Anda di halaman 1dari 10

NASKAH UJIAN KASUS FORENSIK PENGANIAYAAN

Disusun oleh : KIKI UMMI TAQIYYAH, S.Ked Penguji : Dr. Ade Firmansyah, Sp.F

DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RSIPNCM JAKARTA

KASUS FORENSIK KLINIK Kasus Penganiayaan IDENTITAS KORBAN Nama Umur Jenis kelamin Warga Negara Pekerjaan Agama : Suryadi S.F. Hutabarat : 44 tahun : Laki-laki : Indonesia : Swasta : Kristen Bekasi Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 26 Juli 2011 pukul 22.41 WIB RIWAYAT Pada tanggal 26 juli 2011 pukul 22.41 WIB seorang laki-laki datang dan mengaku 2 jam sebelum pemeriksaan, korban didatangi oleh 2 orang yang sudah dikenalnya sebagai tukang ojek, lalu salah seorang pelaku mendorong korban hingga tersandar di dinding, lalu seorang lainnya menonjok korban sebanyak 2 kali pada pipi kanan. Riwayat pingsan (-), sakit kepala (-), pusing (-). PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran Umum Tekanan Darah Denyut Nadi Frekwensi Nafas Suhu : Compos Mentis, sakit ringan :120/80 mmHg : 80 x/menit : 16 x/menit : Afebris

Alamat: Jl. Mawar no. 19 JTB 1 Rt. 007/005 Pondok Gede Kota

STATUS LOKALIS LUKA / CIDERA 1. 2. Pada rahang bawah sisi kanan 6 cm GPD, 2cm di bawah liang telinga terdapat bengkak sewarna kulit sekitar yang nyeri pada penekanan seluas 4cm x 3,5cm. Pada leher bagian depan sisi kiri 2cm GPD, 3,5cm dibawah jakun terdapat memar kemerahan seluas 2,5cmx1,5cm. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan TINDAKAN / PENGOBATAN Tidak ada tindakan / pengobatan yang dilakukan di RS KESIMPULAN Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia 44 tahun ini ditemukan pembengkakan pada wajah dan memar pada leher akibat kekerasan tumpul, luka yang ditemukan tidak memerlukan tindakan medic atau pengobatan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO Jl. Salemba Raya 6 jakarta 10430 Telp. 021-3106197, Fax. 021-3154626 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No. 647/TU.FK/VII.2011 Yang bertandatangan di bawah ini, dr. Kiki Sp.F. Dokter pada Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, atas permintaan dari Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat dengan suratnya nomor 286/VER/VII/2011/Res JP tertanggal 26 Juli 2011 dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 26 Juli 2011 bertempat di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 3499033 yang menurut surat tersebut adalah : --------------------------------------------------------------------------------------------Nama Umur Jenis kelamin Warga Negara Pekerjaan Agama Alamat : Suryadi S.F. Hutabarat : 44 tahun : Laki-laki : Indonesia : Swasta : Kristen : Jl. Mawar no. 19 JTB 1 Rt. 007/005 Pondok Gede Kota Bekasi Jakarta, 20 Agustus 2011

HASIL PEMERIKSAAN :---------------------------------------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum tampak sakit ringan 2. Korban mengaku: bahwa dua jam sebelum pemeriksaan ia di dorong dan ditonjok dengan tangan kosong oleh dua orang pelaku yang sudahdi kenalnya sebanyak dua kali pada pipi kanannya. Pingsan (-), sakit kepala (-), pusing (-). 3. Pada korban ditemukan : 1. Kesadaran : compos mentis, Tekanan Darah : seratus dua puluh per delapan puluh, Denyut Nadi : delapan puluh kali per menit, Frekwensi nafas : enam belas kali per menit, Suhu : afebris 2. Pada rahang bawah sisi kanan enam centimeter garis pertengahan depan, dua centimeter di bawah liang telinga terdapat bengkak

4. 5.

sewarna kulit sekitar yang nyeri pada penekanan seluas empat centimeter kali tiga koma lima centimeter. 3. Pada leher bagian depan sisi kiri dua centimeter garis pertengahan depan, tiga koma lima centimeter dibawah jakun terdapat memar kemerahan seluas dua koma lima centimeter kali satu koma lima centimeter. Terhadap korban tidak dilakukan pengobatan ---------------------------------------Korban dipulangkan -----------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN : --------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia 44 tahun ini ditemukan pembengkakan pada wajah dan memar pada leher akibat kekerasan tumpul, luka yang ditemukan tidak memerlukan tindakan medic atau pengpbatan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian. Demikianlah Visum et Repertum ini di buat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesui dengan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana-------------------------------------------------------------------Dokter Pemeriksa

dr. Kiki, Sp.F NIM. 0920221145

PEMBAHASAN KASUS ASPEK MEDIKOLEGAL Pemeriksaan medic untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah pembuatan Visum et Repertum (VeR) terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena di duga sebagai korban suatu tindak pidana baik dalam perisiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana. Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang di buat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medic terhadap manusia, baik hidup atau mati, ataupun bagian atau di duga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan. Pembuatan VeR pada manusia sebagai korban atau diduga korban tindak pidana memiliki dasar hokum yaitu pasal 133 ayat (1) KUHAP, yaitu : Dalam hal ini penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, maupun mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Pada kasus ini korban mengalami memar yang di duga akibat pemukulan oleh dua orang yang dikenal korban, sehingga penyidik mengajukan permintaan keterangan ahli dalam hal ini ahli kedokteran kehakiman di departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSCM. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari pasal 133 ayat (2) KUHAP yang berbunyi,Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat pada kasus ini, permintaan visum dilakukan secara tertulis.

