata pada kasus bunuh diri
2. Heat stiffening  kekakuan otot akibat koagulasi protein
otot oleh panas. Otot berwarna merah muda, kaku, dan
mudah rapuh terjadi pemendekan serabut otot
(leher,siku, paha lutut)  sikap petinju (pugilistic
attitude). Biasanya pada korban mati terbakar.
3. Cold stiffening  kekakuan tubuh karena lingkungan
dingin  pembekuan cairan tubuh (cairan sendi,
pemadatan jar. Lemak subkutan & otot)  ditekuk 
terdengar bunyi pecahan es dalam rongga sendi
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

• Terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang
lebih dingin
• Kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh: suhu keliling rendah,
lingkungan berangin dan kelembaban udara rendah, tubuh yang kurus, posisi
terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, orang tua serta anak kecil
• Cara mengukur suhu tubuh dan perkiraan jam mati:
• 4-5x penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15
menit)
• Suhu lingkungan diukur & dianggap konstan
• Suhu saat mati dianggap 37°C saat mati bila tidak ada penyakit demam
Pembusukan (decomposition/putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri
(tampak 24 jam pasca mati) warna kehijauan pada perut kanan bawah:
daerah caecum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak
dekat dinding perut
• Warna kehijauan: karena terbentuk sulf-met-hemoglobin
• Bertahap menyebar ke seluruh perut dan dada dan bau busuk mulai
tercium
Pembusukan (24 jam pasca kematian)
• Autolisis  perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril yg disebabkan
zat digestif sel pasca mati
• Bakteri utama  Clostridium welcii (dari usus)  terbentuk gas alkana, H2S dan HCN, asam amino
dan asam lemak

Warna kehijauan (krn PD bawah kulit


pembentukan sulf- menyebar ke jadi hijau
met-hemoglobin) seluruh tubuh kehitaman
pada pada perut
kanan bawah (daerah
sekum)

Larva lalat
(36-48 jam)
perut tegang dan kulit ari terkelupas
terbentuk gas Menetas jadi
keluar cairan merah atau membentuk
dalam saluran larva (dalam
dari mulut dan hidung gelembung isi cairan
pencernaan 24 jam)
--> teraba krepitasi kemerahan

Telur lalat (bbrp jam Identifikasi spesies lalat,


• Suhu keliling optimal  setelah mati di alis, dan mengukur panjang
rambut, kuku, mudah mempercepat pembusukan sudut mata, lubang larva (mengetahui usia
terlepas, pembengkakan di • Perbandingan kecepatan hidung dan di larva)  menentukan
seluruh wajah karena pembusukan tanah : air : udara antara bibir) waktu kematian
pembentukan gas =1:2:8
Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI
Pembusukan
Knight’s Forensic Pathology

Textbook of Forensic Medicine & Toxicology


Adiposera (lilin mayat)
• Terbentuknya bahan yang berwarna
keputihan, lunak atau berminyak,
berbau tengik yang terjadi di dalam
jaringan lunak tubuh pasca mati
Mummifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang selanjutnya
dapat menghentikan pembusukan
• Jaringan berubah menjadli keras dan
kering, berwarna gelap, berkeriput dna
tidak membusuk karena kuman tidak dapat
berkembang pada lingkungan yang kering
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban
rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang
dehidrasi dan waktu yang lama (12-14
minggu)
• Jarang dijumpai pada cuaca yang normal
Skeletonisasi
• Pembusukan yang sangat lanjut dimana jaringan lunak
(kulit,otot) dan organ-organ sudah hancur sehingga
tampak sisa tulang di udara terbuka tergantung kondisi
sekeliling korban, ada tidaknya binatang / serangga
• Rerata prosesnya 1-3 bulan, setelah 7 bulan bau tulang
sudah mulai hilang
• setelah 19 bulan → tulang utuh.
• Sampai 39 bulan → rusak collum vertebralis
• Sampai 46 bulan → rusak distal ulna dan fibula
• Sampai 61 bulan → tulang panjang, iga, collum
vertebralis
• Sampai 75 bulan → iga, collum vertebralis, tulang
panjang
• Sampai 82 bulan → distal dan proximal humerus
LI 3
• Kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan
• Batasn kurang dari 48 jam sejak timbul gejala pertama
• Dalam menangani kasus kematian mendadak, autopsi disertai dengan pemeriksaan
histopatologik dan atau toksikologik hampir selalu merupakan keharusan
• Termasuk dalam kematian mendadak :
• Kematian dalam waktu relatif singkat → sebelumnya orang tersebut tampak sehat
• Kematian yang sebabnya tidak diketahui / belum jelas
• Diagnosis atau kesimpulan kematian:
• Ditemukan kelainan organik yang derajat dan lokasinya dapat menjari penyebab
kematian. Co: infark miokard
• Ditemukan kelainan organik yang dapat menerangnkan kematiannya, namun tidak
dapat ditunjukkan secara langsung sebagai penyebab kematian. Co: aterosklerosis
berat, sirosis hepatis, kanker, keadaan hipertoni.
• Tidak ditemukan penyebab kematian, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
hispotatologik, toksikologik, bakteriologik dan biokimiawi; undetermined cause
atau autopsi negatif
Penyakit kardiovaskular
• Penyakit jantung iskemik
• Lebih sering pada laki-laki
• Infark dini: daerah yang berwarna merah terang
• Infark lama: kuning-padat
Penyakit SSP:
• mikroskopik jaringan iskemik: serat otot • Apopleksia serebri
nekrotik, bergelombang (wavy), eosinofilik, • Ruptur neoplasma
granulasi sitoplasma, membran sel mengabur, • Trombosis
pola serat lintang menghilang, perubahan inti, • Emboli
fragmentasi dan infiltrasi leukosit • ensefalitis
• Hipertrofi otot ditsertai dengan tanda-tanda lain • Meningitis
seperti:
• Malaria
• Pembendungan atau tanda dekompensasi
• Ruptured berry aneurysm
• Sklerosis pembuluh perifer serebral
• Status lakunaris pada ganglia basal
• Sklerosis arteri folikularis limpa
• Arteriosklerosis ginjal
Penyakit paru dan saluran napas Penyakit sistem pencernaan:
• Mekanisme: perdarahan, asfiksia dan atau • Perdarahan pada sirosis hepatis
pneumothorax • Oankreatitis akut hemoragik
• Perdarahan: TB paru, kanker paru atau • Enteritis/gastroenteritis disertai dengan
saluran napas atas, bronkiektasis, abses dehidrasi
• Asfiksia: pneumonia, spasme saluran nafas, • Rupturnya gaster atau duodenum pada
asma, PPOK menahun, aspirasi darah, ulkus peptikum
tersedak • Tyfoid
• Pneumothorax: bulla suboleural memecah • Appendisitis
ke dalam rongga pleura
Kematian Mendadak pada Anak
• Jarang ditemukan di Indonesia, sering terjadi pada daerah dengan musim dingin
• Bisa disebabkan oleh :
• Penyakit sistem pernapasan → pneumonia (tersering), bronkitis/bronkiolitis
• Aspirasi isi lambung

• Ilmu Kedokteran Forensik UI


• Simpson’s Forensic Medicine. 13th ed. 2011
LI 4
Sebab mati  penyakit atau cedera/luka yang bertanggungjawab atas terjadinya kematian
Cara kematian  macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian (wajar & tidak
wajar; natural or unnatural death)
Mekanisme kematian  gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh
penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup
Cara Kematian
Mati wajar (natural death)
 Mati karena suatu penyakit yang memang diketahui dapat menyebabkan
kematian

Mati tidak wajar (unnatural death)


 Bisa kecelakaan, bunuh diri, maupun pembunuhan

Mati yang diduga tidak wajar


 seolah-olah mati wajar, tapi bisa disebabkan oleh sesuatu yang menjurus ke
arah kematian tidak wajar

Di Indonesia, dokter forensik tidak diwajibkan menentukan cara kematian korban


Cara Kematian
• Kejadian yang menimbulkan penyebab kematian (TKP) berantakan
• Sebab alamiah (natural death = mati wajar) : penyakit • Alat pembunuhan/alat bunuh diri, surat
peninggalan (kasus bunuh diri), barang bukti lain
• Sebab tidak alamiah (unnatural death) : Kesengajaan
• Alat/senjata dpt diperiksa u/ memastikan bahwa
(pembunuhan, bunuh diri), Kecelakaan
barang tersebut bener alat pembunuhan/bunuh diri
• Penilaian suatu peristiwa guna penentuan cara kematian,  pemeriksaan sidik jari, gol. Darah, DNA u/
didasarkan atas informasi yg diperoleh dari : mencari tau siapa yang memegangnya
• Epidemiologi : jenis kelamin, umur, lokasi kejadian, • Pemeriksaan tangan mayat
budaya, ras, dll
• Jejak (trace evidence) yg berasal dari senjata
• Kesaksian atas peristiwa pembunuhan/bunuh diri
• Informasi yg relevan dan konklusif • Tangan pd korban bunuh diri dg senjata api t’dpt jejak
• Informasi tidak konklusif mesiu/primer (nitrit atau Pb,Sb, Ba) di daerah ibu jari
• Latar belakang peristiwa dan telunjuk
• Depresi yg bervariasi penyebabnya • Senjata tajam/tumpul : jejak material di telapak tangan
• Riwayat pertengkaran dg orang lain • Cadaveric spasm  sikap memegang tersebut terjadi
semasa ia hidup
• Tempat Kejadian Perkara (TKP)
• Pembunuhan yg didahului pertengkaran  TKP yg • Letak mayat
berantakan • Tempat sampah/ tempat pembuangan lain, bukan sbg
• Pembunuhan yg tdk didahului pertengkaran  TKP TKP asli  kemungkinan besar korban pembunuhan
yg “biasa2” • Korban kecelakaan umunya tidak menunjukkan ciri2 yang
• Bunuh diri  TKP “tenang” dan rapi khusus
orang yg memiliki sifat “jorok”  rumah/kamar
Pemeriksaan luka-luka
Bunuh Diri Pembunuhan
Tempat yg terjangkau o/ tangannya, tmpt fatal dan tidak Luka dimana aja, jumlahnya
disertai luka2 tak lazim tidak tentu
Tangan kanan  sisi tubuh kiri
Luka percobaan Luka tangkis
Senjata api : LTM dekat, sangat dekat, tempel; kepala
(sisi sesuai dg tangan) atau tengah

