DAFTAR ISI
Jadi Singkatnya :
ada surat permintaan penyidik
ada surat persetujuan
keluarga/korban/terdakwa untuk
pemeriksaan
legalitas hukum pengiriman Barang
Bukti/korban atau terdakwa untuk
pemeriksaan
Kerahasiaan
kerahasiaan hukum, medis oleh profesi masing-
masing
Informed concent
prinsipnya merupakan hak korban/keluarga
korban untuk dilakukan pemeriksaan
berdasarkan informasi dari pihak penyidik
(Pasal 134 KUHAP)
penyidik perlu koordinasi dengan tim medis
dan keluarga korban untuk ,menentukan
macam pemeriksaan (PL, otopsi, TKP,
penunjang, dll)
penyidik memiliki Pasal 222 KUHP dalam
menentukan pemeriksaan jenazah (PL, otopsi)
Jadi Informed Consent :
dari pihak penyidik untuk tim medis dan
penyidik berupa surat permintaan V et R
Rekam Medis
Rekam medis tertuang/tertulis dalam status
korban, berkaitan dengan segala macam
pemeriksaan medis serta hasilnya
V et R adalah merupakan laporan data dari RM
murni yang sudah dianalisa dari data RM dan
pertanggungjawabnya
RM bersifat rahasia medis, Rumah Sakit,
pribadi dan hukum (HAM, PP 10 tahun 1966
dan Pasal 170 KUHAP).
Pelepasan rahasia di sidang pengadilan bebas
sanksi (Pasal 48, 49, 50, 51 KUHP), bila diluar
sidang sanksinya menurut hukum yang
berlaku.
RM dan IC berdasarkan hukum tertulis dari
Permenkes RI.
BAB II
VISUM ET REPERTUM SERTA
CARA, SEBAB, & MEKANISME KEMATIAN
Pengertian
Menurut bahasa : berasal dari kata latin yaitu
visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum
(melaporkan).
Menurut istilah : adalah laporan tertulis yang
dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah
10 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
jabatannya terhadap apa yang dilihat dan
diperiksa berdasarkan keilmuannya.
Menurut lembar negara 350 tahun 1973 : Suatu
laporan medik forensik oleh dokter atas dasar
sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang
bukti medis (hidup/mati) atau barang bukti lain,
biologis (rambut, sperma, darah), non-biologis
(peluru, selongsong) atas permintaan tertulis
oleh penyidik ditujukan untuk peradilan.
Kualifikasi Luka
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1.Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak
menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi
pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya
menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
2.Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Syarat pembuat:
Harus seorang dokter (dokter gigi hanya
terbatas pada gigi dan mulut)
Di wilayah sendiri
Memiliki SIP
15 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Kesehatan baik
Lampiran visum
Fotografi forensik
Identitas, kelainan-kelainan pada gambar
tersebut
Penjelasan istilah kedokteran
Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi,
patologi, sitologi, mikrobiologi)
Sebab kematian :
1.Penyakit : gangguan SCV, SSP, respirasi, GIT,
urogenital
2.Trauma :
a. mekanik : - tajam : iris, tusuk, bacok
- tumpul : memar, lecet, robek,
patah
- senjata api (balistik)
- bahan peledak/bom
b. fisik : - suhu : dingin, panas
- listrik/petir
c. kimiawi : - asam
- basa
- intoksikasi
17 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Mekanisme Kematian = gangguan/kelainan
fisiologik dan atau biokimia yang bertanggung
jawab terhadap timbulnya kematian
Mekanisme kematian : 1. Mati lemas (asfiksia)
2. Perdarahan
3. Kerusakan organ vital
4. Refleks vagal
5. Emboli
6. dll
Mekanisme kematian bisa kombinasi beberapa
mekanisme
BAB III
IDENTIFIKASI FORENSIK
Definisi :
Identifikasi adalah penentuan atau pemastian
identitas orang yang hidup maupun mati,
berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang
tersebut.
