Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

HERNIOPLASTY MESH BILAYER

Pembimbing:

dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB

Disusun oleh:

Zenitra Hizba Rosyadita

1113103000025
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
ini. Laporan kasus yang berjudul “Hernioplasty Mesh Bilayer” ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian/ SMF Bedah Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB, selaku
pembimbing laporan kasus ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis
dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Status Medik 2

BAB III Tinjauan Pustaka 12

BAB IV Pembahasan 26

BAB V Kesimpulan 27

Daftar Pustaka 28
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjokaln bagian organ atau jaringan melalui lubang


abnormal. Hernia merupakan potrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek (saluran yang lemah) atau bagian lemah dari. [1]

Dari semua kasus jenis hernia abdomen, 75% merupakan hernia


inguinalis. Hernia inguinalis lateralis ditemukan sekitar 50% sedangkan hernia
inguinalis medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15% dan 10% hernia
abdomen yang lainnya. Bank data Kementerian Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat
inap menurut golongan sebab penyakit di Indonesia tahun 2004, hernia
menempati urutan ke-8 dengan jumlah kasus 18.145 kasus. [2]

Hernia pada dinding abdomen merupakan salah satu penyebab terbanyak


pembedahan. Angka operasi hernia yang cukup tinggi masih belum memberikan
hasil yang sempurna, melainkan masih tingginya angka kegagalan dan
[3]
kekambuhan hernia setelah dilakukannya prosedur operasi. prosedur
pembedahan untuk menangani hernia inguinalis adalah herniotomi yang biasa
dilakukan pada anak-anak dan herniorafi yang biasa dilakukan pada orang
dewasa.

Pada saat ini terdapat hernioplasty dengan teknik lichtenstein repair yang
merupakan cara tension-free mesh repair dengan menggunakan polypropylene
mesh. Teknik ini menunjukan hasil kekambuhan hernia yang rendah, mudah
dilakukan, dan harga relatif murah. Dengan demikian penulis ingin membahas
mengenai “Hernioplasty with Mesh Bilayer”.
BAB II
STATUS MEDIK

3.1 Identitas
Nama : Daud Dwijo Oetomo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 59 tahun
Agama : Kristen
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1958
Alamat : Jl. Rancho Indah No. 35 RT 002/RW 002 Tanjung
Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Pekerjaan : Guru SMP
Status Pendidikan : S1
Status Pernikahan : kawin
No RM : 01586274
3.2 Anamnesis (Autoanamnesis pada 9 April 2018)
3.2.1 Keluhan Utama
Pasien datang ke RS dengan keluhan benjolan di buah zakar kanan dan kiri
sejak 3 bulan SMRS.
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh terdapat benjolan di buah zakar kanan dan kiri sejak 3
bulan SMRS. Benjolan sebesar telur ayam. Awalnya benjolan kiri sudah
dirasakan sejak pasien anak-anak, benjolan biasanya muncul ketika pasien
mengedan, naik turun tangga, dan batuk. Benjolan bisa menghilang
apabila pasien mendorong benjolan tersebut dengan menggunakan tangan
dan saat pasien berbaring. Pada 3 bulan SMRS, benjolan sebelah kiri
semakin sering muncul dan timbul benjolan baru pada buah zakar kanan.
Benjolan ini dirasakan sangat mengganggu pasien. Benjolan tidak
dirasakan nyeri. Tidak ada bengkak dan kemerahan pada benjolan. Perut
kembung, mual, dan muntah disangkal pasien. Pasien memiliki riwayat
BAB susah sejak kecil.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kencing manis dan hipertensi disangkal. Riwayat operasi amandel
saat pasien 15 tahun. Batuk lama disangkal. Alergi obat disangkal.
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat keluhan serupa pada kakak pasien.
3.2.5 Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang guru SMP. Setiap hari pasien naik turun tangga
dari lantai 3. Pasien biasa mengkonsumsi sayur dan buah.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan di ruang penerimaan pasien gedung Bougenville
lantai 5 RSUP Fatmawati.
3.3.1 Status Generalis
a) Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : compos mentis
BB : 67 kg
TB : 172 cm
b) Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 89x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
c) Status Generalis
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : sekret (-), deformitas (-)
Telinga : normotia, sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Jantung : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : datar, massa (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani.

