Anda di halaman 1dari 101

INFEKSI BAKTERI

Impetigo 4A
Folikulitis 4
Infeksi Pioderma / 4A
Furunkel,Karbunkel 4
Ektima Infeksi Non-Pioderma / 4A 4
Erisipelas 4
Flegmon 3B
Hidranitis Subratik 4A
Abses multiple kelenjar keringat 4A
Stapylococcus scaled
Trauma skin
persalinan 3B
syndrom
Leprae 4A
Reaksi Lepra 3A
PIODERMA
• infesi kulit yang di sebabkan oleh bakteri golongan
Staphilococcus & Streptococcus  namanya
PIODERMA .
• Klasifikasi berdasarkan etiologi
Streptococcus ᵦ hemoliticus Staphilococcus aureus

• Impetigo krustosa • Impetigo bulosa


• Ektima • Folikulitis
• Erisipelas • Furunkel & furunkulosis
• Selulitis • Karbunkel
• Flegmon • S4
• Abses Kelenjar keringat
• Hidranesis Supuratif
IMPETIGO KRUSTOSA VS BULOSA

Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa


• Etiologi: streptococcus B
hemolyticus • Etiologi:
• Predileksi: di muka, Staphylococcus aureus
sekitar hidung dan mulut. • Predileksi: di ketiak,
• Efloresensi: eritema dan dada, punggung.
vesikel yang cepat
memecah, krusta tebal • Efloresensi: Eritema,
kekuningan seperti bula hipopion Bula
madu (Honey bee) pecah  kolaret warna
coklat.
Impetigo Krustosa

Impetigo Bulosa
EKTIMA
– Infeksi di epidermis & dermis
– Etiologi: Streptococus B
hemolitic
– Predileksi : Tempat yg sering
terjadi trauma (tungkai bawah)
– Usia : Anak -anak, dewasa
– Efloresensi : Eritema 
vesikel Pecah Krusta
tebal kekuningan sulit di
angkat dan di bawahnya ada
Ulkus dangkal.
FOLIKULITIS, FURUNKEL, KARBUNKEL
ETIOLOGI: Staphilococcus Aureus
FOLIKULITIS FURUNKEL KARBUNKEL
Radang pada folikel Radang folikel rambut & Kumpulan Furunke
rambut jaringan sekitarnya. Jika > 1 l membentuk
Furunkulosis. nodus besar isinya
jaringan nekrotik

PREDILEKSI: Daerah yg PREDILEKSI: Aksila , Bokong


byk rambutnya (Kulit
kepala ,tungkai bawah)