Identifikasi forensik merupakan usaha untuk
mengetahui identitas seseorang yang ditujukan
Peran Identifikasi :
1.Pada Orang Hidup
o semua kasus medikolegal
o penjahat atau prajurit militer yang melarikan
diri
o orang yang didakwa pelaku pembunuhan
o orang yang diakwa pelaku pemerkosaan
o identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk
menentukan siapa orang tuanya
o anak hilang
o orang dewasa yang karena sesuatu hal
kehilangan uangnya
o tuntutan hak milik
o untuk kepentingan asuransi
o tuntutan hak pensiun
2. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan;
o kasus peledakan
o kasus kebakaran
19 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
o kecelakaan kereta api atau pesawat terbang
o banjir
o kasus kematian yang dicurigai melanggar
hukum
Penentuan umur :
- bayi baru lahir : penentuan umur kehamilan,
viabilitas, berat badan, panjang badan, pusat
penulangan, tinggi badan ( jarak antara kepala
samapai ke tumit/crown-heel, jarak antara
kepala ke tulang ekor/crown-rup)
- anak-anak & dewasa < 30 thn : persambungan
spheno-occipital tjd dlm umur 17-25 thn (pd
wanita 17-20 thn), unifikasi tulang selangka
mulai umur 18-25 thn & menjadi lengkap usia
31 thn ke atas, korpus vertebrae sblm usia 30
thn menunjukkan alur-alur yang berjalan radier
pada bgn permukaan atas&bawah
- dewasa > 30 thn : sutura sagitalis. Coronaries,
dan lamboideus mulai menutup pada usia 20-
30 thn, sutura parietomastoid dan sutura
squamaeus menutup usia lima tahun kemudian
– 60 thn, sutura sphenoparietal menutup usia
70 thn
Formula Stevenson :
o TB = 61,7207 + (2,4378 x pjg Femur) +
2,1756
o TB = 81,5115 + (2,8131 x pjg Humerus) +
2,8903
o TB = 59,2256 + (3,0263 x pjg Tibia) + 1,8916
o TB = 80,0276 + (3,7384 x pjg Radius) +
2,6791
Formula Trotter dan Gleser :
o TB = 70,37 + 1,22 (pjg Femur + pjg Tibia) +
3,24
Fase IV
Unit pembanding data (rekonsiliasi)
o Cek dan recek hasil unit pembanding data.
o Mengumpulkan hasil identifikasi korban.
o Membuat surat keterangan kematian untuk
korban yang dikenal dan surat-surat lain yang
diperlukan.
o Menerima keluarga korban.
o Publikasi yang benar dan terarah oleh komisi
identifikasi sangat membantu masyarakat
mendapat informasi yang terbaru dan akurat.
Fase V
25 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Dilakukan Evaluasi
• Dilakukan evaluasi yang komprehensif
terhadap masing-masing fase
BAB IV
TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
Definisi :
Suatu tempat penemuan barang bukti atau tempat
terjadinya peristiwa tindak pidana atau kecurigaan
suatu tindak pidana, merupakan suatu persaksian.
Penyidik:
1.melakukan pengamatan/observasi TKP
2.membuat sketsa/foto
3.penanganan korban
Fungsi Tanatologi :
o Menegakkan diagnosa mati
o Memperkirakan saat kematian
o Untuk menentukan proses cara kematian
o Untuk mengetahui sebab kematian
Istilah Mati :
o Mati somatis/mati klinis : 3 sistem (SSP, SCV,
Sist.respiratory) mati ireversibel/menetap,
tetapi beberapa organ & jaringan masih bisa
berfungsi sementara memungkinkan untuk
transplantasi. Aktivitas otak dinyatakan
berhenti bila : EEG mendatar selama 5 mnt
o Mati seluler/molekuler : kematian organ &
jaringan, sesaat setelah kematian somatis
( otak & jar.syaraf +5 menit setelah mati klinis,
Diagnosa mati
Hilangnya seluruh ataupun pergerakan/aktivitas
refleks hilang
Mendeteksi tidak berfungsinya Respirasi :
1.Tidak ada gerak napas pada inspeksi dan
palpasi.
2.Tidak ada bising napas pada auskultasi.
3.Tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas
yang kita taruh diatas perut korban pada tes
Winslow.
