Pembimbing:
Disusun oleh:
1113103000025
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
ini. Laporan kasus yang berjudul “Hernioplasty Mesh Bilayer” ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian/ SMF Bedah Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB, selaku
pembimbing laporan kasus ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis
dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
BAB IV Pembahasan 26
BAB V Kesimpulan 27
Daftar Pustaka 28
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini terdapat hernioplasty dengan teknik lichtenstein repair yang
merupakan cara tension-free mesh repair dengan menggunakan polypropylene
mesh. Teknik ini menunjukan hasil kekambuhan hernia yang rendah, mudah
dilakukan, dan harga relatif murah. Dengan demikian penulis ingin membahas
mengenai “Hernioplasty with Mesh Bilayer”.
BAB II
STATUS MEDIK
3.1 Identitas
Nama : Daud Dwijo Oetomo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 59 tahun
Agama : Kristen
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1958
Alamat : Jl. Rancho Indah No. 35 RT 002/RW 002 Tanjung
Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Pekerjaan : Guru SMP
Status Pendidikan : S1
Status Pernikahan : kawin
No RM : 01586274
3.2 Anamnesis (Autoanamnesis pada 9 April 2018)
3.2.1 Keluhan Utama
Pasien datang ke RS dengan keluhan benjolan di buah zakar kanan dan kiri
sejak 3 bulan SMRS.
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh terdapat benjolan di buah zakar kanan dan kiri sejak 3
bulan SMRS. Benjolan sebesar telur ayam. Awalnya benjolan kiri sudah
dirasakan sejak pasien anak-anak, benjolan biasanya muncul ketika pasien
mengedan, naik turun tangga, dan batuk. Benjolan bisa menghilang
apabila pasien mendorong benjolan tersebut dengan menggunakan tangan
dan saat pasien berbaring. Pada 3 bulan SMRS, benjolan sebelah kiri
semakin sering muncul dan timbul benjolan baru pada buah zakar kanan.
Benjolan ini dirasakan sangat mengganggu pasien. Benjolan tidak
dirasakan nyeri. Tidak ada bengkak dan kemerahan pada benjolan. Perut
kembung, mual, dan muntah disangkal pasien. Pasien memiliki riwayat
BAB susah sejak kecil.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kencing manis dan hipertensi disangkal. Riwayat operasi amandel
saat pasien 15 tahun. Batuk lama disangkal. Alergi obat disangkal.
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat keluhan serupa pada kakak pasien.
3.2.5 Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang guru SMP. Setiap hari pasien naik turun tangga
dari lantai 3. Pasien biasa mengkonsumsi sayur dan buah.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan di ruang penerimaan pasien gedung Bougenville
lantai 5 RSUP Fatmawati.
3.3.1 Status Generalis
a) Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : compos mentis
BB : 67 kg
TB : 172 cm
b) Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 89x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
c) Status Generalis
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : sekret (-), deformitas (-)
Telinga : normotia, sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Jantung : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : datar, massa (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani.
d) Status Lokalis
Regio inguinal bilateral
Inspeksi : tampak massa ukuran 5x4x4 cm, sewarna kulit,
kemerahan (-), edema (-)
Palpasi : massa konsistensi kenyal, nyeri (-), batas tidak jelas, bisa
masuk, transluminasi (-).
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.4.1 Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
MCH 29 pg 26-34
Masa Protombin
INR 0,97
Fungsi Hati
Diabetes
Fungsi Ginjal
3.4.2 Radiologi
Rontgen Thorax PA (1/3/2018)
Cor tidak melebar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo: Hillus normal, corakan bronkovaskuler normal, tidak tampak
infiltrat.
Soft tissue dan skletal dalam batas normal
Kesan: Cor dan pulmo tidak tampak kelainan
3.5 Resume
Tn. D, 59 tahun, datang ke RS Fatmawati dengan keluhan benjolan di
buah zakar kanan dan kiri sejak 3 bulan SMRS. Benjolan berukuran sebesar
telur ayam. Benjolan kiri dirsakan sejak kecil, muncul jika pasien mengedan,
beridiri, dan naik turun tangga. Benjolan menghilang saat pasien berbaring
dan dimasukan sendiri menggunakan jari. Benjolan tidak nyeri, tidak ada
kemerahan. BAB tidak ada gangguan. Dari hasil pemeriksaan fisik, pada
Regio inguinal bilateral, Inspeksi tampak massa ukuran 5x4x4 cm, sewarna
kulit, kemerahan (-), edema (-). Pada Palpasi massa konsistensi kenyal, nyeri
(-), batas tidak jelas, bisa masuk, transluminasi (-).
3.10 Prognosis
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
3.11 Dokumentasi
a. Pre operasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hernia ialah penonjolan dari suatu struktur / bentuk, viscus atau organ dari
tempat yang seharusnya; protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.1
Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti
abdomen dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga yang demikian
disebut hernia internal. Hernia yang paling sering adalah yang eksternal dari
dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus3. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut, yang normalnya tidak dapat dilewati.1,2
2.2 EPIDEMIOLOGI HERNIA
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada
pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis
dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 %
terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada
umbilicus.2,3
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis
semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang
sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari
Grynfelt, segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika
dari pelvis.1
2.3ANATOMI
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ-organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut dibentuk oleh ligamentum
inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi
medialnya dan spina illiaka anterior posterior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya
ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemua fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).
Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan
rongga perut melalui anulus inguinalis profundus yang terletak disebelah lateral.