EFLORESENSI: Makula EFLORESENSI: Makula


eritem dgn papul, pustul eritema Nodus kerucut ada
di tengahnya ada pustul di tengah Abses
rambutnya. jika pecah  Fistel
Karbunkel
Folikulitis
Furunkel
ERISIPELAS
• Infeksi pada epidermis dan
dermis
• Etiologi: Streptococus B
Hemolitik
• Predileksi : Tungkai bawah
• Presdiposisi : riwayat trauma
(+)
• Gejala kontuisi( +): demam,
nyeri, malaise, dll.
• Efloresensi :Eritema merah
cerah, batas tegas, tepi
meninggi, tanda-tanda radang
akut
SELULITIS & FLEGMON
• Mirip erisipelas tapi kenanya
sampai subcutis & batas tdk
tegas
• Etiologi: Streptococus B
Hemolik
• Predileksi : Kaki, tangan wajah,
tungkai bawah
• Gejala kontuisi (+): demam, nyeri,
dll
• Presdiposisi : Riwayat Trauma
• Efloresensi : Makula eritema 
Eritema merah cerah, batas tdk
tegas, tanda-tanda radang akut
• Jika selulitis mengalami
supurasi  FLEGMON
HIDRANETIS SUPURATIF
• Infeksi kelenjar apokrin
• Etiologi : S. aureus
• Usia : Pubertas,dewasa muda
• Predileksi : daerah yg byk
keringat (Ketiak, perineum)
• Predisposisi
– Trauma/mikrotrauma
nyabutin bulu ketiak
– Hiperhidrosis ( byk keringat),
Deodoran
• Efloresensi : Nodus meradang
Abses  fistula  sinus
multipel
ABSES MULTIPLE KELENJAR
KERINGAT
• Etiologi : S. aureus
• Usia : Anak-anak
• Presdiposisi : Keringat banyak,
imunitas ↓(malnutrisi)
• Predileksi : tempat yg byk
keringat (aksila,pantat,
umbilicus)
• Efloresensi : Nodus eritema,
multiple, bentuk kubah tdk
nyeri  lama kelamaan
memecah.
STAPHILOCOCCUS SCALDED SKIN
SYNDROM (SSSS)
• Etiologi: Staphilococcus Aureus
• Usia : Mengenai anak < 5 tahun
• Patogenesis
– Infeksi (ispa) Eksotoxin
(epidermolitis) Bula kendur
mudah pecah Erosi /
pengelupasan kulit.
• Gejala klinis: Demam tinggi, Riwayat
ISPA
• Efloresensi
– Eritema mendadak ,dlm 24 jam
eritema menyeluruh 24-48 jam
timbul bula berdinding kendur
– Nikloski Sign (+) kalau kulit
digeser terkelupas
PENATALAKSANAAN PIODERMA
1. Antibiotik Sistemik
• Lini I : Gol Penicilin (amoxilin,ampicili,amoxilin clavuat)
• Lini II : Makrolide (Eritromicin,klaritromicin)
• Sefalosporin
2. Antibiotik Topikal
• Kloramphenicol 2 % ,Tetracyclin 1 % 
• Krim / salap antibiotik (salap/krim asam fusidat 2%,
salap mupirosin 2%, salap basitrasin dan neomisin).
3. Pada luka terbuka (Ektima,Erisipelas,selulitis,flegmon)
• Kompres terbuka (larutan permanganas kalikus 1/5000,
larutan rivanol 1 ‰ atau yodium povidon 7,5% dilarutkan
10x)
INFEKSI NON -PIODERMA

KUSTA / LEPRA / MORBUS HANSEN


• Etiologi : Mycobacterium Leprae
• Cara Penularan: Kontak langsung yang lama
• Masa Inkubasi: 40 hari – 40 tahun
• Cardinal Sign
– Kelainan Kulit : Lesi Hipopigmentasi /eritema di sertai
dgn hilangnya sensasi (Hyposthesia/Anasthesia )
– Penebalan saraf tepi di sertai hilangnya sensasi
(paling sering n. Auricula magnus, N.ulnaris)
– Kerokan Kulit : BTA (+)
Klasifikasi
1. WHO (1980)
a. Pausibaciler(PB): Sedikit
basil
b. Multibasiler(MB): Banyak
basil
2. Ridley – Joplin (1962)
a. TT BT
b. BB BL LL
Klasifikasi WHO (1980)

KARAKTERISTIK PAUSIBASILER (PB) MULTIIBASILER (MB)

Jumlah lesi 1-5 >5

Efloresensi Makula, Makula,


Kulit Hipopigmentasi ,papul, hipopigmentasi, papul,
nodul nodul ,eritema
, eritema
Distribusi lesi Asimetris Unilateral / Simetris Bilateral
Bilateral
Kerusakan Hanya 1 cabang Syaraf Banyak Cabang
syaraf
Anastesi Jelas Tidak jelas

BTA (-) (+)


Kriteria Ridley & joplin
PAUSI BASILER (PB)
TIPE LESI BATAS PERMUKAAN BTA LEPROMI
N
I Makula Jelas Halus agak - +
hipopigmentasi berkilat, anestesi
TT Makula eritematosa Jelas Kering bersisik, - + kuat
bulat/lonjong, anestesi
bagian tengah
sembuh
BT Makula eritematosa Jelas Kering bersisik, +/- + lemah
tidak teratur, mula- anestesi
mula ada tanda
kontraktur MULTIBASILER (MB)
TIPE LESI BATAS PERMUKAAN BTA LEPROMI
N
BB Plakat, dome- Agak jelas Agak kasar, agak + -
shaped, punched- berkilat
out
BL Makula infiltrat Agak jelas Halus berkilat + -
merah
LL Makula infiltrat Tidak jelas Halus berkilat + kuat -
difus berupa nodus
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan gangguan • Pemeriksaan Lab