Ciri2 jejas lecet tekan


pd leher
Mendatar Sangat mungkin akibat pembunuhan
Kemungkinan tergantung dg posisi tubuh relatif terbaring
Miring, membuat Posisi tergantung  biasanya bunuh diri, tetapi dpt pula
sudut pembunuhan (apabila korban tidak berdaya)
Ciri intravitalitas tdk Korban dibunuh dg cara lain, kmd digantung pasca mati.
ada Autopsi  sebab mati yg lain
ASFIKSIA
• Halangan / hambatan pertukaran gas di saluran napas / paru-paru
• Dalam tubuh → ↑ CO2 dan ↓ O2
• Etiologi
• Alamiah → penyakit yang menyumbat saluran napas (laringitis
difteri, pneumonia, PPOK), menimbulkan gangguan pergerakan
paru (fibrosis paru)
• Trauma mekanik → trauma yang menyebabkan emboli udara
vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan /
halangan pada saluran napas
• Keracunan → barbiturat, narkotika
Fase dan tanda asfiksia Classic sign of asphyxia:
• Perdarahan petechiae pd kulit wajah dan
garis lipatan mata
• Kongesti dan edema pada wajah
• Sianosis pd kulit wajah
• Kongesti jantung kanan dan fluiditas darah
abnormal
strangulasi

gantung

mekanik choking

asfiksia
kompresi

MENURUT LETAK SUMBATAN smothering


asfiksia
• Sumbatan intraluminer : gagging, chocking keracunan
• Sumbatan ekstraluminer : bekap, cekik, jerat, Non CO
gantung, fiksasi dada mekanik keracunan
sianida

ASFIKSIA lain-lain tenggelam


ASFIKSIA MEKANIK
• Disebabkan sumbatan mekanik saluran pernapasan
• Mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki saluran pernapasan
oleh berbagai kekerasan yang bersifat mekanik
• KEKERASAN YANG MENYEBABKAN ASFIKSIA MEKANIK
• Penutupan saluran pernapasan bagian atas
• Pembekapan (smothering)
• Penyumbatan (gagging dan choking)
• Penekanan dinding saluran pernapasan
• Penjeratan (strangulation)
• Pencekikan (manual strangulation, throttling)
• Gantung (hanging)
• Penekanan dinding dada dari luar → asfiksia traumatik
• Saluran pernapasan terisi air → tenggelam, drowning
PEMBEKAPAN (SMOTHERING)
• Penutupan lubang hidung dan atau mulut → pemasukan udara ke paru-paru
terhambat
• Cara kematian :
• Bunuh diri (suicide): penderita sakit jiwa
• Kecelakaan (accidental smothering) → neonatus, bayi prematur bila hidung & mulut
tertutup bantal/selimut
• Pembunuhan (homicidal smothering) → kasus PAS, orang tdk berdaya, orang sakit berat,
orang dalam pengaruh obat / miras
• Tergantung jenis benda → tanda-tanda kekerasan tumpul (memar, luka lecet tekan, luka lecet geser, luka
gores) di daerah mulut, ujung hidung, pipi, dagu; luka tangkis
• Ditemukan tanda kekerasan (luka lecet jenis tekan/geser), goresan kuku, luka
memar uj hidung,pipi, dagu akibat korban melawan
• Pem. luar/pembedahan jenazah ditemukan tanda asfiksi
• Perlu dilakukan pem kerokan bawah kuku korban, adakah darah/epitel pelaku
GAGGING DAN CHOKING
• Sumbatan jalan napas oleh benda asing → udara terhambat untuk
masuk paru-paru
• Gagging → sumbatan di oropharynx
• Choking → sumbatan di laryngopharynx
• Mekanisme kematian :
• Asfiksia
• Refleks vagal akbt rangsangan reseptor N. X(vagus) di arkus faring → inhibisi
kerja jantung → cardiac arrest, kematian
GAGGING DAN CHOKING
• Kematian terjadi karena :
• Bunuh diri (suicide) → jarang terjadi; pada penderita gangguan jiwa / tahanan
• Pembunuhan (homicidal choking) → bayi, orang berfisik lemah, tidak berdaya
• Kecelakaan (accidental choking) → gigi palsu, bolus death (tertawa / menangis saat
makan / regurgitasi makanan), anak kecil yang memasukkan benda ke mulut
• Pem jenasah: tanda asfiksi baik pem luar/pembedahan jenasah
• Dlm rongga mulut (oro/laringofaring): sumbatan saputangan, kertas koran,
gigi palsu, arang, batu dll
• Bila BA tdk ditemukan, cari kemungkinan tanda kekerasan yg diakibatkan BA
PENGGANTUNGAN (HANGING)
• Hampir sama dengan penjeratan → berbeda dalam hal asal tenaga yang
dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran
• Gantung: tenaga dari BB korban vs penjeratan tenaga dari luar
• Gantung=suicide vs jerat=pembunuhan
• Semua arteri di leher dapat tertekan
• Mekanisme kematian :
• Kerusakan batang otak dan medulla spinalis: dislokasi/fraktur vertebra ruas leher co:
judicial hanging (hukum gantung)
• Asfiksia
• Iskemia, anoksia otak
• Refleks vagal
PENGGANTUNGAN (HANGING)
• Jenis Hanging:
• Typical hanging: titik gantung di atas daerah oksiput & tekanan pada a.karotis
• Atypical hanging: titik gantung disamping, leher posisi sangat miring-
>hambatan a.karotis & a.vertebralis->korban tdk sadar
• Pem jenasah: kelainan pada otopsi trgntg apakah a.leher
tertutup/tdk. Bila jerat kecil & keras->hambatan total a. ->muka
pucat, tdk petekie
• Jejas jerat terletak lbh tinggi pada leher & tdk mendatar (lebih
meninggi dibag simpul), kulit cekung ke dlm, wrna coklat, kaku, tepi
jejas ada luka lecet akibat bergesekan dgn kulit leher
PENGGANTUNGAN (HANGING)
• PP: mikroskopik u/ lht rx vital pada jar dibawah jejas u/ menentukan
apakah jejas trjdi pada wktu org msh hidup/stlh meninggal
• Lebam mayat kasus gantung mengarah kebawah (kaki, tangan,
genitalia eksterna bila tergantung lama
• Wanita: labium membesar, lebam; Laki: skrotum, penis seolah ereksi
akibat kmpul darah,semen keluar krn relaksasi otot sfingter ostmortal
PENJERATAN (STRANGULATION)
• Penekanan benda asing (tali,ikat pinggang,kawat,kabel,kaos kaki), melingkari / mengikat
leher, makin lama makin kuat → saluran pernapasan tertutup
• Biasanya merupakan pembunuhan
• A. vertebralis tetap paten
• Mekanisme kematian :
• Asfiksia
• Refleks vasovagal (perangsangan reseptor pada carotid body)
• Cara kematian :
• Bunuh diri (self strangulation) → jarang
• Pembunuhan
• Kecelakaan → orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher, tertarik masuk ke mesin
PENJERATAN (STRANGULATION)
• U/ melepaskan jerat leher digunitng serong (jangan melintang) pd tmpt
berlawanan simpul
• Jejas leher biasanya mendatar, melingkari leher, terletak lebih rendah
daripada jejas gantung→ setinggi / di bawah tulang rawan gondok
• Pola jejas dapat dilihat dgn menempelkan transparent scotch tape di jejas
leher, ditempelkan kaca objek, dilihat dimikroskop/dgn sinar UV
• Tali tipis (kaos kaki nylon) meninggalkan jejas lebar tdk lbh dari 2-3mm
• Jerat kasar (tali) tampak kulit cekung wrna coklat, kaku (kertas
perkarmen/luka lecet tekan)
• O. Leher dalam bnyk resapan darah
PENCEKIKAN (MANUAL STRANGULATION)
• Penekanan leher dengan tangan → dinding saluran napas atas
tertekan → penyempitan saluran napas → udara pernapasan tidak
dapat lewat
• Hampir selalu akibat pembunuhan
• Mekanisme kematian :
• Asfiksia
• Refleks vagal → sangat jarang terjadi
PENCEKIKAN (MANUAL STRANGULATION)
• Pem jenasah:
• pembendungan pada muka dan kepala-> penekanan pembuluh vena dan arteri superfisial ; A.
vertebralis tidak terganggu
• Asfiksi->tanda” asfiksi
• Reflek vagal->jntg tiba” henti denyut tdk ada P Intravaskular u/ pembendungan->tdk petekie, tdk
edem pulmo, o.leher tdk perdarahan
• *dx kematian akibat reflek vagal hanya dibuat preeksklusionam
• Tanda-tanda kekerasan → luka lecet kecil, dangkal, atau berbentuk bulan
sabit(penekanan kuku jari); luka memar bekas tekanan jari u/ menentukan posisi tangan
saat mencekik
• Fraktur os hyoid (tlg lidah) dan kornu superior rawan gondok yang unilateral → lebih
sering pada pencekikan
ASFIKSIA TRAUMATIK
• = Asfiksia traumatik = Penekanan dinding dada dari luar → dada
terfiksasi & gg gerak nafas, co: tertimbun pasir, tanah, runtuhan
tembok, penonton yg mati terinjak”
• Mekanisme kematian: kegagalan napas & sirkulasi
• Pem Mayat ditemukan : sianosis, bendungan hebat
• Pembendungan → muka bengkak, penuh petekie, edema konjungtiva,
perdarahan subkonjungtiva
• Petekie pada leher, bokong, dan kaki
• Seseorang menderita TB paru, suatu hari mengalami hemoptisis hebat lalu meninggal.
• Mekanisme kematian : Syok akibat perdarahan paru-paru.
• Cara kematian : Wajar.
• Seseorang perdarahan subdural akibat terjatuh dari sepeda motor yg slip. Selama
perawatan 4 hari di RS, tidak pernah sadar dari koma, mendapat komplikasi
pneumonia ortostatik, dan meninggal.
• Penyebab kematian : Trauma kapitis.
• Cara kematian : Tidak wajar.
• Mekanisme kematian : Perdarahan subdural dengan penyulit radang paru-paru.

Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
LI 5
Perubahan pada mata:
• mata terbuka pada atmosfer yang kering: sklera di kiri-kanan akan
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan
dasar di tepi kornea (taches noires sclerotiques).
• kekeruhan kornea – lapis demi lapis  menetap kira-kira 6 jam pasca
mati
• mata terbuka atau tertutup: kornea keruh 10-12 jam pasca mati
• TIO menurun  distorsi pupil pada penekanan bola mata
• 30 menit : kekeruhan makula dan mulai memucatnya doskus optikus
• 1 jam : makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi
• 2 jam : retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning; warna
kuning juga tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap
• Pola vaskular koroid: tampak sebagai bercak dengan altar belakang merah
dengan pola segmentasi yang jelas (2 jam pasca mati), menjadi kabur (3
jam pasca mati), menjadi homogen dan lebih pucat (5 jam pasca mati)
• 6 jam : batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar yang mengalami
segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning-kelabu
• 7-10 jam : batas diskus sangat kabur, segmentasi mencapai tepi retina
• 12 jam : diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi
beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa
• 15 jam : tidak dapat ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan
diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap
• Perubahan rambut maupun kuku:
• Jika diketahui kapan terakhir kali yang bersangkutan memotong rambut/kuku
• Pertumbuhan:
• Rambut: 0.4 mm/hari
• Kuku: 0.1 mm/hari
• Perubahan dalam cairan serebrospinal:
• Kadar nitrogen <14 mg: kematian < 10 jam
• Kadar nitrogen non protein < 80 mg: kematian < 24 jam
• Kreatinin < 5 mg: kematian < 10 jam
• Kreatinin < 10 mg: kematian < 30 jam
• Peningkatan kadar kalium dalam cairan vitreus
• Lambung : Kecepatan pengosongan lambung bervariasi  tdk dpt digunakan
u/memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir & saat mati
• Komponen darah : Belum ada yg digunakan u/perkiraan saat mati yg tepat
• Reaksi supravital: reksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup
• Rangsangan listrik masih dapat menimbulka kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca
mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampao 60-90 menit pasca mati
• Trauma: masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati
Caran mengukur suhu tubuh dan perkiraan
jam mati:
• 4-5x penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit)
• Suhu lingkungan diukur & dianggap konstan
• Suhu saat mati dianggap 37°C saat mati bila tidak ada penyakit demam
Payne-James J, et al. Simpson’s forensic medicine. 13th ed. 2011.
LI 6
Pemeriksaan Mayat
• Sebelum pemeriksaan, dokter wajib
• Meneliti keabsahan administrasi( surat permintaan visum et repertum), jenis pemeriksaan
mayatyg di minta, label indentitas mayat dan pernyataan tidak keberatan dari keluarga
korban umtuk melakukan autopsi
• Dalam keadaan tertentu, penyidik dapat melakukan tindakan auopsi tanpa pernyataan tidak
berkeberatan dari keluarga korban. Demikian apabila telah 2 hari tidak ditemukan keluarganya
atau tidak ada berita dari keluarga
• Mayat merupakan barang bukti  harus di copy ke dalam visum et repertum karena akan
berubah (pembusukan)
• Pakaian dan perhiasan yg melekat, harus dicatat serinci mungkin pada visum et repertum. Pada
keadaan tertentu dapat disertakan gambar skets/foto

Sampurna B.Peranan Ilmu forensik dalam Penegakan Hukum


Pemeriksaan Mayat
Pemeriksaan Luar Mayat
• Di mulai dari bungkus dan penutup mayat, pakaian mayat, benda disamping mayat, dan perhiasan
mayat
• Periksa data indentitas mayat seperti bangsa, jenis kelamin, umur tinggi badan, berat badan,
warna kulit, warna rambut dan ciri”(uraikan ttg mata, hidung, mulut, bibir, disunat atau tidak,
geligi geliginya, tato, cacat
• Periksa tanda tanatologis: perubahan pasca mati, seperti lebam mayat, kaku mayat, suhu, tanda
pembusukan dll
• Pemeriksaan luka luka dan patah tulang
 Kesimpulan pemeriksaan luar mayat → indentitas korban, perkiraan kematian, jenis luka dan
kekerasan
 Bahkan dapat pula diperkirakan cara kematian, terutama bila pemeriksaan dilakukan di TKP
bersama penyidik

Sampurna B.Peranan Ilmu forensik dalam


Penegakan Hukum
Pemeriksaan Mayat
Pemeriksaan Dalam Mayat(Autopsi)
• Pemeriksaan membuka rongga kepala, leher, dada, perut, dan panggul. Bila diperlukan dapat
diperiksa tulang belakang dan anggota badan yang lain
• Pemeriksaan autopsi seb[agian (partial autopsy) tidak dikenal didunia forensik. Tanpa melakukan
autopsi lengkap tidak diperoleh penyebab kematian korban

Pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi
Pemeriksaan penunjang dapat berupapemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi dan DNA, parasitologi, mikrobiologi, sidik jari, uji
material, rambut, serat tekstil, biologi dan lain-lain

Sampurna B.Peranan Ilmu forensik dalam Penegakan Hukum


Pemeriksaan luar:
• Label mayat
• Label dari pihak kepolisian
• Labek identifikasi dari Instalasi Kmar Jenazah Rumah Sakit
• Catat : warna, bahan label, apakah terdapat materai/segel, isi dari lebel
• Tutup mayat
• Jenis/bahan, warna, corak
• Bila ada pengotoran, catat letak dan jenis/bahan pengotorannya
• Bungkus mayat : Jenis/bahan, warna, corak, ada bahan yang mengotori, tali
pengikat bila ada (jenis/bahan tali, cara pengikatan, serta letak ikatan)
• Pakaian
• Pakaian pada tubuh sebelah atas sampai bawah, lapisan terluar sampai terdalam
• Bahan, warna dasar, corak/motif dari tekstil, bentuk/model, ukuran, merk/penjahit, cap
binatu, monogram/inisial serta tambalan/ tisikan bila ada
• Bila ada pengotoran/robekan  ukur letak yang tepat dengan koordinat, serta ukuran
pengotoran atau perobekan yang ada
• Pakaian korban kekerasan : disimpan untuk barang bukti
• Bila ada saku : periksa dan catat isinya
• Perhiasan : Jenis, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial
• Benda disamping mayat (ex: tas atau bungkusan)
• Tanda kematian (catat waktu/saat dilakukannya pemeriksaan)
• Lebam mayat : Letak/distribusi, warna, intensitas
• Kaku mayat : Distribusi, derajat pada beberapa sendi, spasme kadaverik
• Suhu tubuh mayat (termometer rektal, catat suhu ruangan juga)
• Pembusukkan
• Kulit perut kanan bawah berwarna kehijau-hijauan
• Kulit ari terkelipas, pembuluh superfisial melebar berwarna biru-hitam, atau tubuh menggembung
• Lain-lain : Perubahan tanatologik, misal mimmifikasi/ adipocere
• Identifikasi umum
• Jenis kelamin, bangsa/ ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan BB, keadaan zakar yang
disirkumsisi, adanya striae albicans pada dinding perut
• Identifikasi khusus
• Rajah/ tatoo : Letak, bentuk, warna serta tulisan, bila perlu dokumentasikan
• Jaringan parut
• Kapalan (callus)
• Kelainan pada kulit : Kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi, eksema, kelainan lain
• Anomali dan cacat pada tubuh
• Pemeriksaan rambut
• Untuk membantu identifikasi
• Distribusi, warna, keadaan tumbuh serta sifat rambut (kasar atau lurus ikalnya)
• Jika ada yang berlainan, diambil, disimpan dan diberi label, untuk pemeriksaan lab lanjutan
bila nantinya diperlukan
• Pemeriksaan mata
• kelopak mata, selaput lendir, bola mata, selaput lendir bola mata, kornea, iris, pupil, lensa
mata
• Pemeriksaan daun telinga dan hidung
• Bentuk, kelainan serta tanda kekerasan yang ditemukan, dari lubang telinga atau hidung kluar
cairan/darah tidak
• Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
• Bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi
• Kelainan atau tanda kekerasan, ada benda asing atau tidak
• Rongga mulut  ada benda asing atau tidak
• Gigi geligi  jumlah gigi yang ada, yang patah/hilang/tambalan/bungkus logam, gigi palsu,
kelainan letak, pewarnaan
• Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
• Kelainan/ tanda kekerasan
• Laki : sirkumsisi, kelainan bawaan, manik-manik yang ditanam dibawah kulit, keluarnya cairan
• Wanita : keadaan selaput dara dan komisura posterior (kemungkinan kekerasan)
• Lain-lain • Pemeriksaan terhadap tanda-tanda
• Tanda perbendungan, ikterus, warna kekerasan/luka
kebiruan pada kuku/ujung jari, edema/ • Letak luka
sembab
• Jenis luka
• Bekas pengobatan (kerokan, tracheotomi,
suntikan, pungsi lumbal, dll ) • Bentuk luka
• Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran • Arah luka
lain pada tubuh, kepingan atau serpihan cat, • Tepi luka
pecahan kaca, lumuran aspal, dll • Sudut luka
• Lain-lain • Dasar luka
• Pemeriksan terhadap patah tulang • Sekitar luka
• Letak, sifat/jenis masing2 patah tulang yang • Ukuran luka
terdapat • Saluran luka
• Lain-lain
Pemeriksaan Laboraturium forensik sederhana
• Pemeriksaan darah
• Membandingkan bercak darah yg ditemukan di tkp pada objek2 tertentu, manusia
dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.
• Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut penting utk menunjang atau menyingkirkan
keterlibatan seseorang dengan TKP.
• Pemeriksaan darah juga berguna untuk membantu menyelesaikan kasus2 bayi
tertukar, penculikan anak, disputed paternity dan lain2.
• Dari bercak yang dicurigaiharus dibuktikan bahwa:
• Bercak tersebut benar darah
• Darah dari manusia atau hewan
• Golongan darahnya
• Darah menstruasi atau bukan
• Pemeriksaan Mikroskopik
• Tujuan: melihat morfologi sel darah merah; Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi
kerusakan pd sel-sel darah tersebut.
• Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek da ditambahkan 1 tetes
larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup
• Cara lain: pewarnaan Wright atau giemsa
• Pemeriksaan Kimiawi.
• Cara ini digunakan bila sel darah merah sudah rusak.
• Pemeriksaan penyaring darah:
H2O2 darah H2O + On

Reagen Perubahan Warna (Teroksidasi)


• Pemeriksaan Penyaring yg biasa dilakukan adalah reaksi benzidin & reaksi fenoftalin.
• Pemeriksaan Penentuan darah:
• Berdasarkan terdapatnya pigmen / kristal hematin ( hemin) dan Hemokhromogen.
• Pemeriksaan yang biasa digunakan: reaksi Teichman dan reaksi Wagenaar
• Hasil positif bila:
• Reaksi Teichman: Hasil positif dinyatakan pada penampakan kristal hemin-HCL yg berbentuk
batang berwarna cokelat yg terlihat dengan mikroskop
• Reaksi Wagennar: Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang berwarna
cokelat
• Hasil Positif pd pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa bercak adalah darah.
• Pemeriksaan spektroskopik
• Memastikan bahan yg diperiksa adalah darah bila di jumpai pita2
absorpsi yg khas dari hemoglobin & turunan nya.

