Oleh Muanam
Sedangkan menurut Dewan Pakar PB IDI M Nasser menambahkan, memang ada kebijakan
pemerintah yang mengatakan rahasia pasien yang perlu dirahasiakan dan tidak bisa dibuka.
"Tetapi itu dalam kondisi umum. Kemudian ketika Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi
terinfeksi virus itu kemudian ada indikasi pemerintah berubah, maka organisasi profesi kesehatan
segera menyampaikan pandangan," ujar pria yang juga Ketua Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan
Indonesia itu.
Ia menambahkan, meski kerahasiaan data pasien diatur dalam empat undang-undang (UU) Lex
Specialis yaitu pertama, pasal 48 UU Praktik Kedokteran, kedua Pasal 57 UU Kesehatan, ketiga
diatur pasal 38 UU RS, dan terakhir diatur di pasal 73 UU 36 tetapi peraturan menteri kesehatan
(permenkes) nomor 36 tahun 2012 yang menyatakan rahasia medis bisa dibuka atas nama
kepentingan umum. Karena itu IDI meminta pemerintah membuka identitas pasien untuk
kepentingan umum.
"Justru pembukaan data pasien (orang terknfeksi Covid-19) berupa nama dan alamat maka orang
kemudian tahu kalau sudah komunikasi (dengan orang positif Covid-19) maka akan sangat
mudah diketahui orang yang menjalin kontak dan ke rumah sakit. Jadi tidak memudahkan upaya
penularan," ujarnya. Apalagi, dia menambahkan, infeksi Covid-19 bukanlah sebuah keadaan
yang memalukan sehingga tidak akan mendapatkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat
Sedangkan menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi
Saputra, ancaman pidana ini berdasarkan Pasal 26 dan Pasal 45 Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE). "Bahwa tidak boleh orang sembarangan membeberkan data
pribadi ke publik tanpa izin. UU ini mengatur bila perbuatan melawan hukum itu terbukti, dapat
diancam hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 750 juta," kata Asep di Gedung Bareskrim
Polri, Jakarta Selatan, Kamis (5/3/2020).
Sayangnya, semua pasal tersebut merupakan delik aduan. Artinya, polisi baru dapat melakukan
penindakan bila korban melapor. Sejauh ini polisi belum menerima laporan terkait penyebar data
pribadi tersebut.
Menururt pendapat pribadi saya. Membuka identitas pasien corona diperbolehkan dikarenakan
untuk kepentingan umum. Dalam menangani penyakit corona, petugas diharuskan juga
memeriksa masyarakat yang telah terkontak dengan pasien. Selain itu karena di indonesia terjadi
pandemi yang lama. Diharapkan kesadaran dari masyarakat secara umum tentang pentingnya
kesehatan. Tetapi juga harus diawasi oleh petugas keamanan untuk menenangkan masyarakat.
Dasar Hukum:
Sumber :
1. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e7c4201bb923/jerat-hukum-bagi-
penyebar-identitas-pasien-positif-covid-19/
2. https://republika.co.id/berita/q7aalu384/idi-identitas-pasien-positif-covid19-boleh-diungkap
3. https://nasional.kompas.com/read/2020/03/06/07525711/ancaman-penjara-dan-denda-bagi-
penyebar-identitas-pasien-positif-corona?page=all