syaraf tepi 1. Pemeriksaan BTA
• Diambil dari 3 tempat
– Tes Sensitibilitas (Tes (kedua kuping telinga
Suhu, Tes Raba, Tes & lesi paling aktif)
Nyeri) • Kerokan kulit 
Pewarnaan Zeihl
Neelsen
2. Serologi
• Uji MLPA
(Micobacterium Lepra
micro aglutinasi)
• ML dipstik
3. Tes Lepromin
4. Tes Histopatologi : Sel
datia Langhans, atau sel
Virchow
Penatalaksanan
1. Tipe MB
• Rifampicin 600mg / bulan + Dapson(DDS)
100 mg/hr + Klofazimin ( Lapren) 300mg/
bulan 50 mg / hari selama 12 bulan
2. Tipe PB 1 Lesi ROM
• Rifampicin 600 mg + Ofloksasin 400 mg +
Minosiklin 100 mg satu kali pakai
3. Tipe PB banyak lesi
• Rifampisin 600 mg/bulan + Dapson (DDS)
100 mg/hari selama 6 bulan
Efek samping obat

Efek samping obat : Rifampicin : Air seni berwarna , Ikterus


(kuning), Clofazimin : Perubahan warna kulit menjadi coklat ,
Dapson : Anemia
Reaksi Kusta
• Ingat  muncul saat pengobatan Karena Infeksi sudah
menurun tapi imunitasnya terlalu berlebih.
• Reaksi Kusta
1) Reaksi Reversal (Upgrading)/ Reaksi Type 1
• Akibat peningkatan sistem imun melawan basil lepra
 Hipersensitivitas type IV
2) Reaksi Eritema Nodosum Leprae (ENL)/Reaksi tipe II
• Akibat jumlah basil yang banyak terbunuh
melepaskan antigen reaksi alergi Hipersensitifitas
tipe III
• Muncul pada tibe MB
3) Fenomena Lucio
RR vs ENL
1. Reaksi Reversal 2. Eritema Nodosum
• Kondisi cukup baik Leprosom
• Sebagian/semua lesi • Muncul pada tipe
bertambah aktif atau lepromatosa ( LL & BL)
muncul lesi baru • Muncul nodus eritem
• Bisa terjadi neuritis akut nyeri,keras , ada gelaja
(nyeri syaraf) sistemik : Artritis, neuritis,
limfadenitis.
3. Fenomena Lucio
• Reaksi sangat berat pada tipe lepromatosa
non nodular difus (hanya pada tipe MB)
• Nekrosis epidermal iskemik dengan
nekrosis pembuluh darah superfisial, edema,
dan proliferasi endotel pembuluh darah
dalam

Fenomena Lucio
Tatalaksana Reaksi Kusta
• Prednison
–2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari
sesudah makan
–2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari
sesudah makan
–2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari
sesudah makan
–2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari
sesudah makan
–2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari
sesudah makan
–2 Minggu Keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari
sesudah makan Bila terdapat ketergantungan
terhadap Prednison, dapat diberikan Lampren lepas.
Kecacatan
• Cacat pada tangan dan kaki
–tingkat 0 : gang.sensibilitas (-),deformitas (-)
–tingkat 1 : gang.sensibilitas (+), deformitas (-)
–tingkat 2 : gang.sensibilitas (+), deformitas (+)
• Cacat pada mata
–tingkat 0 : gang.pada mata (-), gang.penglihatan (-)
–tingkat 1 : gang.pada mata (+), gang.penglihatan (+)
visus 6/60 atau lebih baik (dpt menghitung jari pada
jarak 6 meter)
–tingkat 2 : gang.penglihatan berat (visus <6/60)
• Deformitas termasuk ulserasi, kontraktur, absorbsi,
mutilasi
• Gangguan pada mata termasuk anestesi kornea,
iridosiklitis, lagoftalmus
INFEKSI VIRUS
Varicella Zooster 4A
Varisella Zoster Virus
Herpes Zosster 4A
Moloskum Kontaginosum 4A
Chiken POX
Variola 4A
Veruka Vulgaris 4A
Condiloma Akuminata 3A

Trauma persalinan
VARICELLA ZOSTER VIRUS
VARICELLA
• Etiologi : Virus Varicella Zozter (VVZ) • Pemeriksaan penunjang
• Masa inkubasi : 17-21 hari – Tzank test
• Manifestasi Klinis – Bahan dr kerokan di
– Stasdium Prodromal : Demam, dasar vesikel
malaise,nyeri kepala dlm brp jam
timbul erupsi – Gambaran : Multi
– Stadium Erupsi : Papul nukleid giant cell (Sel
Eritromatous vesikel dgn dasar besar berinti banyak)
eritromatous bentuk seperti
tetesan air (Tear Drop) menyebar
dari badan ke extremitas.

Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI;
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan
– Simtomatis
• Oral : Antipiretik +
Analgetik
• Lokal : Bedak salicil
mentol (biar vesikel tdk
pecah)
– Antiviral
• Dewasa: Acyclofir 5x800
mg selama 7 hari
• Anak: Acyclovir 4 x 20 mg/
kgbb selama 7 hari
• Valasiklovir: Dewasa 3 x
1000 mg/hari
HERPES ZOOSTER
• Etiologi: Reaktifasi Virus • Pemeriksaan Penunjang
Varicella Zoster yg dormant di – Tzank Test
ganglion posterior & ganglion – Bahan dr kerokan di
cranial dasar vesikel
• Predileksi: Lokasi unilateral & – Gambaran : Multi nukleid
mengikuti dermatom syaraf giant cell (Sel besar
• Manifestasi klinis berinti banyak)
– Gejala prodromal sistemik
(demam, pusing, malaise) &
lokal (myalgia, gatal, pegal)
– Timbul vesikel berkelompok
dengan dasar eritematosa
dermatom  pecah mjd
krusta.
Klasifikasi

Herpes Zoster Syndroma Ramsay Hunt Herpes Zoster


Optalmicus Genelarisata
Mengenai N V/I •Gangguang N facialis & Vesicel tersebar
otikus Paralisis N VII disket & merata
•Tinitus pada pasien
•Vertigo Imunokompromai
• Nistagmus s
Tatalaksana-Komplikasi

• Penatalaksanaan • Komplikasi
– Simtomatis 1. Neuralgia Pasca Herpetik
• Oral : Antipiretik +
Analgetik • Rasa nyeri yg timbul
• Lokal : Bedak salicil pada bekas lesi
mentol mencegah • Bisa berlangsung
vesikel agar tdk pecah beberapa bulan – tahun
– Antiviral
• Usia > 40 th
• Dewasa : Acyclofir
5x800 mg selama 7 • Thx : Gabapentin
hari 2. Parasilis motorik
• Anak : Acyclovir 4 x 20
mg selama 7 hari 3. Neuritis optik
• Valasiklovir: Dewasa 3
x 1000 mg/hari.
SMALL POX VIRUS
MOLOSKUM
KONTAGINOSUM
• Etiologi: Pox virus
• Transmisi : Kontak laksung
• Masa inkubasi : 1 minggu
• Predileksi: muka badan, ekstremitas,
pubis (hanya pada dewasa)
• Effloresensi : Papul milier kadang
lentikuler dan berwarna putih spt lilin,
bentuk kubah di bagian tengahnya
terdapat lekukan, jika di pijat keluar masa
spt nasi
Pemeriksaan-tatalaksana

• Pemeriksaan penunjang • Penatalaksanaan


– Mikrobiologi dgn – Prinsip mengeluarkan
pewarnaan Giemsa masa (enokulasi) dgn
– Gambaran Moloskum • Bedah Beku (CO2,
Body (Henderson- N2)
paterson bodies) • Elektrocauter
– Diagnosa pasti : Biopsi
dgn pewarnaan HE
VARIOLLA
• Etiologi : Pox Virus Variolla • Tatalaksana
• Manifes Klinis – Simtomatic
– Demam tinggi  makula – Antiviral : Acyclofir 5x800
dan papul mg selama 7 hari.
– Suhu turun  vesikel dan – isolasi
pustul
– Suhu naik krusta-
krusta,
– Suhu turun ( Resolusi) 
Black variola
• Penyebaran : dari
ekstremitas ke badan
(sentripetal)
• Predileksi : Ekstremitas
HUMAN PAPILOMA VIRUS(HPV)