Kandungan
Warna Panjang gel pita absorsi
suspensi

Oksihemoglobin merah terang 54 & 59 Hitam di daerah kunging

Merah
HB ter-reduksi 54-59 Lebar di daerah kuning
Keunguan

Hemokromogen Merah jingga 56 kuning

52 hijau

Methemoglobin Merah cokelat 64 di daerah kuning

Carboksi-Hb 53 & 57 bergeser ke arah hijau


• Pemeriksaan serologik
• Penentuan spesies :
• Reaksi cincin: kedalam tabung reaksi kecil dimasukan serum antiglobulin manusia,
diatasnya dituangkan ekstrak darah perlahan menetes dari tepi tabung, biarkan pd
temperatur ruangan 1,5 jam. Hasil positif tampak sbg cincin presipitasi yg keruh pd
perbatasan kedua cairan.
• Reaksi presipitassi dalam agar: hasil positif memberikan presipitum jernih pada
perbatasan lingang tengah dan lubang tepi
• Penentuan golongan darah
• Bila sel darah merah dalam keaddan utuh dilakukan dilakukan secara
langsung spt penentuan golongan darah org hidup.
• Bila set darah merah sudah rusak, tentukan jenis aglutinin dan antigen.
• Penentuan jenis antigen dpt dilakukan dg cara :
• Absorpsi inibisi
• Absorpsi elusi
• Aglutinasi Campuran.
• Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik.
• Pemeriksaan cairan mani (semen): • Reaksi florence
• Untuk menentukan adanya cairan mani dalam • Reaksi berberio
vagina guna membuktikana dannya suatu
persetubuhan. • Pemeriksaan rambut
• penentuan spermatozoa: • Pemeriksaan makroskopis
• Melihat apakah terdapat spermatozoa • Dicatat keadaan warna, panjang,
yang bergerak, dalam 2-3 jam setelah bentuk (lurus, ikal, keriting) dan zat
persetubuhan pewarna rambut yang mungkin
dijumpai
• Bila sperma tidak ditemukan: gunakan
pewarnaan – sedian hapus dan fiksasi, • Pemeriksaan mikroskopis
pulasan dengan HE, Methylene Blue • Rambut manusia atau rambut hewan
atau Malachite green • Asal tumbuh rambut manusia
• Penentuan cairan mani • Rambut utuh atau rusak
• Reaksi fosfatase asam • Jenis kelamin
• Inhibisi dengan I(-)tartrat: • Umur
menghambat aktivitas enzim
fosfatase asam dalam semen • Pemeriksaan air liur
• Penting untuk kasus dengan jejas gigitan
• Cara elektro-imunodifusi
• Elektroforesis
Autopsi
• Pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan bagian luar maupun
dalam
• Tujuan :
• Menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera
• Melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut
• Menerangkan penyebab serta mencari hubungan sebab-akibat antara kelainan yang
ditemukan dengan sebab kematian
• Jenis-jenis autopsi
• Autopsi klinik
• Seseorang menderita penyakit → dirawat di RS → meninggal
• Autopsi forensik / autopsi medikolegal
• Terhadap mayat seseorang
Autopsi Klinik
• Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian
meninggal
• Tujuan :
• Menentukan sebab kematian yagn pasti
• Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan diagnosis postmodern
• Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik
• Menentukan efektivitas pengobatan
• Mempelajari lazim suatu proses penyakit
• Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan para dokter
• Mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang bersangkutan
• Autopsi klinik lengkap
• Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/ panggul, melakukan pemeriksaan terhadap seluruh alat-alat
dalam/organ
• Autopsi klinik parsial
• Terbatas pada satu/dua organ tertentu
• Needle necroscopy terhadap organ tubuh tertentu pemeriksaan histopatologik
Autopsi Forensik/Autopsi Medikolegal
• Terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan UU
• Tujuan
• Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
• Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat
kematian
• Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab
serta identitas pelaku kejahatan
• Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum
• Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta
penuntutan terhadap orang yang bersalah
• Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum et repertum dari pihak penyidik, izin
keluarga tidak diperlukan
• Mutlak perlu pemeriksaan lengkap
Persiapan Sebelum Autopsi

• Apakah surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan dilakukan telah
lengkap
• Apakah mayat yang akan diautopsi benar-benar adalah mayat yang dimaksudkan
dalam surat yang bersangkutan
• Kumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap
mungkin
• Periksalah apakah alat-alat yang diperlukan telah tersedia
Beberapa Hal Pokok pada Autopsi Forensik

• Autopsi harus dilakukan sedini mungkin  perubahan postmortem dapat


menyebabkan salah interpretasi
• Autopsi harus dilakukan lengkap  agar tercapai tujuannya dan penyebab
ditemukan
• Autopsi dilakukan sendiri oleh dokter  tidak boleh diwakilkan kepada
perawat/mantri (untuk menggunakan pengetahuan yang sebaik-baiknya)
• Pemeriksaan dan pencatatan yang seteliti mungkin  dicatat positive dan
negative findings, bahkan negative findings dapat bersifat lebih diagnostik dari
positive findings
Teknik Autopsi

• Pada umumnya → teknik autopsi masing-masing hanya sedikit berbeda /


dimodifikasi dari 4 teknik autopsi dasar
• Perbedaan dalam hal : pengangkatan keluar organ (urutannya, jumlah / kelompok
organ yang dikeluarkan), bidang pengirisan organ yang diperiksa
• 4 teknik dasar:
• Teknik Virchow  head to thorax to abdomen
• Teknik Rokitansky  in situ dissection in parts combined with en block removal
• Teknik Letulle  cervical  thoracic  abdominal  pelvic organs  remove d en
masse and dissected as organ block
• Teknik Ghon  removed as 3 blocks: neck and thorax, digestive organs + liver +
spleen, urogenital organs

Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
INSISI PADA TUBUH
Insisi bentuk I :
• Dimulai sedikit dibawah Cart. Thyroidea  Proc. Xiphoideus  2 cm
paramedian kiri  Symphysis
• Pada peristiwa cekikan, gantung diri

Insisi bentuk Y :
• Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari Acromion Ka-Ki  Proc. Xiphoideus
• Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari Acromion Ka – Ki  lurus kebawah 
melingkari mamma  Proc. Xiphoideus  2 cm paramedian Ki  Symphysis
• Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam sampai menembus perintoneum 
diteruskan sampai Symphysis
• Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada dengan cara menarik kulit dengan keras
ke samping  memotong otot-otot dengan pisau. Otot perut dilepas dari Arcus costa.
• METODE EKSKLUSI
• Digunakan u/ kecelakaan masal melibatkan sejlh org yg dpt diketahui identitasnya:
penumpang pesawat udara, kapal laut, dsb
• Bila sbgn bsr korban tlh dpt dipastikan identitasnya dg metode2 identifikasi lain, sdgkan
identitas korban sisa tdk dpt ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut data
penumpang
• IDENTIFIKASI POTONGAN TUBUH MANUSIA (KASUS MUTILASI)
• Px bertujuan u/ menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang
• Bila dari manusia, ditentukan apakah potongan tsb berasal dr 1 tubuh
• Penentuan jg meliputi: jenis kelamin, ras, umur, TB, keterangan lain: cacat tubuh,
penyakit yg pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasan ttt serta cara pemotongan
tubuh yg mengalami mutilasi
• U/ memastikan bahwa potongan tubuh berasal dr manusia, digunakan px spt
pengamatan jaringan makroskopik, mikroskopik, serologik (rxsi Ag – Ab – presipitin)
• Penentuan jenis kelamin dilakukan dg px makroskopik & diperkuat dg px mikroskopik yg
bertujuan menemukan kromatin seks wanita spt drum stick pd leukosit & Barr body pd
epitel
• IDENTIFIKASI KERANGKA
• Bertujuan membuktikan kerangka tsb adalah manusia, ras, jenis kelamin,
perkiraan umur, TB, ciri khusus, deformitas & bila memungkinkan dpt
dilakukan rekonstruksi wajah
• Dicari pula tnd kekerasan pd tulang
• Perkiraan saat kematian dg memperhatikan kekeringan tulang
• Bila ada dugaan berasal dr ssorg ttt, maka dilakukan identifikasi dg
membandingkan dg data antemortem
• Bila tdpt foto terakhir wajah org tsb semasa hidup, dpt dilaksanakan
metode superimposisi: dg jalan menumpukkan foto rontgen tulang
tengkorak diatas foto wajah yg dibuat berukuran sama & diambil dr sudut
pemotretan yg sama  adanya titik persamaan
Peralatan untuk Autopsi
1. Kamar Autopsi
• Agar dokter dapat memeriksa dgn tenang (tidak diperlukan kamar khusus
jika keadaan tdk memungkinkan)
• Kamar jenazah, “bedeng darurat” (asal penerangan cukup)

2. Meja Autopsi
• Jika keadaan tidak memungkinkan, tdk perlu yg dari stainless steel
(alternatif: kereta dorong mayat, atau meja darurat dari bbrp helai papan)
• Perlu dipikirkan: tempat penampungan darah yg keluar waktu autopsi & air
untuk pencucian

3. Peralalatan Autopsi
• Pisau  memotong kulit serta organ dalam & otak
• Gunting & pinset bergigi  pemeriksaan organ dalam
• Gergaji  gergaji tulang tengkorak
• Jarum jahit & benang kasar  merapikan mayat yg telah diautopsi
• Gelas ukur  mengukur volume cairan/darah yg ditemukan
• Semperit + jarum  untuk pengambilan darah

Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
Peralatan untuk Autopsi
4. Peralatan Pemeriksaan
• Botol-botol kecil terisi formalin 10% atau alkohol 70-
80%  mengambil jaringan utk pemeriksaan histoPA
• Botol yg lebih besar  pengambilan bahan guna
pemeriksaan toksikologik, yg berisi bahan pengawet
yg sesuai

5. Peralatan Tulis Menulis dan Fotografi


• Kertas/formulir-formulir isian  mencatat hasil
pemeriksaan
• Peralatan memotret  utk keperluan
dokumentasi/identifikasi
Sumber: Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000
LO 7
Surat Pelaporan dan Keterangan Kematian
• Surat pelaporan kematian digunakan • Pelaporan kematian pada prinsipnya
untuk membuat akta kematian dilakuan oleh
• Akta kematian dibutuhkan untuk ahli warisnya yang meliputi :
mengurus hak warisan, status anak, • Suami/Isteri
pernikahan, dsb • Anak Kandung,
• Orang Tua Kandung,
• Pengurusan surat pelaporan dan
• Adik/Kakak Kandung, Cucu, dan Cicit.
akte kematian dilakukan di kantor
catatan sipil setempat • Saksi-saksi harus satu Desa/Kelurahan
dengan domisili yang meninggal dunia,
berusia 21 tahun atau pernah
menikah, cakap membaca dan menulis
1. Persyaratan 1 – 7: Kematian 0 - 30 hr
2. Persyaratan 1 - 11: Kematian 30 hr s.d 1 th
3. Persyaratan 1 – 12: Kematian diatas 1 tahun
SURAT KETERANGAN KEMATIAN
• Menyatakan telah meninggalnya seseorang dengan identitas tertentu, tanpa menyebutkan
sebab kematian  Dibuat sekurang-kurangnya berdasarkan pemeriksaan luar jenazah
• Hanya dibuat bila jelas sebab kematiannya (alami)  bila tidak kirim ke forensik (polisi)
• Setidaknya berdasarkan atas pemeriksaan luar jenazah dan allo anamnesa
• Hanya diterbitkan satu kali saja
• Apabila surat kematian hilang harus lapor polisi
• Bila kematian berkaitan dengan tindak pidana tertentu :
• Pastikan prosedur hukum telah dilakukan
• Pembedahan jenazah mungkin dibutuhkan untuk memperoleh sebab kematian yang
pasti
• Tidak boleh dibuat pada orang yang mati diduga karena peristiwa pidana tanpa
pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu
• Harus dilakukan dengan hati-hati → aspek hukumnya luas
UU No. 24 tahun 2013
Surat Pelaporan dan Keterangan Kematian
• Pasal 93 UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan :
• “Setiap Penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan / atau
dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa
Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah)”
LO 8
Kriteria diagnostik: Berdasarkan cara kerja/efek yang
• Adanya tanda dan gejala yang ditimbulkan:
sesuai dengan racun penyebab • Lokal: perangnsangan,
• Dapat ditemukan racun/sisa peradangan atau korosif, nyeri
racun dalam tubuh/cairan tubuh yang hebat pada lokasi tertentu,
korban dapat menyebabkan kematian
karena syok neurogenik. Co: asam
• Terdapat kelainan pada tubuh dan basa kuat
korban yang sesuai dengan racun
penyebab • Sistemik: barbiturat, alkohol,
morfin terhadap SSP, digitalis,
• Perlu dipastikan bahwa korban oksalat CO
tersebut benar-benar kontak
dengan racun • Lokal dan sistemik: asam karbol
(erosi lambung dan sebagian
diabsorpsi menimbulkan depresi
SSP)
Pemeriksaan kedokteran forensik:
• 2 golongan:
• Korban yang semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan
• Kasus yang sampai saat sebelum autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap
kemungkinan keracunan
• Contoh temuan:
• CO: cherry pink colour
• CN: merah terang
• Nitrit, nitrat, anilin, fenasetin dan kina: kecoklatan
• Morfin: luka bekas suntikans epanjang vena dan keluar buih dari mulut dan hidung
• Malation: bau kutu busuk
• Pemeriksaan di TKP:
• Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian
• Bagaimana keadaan emosi korban tersebut sebbelumya
• Apakah ada zat beracun disekitar tempat
• Mengumpulkan barang bukti
Pemeriksaan luar: • Paru-paru: perbendungan akut, edema hebat
• Bau yang tercium • Lambung dan usus 12 jari: isi, warna dan terdiri atas
bahan apa
• Tekan dada mayat dan menentukan apakah ada
suatu bau yang tidak biasa keluar dari lubang- • Usus: dikosongkan dengan cara dipijat dari salah
lubang hidung dan mulut satu sisi
• Pakaian: bercak yang disebabkan oleh tercecernya • Hati: degenerasi lemak atau nekrosis
racun yang ditelan atau oleh muntahan
• Ginjal: membengkak, gambaran tidak jelas, warna
• Lebam mayat suram kelabu
• Kelainan di tempat masuknya racun • Urin
• Perubahan kulit, kuku, rambut, sklera • Otak: edema, oerdarahan, ensefalomalasi
• Jantung: degenerasi parenkim, lemak atau hidropik,
lunak, berwarna merah pucat atau coklat
kekuningan dan ventrikel mungkin melebar
Pembedahan jenazah: • Limpa: perbendungan akut
• Segera setelah rongga perut dan dada dibuka: • Empedu
tercium bau atau tidak
• Paru-paru: keracunan inhalasi atau uap beracun
• Inspeksi in situ
• Jaringan lemak
• Ambil darah untuk diperiksa
• Jaringan sekitar tempat suntikan
• Lidah: ternoda, warna tablet, kapsul obat
• Rambut dan kuku
• Esofagus: regurgitasi
• Epiglotis dan glotis: hiperemia dan edema
Pengambilan bahan pemeriksaan toksikologi:
• Darah jantung: diambil secara terpisah dari sebelah kanan dan kiri, masing2 50 mL.
• Darah tepi sebanyak 30-50 mL diambil dari vena iliaka komunis
• Urin: diambil semua yang ada pada kandung kemih
• Bilasan lambung
• Usus beserta isinya: usus diikat tiap 60 cm atau diikat pada batas usus halus dan usus
besar dan antar usus besar dan poros usus.
• Hati: semua hati diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan PA
• Ginjal: keduanya haris diambil
• Otak: jarngan lipoid otak, otak bagian tengah
• Urin: untuk tes pendahuluan dan tes penyaring racun dari golongan narkotika atau
stimulan
• Empedu: sebaiknya jangan dibka agar cairan tidak mengalir ke hati dan mengacaukan
pemeriksaan
• Cara lain: tempat masuk racun
• Pada pengambilan contoh bahan dari orban hidup, alkohol tidak dipakal sebagai
disinfektan lokal. Digunakan sublimat 1% atau merkuri klorida 1%
Wadah bahan pemeriksaan toksikologi:
• Idealny: 9 wadah:
• 2 buah peles @2L untuk hati dan usus
• 3 peles @ 1 L untuk lambung, otak, ginjal
• 4 botol @25 mL untuk darah (2 buah), urin dan empedu
• Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencucinya dengan asam kromat
hangat lalu dibilas akuades dan dikeringkan

Bahan pengawet:
• Yang paling baik: tanpa pengawet, tetapi disimpan di dalam lemari es
• Bila terpaksa:
• Alkohol absolut
• Larutan garam dapur jenuh
• Larutan NaF 1%
• 5 mL NaF + 50 mL Na sitrat (untuk setiap 10 mL bahan)
• Na benzoat + fenil merkuri nitrat (hanya untuk urin)
• Volume pengawet sebaiknya minimal 2x volume bahan pemeriksaan
• Penggunaan pengawet alkohol: tidak untuk keracunan alkohol dan racun yang mudah
menguap
Cara pengiriman:
• Harus memenuhi kriteria:
• Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan
• Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrl
• Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan mengenai
tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan isinya
• Hasil autopsi harus disertakan secara singkat, jika mungkin: anamnesis dan gejala klinik
• Serat permintaan pemeriksaan dari penyidik haris disertakan dan memuat identitas korban
dengan lengkap dan dugaan racun apa yang menyebabkan intoksikasi
• Semua diatas dikemas dalam suatu kotak dan botol haris dijaga agar tertutup
rapat sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah dalam pengiriman
• Kotak harus diikat dengan tali yag setiap persilangannya diikat mati serta diberi
lak pengaman
• Penyegelan dilakukan oleh polisi yang juga harus membuat berita acara
penyegelan dan berita acara ini haris disertakan dalam pengiriman bahan
pemeriksaan
• Dalam berita acara harus terdapat contoh kertas pembungkis, segel/materai yang
digunakan
• Jika jenazah akan diawetkan: pengambilan contoh harus sebelum diawetkan
Keracunan CO
Sumber:
• Hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon dan bahan-bahan
organik yang mengandung karbon. (motor yang menggunakan bensin, gas
arang batu, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es das, cerobong
asap yang bekerja tidak baik)
Farmakokinetik:
• Hanya diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin
secara reversibel  karboksihemoglobin
Farmakodinamik:
• Bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu bersaing dengan O2 dalam
mengikat protein heme
• Tanda dan gejala keracunan:
% saturasi COHb Gejala-gejala

10 Tidak ada

Rasa berat pada kening, mungkin sakit kepala ringan, pelebaran pembuluh darah
10-20
subkutan, dispnu, gangguan koordinasi

20-30 Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional

30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, oenglihatan buram, mual dan muntah, kollaps

Sama dengan yang tersebut diatas tetapi dengan kemungkinan besar untuk kollaps
40-50 atau sinkop.
Pernaoasan dan nadi bertambah cepat, ataksia
Sinkop, pernafasan dan nadi betamah cepat, koma dengan kejang intermiten.
50-60
Pernapasan Cheyne Stokes

60-70 Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernapasan, mungkin mati