Funikulus spermaticus ini menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis
yang terletak sejajar dengan ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit
dalam annulus inguinalis superfisialis yang terletak disebelah medial. Lubang
yang disebutkan belakangan ini dengan mudah dapat diraba dibawah kulit pada
dinding perut, kalau scrotum didorong kedalam, serta meraba di atas lipatan
inguinale.4,5
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens
atau ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot
cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus
genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis. 2
Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan: "The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar
dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan
ke linea semulunaris.4,5
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. 5
Preperitoneal Space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah
adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari
nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca
dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral
ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior.4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan
kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital
dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam
sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.
ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan
medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah
jaringan lemak sangat bervariasi.1,4,5,
2.4 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia:1
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
Palpasi
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu pasien
disuruhmengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa ituhernia inguinalis medialis.Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum
pubikumditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik
yang kita tekanmaka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. Titik
tengah antara kedua titiktersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jikaterlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya herniainguinalis medialis.1
Pada hernia inguinalis, kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
padafunikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarungtanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus,
omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masihberada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujungjari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping
jari yang menyentuhmenandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah
ligamentum inguinal danlateral tuberkulum pubikum.
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata.1
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yangmengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).4
Pemeriksaan penunjang
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosisdengan shift tthe left yang menandakan strangulasi. Elektrolit,kadar
kreatininyang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi. Tes
Urinalisis untukmenyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyerilipat paha.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan
rutinhernia.Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat pahaatau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien
dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifisitasdiagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi
juga berguna untuk membedakanhernia inkarserata dari suatu nodus limfatikus
patologis atau penyebab lain dari suatumassa yang teraba di inguinal. Pada pasien
yang sangat jarang dengan nyeri inguinaltetapi tak ada bukti fisik atau sonografi
yang menunjukkan hernia inguinalis. 9
2.7 Diagnosis banding
1. Hidrokel testis/funikulokel.
2. Varikokel
3. Limfadenopati inguinal
4. Abses inguinal
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi hernia secaraumumterbagimenjadidua, yakni :
1. Konservatif
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia,
kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi
dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan
karena merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi
masih mengancam.
2. Operatif
- Anak-anak : Herniotomy
Karena masalahnya pada kantong hernia, maka dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia,
jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit
setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak
sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika
hernia terjadi bilateral
- Dewasa : Herniorrhaphy, denganteknik-teknikmeliputi :
Perawatan kantung hernia dan isi hernia
Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair), Shouldice,
Tension free herniorrhaphy)
Berliner repair
The Lichtenstein repair
The Wilkinson Technique
Abrahamson Nylon Darn Repair
Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy), sepertiTAPP = Trans
Abdominal Pre PeritonealdanTEP = Total Extra Peritoneal.
Bassini, dahulu metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint tendon
didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin mungkin di bawah aponeurosius muskulus oblikuus
eksterna.
Halsted, menempatkan musculus obliquus ekterna di antara cord kebalikannya
cara Basssini.
Berdasarkanpendekatan operasi,
banyakteknikherniorraphydapatdikelompokkandalam 4 kategoriutama:4,5
o Kelompok 1: Open Anterior Repair 3
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan
funikulus spermatikus. fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi
kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini 4
Komponen utama dari teknik bassini adalah
Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
ingunalis hingga ke cincin ekternal
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari
hernia direct.
Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum
inguinalis lateral.
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang
tejadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi
neckosis otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan
Mesh repair menjadi gold standar pada perbaikan hernia. Mesh repair
dikategorikan berdasarkan level mesh diletakan. Mesh dapat dipasang di lapisan
dalam dari defect fascial (intraperitoneal atau preperitenoal), intraparietal yaiitu
antara tepi defect dengan lapisan dinding musculoaponeuotic, dan superfisial pada
defect fasial. 2,4
Mesh dapat dikategorikan berdasarkan bahan prostetik dan biologi. Implan
Mesh sebagai prostetik permanen menggunakan bahan yang tidak dapat didegradasi
oleh tubuh, sedangkan mesh yang dapat didegradasi tubuh dengan cara diserep
dengan aktivitas enzim hidrolitik. Mesh biologi berbagan dasar kolagen yang
berasal dari porcine, bovine, atau manusia. Mesh biologi akan berikatan dengan
molekul kolagen pada host kemudian beremodeling dan akhirnya akan digantikan
dengan kolagen host. Mesh biologi biasa dilakukan pada hernia dengan defect pada
dinding abdomen saja, namun sekarang banyak dilakukan pada hernia residif. 2
o Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,tetapi
juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini,hernia
diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar diregion inguinal diatas
peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensiobstruksi usus halus dan
pembentuka fistel karena paparan usus terhadapmesh.Saat ini kebanyakan teknik
laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan
transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan
TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen
dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan
dankemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan pendekatan TAPP adalah
prosedur laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal
untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama
operasi. 2,4,5
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien tn. D, 59 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada buah zakar
kanan dan kiri yang memberat sejak 3 bulan SMRS. Benjolan muncul saat pasien
naik turun tangga dan mengedan. Benjolan menghilang saat pasien berbaring dan
benjolan dimasukan sediri dengan menggunakan tangan. Namun saat ini benjolan
tidak menghilang. Pasien didiagnosis hernia inguinal bilateral ireponibel. Pasien
dilakukan hernioplasty mesh bilayer pada 9 April 2018.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Doherty, M Gerard. Current diagnosis & treatment: Surgery. 13th Ed. USA: Mc-
Graw Hill. 2009.