VERUCA (Kutil)
• Hiperplasi epidermis akibat • Penatalaksanaan
pertumbuhan epithel yang
– Bahan kaustik: larutan
disebabkan oleh Human
Papilloma Virus AgNO3 25% asam
• Klasifikasi triklorasetat 50%
1. Verruca Vulgaris: predileksi – Bedah : Bedah beku (CO2,
khususnya di ekstremitas N2, N2O), Bedah skalpel ,
bagian ekstensor (warna Bedah listrik, Bedah laser.
abu-abu)
2. Verruca Plantaris: Predileksi
pada telapak kaki
3. Verruca Plana : Predileksi
pada muka dan leher
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
CONDILOMA AKUMINATA
• Etiologi : HPV tipe 6&11,HPV tipe
16 & 18 (penyebab ca cervix)
• Termasuk dalam PMS
• Predileksi
– Laki-laki: perineum, sulkus
koronarius,gland penis, anus
– perempuan : vulva, introitus
vagina
• Efloresensi : Vegetasi bertangkai,
warna kemerahan atau
kehitaman , permukaan
papilomatosa (berjonjot).
Penatalaksanaan

• Kemoterapi
– Tingtur pedofilin 25%
– Asam trioasetat 50%
– 5-fluourasil 1-5%
• Bedah
– Bedah listik
(elektrocauter)
– Bedah beku
– Bedah skapel
INFEKSI JAMUR
Golongan Dermatofitosis4A
Tinea Kapitis
Tinea Korporis 4A
Tinea ManusGolongan Non-dermatofitosis
4A
Tinea Unguinu 4A
Tinea Pedis 4A
Tinea Kruris 4A
Ptiriasis Vesikolor 4A
Kandidiosis Mukokutan 4A
DERMATOFITOSIS
• Dermatofitosis: Infeksi oleh • Morfologi Khas
jamur dermatofita pada jaringan – Apapun tineanya punya
yg mengandung keratin (kulit, bentuk khas, kecuali T.
rambut, kuku) Kapitis
• Dermatofita: Golongan jamur – Kelainan berbatas tegas
yang dpt mencerna keratin dgn – Polimorfik (papul, vesikel,
enzim keratinase skuama, dll)
• 3 genus: Microsporum, – Tepi lebih aktif ,Tengah
Tricophyton, Epidermophyton tenang (central healing)
– Disertai rasa gatal ,↑↑ jika
berkeringat
Klasifikasi Berdasarkan Letak

TINEA KAPITIS (Kulit


kepala)
• Terutama pada anak
• Stadium klinis bisa: kronik,
subakut, akut
• Tiga bentuk klinis
– Gray patch: Warna abu-abu
Lampu Wood: M.canis 
fluoresensi hijau
– Black dot: Rambut patah di
muara folikel
– Kerion: inflamasi bengkak,
mirip sarang lebah
Continue

• TINEA KRURIS : Daerah


genitokrural, sekitar anus, bokong, &
perut bagian bawah.
• TINEA PEDIS ET MANUM :
pada kaki dan tangan
• TINEA UNGUINUM : pada kuku
jari tangan dan kaki
• TINEA KORPORIS: pada kulit
tidak berambut (glabrous skin)
Pemeriksaan Penunjang

1. Kerokan kulit KOH


– KOH 10% untuk rambut, KOH 20% utk kuku & kulit
– Gambaran : Hifa panjang bersekat (hifa sejati)
Arthospora, microspora, makrospora.
2. Lampu wood : Kuning kehijauan
3. Biakan: Media agar sabouroud
Penatalaksanaan

• Edukasi : Faktor presdiposisi & higine


• Farmakologi
– Obat Topikal
• Bila lesi terbatas ,Vehikulum sesuai stadium lesi
• Obat: Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam
benzoat (6-12%) dlm bentuk salep Whitfield,
ketokonazol 1%
– Obat sistemik
• Lesi luas , tdk resposnif terhadap obat topikal,
Kronik berulang
• Obat: Gliseofulfin 500 mg/hr selama 14 hr,
Ketokonazol 200mg/hr selama 5-14 hari
NON-DERMATOFITOSIS