70-80 Nadi lemah, pernafasan lambat, gagal pernafasan dan mati


• Gas CO tidak berwarna, tidak
KERACUNAN CO berbau, dan tidak merangsang
% Gejala-gejala selaput lendir, dan mudah
saturasi menyebar
COHb • Sumber : motor menggunakan
bensin, gas arang batu, alat
10 Tidak ada
pemanas bahan bakar gas,
10-20 Rasa berat di kening, mungkin sakit kepala ringan, pelebaran PD cerobong asap yg terganggu
subkutan, dispneu, gg. Koordinasi fungsinya, kebakaran, dan asap
tembakau dalam orofaring
20-30 Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional
Pemeriksaan Penunjang
30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan buram, mual EKG dapat ditemukan gelombang T
muntah, kollaps
mendatar/ -, tanda insufisiensi koroner,
40-50 Sama dengan diatas tetapi kemungkinan kollaps/sinkop > besar, ekstrasistol, dan AF
pernafasan dan nadi meningkat, ataksia Pemeriksaan lab dapat dijumpai
leukositosis, hiperglikemia dg glukosuria,
50-60 Sinkop, pernafasan dan nadi meningkat, koma dg kejang albuminuria, dan peningkatan SGOT, MDH,
interminten, pernafasan cheyne stokes
dan SDH serum
60-70 Koma dg kejang, depresi pernafasan dan jantung, mungkin mati Keracunan kronik dapat menimbulkan
gejala anestesia pada jari-jari tangan, daya
70-80 Nadi lemah, nafas lambat, gagal nafas dan mati ingat berkurang, romberg, dan gg. mental
Pemeriksaan kedokteran forensik
• Pada korban hidup diagnosa cukup dengan anamnesis adanya kontak
dan ditemukannya gejala keracunan CO
• Pada korban yg mati tidak lama setelah keracunan CO ditemukan lebam
mayat warna merah muda terang ( Cherry pink colour) bila kadar COHb
mencapai 30%/ lebih
• Warna diatas dapat juga ditemukan pada keadaan mayat didinginkan,
keracunan sianida, mati akibat infeksi pada jasad renik yg mampu
membentuk nitrit
• Cara membedakannya :
• Pada mayat didinginkan dan keracunan CN penampang ototnya warnanya biasa tidak merah
terang dan pada mayat didinginkan warnanya tidak merata ada daerah yg keunguan
• Pada CO jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna merah terang dan pada otak besar dapat
ditemukan petechie di substansia alba bila korban dapat bertahan hidup > 0.5 jam
• Analisa toksikologik ditemukan adanya COHb kecuali pada keracunan CO
yg kematiannya tertunda sampai 72 jam karena CO telah diekskresi
seluruhnya dan lebam mayatnya berwarna livid(ungu).
• Pada substansia alba dan korteks dapat ditemukan petechie,
ensefalomalasia simetris pada globus palidus -> tidak patognomonik
• Ditemukan eritema dan vesikel/ bula di kulit dada, perut, muka, atau
ekstremitas karena hipoksia pada kapiler bawah kulit
• Pneumona hipostatik karena gg. Peredaran darah
• Resiko timbulnya gangren dan infark otak karena deep vein trombosis
• Pada kematian delayed diagnosis didasarkan atas bukti di sekitar
kejadian, ditemukan perubahan akibat hipoksia dan disingkirkan DD lain
yg dapat menyebabkan hipoksia
• Pemeriksaan histologi diperlukan pada substansia alba, korteks serebri,
serebelum, ammons horn, dan globus palidus
• Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan :
• Otak: pembuluh halus mengandung tombi hialin, ring hemorrhage, ball
hemorrhage, nekrosis halus dikelilingi PD yg mengandung trombi
• Miokardium : perdarahan dan nekrosis di muskulus papilaris ventrikel kiri, bagian
ujung M.papilaris ada bercak-bercak perdarahan/ bergaris-garis seperti kipas
berjalan dari tempat insersio tendinosa ke dalam otot, kadang dapat ditemukan
perdarahan pada otot ventrikel
• Ginjal : nekrosis tubuli tampak mikroskopik spt payah ginjal
• Pada pemeriksaan LAB dapat dilakukan uji kualitatif yaitu dilusi alkali, uji
formalin, atau penentuan secara spektroskopis dan uji kuantitatif yaitu
cara gettler freimuth
• Spektrofotometrik merupakan cara terbaik untuk analisis CO atas darah
segar korban keracunan CO yg masih hidup
• Kromatografi banyak dipakai untuk mengukur kadar CO dari sampel darah
mayat
Keracunan sianida (CN)

• Racun yg sangat toksik karena dosis kecil cukup menimbulkan kematian


• Sering terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan
• Ada hidrogen sianida, garam sianida, dan cyanogen
• HCN cairan jernih, sifatnya asam, larut dalam air, alkohol, dan eter, punya
aroma khas bitter almond
• Garam sianida biasa dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja serta
penyepuhan emas dan perak
• Cyanogen dipakai dalam sintesis kimiawi
• Korban biasanya meninggal karena hipoksia tetapi darahnya kaya akan
oksigen karena CN menghambat pelepasan O2 ke jaringan
• Takaran toksik peroral HCN adalah 60-90 mg dan untuk KCN atau
NACN adalah 200 mg
• Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi dengan
kecepatan timbulnya gejala keracunan

20 ppm Gejala ringan timbul setelah


beberapa jam

100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam

200-400 ppm Meninggal dalam 30 menit

2000 ppm Meninggal seketika


Tanda dan gejala
Keracunan akut :
• Racun yg ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian timbul dalam
beberapa menit
• Pada interval antara menelan racun sampai kematian ditemukan gejala-gejala dramatis,
mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual
muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing, dan kelelahan
• Bisa juga ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah,
pernafasan cepat dan tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks melambat,udara nafas
berbau amandel, muntahan tercium bau amandel, dan saat menjelang kematian timbul
kedut otot dan kejang dg inkotinensia urin dan alvi
• Bila racunnya diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernafas, mual, muntah, sakit
kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan
ekstremitas, dapat kejang dan koma hingga meninggal
• Keracunan kronik :
• Korban pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa tidak enak dalam perut, mual dan kolik,
rasa tertekan pada dada, dan sesak nafas
• Bisa menyebabkan goiter dan hipotiroid
Pemeriksaan kedokteran forensik
• Pemeriksaan luar jenazah
• Tercium bau amandel saat menekan dada mayat karena akan keluar gas dari
mulut dan hidung-> patognomonik
• baunya harus cepat ditentukan sebelum hidung dokter beradaptasi
• Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan biasanya lebam mayat
berwarna merah terang
• Pemeriksaan bedah jenazah
• Tercium bau amandel yg khas saat membuka rongga dada, perut, otak, dan
lambung ( bila racun melalui mulut)
• Darah, otot, dan penampang organ tubuh berwarna merah terang
• Tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh
• Pada kasus garam alkali sianida dapat ditemukan kelainan mukosa lambung
berupa korosi dan warna merah kecoklatan serta pada perabaan mukosa licin
seperti sabun. Bisa terjadi perforasi lambung ante/ postmortal
Keracunan Arsen
• Masuk melalui inhalasi
• Menimbulkan hemolisis hebat dan penekanan pada SSP
• Gejala biasanya menggigil, demam, muntah, nyeri punggung, ikteris, anemia, dan hipoksia,
kadang bisa disertai kejang
• Urin dapat mengandung Hb, eritrosit dan silinder
• Bisa terjadi nekrosis tubuler dan obstruksi tubuli oleh silinder eritrosit akibatnya anuri dan
uremia
• Kematian biasa karena kegagalan kardiorespirasi
Sumber :
• Industri dan pertanian ( penyemprot buah-buahan, insektisida, pembunuh lalat,
racun tikus, cat)
• Tanah
• Air yg terkontaminasi
• Bir
• Kerang ( keong, kepiting, ikan)
• Tembakau ( asapnya mengandung arsen)
• Obat-obatan( carbarsone, tryparsamide)

