DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, S.H, M.Kes, Sp.F
LEMBAR PENGESAHAN
Nama:
Mengetahui
Pembimbing
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................1
A. Definisi.........................................................................................................3
1. Pengertian Ilmu Kedokteran Forensik...................................................3
2. Pengertian Dokter..................................................................................3
B. Lingkup Pelayanan.......................................................................................4
C. Prosedur Medikolegal..................................................................................5
D. Visum et Repertum......................................................................................5
E. Penjabaran Kompetensi Dokter di Bidang Kedokteran Forensik................5
1. Area Komunikasi Efektif......................................................................5
2. Area Ketrampilan Klinis ......................................................................7
3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran...............................................9
4. Area Pengelolaan Masalah Kedokteran dan Hukum...........................10
5. Area Pengelolaan Informasi................................................................11
6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri.........................................12
7. Area Etika, Moral, Medikolegal, dan Profesionalisme serta
Keselamatan Pasien.............................................................................13
Kesimpulan...................................................................................................15
dalam bidang ini untuk diajukan di sidang pengadilan sebagai alat bukti saksi.
Implikasi teoritis persoalan ini adalah bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan
suatu perkara yang memerlukan keterangan dokter forensik, hanya memerlukan
keterangan yang berupa visum et repertum tanpa perlu menghadirkan dokter yang
bersangkutan di sidang pengadilan. Sedangkan implikasi praktisnya bahwa hal ini
dapat dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam menangani perkara yang
memerlukan peran dari kedokteran forensik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Pengertian Ilmu Kedokteran Forensik
Ada beberapa pengertiaan yang dikemukakan oleh ahli kedokteran
forensik, diantaranya :
a) Sidney Smith mendefinisikan ”Forensic medicine may be
defined as the body of medical and paramedical scientific
knowledge which may services in the adminitration of the
law”, yang maksudnya ilmu kedokteran forensik merupakan
kumpulan ilmu pengetahuan medis yang menunjang
pelaksanaan penegakan hukum.
b) Prof. Dr. Amri Amir, Sp.F (2007) mendefinisikan Ilmu
Kedokteran Forensik sebagai penggunaan pengetahuan dan
keterampilan di bidang kedokteran untuk kepentingan hukum
dan peradilan.1
c) Sedangkan menurut Prof. Dr. Budi Sampurna, Sp.F (2009)
mendefinisikan Ilmu Kedokteran Forensik adalah salah satu
cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan
ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum,
keadilan dan memecahkan masalah-masalah di bidang
hukum.6
2. Pengertian Dokter
Dokter adalah dokter lulusan pendidikan kedokteran baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.Institusi Pendidikan (Profesi Dokter) adalah institusi
yang melaksanakan pendidikan profesi dokter baik dalam bentuk
fakultas, jurusan atau program studi yang merupakan pendidikan
universitas.
5
B. Lingkup Pelayanan
Pelayanan di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
dalam beberapa kasus masih diperlukan disiplin ilmu lain. Di bidang
kesehatan bantuan tersebut dapat mencakup Patologi Forensik, Psikiatri
Forensik, Toksikologi Forensik, Antopologi Forensik, Odontologi
Forensik dan Radiologi Forensik. Jurusan Biologi yang dekat dengan ilmu
kedokteran yatiu Entomologi Forensik yang dalam dua decade ini
menunjukkan peranan yang meningkat. Patologi forensik adalah
pengetahuan tentang pemeriksaan kelainan pada jaringan tubuh oleh
karena kekerasan atau mati tiba-tiba untuk kepentingan pengadilan.
Psikiatri Forensik tentang pembuktian adanya kelainan jiwa pada
tersangka.
Toksikologi Forensik adalah peristiwa keracunan yang
berhubungan dengan peristiwa pidana. Radiologi Forensik yang sudah
lama berperan adalah cabang ilmu kedokteran yang sudah banyak
membantu dalam pemeriksaan korban dan jaringan tubuh menggunakan
pengetahuan dan teknologi radiologi. Odontologi forensik penggunaan
pengetahuan ilmu kedokteran gigi untuk kepentingan hukum dan peradilan
terutama dalam identifikasi. Entomologi Forensik adalah pengetahuan
tentang serangga yang berguna untuk masalah forensik.1
Kedokteran forensik sebenarnya suatu ilmu yang dimiliki oleh
setiap dokter karena tanpa terkecuali semua dokter pernah mendapatkan
pengetahuan ilmu kedokteran forensik diwaktu perkuliahan. Jadi
sebenarnya tidak ada alasan bagi dokter untuk tidak memberikan bantuan
dalam penegakan hukum dan keadilan. 3
7
Satu lagi yang harus diingat bahwa dokter juga dapat menerima
sanksi bila tidak memberikan bantuan tersebut seperti tercantum dalam
pasal 224 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Barang siapa
yang dipanggil menurut undang-undang menjadi saksi ahli atau juru
bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan suatu kewajiban menurut
undangundang yang harus dijalankannya dalam kedudukan tersebut di
atas, dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 9 bulan dan untuk perkara lain dihukum dengan hukuman
selama-lamanya 6 bulan.3
Menurut Prof. Dr. Budi Permana, Sp.F pelayanan di bidang
forensik mencakup kriminalistik yaitu pusat laboratorium Polri dan
laboratorium lain, kedokteran forensik cs yaitu termasuk di rumah
sakit,fakultas kedokteran negeri, Ladokpol, Polri, Patologi forensik,
Forensik klinik yang mencakup penganiayaan fisik, kekerasan seksual,
peracunan, prinsip kerja kedokteran forensik berdasarkan sumpah dokter,
etika, dan standar kebebasan profesi yang mempertimbangkan aspek
obyektifitas ilmiah, impartial, komperhensif, menyeluruh dan sesuai
prosedural.6
C. Prosedur Medikolegal
Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur
penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada
sumpah dokter dan etika kedokteran. Ruang lingkup prosedur
medikolegal adalah pengadaan visum et repertum, pemberian
8
- Tingkat kemampuan 4
14
- Kompetensi Inti
Dokter harus melakukan praktik kedokteran dengan penuh
kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya, mengatasi
masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang
dapat mempengaruhi kemampuan profesinya. Dokter harus
belajar sepanjang hayat dan mampu merencanakan, menerapkan
dan memantau perkembangan profesi secara berkesinambungan.
Berdasarkan kompetensi area mawas diri dan
pengembangan diri, maka lulusan dokter harus mampu:
a) Menerapkan prinsip mawas diri, menilai kemampuan dan
keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya
dan berkonsultasi bila diperlukan.
b) Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan
masalah yang berkaitan dengan kesehatannya yang dapat
mempengaruhi kemampuan profesinya
c) Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama
pendidikan dan praktik kedokteran.
d) Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan
profesi dan pribadi.
e) Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas
kritik yang membangun dari pasien/korban, keluarga
korban, sejawat, instruktur, dan masyarakat.
f) Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan
praktik kedokteran.
g) Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
h) Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.
i) Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan
Kedokteran Berkelanjutan (PPPKB) dan pengalaman
belajar lainnya.
j) Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran
berbasis bukti (EvidenceBased Medicine).
19