CANDIDIASIS
• Etiologi : Genus Candida • Klasifikasi
• Faktor Presdiposisi – Kandidosis mukosa:
kandidosis oral, perleche,
– Endogen: perubahan vulvovaginitis, balanitis,
fisiologik (kehamilan, mukokutan kronik,
obesitas, iatrogenik, DM, bronkopulmonar
penyakit kronik), usia – Kandidosis kutis:
(orang tua & bayi), lokalisata, generalisata,
imunologik paronikia & onikomikosis,
– Eksogen: iklim panas, granulomatosa
kelembaban tinggi, – Kandidosis sistemik:
kebiasaan berendam endokarditis,meningitis,
kaki, kontak dengan pyelonefritis, septikemia.
penderita
Bentuk Klinis
1. Kandidosis intertriginosa
– daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, sela jari,
glans penis, dan umbilikus berupa
bercak berbatas tegas, bersisik,
basah, eritematosa.
– Lesi satelit
2. Kandidosis perianal:Lesi berupa
maserasi seperti dermatofit tipe basah
3. Kandidosis kutis generalisata: Lesi
terdapat pada glabrous skin.
Diagnosa- Tatalaksana

• Pemeriksaan Penunjang • Pengobatan


1. KOH : Selragi , – Hindari faktor
blastospora, hifa semu. predisposisi
2. Kultur di agar – Antifungal :Gentian violet
Sabouraud 0,5-1%, Nistatin,
• Bulat dengan amfoterisin B, grup azole
permukaan sedikit
cembung, halus, licin
• Warna koloni putih
kekuningan dan
berbau asam seperti
aroma tape.
PTIRIASIS VERSICOLOR (Panu)
• Etiologi : Infeksi superficial • Predileksi : bagian atas dada,
kulit oleh Malassezia furfur lengan, leher, perut, kaki,
• Patognomonis : makula hipo- ketiak, lipat paha, muka dan
hiperpigmentasi ,berskuama kepala
halus, dengan batas tegas atau • Faktor resiko : cuaca yg
tidak tegas. Skuama biasanya lembab dan panas, banyak
tipis seperti sisik & hanya keringat, memakai pakaian
dapat tampak dengan yg ketat
menggores kulit (finger nail
sign).
• Gejala :Bisanya Asimtomatik,
gatal ringan dmn gatal ↑ jika
berkeringat.
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan Penunjang • Tatalaksana


– KOH : Hifa pendek, – Edukasi pasien utk tdk
menggunakan pakaian
sprora bulat yg lembab &
berkelompok (Spagetti pemakaian bersama
and Meat Ball) – Farmakologi: Topikal
(Shampo selenium
– Lampu wood : Kuning sulfida 1,8%, Derivat
keemasan azol topikal)
– Sistemik: Jika lesi luas
/ penggunaan obat
topikal tidak berhasil
(Ketokonazol 1 x 200
mg selama 10 hari)
INFEKSI ZOONIS & PARASIT
Scabies 4A
Skabies
Pediculosis 4A
Cutaneus larva migran 4A
Pediculosis
Ascariasis 4A
Oxyuriasis Cutaneus Larva 4A
Ansilostomiasis
Migran
Shistosomiasis
Filariasis 4A
Taeniasis
SCABIES
• Etiologi : infestasi dan • Cardinal Sign
sensitisasi terhadap Sarcoptes 1. Pruritus nokturnal
scabiei var hominis 2. Menyerang manusia
• Transmisi: kontak langsung secara kelompok
(skin to skin), tidak langsung 3. Adanya terowongan
(pakaian) (kunikulus) yang
• Predileksi : Sela jari tangan, berwarna putih/keabuan,
pergelangan tangan bag volar, lurus/berkelok, panjang 1
siku luar, lipat ketiak depan, cm, pada ujung
areola mammae, umbilikus, didapatkan papul/vesikel.
bokong, genitalia eksterna, 4. Pada kerokan kulit:
perut bawah . ditemukan tungau
Diagnosa- Tatalaksana