• Nilai ambang batas arsen dalam air minum 0.2 ppm


• Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0.5
mg/kg, dan kuku o.5 mg/kg. Saat keracunan kadar dalam rambut 0.75
mg/kg dan pada kuku 1mg/kg atau lebih
Tanda dan gejala
• Keracunan akut
• Gejala GI tract yang hebat
• Dimulai dari rasa terbakar di tenggorok dengan rasa logam di mulut, diikuti mual muntah
(isi lambung dapat keluar), muntahan dapat mengandung bubuk putih dan kadang
sedikit berdarah
• Diikuti nyeri epigastrium menjalar ke seluruh perut dan nyeri saat perabaan diare hebat
dan kadang dapat terlihat bubuk putih di kotoran seperti air cucian beras, muntah dan
berak hebat dapat berhenti spontan kemudian timbul lagi
• Akhirnya dehidrasi dan syok serta juga memperlemah kerja otot jantung dan dilatasi
kapiler sehingga syok makin berat dan akhirnya kematian
• Keracunan kronik
• Tampak lemah, melanosis arsenik ( pigmentasi warna kuning cokelat lebih jelas di
daerah fleksor, puting susu, dan perut sebelah bawah, serta aksila), rambut
tumbuhnya jarang
• Pigmentasi bintik” halus warna coklat di daerah pelipis, kelopak mata, dan leher.
Mirip yg terjadi pada Addison bedanya mukosa mulut tidak kena. Gambaran dan
distribusinya mirip pitriasis rosea bedanya menetap.
• Keratosis dapat ditemukan di telapak tangan dan kaki
• Gejala lainnya yaitu malaise, bb turun, mata berair, fotofobi, pilek kronis, mulut
kering, lidah tampak bulu” halus warna putih perak
• Gejala neurologik meliputi neuritis perifer, rasa tebal dan kesemutan awalnya pada
tangan dan kaki kemudian diikuti kelemahan otot, tidak stabil, kejang otot terutama
malam hari
Pemeriksaan kedokteran forensik
• Korban mati keracunan akut
• Pemeriksaan luar
• Ditemukan tanda” dehidrasi
• Pembedahan jenazah
• Tanda iritasi lambung, mukosa warna merah, kadang disertai perdarahan
(flea bitten appearance). Tampak orpimen yaitu partikel arsen warna
kuning dan bila As2O3 tampak partikel warna putih
• Jantung ditemukan perdarahan subendokard pada septum, histopatologi
tampak infiltrat sel radang bulat pada miokard
• Bahan yang perlu diambil pada orang meninggal yaitu semua organ,
darah, urin, isi usus dan lambung, rambut, kuku, kulit, dan tulang
• Pada korban hidup yaitu muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah,
rambut, dan kuku
• Korban mati keracunan arsin
• Bila meninggalnya cepat terlihat tanda” kegagalan
kardiorespirasi akut
• Bila meninggalnya lambat ditemukan ikterus dg anemia
hemolitik, tanda kerusakan ginjal yaitu degenerasi lemak
dengan nekrosis lokal serta nekrosis tubuli
• Korban mati keracunan kronik
• Pemeriksaan luar
• Keadaan gizi buruk
• Kulit terdapat pigmentasi coklat, keratosis telapak tangan dan kaki,
kuku ada garis-garis putih (Mee’s lines) pada bagian kuku yang
tumbuh dan dasar kuku.
• Pemeriksaan dalam tidak ada temuan yg khas
• Pemeriksaan lab
• Kadar arsen dalam darah, urin, rambut, dan kuku meningkat
• Rambut : normal ( 0.5 mg/kg), curiga keracunan (0.74 mg/kg),
keracunan akut (30 mg/kg)
• Kuku : normal ( sampai 1 mg/kg), curiga keracunan (1 mg/kg),
keracunan akut (80 ug/kg)
• Urin -> arsen ditemukan dalam waktu 5 jam setelah minum dan
bertahan hingga 10-12 hari
• Pemeriksaan darah tepi
• Pada keracunan kronis ditemukan titik” basofil pada eritrosit dan
leukosit muda
• Uji kopro porfirin urin +
• Pemeriksaan toksikologik
• Uji reinsch
• Uji gutzeit
• Uji marsh
Alkohol
• Keracunan menyebabkan penurunan daya reaksi, kemampuan untuk
menduga jarak dan ketrampilan mengemudi, penurunan kemampuan
untuk mengontrol diri, dan hilang kapasitas untuk berfikir kritis
• Sumber :
• Whisky, brandy, rum, vodka, gin (45% alkohol)
• Wines (10-20% alkohol)
• Beer dan ale (48%)
• Alkohol diabsorbsi sebagian besar di usus halus dan sisanya di kolon dan
dimetabolisme di hati
• Obat-obat seperti meprobamat, klorpromazine, penenang, barbiturat, dan
morfin punya efek sinergis dengan alkohol
• Umumnya 35 gram alkohol ( 2sloky whisky) menyebabkan penurunan
kemampuan dalam mengukur jarak dan kecepatan serta menimbulkan
euforia
• Alkohol sebanyak 75-80 gram ( 150-200ml whisky) menimbulkan gejala
keracunan akut
• 250-500 gram alkohol ( 500-1000 ml whisky) adalah takaran fatal
• Cara menghitung kadar alkohol darah : a= cxpxr
• A : jumlah alkohol yg diminum
• C : kadar alkohol darah (mg%)
• P : BB (kg)
• R : konstanta (0,007)
Tanda dan gejala
• 10-20mg% sudah menimbulkan gangguan seperti penurunan keapikan ketrampilan tangan
dan perubahan tulisan tangan
• Kadar 30-40 mg% timbul gejal penciutan lapangan pandang, penurunan ketajaman
penglihatan, dan pemanjangan waktu reaksi
• Ketrampilang mengemudi turun pada kadar 30-50mg% dan sangat jelas pada kadar 150mg%
• Kadar 80 mg% terjadi gg. Penglihatan 3 dimensi, kedalaman pandangan, dan gg pendengaran,
serta gg. Pada psikisnya ( konsentrasi, pemusatan perhatian, asosiasi , dan analisa)
• Alkohol dengan kadar 200mg% menimbulkan gejala banyak bicara, ramai, refleks turun,
inkoordinasi otot-otot kecil,nistagmus, pelebaran PD kulit
• Kadar 250-300mg% gejalanya penglihatan kabur, tidak bisa mengenali warna, konjungtiva
merah, dilatasi pupil, diplopi, sukar memusatkan pandangan, dan nistagmus serta bila
kadarnya di otak tinggi timbul gejala bicara kacau, tremor tangan dan bibir, ketrampilan
turun, inkoordinasi otot, dan tonus otot muka menghilang
• Kadar 400-500mg% aktivitas motorik sudah hilang sama sekali, timbul stupor atau koma,
pernafasan perlahan dan dangkal, suhu tubuh turun
• Tanda dan gejala pada keracunan kronik
• Saluran pencernaan : gastritis kronik dg aklorhidria dan gastritis erosif
hemorargik akut, pankreatitis hemorargik, dan bisa tjd malabsorbsi
• Hati : kadar SGOT, trigliserida, dan asam urat meningkat, hepatitis
alkoholik yg dapat berkembang menjadi sirosis dan hepatoma
• Jantung : kardiomiopati alkoholik dg payah jantung disertai distensi
pembuluh balik leher, nadi lemah dan edema perifer. Bila korban
meninggal dijumpai hipertrofi kedua ventrikel, fibrosis endokard dg
tanda trombi mural pada otot jantung
• Muskuloskeletal : miopati alkoholik dan histopatologi terdapat atrofi
serat dan perlemakan jaringan otot
• Saraf : polineuritis, bisa terjadi sindroma marchiafava bignami
• Gangguan nutrisi sehingga timbul kelainan seperti defisiensi vitamin
B1 ( beri-beri), asam nikotinat, riboflavin, dan vitamin B6
Pemeriksaan kedokteran forensik
• Orang hidup
• Bau alkohol keluar dari udara pernafasan
• Pemeriksaan kadar alkohol darah baik periksa darah vena, udara pernafasan, atau urin
• Korban mati
• Tidak khas
• Ditemui gejala seperti asfiksia
• Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah
gelap
• Mukosa lambung ada tanda perbendungan, kemerahan, dan tanda inflamasi
• Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol
• Histopatologi dijumpai edema dan pelebaran PD otak dan selaput otak, degenerasi
bengkak keruh pada parenkm organ, dan inflamasi mukosa saluran cerna
• Kasus keracunan kronik dan meninggal
• Jantung terdapat fibrosis interstitial, hipertrofi serabut otot jantung, sel radang kronik,
gambaran serat lintang otot jantung menghilang, hialinisasi, edema dan vakuolisasi
serabut otot jantung
Pemeriksaan lab
• Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemriksaan kuantitatif
kadar alkohol darah
• Kadar alkohol dari urin atau udara ekspirasi pilihan pemeriksaan kedua
• Untuk korban meninggal untuk pilihan kedua dapat dilakukan pemeriksaan
kadar alkohol dalam otak, hati, atau cairan tubuh seperti cairan
serebrospinalis
• Pada mayat -> untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembulu
darah vena perifer (cubitti/femoralis)
• Untuk pemeriksaan kadar alkohol darah saat kejadian dilakukan
perhitungan yaitu kadar alkohol darah saat pemeriksaan + lama jeda waktu
antara kejadian dengan pemeriksaan ( 10mg% tiap jam)
Keracunan insektisida
• Adalah racun serangga yg banyak dipakai dalam pertanian,
perkebunan, dan rumah tangga
• Biasanya karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri
• Penggolongan insektisida :
• Hidrokarbon terklorinasi ( DDT, toxaphane, BHC)
• Inhibitor kolinesterase : organofosfat dan karbamat
• lainnya
1. Hidrokarbon
• Takaran toksik DDT adalah 1 gram dan takaran fatal adalah
30 gram
• Tanda dan gejala :
• Gejala utama : muntah, tremor, kejang
• Bila keracunan ringan gejalanya merasa lelah, berat dan sakit di
tungkai, sakit kepala, parestesia pada lidah, bibir, dan muka,
gelisah, dan lesu mental
• Pada keracunan berat gejalanya pusing, gg. Keseimbangan,
bingung, rasa tebal pada jari-jari, tremor, mual muntah,
fasikulasi, midriasis, kejang tonik klonik, dan koma
Pemeriksaan kedokteran forensik
• Diagnosis ditegakkan dg anamnesa adanya kontak dg insektisida (
bekerja sbg penyemprot hama), adanya gejala keracunan dan
pemeriksaan laboratorium darah dan urin
• Keracunan kronik dilakukan biopsi lemak tubuh diambil dari perut
setinggi garis pinggang minimal 50 gram dan dimasukkan ke dalam
botol mulut lebar dengan penutup dari gelas dan ditimbang
• Pada keadaan normal insektisida dalam lemak tubuh < 15 ppm
2. Inhibitor kolinesterase

• Kematian disebabkan karena kegagalan pernafasan dan blok


jantung
• Takaran fatal untuk golongan organofosfat :
• Malathion 1-5g
• Parathion 10mg/kgBB
• Tetraetilpirofosfat 0.4 mg/kgBB
• Takaran fatal untuk golongan karbamat :
• Aldicrab 0.9-1 mg/kgBB
• Propoxur 95 mg/kgBB
Tanda dan gejala
• Gejala utama yaitu gg. Penglihatan, kesukaran bernafas, dan hiperaktif
gastrointestinal
• Keracunan akut gejala timbul dalam 30-60 menit dan puncaknya dalam 2-8 jam
• Keracunan ringan gejalanya yaitu tampak anoreksia, sakit kepala, pusing, lemah,
gelisah, tremor lidah&kelopak mata, miosis, dan penglihatan kabur
• Gejala keracunan sedang yaitu mual, salivasi, lakrimasi, kejang perut, muntah, banyak
keringat, nadi lambat, dan fasikulasi otot-otot
• Gejala keracunan berat meliputi diare, pupil pinpoint dan tidak bereaksi, pernafasan
sukar, edema paru, sianosis, kendali sfingter hilang, kejang, koma, dan blok jantung
• Gejala keracunan kronik timbul karena penghambatan kolinesterase dab menetap
selama 2-6 minggu. Biasanya mirip dengan keracunan akut yang ringan. Tetapi bila
terpapar terus menerus dapat menjadi gejala berat.
• Untuk keracunan karbamat sifatnya sementara dan reversibel sehingga tidak akan
timbul keracunan kronik
Pemeriksaan kedokteran forensik
• Diduga keracunan apabila :
• gejala cepat timbul. Apabila gejala timbul > 6 jam pasti bukan keracunan
golongan ini
• Gejala sifatnya progresif
• Gejala” tersebut tidak dapat dimasukkan ke sindroma penyakit apapun dan
pengobatan biasanya tidak menolong
• Anamnesa apakah ada kontak dengan racun golongan ini
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala keracunan yg kompleks, dan
pemeriksaan lab
• Pada korban meninggal biasanya tidak ada tanda khas.
• Pada kasus keracunan akut hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia, edema paru, dan
perbendungan organ tubuh, mungkin bisa tercium bau zat pelarut seperti minyak tanah
• Pada keracunan kronik ditemukan nekrosis sentral dan degenerasi bengkak keruh pada hati,
vakuolisasi, girolisis, dan retikulasi basofilik jelas pada otak dan medula spinalis, perlemakan pada
miokardium, degenerasi sel tubuli ginjal
Pemeriksaan lab
• Pemeriksaan toksikologi perlu diambil darah, jaringan hati, limpa, paru-paru, dan
lemak badan
• Mengukur kadar AChE dalam darah dan plasma dapat dilakukan dengan cara
tintometer dan paper strip
• Cara tintometer :
• Ambil darah dan ditambah indikator brom timol biru kemudian dibandingkan warnanya
% aktifitas AChE darah Interpretasi
75-100% dari normal Tidak ada keracunan
50-75% dari normal Keracunan ringan
25-50% dari normal Keracunan
0-25% dari normal Keracunan berat
• Cara paper strip
• Perubahan warna harus sama dg perubahan warna pembanding yaitu warna kuning telur ( <
18 menit : tidak ada keracunan, 20-35 menit : keracunan ringan, 35-150 menit : keracunan
berat)
Keracunan Barbiturat
• Sering digunakan u/ sedatif, hipnotik, antikonvulsan, anestetik
• +derivat pirazolon, salisilat dan para-aminofeno efek analgetik