4.Tidak ada uap air pada cermin yang kita
letakkan didepan lubang hidung atau mulut
korban.
5.Tidak ada gerakan bulu burung yang kita
letakkan didepan lubang hidung atau mulut
korban.
Ada 5 cara mendeteksi tidak berfungsinya sistem
saraf, yaitu :
1.Areflex
2.Relaksasi
3.Pergerakan tidak ada
4.Tonus tidak ada
5.Elekto Ensefalografi (EEG) mendatar / flat
2. Heat stiffening :
o kekakuan otot akibat koagulasi protein otot
oleh panas
o serabut-serabut ototnya memendek sehingga
menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan
lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic
attitude) pada kasus mati terbakar
3.Cold stiffening
o terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk
cairan sendi, pemadatan jaringan lemak
subkutan dan otot
• Pembusukan :
a. Autolisis
o Tubuh membentuk enzim merusak sel dari
nukleus→sitoplasma→dinding→hancur
b.Mikroorganisme : bakteri patogen dalam sekum
Variasi-variasi pembusukan:
a. Mummifikasi
o Terjadi bila temperatur turun, kelembaban
turun → dehidrasi viceral sehingga kuman-
kuman tidak berkembang → tidak terjadi
pembusukan → mayat mengecil, bersatu
berwarna coklat kehitaman, struktur anatomi
masih lengkap sampai bertahun-tahun.
o Proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan
Definisi
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke
jaringan berkurang
Penggantungan
Definisi
Penggantungan (hanging) merupakan suatu
strangulasi berupa tekanan pada leher akibat
adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan
korban.
Penjeratan
Pembekapan
Pembekapan (smothering) adalah suatu suffocation
dimana lubang luar jalan napas yaitu hidung dan
mulut tertutup secara mekanis oleh benda padat
atau partikel-partikel kecil.
• penutupan pada mulut dan hidung
• tanda asfiksia jelas
• rekonstruksi tangan yang dipakai pakai
tangan kiri jempol di kiri pipi korban
Asfiksia traumatik
Asfiksia traumatik (external pressure of the chest)
adalah terhalangnya udara untuk masuk dan keluar
dari paru-paru akibat terhentinya gerak napas
yang disebabkan adanya suatu tekanan dari luar
pada dada korban.
• penekanan rongga dada, rongga perut,
diafragma
• penekanan dari luar
• co: desak desakan O2 kurang asfiksia
Tenggelam
Perbedaan Tempat
Air laut Air Tawar
Paru paru besar dan berat Paru-paru besar dan ringan
68 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Basah Relatif ringan
Bentuk besar kadang Bentuk biasa
overlapping
Ungu biru dan permukaan Merah pucat dan
licin emfisematous
Krepitasi tidak ada Krepitasi ada
Busa sedikit dan banyak Busa banyak
cairan
Dikeluarkan dari torak akan Dikeluarkan dari toraks
mendatad dan ditekan tapi kempes
akan menjadi cekung
Mati dalam 5-10 menit, 20 Mati dalam 5 menit, 40
ml/kgBB ml.kgBB
Darah: Darah:
1. BJ 1,0595 -1,0600 1. BJ 1,055
2. Hipertonik 2. hipotonik
3. hemokonsentrasi dan 3. hemodilusi/hemolisis
edema paru 4. hiperkalemia
4. hipokalemia 5. hiponatremia
5. hipernatremia 6. hipoklorida
6. hiperklorida
Resusitasi lebih mudah Resusitasi aktif
Tranfusi dengan plasma Tranfusi dengan PRC
Pemeriksaan Histopatologi
Sufokasi
BAB VII
TRAUMATOLOGI
Definisi :
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tentang trauma atau perlukaan,
cedera serta hubungannya dengan berbagai
kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi
pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan
akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.
Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
75 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
3. Hambatan dalam fungsi organ
Diskripsi luka :
1. Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat
atau absis pada tubuh. Garis yang melalui tulang
dada dan tulang belakang dipakai sebagai
ordinat.)