• Pemeriksaan • Penatalaksanaan
a. Sulfur presipitatum 10%
Penunjang  Aman untuk ibu
hamil & anak kurang
– Burrow Ink Test dari 2 tahun. Tidak
efektif untuk stadium
untuk melihat telur sehingga harus
terowongan digunakan >3 hari
b. Emulsi benzil benzoas
– Kerokan Kulit : 20%
c. Gameksan 5% 
Menemukan telor, hindari untuk anak < 6
tungau. tahun & wanita hamil,
efek neurotoksik &
teratogenik
d. Permetrin 5% 
kontraindikasi anak
usia < 2 bulan
PEDICULOSIS
• Etiologi: Pedikulus humanus • Gejala klinis
var – Gatal timbul akibat liur
• Cara penularan dan ekskreta kutu yg
– kontak langsung, kontak dimasukkan ke kulit saat
tak langsung menghisap darah
– Kontak seksual – Pada Pedikulosis Pubis ,
• Klasifikasi terdapat bercak
– Pedikulosis kapitis : Kulit berwarna abu-abu
kepala. kebiruan yg disebut
– Pedikulosis korporis: makula serulae
pinggang,ketiak – Black dot, bercak hitam
– Pedikulosis pubis :pada yg tampak pada celana
rambut didaerah pubis dan dalam berwarna putih
sekitarnya. (krusta dari darah)
Panatalaksanaan
• Pengobatan • Pencegahan
– Gameksan 1% atau – Penderita dipisahkan
emulsi benzil benzoat – Alat selah dipakai
25% dioleskan dan dibersihkan, di cuci, di
didiamkan 24 jam, desinfeksi.
diulangi 4 hari kemudian – Pada pthiriasis pubis ,
– Malthion 0,5 % rambut pubis di cukur,
pakaian dalam di rebus.
A.Braziliense & A.Caninum
• KLINIS: Kulit CUTANEUS LARVA MIGRAN
/Creeping Eruption  Lesi linier eritema
dan papul, Sistemik:mual, muntah, diare,
nyeri ulu hati, ANEMIA.
• Infeksi Larva
• DIAGNOSA:
• TH/
– Albendazol 400mg single dose
– Pirantel Pamoat 10mg/kgbb selama 3
hari
– Tiabendazole 1 x 400mg
– Cloretil Spray 5%
A .duodenale & Necator
americanus
• Infeksi Larva Filariform TANPA ALAS
KAKI  PORT D ENTRE
• KLINIS: Kulit: GROUND ITCH,
Sistemik: mual, muntah, diare & nyeri
ulu hati ANEMIA
• DIAGNOSA: Telur berdinding tipis &
bening.
• TH/
– Albendazol 400mg single dose
– Pirantel Pamoat 10mg/kgbb 3 hari
Trichuris Trichiura

• CACING CAMBUK
• KLINIS: Nyeri ulu hati, kehilangan darah ,
ANEMIA
• Terinfeksi Embrional egg
• DIAGNOSA: Telur bentuk tempayan di
ujungnya ada 2 kutub (double knob)
• TH/:
– Albendazol 400 mg 3 hari
– Mebendazol 2X100 mg 3 hari
• KOMPLIKASI: Prolap rectum
Shistosomiasis
• ETILOGI: Shistosoma japonicum
• KLINIS: demam, malaise, berat
badan menurun, Pada infeksi berat
→ Sindroma disentri
• INFEKTIF: Serkaria
• DIAGNOSA: Telur dengan duri
Rudimenter
• TH/: Praziquantel 20mg/KgBB 3
kali Pemberian dalam 1 hari / 4-6
jam