Sebagai pihak yang diminta bantuannya oleh pihak berwenang, dokter wajib membantu untuk memberikan keterangan berupa VeR sesuai pasal 179 KUHAP, Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Jika dokter menolak untuk melakukan keterangan ahli dapat dikenakan sanksi sesuai pasal 216 ayat (1) KUHP, Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Keterangan ahli dalam surat pada pasal 184 KUHAP ayat (1) tersebut sepadan dengan yang dimaksud dengan Visum et Repertum dalam Statsbald 350 tahun 1937. PEMERIKSAAN TERHADAP KORBAN Tujuan pemeriksaan forensik pada korban adalah mengetahui tanda-tanda kekerasan, penyebab, serta derajat luka/sakit. Pemeriksaan terhadap korban penganiayaan sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan, sebelum hilangnya tandatanya kekerasan yang dapat dijadikannya bukti telah terjadi tindak kekerasan. Peran ilmu kedokteran forensic dalam membantu penyelesaian proses penyidikan kasus-kasus yang dituangkan dalam Visum et Repertum perlukaan harus mencakup penentuan jenis luka, jenis kekerasan yangmenyebabkan luka dan menentukan kualifikasi luka. Penentuan kualifikasi luka pada dasarnya mengacu pada pasal 351 ayat (1) dan (2), pasal 352 ayat (1), pasal 353 ayat (2), pasal 354 ayat (1) dan pasal 360 ayat (1) dan (2) KUHP. Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan ringan (pasal 352 KUHP) yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. Umumnya yang dianggap sebagai hasil dari penganiayaan ringan adalah korban dengan tanpa luka

atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya/tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Luka-luka tersebut kita masukan kedalam kategori luka ringan atau luka derajat satu. Sedangkan korban dengan luka sedang dapat merupakan hasil dari tindakan penganiayaan pasal 351 ayat (1) atau 353 ayat (1) yaitu luka yang mengakibatkan halangan atau kehinlangan fungsi melakukan aktifitas sehari-hari sementara waktu/reversible. Korban dengan luka berat pasal 90 KUHP dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan dengan luka berat pasal 351 ayat (2) atau 353 ayat (2). Luka berat yang sesuai dengan pasal 90 KUHP adalah jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali atau yang menimbulkan bahaya maut yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera yang menimbulkan cacat berat (verminking) yang mengakibatkan terjadinya lumpuh, terganggunya daya piker selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Korban dalam kasus ini datang dan mengaku 2 jam sebelum pemeriksaan, korban didatangi oleh 2 orang yang sudah dikenalnya sebagai tukang ojek, lalu salah seorang pelaku mendorong korban hingga tersandar di dinding, lalu seorang lainnya menonjok korban sebanyak 2 kali pada pipi kanan. Tidak ada riwayat pingsan, sakit kepala dan pusing. Datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada pemeriksaan di dapatkan pada rahang bawah sisi kanan 6 cm GPD, 2cm di bawah liang telinga terdapat bengkak sewarna kulit sekitar yang nyeri pada penekanan seluas 4cm x 3,5cm. Pada leher bagian depan sisi kiri 2cm GPD, 3,5cm dibawah jakun terdapat memar kemerahan seluas 2,5cm x 1,5cm. Pada pemeriksaan fisik tidak menunjukan tanda-tanda kegawatan. Korban dipulangkan. Sebagaimana diketahui memar merupakan salah satu bentuk luka akibat kekerasan tumpul. Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai factor seperti besarnya

kekerasan, jenis benda penyebab (karet, besi, kayu), kondisi dan jenis jaringan (jaringan longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, kerapuhan pembuluh darah, dll. Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberikan gambaran yang jelas. Sedangkan pada luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, mengakibatkan sebagian atau seluruh lapisannya hilang. Luka pada korban digolongkan sebagai luka derajat 1 atau luka ringan karena tidak mengakibatkan penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian. Pelaku dapat dipidana penjara berdasarkan pasal 352 ayat (1) KUHP yang berbunyi Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau yang menjadi bawahannya. Sedangkan pada ayat (2) dikatakan bahwa Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Selain itu pelaku di kenal oleh korban sebagai tukang ojek, maka pelaku terkena pasal 170 ayat (1) KUHP, Barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997. 2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994.

Anda mungkin juga menyukai