2. Ukuran, ditentukan :
Ditentukan panjang luka
Jumlah luka
Sifat luka
Ada atau tidaknya benda asing pada luka
Luka terjadi saat masih hidup atau korban
sudah mati
Menyebabkan kematian atau tidak
Trauma Mekanik
Trauma tumpul :
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak
mampu utk mengiris
Perdarahan intrakranial :
Dapat berbentuk lesi fokal (Perdarahan epidural,
perdarahan subdural, kontusio dan perdarahan
intraserebral) maupun lesi difus.
Trauma tajam
Benda tajam benda yg permukaannya mampu
mengiris sehingga kontinuitas
jaringan hilang
- Luka iris dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan
kulit
- Luka tusuk dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus
permukaan kulit
- Luka bacok dalam ± = panjang luka
arah trauma ± 45° dari permukaan
kulit dan tergantung beratnya
benda yang di pakai.
LUKA TEMBAK
Trauma Fisik
3.Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang
dibutuhkan untuk menghasilkan intensitas
listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah
konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan
sebesar 1 ohm.
Voltase rendah (110-460 V) misalnya
penerangan, pabrik, tram listrik.
Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor
arus listrik.
Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V)
misalnya deep X-rays therapy dan diatermi.
Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan
97 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
20 ribu - 40 ribu volt. Kuat arus yang sering
kita gunakan dibawah 6 ampere. Let go
current = kuat arus dari aliran listrik dimana
korban masih bisa melepaskan diri darinya.
4.Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm,
besarnya intensitas listrik (I) sama dengan
besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan
tahanan (R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari : V
1.banyaknya arus I = -----
2.lamanya kontak R
3.besarnya hambatan W = I2 R t
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan : W = panas yang dihasilkan
(kalori)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)
8.faktor-faktor lain
a.adanya penyakit-penyakit tertentu yang
sudah ada pada korban sebelumnya, seperti
penyakit jantung, kondisi mental yang
menurun,dsb, yang dapat memperberat efek
listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya
kematian.
b.Antisipasi terhadap syok.
c. Kelengahan atau kekurang hati-hatian.
d.Luas kontak dengan arus listrik.
e.Kesadaran adanya arus listrik.
f. Kebiasaan dan pekerjaan.
g.Konstitusi tubuh yaitu tubuh kurus dan
gemuk.
Cara Kematian
Paling sering : kecelakaan, jarang terjadi
karena pembunuhan atau bunuh diri. Oleh karena
itu pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
sangat penting.
Patofisiologi
Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri.
Sering trauma listrik disertai trauma mekanis. Ada
kasus karena listrik yang menyebabkan korban
jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar untuk
mencari sebab kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
1.Ventrikel fibrilasi
Tergantung ukuran badan dan jantung.
Dalziel (1961) memperkirakan pada manusia arus
yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam waktu 5
detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan
fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus
listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan
keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan.
Kalau arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan
yang satu dan keluar melalui tangan yang lain
maka 60% yang meninggal dunia.
2.Respiratori paralisis
103 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan,
sehingga korban meninggal karena asfiksia,
sehubungan dengan spasme otot-otot karena
jantung masih tetap berdenyut sampai timbul
kematian. Terjadi bila arua listrik yang memasuki
tubuh korban di atas nilai ambang yang
membahayakan, tetapi masih di batas bawah
yang dapat menimbulkan ventrikel fibrilasi.
Menurut Koeppen, spasme otot-otot pernafasan
terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan ventrikel
fibrilasi terjadi pada arus 80-100 mA.
3.Paralisis pusat nafas
jika arus listrik masuk melalui pusat di
batang otak, disebabkan juga oleh trauma pada
pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi
dan akibat efek hipertermis. Bila aliran listrik
diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada,
jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu
dengan bantuan pernafasan buatan korban
masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi
jika kepala merupakan jalur arus listrik.
Pemeriksaan Korban
1. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara
(TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang
benda yang membuatnya kena listrik, kadang-
kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan
pertama kali adalah mematikan arus listrik atau
menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu
kemudian korban diperiksa apakah hidup atau
sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam
mayat, maka mungkin korban dalam keadaan mati
suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau
perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan
buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar
104 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
masih merupakan pengobatan utama untuk korban
akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan
sampai korban menunjukkan tanda-tanda hidup
atau tanda-tanda kematian pasti.
2. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang
menyolok adalah kelainan pada kulit. Dalam
pemeriksaan luar yang harus dicari adalah
tanda-tanda listrik atau current mark/electric
mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Current
mark adalah tanda luka akibat listrik dan
merupakan tempat masuknya aliran listrik.
Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
• Terkecil sebesar kepala jarum dengan warna
kemerahan
• Tanda lain berupa bula
• Current mark berbentuk oval, kuning atau
coklat keputihan atau coklat kehitaman atau
abu-abu kekuningan dikelilingi daerah
kemerahan dan edema sehingga menonjol
dari jaringan sekitarnya (daerah halo). Cara
mencari t.u pada telapak tangan atau telapak
kaki dan sebelumnya harus dicuci dulu
dengan sabun dan bila perlu disikat.
Metalisasi akibat panas yang ditimbulkan
sedemikian besar sehingga ion-ion asam
jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari
kawat atau kabel membentuk garam dan
menyebar di jaringan. Warna yang terjadi
tergantung bahan logam, misalnya dari besi
akan tampak warna hitam kecoklatan,
tembaga warna coklat kemerahan, dan
aluminium warna perak. Luka keluar dari luka
listrik (electrical burn) tidak khas dapat
berupa luka lecet, luka robek, atau luka
Petir (Lightning)
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat
sambaran petir. Petir termasuk arus searah (DC)
dengan tegangan 20 juta volt dan kuat arus 20 ribu
ampere.
Trauma Kimiawi
BAB VIII
ABORSI
110 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
DEFINISI
Peristilahan aborsi sesungguhnya tidak kita
temukan pengutipannya dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHPidana). Dalam
KUHPidana hanya dikenal istilah pengguguran
kandungan. Istilah “aborsi” yang berasal dari kata
abortus bahasa latin, artinya “kelahiran sebelum
waktunya”. Sinonim dengan kata itu mengenal
istilah “kelahiran yang premature” atau miskraam
(Belanda), keguguran.
Obat – obatan
Kekerasan Mekanik
Tindakan kekerasan yang bersifat umum :
o Penekanan pada abdomen, misalnya pukulan,
tendangan
o Menggunakan ikatan yang kencang pada
bagian abdomen.
o Latihan olahraga yang keras misalnya
bersepeda, meloncat, menunggang kuda,
mendaki gunung, berenang, naik turun tangga.
o Mengangkat barang-barang berat.
o Pemijatan uterus melalui dinding abdomen.
Tindakan kekerasan yang bersifat lokal :
o Merobek selaput amnion, yaitu dengan
memasukkan benda tajam seperti kateter,
jarum, dll kedalam rongga uterus.
o Pernggunaan ganggang laminaria yang
diamternya berukuran 0,4-0,5 cm. Ganggang
ini direndam dalam air dan dimasukkan
kedalam ostium uteri. Dengan demikian akan
menyebabkan robeknya selaput amnion dan
terjadi abortus.
o Stik abortus, yaitu berupa potongan kayu yang
dibungkus dengan kain, kemudian dicelupkan
kedalam madar juice, arsen atau phelavai juice
Korban mati
120 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Temuan autopsi pada korban yang meninggal
tergantung pada cara melakukan abortus serta
interval waktu antara tindakan abortus dan
kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang
terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan
bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka
komplikasi yang timbul atau penyakit yang
menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda
abortus kriminal.
Pemeriksaan Ibu :
1. Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
Identifikasi umum
o Tinggi badan, berat badan, umur. Pakaian; cari
tanda-tanda kontak dengan suatu cairan,
terutama pada pakaian dalam.
o Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam
jenasah.
o Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian
adanya kehamilan.
o Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung
sabun, cairan pada :
- arteri coronaria
- ventricle kanan
- arteri pulmonalis
- arteri dan vena dipermukaan otak
- vena-vena pelvis
o Vagina dan uterus diinsisi pada dinding
anterior untuk menghindari jejas, kekerasan
yang biasanya terjadi pada dinding posterior
misalnya perforasi uterus. Cara pemeriksaan:
122 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
uterus direndam dalam larutan formalin 10%
selama 24 jam, kemudian direndam dalam
alcohol 95% selama 24 jam, iris tipis untuk
melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-
tanda kekerasan pada cervix (abrasi, laserasi).