Ekstremitas : edema (-), CRT<2 detik

d) Status Lokalis
Regio inguinal bilateral
Inspeksi : tampak massa ukuran 5x4x4 cm, sewarna kulit,
kemerahan (-), edema (-)
Palpasi : massa konsistensi kenyal, nyeri (-), batas tidak jelas, bisa
masuk, transluminasi (-).
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.4.1 Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 15,7 g/dL 13,2-17,3

Hematokrit 45% 40-52

Leukosit 6.800/uL 3.800-10.600

Trombosit 259.000/uL 150.000-440.000

Eritrosit 5.470.000/uL 4.400.000-5.900.000

Nilai Eritrosit Rata-


rata
MCV 82 fl 80-100

MCH 29 pg 26-34

MCHC 35g/dL 32-36

Masa Protombin

PT 13,1 detik 10,8-14,4


APTT 30,7 detik 25-35

INR 0,97

Fungsi Hati

SGOT 20 U/L <50

SGPT 23 U/L <50

Diabetes

GDS 91 mg/dL 70-180

Fungsi Ginjal

Ureum 16 mg/dL <48

Kreatinin 1,33 mg/dL 0,7-1,3

3.4.2 Radiologi
Rontgen Thorax PA (1/3/2018)
Cor tidak melebar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo: Hillus normal, corakan bronkovaskuler normal, tidak tampak
infiltrat.
Soft tissue dan skletal dalam batas normal
Kesan: Cor dan pulmo tidak tampak kelainan
3.5 Resume
Tn. D, 59 tahun, datang ke RS Fatmawati dengan keluhan benjolan di
buah zakar kanan dan kiri sejak 3 bulan SMRS. Benjolan berukuran sebesar
telur ayam. Benjolan kiri dirsakan sejak kecil, muncul jika pasien mengedan,
beridiri, dan naik turun tangga. Benjolan menghilang saat pasien berbaring
dan dimasukan sendiri menggunakan jari. Benjolan tidak nyeri, tidak ada
kemerahan. BAB tidak ada gangguan. Dari hasil pemeriksaan fisik, pada
Regio inguinal bilateral, Inspeksi tampak massa ukuran 5x4x4 cm, sewarna
kulit, kemerahan (-), edema (-). Pada Palpasi massa konsistensi kenyal, nyeri
(-), batas tidak jelas, bisa masuk, transluminasi (-).

3.6 Diagnosis Kerja


Hernia inguinalis bilateral ireponibel
3.7 Tatalaksana
Herniotomi dan Hernioplasty Mesh Bilayer
3.8 Laporan Prosedur
Pasien dilakukan tindakan operasi Herniotomi dan Hernioplasty Mesh Bilayer
pada 09/04/2018
Laporan operasi:
 Pasien supine dalam anastesi spinal
 A dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
 Insisi 2 jari medial SIAS-TP kanan
 Aponeurosis m obliqus externus dibelah tajam
 Funikulus spermatikus dipisahkan dari jaringan sekitarnya
 Kantong hernia dikenali, kantong distal dan proximal dipisahkan
 Kantong proksimal diligasi seproximal mungkin sampai tampak pre
peritoneal fat
 Dipasang mesh bilayer
 Perdarahan dirawat
 Luka ditutup
 Operasi yang sama dilakukan pada sisi sebelah kiri
 Operasi selesai.

Pasien menggunakan mesh bilayer ULTRAPRO UHSL-1 Device,


Mococryl-Prolene-Composite

3.9 Instruksi Post op


1. Awasi TNSP
2. IVFD RL:Dextrose 5% 2:2
3. Medikamentosa
- Ceftriaxone 2x1 gram
- Ketorolac 3x30 mg
- Ranitidin 2x50 mg
- Ondansentron 2x8 mg
4. Diet biasa
5. Jangan duduk 24 jam.

3.10 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
3.11 Dokumentasi
a. Pre operasi
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus atau organ dari
tempat yang seharusnya; protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.1
Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti
abdomen dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga yang demikian
disebut hernia internal. Hernia yang paling sering adalah yang eksternal dari
dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus3. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut, yang normalnya tidak dapat dilewati.1,2
2.2 EPIDEMIOLOGI HERNIA
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada
pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis
dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 %
terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada
umbilicus.2,3
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis
semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang
sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari
Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika
dari pelvis.1
2.3ANATOMI
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ-organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut dibentuk oleh ligamentum
inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi
medialnya dan spina illiaka anterior posterior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya
ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemua fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).
Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan
rongga perut melalui anulus inguinalis profundus yang terletak disebelah lateral.
Funikulus spermaticus ini menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis
yang terletak sejajar dengan ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit
dalam annulus inguinalis superfisialis yang terletak disebelah medial. Lubang
yang disebutkan belakangan ini dengan mudah dapat diraba dibawah kulit pada
dinding perut, kalau scrotum didorong kedalam, serta meraba di atas lipatan
inguinale.4,5

Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens
atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot
cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus
genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis. 2

Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.


Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils
adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.2
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari
trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,
dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirect.3

Aponeurosis Obliqus External


Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial
dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external
oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. 5,6

* Otot Oblique internus


Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk
conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya te;ah banyak
diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien. 4,5

Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan: "The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar
dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan
ke linea semulunaris.4,5
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. 5

Preperitoneal Space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah
adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari
nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca
dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral
ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan
kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital
dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam
sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.
ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan
medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah
jaringan lemak sangat bervariasi.1,4,5,

2.4 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia:1
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital

2.5 KLASIFIKASI HERNIA


1.Berdasarkan terjadinya3
a. Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi
sebagai akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine –
paten prosesus vaginalis adalah salah satu contohnya
b.Hernia dapatan atau akuisita, terdapat dua tipe hernia akuisita3
 Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
o Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh
darah femoralis yang melalui kanalis femoralis.
o Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara
normal, seperti pada regio lumbal
o Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup
defek, seperti pada umbilikus
 Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada
dinding, seperti pada laparatomi dan trauma tembus
2. Hernia berdasarkan gambaran klinis, komplikasi yang terjadi:3
a. hernia reponibel
Hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.
Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya
gravitasi atau tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.8
b.Hernia Ireponibel
Isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia
ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi
yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar
untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.3
c. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah
oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan
pembengkakan lebih lanjut ; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan
vena. Terjadi perdarahan vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan
pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemi
dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus, misalnya omentum, nekrosis
yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi dan
menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan
dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk
ke dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan
rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan
lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan
peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian. Bila
strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia
Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia
tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi hernia
Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia
femoralistampak seperti abses di daerah inguinal.2
3. hernia menurut letak penonjolannya
a. Hernia inguinalis lateralis/ indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anggulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke scrotum, ini
disebut hernia scrotalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak anteromedial terhadap vas deferant dan struktur lain dalam tali sperma.5
b. Hernia inguinalis medialis/ direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung
kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum
inguinale.5
2.6 DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri,batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Pada hernia
inguinallateralis muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolanberbentuk lonjong. Hernia skrotalis yaitu benjolan yang terlihat
sampai skrotum yangmerupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis
lateralis. Pada hernia inguinalismedialis tonjolan biasanya terjadi bilateral,
berbentuk bulat.2

Palpasi
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu pasien
disuruhmengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa ituhernia inguinalis medialis.Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum
pubikumditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik
yang kita tekanmaka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. Titik
tengah antara kedua titiktersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jikaterlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya herniainguinalis medialis.1
Pada hernia inguinalis, kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
padafunikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarungtanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masihberada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujungjari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping
jari yang menyentuhmenandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah
ligamentum inguinal danlateral tuberkulum pubikum.
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata.1
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yangmengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).4
Pemeriksaan penunjang
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosisdengan shift tthe left yang menandakan strangulasi. Elektrolit,kadar
kreatininyang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes
Urinalisis untukmenyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyerilipat paha.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan
rutinhernia.Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat pahaatau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien
dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifisitasdiagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi
juga berguna untuk membedakanhernia inkarserata dari suatu nodus limfatikus
patologis atau penyebab lain dari suatumassa yang teraba di inguinal. Pada pasien
yang sangat jarang dengan nyeri inguinaltetapi tak ada bukti fisik atau sonografi
yang menunjukkan hernia inguinalis. 9
2.7 Diagnosis banding
1. Hidrokel testis/funikulokel.
2. Varikokel
3. Limfadenopati inguinal
4. Abses inguinal
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi hernia secaraumumterbagimenjadidua, yakni :
1. Konservatif
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia,
kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi
dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan
karena merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi
masih mengancam.
2. Operatif
- Anak-anak : Herniotomy
Karena masalahnya pada kantong hernia, maka dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia,
jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit
setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak
sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika
hernia terjadi bilateral
- Dewasa : Herniorrhaphy, denganteknik-teknikmeliputi :
 Perawatan kantung hernia dan isi hernia
 Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair), Shouldice,
Tension free herniorrhaphy)
 Berliner repair
 The Lichtenstein repair
 The Wilkinson Technique
 Abrahamson Nylon Darn Repair
 Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
 Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy), sepertiTAPP = Trans
Abdominal Pre PeritonealdanTEP = Total Extra Peritoneal.