• Kasus keracunan barbiturat cukup sering: keracunan


luminalsebagian besar tidak meninggal
Penggolongan
Masa kerja Nama obat
Kerja lama ≥6 jam • Sodium barbital (veronal)
• Fenobarbital (luminal)
• Asam-dial-barbiturat (dial)
Kerja sedang 3-6 jam • Sodium-pentobarbital(nembutal)
• Buto-barbital(soneryl)
• Amilo-barbital(amytal)
Kerja singkat 3 jam • Siklobarbital(phanadom)
• Heksabarbital
• Sekobarbital (seconal)
Kerja sangat singkat Dipakai u/ anestesi IV • Tiopental
• Metoheksital
• Tiamilal
• Long acting: barbitone, phenobarbitone, phenytoin. Msih digunkaan
untuk epilepsi
• Intermediate acting: amylobarbitone, sodium amytal,
pentobarbitone, allobarbitone, butobarbitone and pentobarbitone.
• Short-acting : hexobarbitone, cyclobarbitone, secobarbital and
thiopentone.
Tanda dan gejala keracunan
• Terjadi bila yang masuk >10x takaran hipnotik, tp ada juga yang bilang 15-
20x
• Gejala bahaya timbul jika diminum PO 5 gram barbital, atau 1 gram luminal
atau amytal, atau 0,5 gram nembutal atau seconal
• takaran mematikan bagi orang dewasa 50-70 grain (1 gr=4,8 grain), tetapi
dapat pula dengan takaran 125,200 atau 300 grain

• Gejala keracunan akut: ataksia, vertigo, pembicaraan kacau, nyeri kepala,


parestesi, halusinasi, disdiadokokinesis, gelisah dan delirium, stupor yang
progresif dan kemudian terjadi koma dalam, disertai hilangnya refleks
dangkal dan dalam, serta dapat timbul refleks patologik (babinsky)
• Kemerahan pada kulit kalau koma lama jd bula/vesikel dengan dasar
eritem pd bahu, bokong, punggung tangan dan daerah yang tidak tertekan
• Pernafasan lambat dan dangkal, kadang-kadang cheyne stokes
• TD turun
• Urin sedikit
• Pupil mengecil dan tidak bereaksi thd cahaya, tp jika keracunan lama dapat
melebar, krn kelumpuhan otot mata oleh hipoksia. Depresi tidak berat:
pupil nomral atau agak lebar & bereaksi thd cahaya
• Suhu badan seringkali turun. Jika demam komplikasi bronkopnemoni
• Dapat muncul reaksi alergi: asma, urtikaria, edema angionerotik,
dermatitis, demam, delirium, nekrosis hepar
• Reaksi idiosinkrasi: tampat sebagai suatu reaksi eksitasi, hangover dan rasa
nyeri neuralgia, mialgi, atau artralgi
• Gejala keracunan kronik (adiksi): kelainan psikiatrik berupa depresi
melankolik, regresi psikik, wajah kusut, emosi tidak stabil
• Kelainan neurologik: ataksi, oembicaraan kacau, kelemahan
intelektual, diplopia, kelemahan otot rangka
• Kelainan dermatologik: urtikaria, makulopapula, eritem
• Adiksi barbiturat kronik sering berkaitan dengan alkoholisme kronik
• Gejala putus obat
• Jika mengonsumsi ≥0,5 gr/hari dan diberhentikan tiba-tiba maka
akan muncul gejala abstensi dalam waktu 12-16 jam
• 24-36 jam kemudian: timbul rasa takut dan lemah, diikuti dengan
kedutan, tremor, refleks hiperaktif, insomnia, mual, kejang perut
dan muntah-muntah, kenaikan TD dan frek napas
Sebab dan mekanisme kematian
• Depresi pusat penapasan henti napas
• Komplikasi  atelektasis, pneumoni hipostatik, pneumoni aspirasi
dan edema paru berat tjd terutama pd permulaan keracunan gol
kerja sangat singkat
• Pernapasan tersumbat muntahan, sekresi lendir, spasme laring dan
relaksasi lidah
• Syok suntikan IV atau gagal ginjal
Pemeriksaan forensik
• Pemeriksaan tempat kejadian: botol obat kosong, sisa-sisa tablet/kapsul
dengan warna khas dalam mulut
• Kadar barbiturat hati 4x lebih tinggi dibangdingkan kadar di darah. Jika
kadar >4x konsumsi <5 jam sebelum orang tsb mati
• Kadar barbiturat dalam darah saat mulai koma
• Kerja singkat 0,8 mg/100 ml darah
• Kerja sedang 2-3 mg/100ml darah
• Kerja lama 5-8 mg/100ml darah
• Kesadaran setelah takar lajak dapat diperkirakan dengan cara
Lama koma= 1/2 x (kadar ditemukan- kadar koma) x 24 jam
• Autopsi :dx akibat keracunan barbiturat akut kadang tidak dapat
ditemukan, krn tertutupi sebab kematian lain. Kadar barbiturat dalam
darah tinggi dx keracunan barbiturat dapat ditegakkan
• Gambaran pasca mati tidak khas
• Pemeriksaan luar: gambaran asfiksia berupa sianosis, keluarnya busa halus dari
mulut, tardieau spot, dapat ditemukan vesikel atau bila pada kulit yg tidak teterkan
• Pembedahan jenazah: mukosa sal cerna dan seluruh organ dalm terdapat tanda
perbendungan. Esofagus menebal, berwarna coklat gelap dan kongestif.
• Penemuan lain yang membantu: perubahan warna mukosa esofagus dan lambung
dengan lendir warna merah muda pada keracunan secondal, kuning pada nembutal,
hijau kebiruan pada amytal. Dapat juga ditemukan sisa tablet dalam lambung.
• Iritatifmukosa lambung dapat menunjukan tanda korosif dengan atau tanpa
perdarahan
• Paru-paru: edema paru dan kongesti hebat, basal paru mengalami deaerasi progresif
yang menimbulkan atelektasis, pleura dapat ditemukan bercak perdarahan, sal napas
terdapat cairan berbusa bercampur sedikit darah. Penderita tidak segera
meninggal tanda-tanda bronkopenumoni
• Otak: tanda perbendungan, lesi di korteks dan basal ganlia berupa infiltrasi sel-sel
bulat perivaskular, degenerasi neuron terutama di talamus dan putamen, small ring
hemorrhages, nekrosis globus palidusyang simetris dan bilateral
• Mikroskopik hepar dan ginjal: tanda degenerasi
Pemeriksaan lab
• Toksikologi
• Bahan: isi lambung, darah hati atau perifer, urin, ginjal, sebagian otak dan lemak (kerja sangat
singkat)
• Menentukan barbiturat dilakukan ekstraksi (5 macam)
• Kloroform paling baik
• Kadar darah sangat rendah dengan metode asam tungsat
• Pemeriksaan kualitatif :
• Penentuan titik cair co/ veronal murni mencair pada suhu 191°C
• Uji kristall dilakukan pd sisa obat yang ditemukan dilambung
• Metoda kopanyi (rx warna kobalt)
• Pemriksaan semikuantitatif dan kuantitatif
• Kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography): positif bercak kuning muda berlatar
belakang ungu
• Kromatografi gas cair (Gas liquid chromatography)
• Sprektrofotometri UV
• spektrofotofluorimetri
LO 9
• Kemungkinan penyebab kematian adalah keracunan sianida
(ditemukan lebam mayat cherry red) → lebam bisa karena CO atau CN
tapi karena hanya korban yang mengalami kemungkinan lebih besar
CN
• Cara kematian : tidak wajar
• Surat keterangan kematian tidak boleh sebelum selesai dilakukan
penyelidikan oleh polisi dan pemeriksaan forensik.
• Dugaan minum pil stimulant (amfetamin) dengan alcohol →
meningkatkan efek dari amfetamin
Analisis Kasus Hijau  Tanda pasti Kematian
Biru  tanda tdk pasti kematian

• Diperiksa dokter di UGD RS:


• Tidak bernapas (kematian tidak pasti), nadi tidak teraba, jantung tidak terdengar  mati somatis
• (+) refleks pupil negatif  kematian batang otak
• Korban mengkonsumsi beberapa pil dengan minuman keras  joget  beberapa menit
kemudian kejang  dibawa ke RS  curiga keracunan = kematian tidak wajar
• Pemeriksaan :
• Lebam mayat yang berwarna merah terang = kemungkinan keracunan CO atau CN
• Lebam mayat antara kedua tulang belikat = posisi mayat terlentang (muncul 20-30mnt setelah
kematian)
• Kaku mayat (+) tangan dan kaki = penjalaran kaku mayat  kraniokaudal (muncul 2 jam setelah
kematian, lebih cepat pada org yg melakukan aktivitas)
• Seluruh tubuh tidak ditemukan luka-luka  bukan disebabkan karena kekerasan
• Perkiraan waktu kematian : 1 jam sebelumnya, karena kaku mayat muncul lebih cepat
pada saat melakukan aktivitas
• Tidak mempunyai riwayat penyakit  mengetahui apakah kematian mendadak.
Daftar Pustaka
• Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Knights. Forensic
• Teknik Autopsi Forensik – Bagian IKF FK UI – Cetakan ke-4 Tahun 2000

Anda mungkin juga menyukai