o Ambil sampel semua organ untuk menilai
histopatologis.
o Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
o Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :
- isi vagina
- isi uterus
- darah dari vena cava inferior dan kedua
ventricle
- urine
- isi lambung
- rambut pubis
Pemeriksaan janin
- Umur janin
- Golongan darah
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau
tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak
sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan
342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang
lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
Pasal 347
1.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang wanita
134 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.
2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat
membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Pasal 80
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan
medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal 15
ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
BAB IX
INFANTISID
Motif Infantisid :
• Anak yang tidak sah
• Warisan
• Orang tua yang terlalu miskin
• Pada beberapa keluarga, bayi perempuan
dianggap kurang berarti
• Wanita tuna susila yang tidak menghendaki
kelahiran anak
Tujuan Pemeriksaan untuk membuktikan :
Pengertian “pembunuhan bayi”
mengharuskan untuk membuktikan :
Lahir hidup
Kekerasan
Sebab kematian
Pengertian “baru lahir” mengharuskan
penilaian :
Cukup bulan atau belum dan usia
kehamilan
Usia pasca lahirnya
Viabel atau tidak
Pengertian “takut diketahui” dibuktikan
dengan tidak adanya tanda-tanda perawatan
Pengertian “si ibu membunuh anaknya sendiri”
harus dibuktikan bahwa mayat anak yang
diperiksa adalah anak dari tersangka
Pemeriksaan :
1. Dada :
mengembang
diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5
tepi paru menumpul
beratnya kira-kira 1/35 berat badan akibat
semakin padatnya vaskularisasi paru
142 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
2. Paru
Pemeriksaan makroskopik paru :
Paru sudah mengisi rongga dada & menutupi
sebagian kandung jantung
Berwarna merah muda tidak merata
Pleura yang tegang & menunjukkan gambaran
mozaik karena alveoli sudah terisi udara
Konsistensi sperti spons, teraba derik udara
Pada pengisian paru dalam air keluarnya
gelembung udara dan darah
Berat paru bertambah hingga dua kali
(1/35xberat badan) karena berfungsinya
sirkulasi darah jantung paru
Uji apung paru positif
Pemeriksaan mikroskopik paru :
alveoli paru yang mengembang sempurna
dengan atau tanpa emfisema obstruktif
3. Saluran Cerna
Adanya udara dalam saluran cerna
Lambung dan usus : terdapat darah,
mekonium, & cairan amnion menunjukkan
bahwa bayi telah melakukan usaha pernafasan
& pada saat inspirasi menelan cairan tersebut
Adanya cairan susu menunjukkan bayi telah
hidup untuk beberapa waktu lamanya
4. Perubahan ginjal dan kandung kemih :
(tidak begitu spesifik & tidak bisa diandalkan)
Kristal asam urat mungkin terdapat pada pelvis
ginjal.
Pembentukan urin (+/-)
5. Perubahan pada telinga tengah :
(kurang dapat diandalkan)
Pemeriksaan Wredin diperiksa jaringan konektif
gelatin pada telinga tengah yang akan berubah
menjadi berisi udara jika bayi telah melakukan
pernafasan
143 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
Lahir mati (still born)
Ditandai :
- janin yang tidak bernafas
- denyut jantung (-)
- denyut nadi tali pusat (-)
- gerakan otot rangka (-)
Maserasi 8-10 hari kematian in utero
Vesikel atau bula 3-4 hari kematian in utero
Dada : belum mengembang, iga datar &
diafragma setinggi iga ke 3-4
Pemeriksaan makroskopik paru :
paru-paru masih tersembunyi di belakang
kandung jantung atau telah mengisi rongga
dada
berwarna kelabu ungu merata seperti hati
konsistensi padat
derik udara (-)
pleura yang longgar
berat paru kira-kira 1/70xberat badan
Uji apung paru : negatif
Mikroskopik paru : adanya tonjolan yang
berbentuk seperti bantal bertambah tinggi
dengan dasar menipis, tampak seperti gada
Mekonium : berbentuk bulat berwarna jernih
sampai hijau tua terlihat dalam brokhioli &
alveoli
Kolon :
dapat menggelembung berisi mekonium tanda
usaha untuk bernafas
Viable
Bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan
• umur kehamilan > 28 minggu
• PB (kepala-tumit) > 35 cm
• PB (kepala-tunggging) > 23 cm
• BB > 1000 garam
• lingkar kepala > 32 cm
• tidak ada cacat bawaan yang fatal
Bayi cukup bulan (matur)
BAB X
KEJAHATAN SEKS
Pengertian
Kejahatan seksual (sexual offences) adalah salah
satu bentuk dari kejahatan tubuh yang merugikan
kesehatan dan nyawa manusia. Ilmu Kedokteran
Forensik berguna dalam pembuktian
Pembagian
Terdapat dua macam bentuk kekerasan seksual,
yaitu ringan dan berat.