Teknik-teknik operasi hernia


Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan
memperbaiki dinding abdomen.2

Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu:5

Marcy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya,


melewati inguinal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna. Lebih
sering digunakan pada anak-anak.

Bassini, dahulu metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint tendon
didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin mungkin di bawah aponeurosius muskulus oblikuus
eksterna.
Halsted, menempatkan musculus obliquus ekterna di antara cord kebalikannya
cara Basssini.

Mc Vay, di kenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint


tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.

Berdasarkanpendekatan operasi,
banyakteknikherniorraphydapatdikelompokkandalam 4 kategoriutama:4,5
o Kelompok 1: Open Anterior Repair 3
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan
funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi
kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

Teknik Bassini 4
Komponen utama dari teknik bassini adalah
 Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
ingunalis hingga ke cincin ekternal
 Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari
hernia direct.
 Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
 Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
 Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum
inguinalis lateral.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang
tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi
neckosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan

o Kelompok 2: Open Posterior Repair 5


Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.

o kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh 2,4,5


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan
pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah
prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia
tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan disekitar fascia. Hasil yang baik
diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan
implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi
pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan
teknik ini terus popular. Teknik ini dapat dilakukan dengan anestesi local,
regional, atau general. 2
Mesh merupakan bahan anyaman steril yang dirancang secara permanen
dalam tubuh. Fungsi utama mesh adalah untuk menstabilkan dan memperkuat
jaringan, sebagai penahan untuk mendukung organ prolaps, dan dapat
menstimulasi pertumbuhan jaringan baru. Mesh bisa dalam bentuk patch yang
berjalan di bawah atau di atas kelemahan, atau dapat dalam bentuk plug yang
masuk ke dalam lubang. Mesh sangat kokoh dan kuat, namun sangat tipis. Hal ini
juga lembut dan fleksibel untuk memungkinkan untuk dengan mudah
menyesuaikan diri dengan tubuh gerakan, posisi, dan ukuran.4
Mesh umumnya tersedia dalam berbagai ukuran dan sering dapat dipotong
untuk ukuran. Tergantung pada teknik perbaikan yang digunakan, mesh
ditempatkan baik di bawah atau di atas defek pada dinding perut dan diadakan di
tempat oleh beberapa jahitan. Mesh bertindak sebagai "bangunan” untuk
pertumbuhan baru jaringan pasien sendiri, yang akhirnya menggabungkan mesh ke
daerah sekitarnya. 2

Mesh repair menjadi gold standar pada perbaikan hernia. Mesh repair
dikategorikan berdasarkan level mesh diletakan. Mesh dapat dipasang di lapisan
dalam dari defect fascial (intraperitoneal atau preperitenoal), intraparietal yaiitu
antara tepi defect dengan lapisan dinding musculoaponeuotic, dan superfisial pada
defect fasial. 2,4
Mesh dapat dikategorikan berdasarkan bahan prostetik dan biologi. Implan
Mesh sebagai prostetik permanen menggunakan bahan yang tidak dapat didegradasi
oleh tubuh, sedangkan mesh yang dapat didegradasi tubuh dengan cara diserep
dengan aktivitas enzim hidrolitik. Mesh biologi berbagan dasar kolagen yang
berasal dari porcine, bovine, atau manusia. Mesh biologi akan berikatan dengan
molekul kolagen pada host kemudian beremodeling dan akhirnya akan digantikan
dengan kolagen host. Mesh biologi biasa dilakukan pada hernia dengan defect pada
dinding abdomen saja, namun sekarang banyak dilakukan pada hernia residif. 2

Prostetik mesh digunakan karena mudah digunakan, harga relatif murah,


dan tahan lama. Sedangkan mesh biologi biasa digunakan pada hernia dengan
defect abdominal yang mudah terkontaminasi atau terinfeksi. 2,4,5