Macam-macam kekerasan seksual ringan :
pelecehan seksual
gurauan porno,
siulan, ejekan dan julukan
tulisan/gambar
ekspresi wajah,
gerakan tubuh
148 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
perbuatan menyita perhatian seksual tak
dikehendaki korban, melecehkan dan atau
menghina korban.
Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan
dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan
seksual berat.
Perundang-undangan
Persetubuhan tertera pada Bab XIV KUHP
Tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan
Pemeriksaan Medis
1.Anamnesis
Anamnesis umum memuat:
- Identitas : Nama, umur, TTL, status
perkawinan,
- Spesifik : Siklus haid, peny. kelamin, peny.
kandungan, peny. lain, pernah bersetubuh,
persetubuhan yang terakhir, kondom ?
Anamnesis khusus memuat waktu kejadian
2.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum memuat :
- Kesan penampilan (wajah, rambut), ekspresi
emosional, tanda-tanda bekas kehilangan
kesadaran / obat bius / needle marks.
- Berat badan, tinggi badan, tanda vital, pupil,
refleks cahaya, pupil pinpoint, tanda
perkembangan alat kelamin sekunder, kesan
nyeri ?
Pemeriksaan fisik khusus memuat:
- Pembuktian persetubuhan :
ada / tidak penetrasi penis ke vagina / anus /
oral
ejakulat / mani pd vagina / anus
- Bukti Penetrasi :
• Robekan hymen, laserasi (mencakup
perkiraan waktu)
• Variasi : - korban 3 hr lalu / lebih
- hymen elastis
150 ROMAN’S FORENSIK 2nd
ed
- penetrasi tidak lengkap
• Bukti Ejakulat/mani (mencakup perkiraan
waktu)
• Perlekatan rambut kemaluan
• Ejakulat di liang vagina
3.Pemeriksaan Pakaian
- rapi / tidak,
- robekan ? lama / baru, melintang ? pada jahitan
? kancing putus ?
- bercak darah
- air mani
- lumpur / kotoran lain TKP ?
4.Pemeriksaan Laboratorium
- cairan dan sel mani dalam lendir vagina
- pemeriksaan terhadap kuman N. gonorrhoea
sekret ureter
- pemeriksaan kehamilan
- toksikologik darah dan urin
Pembuktian Adanya Kekerasan
- Luka2 lecet bekas kuku, gigitan (bite marks),
luka2 memar
- Lokasi : Muka, leher, buah dada, bagian dalam
paha dan sekitar alat kelamin
Perkiraan Umur
Umur berkaitan dengan KUHP
- Dasar berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh,
gigi, ciri-ciri kelamin sekunder
- Pemeriksaan sinar X : standar waktu penyatuan
tulang
Homoseksual
- Homoseksual merupakan salah satu bentuk
kejahatan seksual
- Di dalam pasal 292 KUHP, terdapat ancaman
hukuman bagi seseorang yang cukup umur yang
melakukan perbuatan cabul dengan orang lain
yang sama kelaminnya yang belum cukup umur
BAB XI
KEMATIAN MENDADAK
BAB XII
TOKSIKOLOGI FORENSIK
Definisi