KOMPLIKASI PEMASANGAN MESH


Beberapa efek samping yang mungkin dapat terjadi seperti reaksi
inflamasi terhadap benda asing, pembentukan seroma, infeksi, pembentukan adhesi,
pembentukan fistula ketika mesh produk tertentu digunakan dalam perbaikan
hernia. Penggunaan beberapa perangkat mesh pada luka yang terinfeksi atau
terkontaminasi dapat menyebabkan pembentukan fistula dan / atau penolakan mesh,
atau infeksi yang mungkin memerlukan pengangkatan mesh. 4
Mesh umumnya tidak digunakan pada pasien dengan potensi
pertumbuhan atau ekspansi jaringan (seperti bayi atau anak-anak atau wanita yang
mungkin hamil) mesh tidak dapat meregang secara signifikan. 2,4

o Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,tetapi
juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini,hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar diregion inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensiobstruksi usus halus dan
pembentuka fistel karena paparan usus terhadapmesh.Saat ini kebanyakan teknik
laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan
TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen
dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan
dankemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah
prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal
untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama
operasi. 2,4,5
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien tn. D, 59 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada buah zakar
kanan dan kiri yang memberat sejak 3 bulan SMRS. Benjolan muncul saat pasien
naik turun tangga dan mengedan. Benjolan menghilang saat pasien berbaring dan
benjolan dimasukan sediri dengan menggunakan tangan. Namun saat ini benjolan
tidak menghilang. Pasien didiagnosis hernia inguinal bilateral ireponibel. Pasien
dilakukan hernioplasty mesh bilayer pada 9 April 2018.

Hernioplasty bertujuan untuk menghilangkan hernia dengan cara


membuang kantung hernia dan memperbaiki dinding abdomen. Ada banyak
teknik herniolasty yaitu open anterior repair dengan menggunakan teknik bassini,
McVay, dan Shouldice. Selain itu terdapat hernioplasty dengan teknik open
posterior repair dan teknik Lischenstein.

Hernioplasty with mesh merupakan tektnik tension free repair (teknik


Lichtenstein). Teknik ini banyak dilakukan karena diperoleh hasil kekambuhan
yang minimal. Mesh dipasang dilapisan dalam dari defect fascia/preperitoneal dan
pada superfisial pada defect fascia.. mesh ini dapat memperbaiki defek hernia
tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia.

Mesh yang digunakan adalah produk ULTRAPO UHSL-1 dengan


komposisi monocryl-prolene-composite dalam kata lain mesh yang digunakan
adalah mesh biologi dan mesh prostetik. Dibagian posterior merupakan mesh
prostetik sehingga tidak dapat diserap tubuh dan bersifat permanen. Sedangkan
dibagian anterior merupakan mesh biologi yang dapat diserap oleh tubuh dengan
cara didegradasi oleh enzim hidrolitik. Mesh biologi akan berikatan dengan
molekul kolagen pada tubuh asien kemudian digantikan oleh jaringan kolagen
tubuh.
BAB V

KESIMPULAN

Hernia merupakan suatu penonjolan dari suatu struktur/bentuk atau organ


dari tempat yang seharusnya. Penonjilan berisi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Menurut letaknya hernia
inguinalis merupakan keluarnya organ dari rongga peritenoum ke bagian scrotum.
Apabila hernia masih bisa direposisi dengan spontan maka disebut dengan hernia
reponibel. Sedangkan apabila hernia tidak dapat direposisi maka disebut hernia
ireponible. Penanganan hernia dengan hernioplasty dengan mesh bilayer
merupakan suatu gold standard pada penanganan hernia. Karena rendahnya angka
kekambuhan, teknik yang mudah, dan harga yang relatif murah.
BAB

DAFTAR PUSTAKA

Zinner, J Michael, et al. Maingot’s abdominal Operations. Edition 11th.


USA:McGraw-Hill’s Surgery. 2010

Brunicardi, charles F, et al. Scwartz’s principles of surgery. 9th edition. USA:


McGraw-Hill’s Surgery. 2010.

Doherty, M Gerard. Current diagnosis & treatment: Surgery. 13th Ed. USA: Mc-
Graw Hill. 2009.

Beauchamp, et al. Sabiston Textbook of surgery: The Biological Basis of Modern


Surgical Practice. 18th Ed. New York: Elsevier. 2007.

Raftery, A T et al.Surgery Churchill’s Pocketbooks. 4th edition. Philadelphia :


Elsevier. 2011.

Anda mungkin juga menyukai