4S : SHISTOSOMA,SPINA DI TELUR,SERKARIA
INFEKSIUSNYA,DI SULAWESI.
Ascaris
lumbricoides
• KLINIS: pneumonitis with cough,
LOOFLER SYNDROM, intestinal blockage,
vomit, abd pain.
• INFEKTIF: Telur berisi larva
• DiIAGNOSIS: Telur berwarna kecoklatan
dengan dinding 3 lapis:
– Albuminoid
– Lapisan Hialin
– Viteline
• TH/
– Albendazole
– Mebendazole 1-3 hari
Enterobius
Vermicularis
• OXYURIASIS = KREMI-An
• KLINIS: GABURMARI gatal burit
malam hari
• DIAGNOSA
– Menemukan telur dgn cara
Graham schoot adesive tape
pada pagi hari sebelum BAB 3
hari berturut turut
– Telur: Lonjong asimetris,lebih
datar satu sisi
• THX/: Albendazol 400mg singgle
dose,pirantel pamoat 10mg/kgBB
FILARIASIS
• Di Indonesia
– Wuchereria bancrofti
– Brugia malayi, Brugia timori
penyebab filariasis limfatik (sal
genital tdk pernah terkena)
– Hospes: Culex & Anopheles
• KLINIS: Filariasis limfatik
– Demam
– Limfadenopati inguinal
– Nyeri testis dan/atau inguinal
– Linfadema Irefersible Kronik,
elephantiasis di tungkai.
• Cara diagnostik • TH/: Dietilcarbamazin
– filariasis limfatik (DEC) 6mg/kgBB 3x
ditemukannya mikrofilaria sehari selama 12 hari
di darah perifer • Pengobatan masal
(WHO): DEC 6mg/kgBB
– Deteksi Mikrofilaria di kiluria + Albendazol 400 mg
ditemukan dan cairan dosis tunggal,satu
hidrokel. tahun sekali
– Sampel diambil antara jam
10 malam dan 2 pagi
DERMATITIS - IMUNOLOGI
Dermatitis Kontak Iritan 4A
Dermatitis
Dermatitis Kontak alergika Kontak 4A
Dermatitis Atopik 4A
Dermatitis Atopik
Dermatitis Numularis 4A
Neuro dermatitis 3A
Urtikaria akut Neurodermatitis 4A
Urtikaria kronik 3B
Angioderma Dermatitis Numularis 3B
Fixed drug erruption 4A
SJS 3B
NET 3B
Pemvigus 3B
DERMATITIS KONTAK
GAMBARAN UMUM DKA DKI
ETIOLOGI Bahan sehari- hari Bahan iritan
PATOFISIOLOGI Hipersensitifitas tipe IV Iritasi langsung
ONSET Setelah terpajan dua kali Setelah terpajan kronik
/ bisa akut
SIAPA YANG KENA Orang yg alergi Semua orang
TAMPILAN KLINIS Nyeri gatal,papul,vesikel Likenifikasi,fisusra
BATAS Tegas Tdk tegas
PEMERIKSAAN Uji tempel ( Patch test) Uji tempel ( Patch test)
PENUNJANG Reaksi Cresendo Reaksi descresendo

Tatalaksana
Hindari pencetus, Topikal: (Akut & eksudatif: kompres NaCl 0.9% , kronik :
krim hidrokortison1% , Sistemik: Kortikosteroid Prednison 5-10 mg/ dosis,
2-3x/hr Deksametason 0.5-1 mg, 2-3x/hr, Anti-Histamin.
Patch Test
• Dilakukan untuk membuktikan suatu
zat adalah alergen penyebab.
• Cara
– Antigen dibiarkan menempel
selama 48 jam
– Pembacaan dilakukan 2 kali:
pertama dilakukan 15-30 menit
setelah dilepas; kedua dilakukan
72-96 jam setelah dilepas
– Bila reaksi bertambah
(crescendo) di antara kedua
pembacaan, cenderung ke
respons alergi.
DERMATITIS ATOPIK
• Definisi: Peradangan pada • Predileksi : Flexor & muka
kulit kronis, residif, yg • Efloresensi: Eritema,
berkaitan dgn kadar IgE serta
riwayat atopi keluarga atau
papul ,skuama sampai
penderita. likenifikasi, kulit menjadi
• Gambaran umum kering.
– Onset: Umumnya anak-
anak
– Riwayat atopi (rhinitis
alergi,asma,konjungtivitis
vernalis)
– Gatal hilang timbul
sepanjang hari
Klasifikasi Tipe Dermatitis Atopik

1. Tipe infantil (2 bln-2 th)


– Predileksi : Dahi, pipi , leher, kulit kepala,
pergelangan tangan & tungkai.
– Efloresensi : eritema, papulo-vesikel yang
halus, eksudatif, krusta (lesi basah)
2. Tipe anak
– Predileksi : Lipat siku, lipat lutut,
pergelangan tangan bagian dalam, leher
– Efloresensi : Papul , squama, likenifikasi
3. Tipe juvenil
– Predileksi : Lipat siku, lutut, leher, dahi,
tangan , & pergelangan tangan.
– Efloresensi: Plak papular-eritematosa &
berskuama, plak, likenifikasi yang gatal,
terjadi hiperpigmentasi
Krieria diagnosa (Wiliams 1994)
KRITERIA MAYOR KRITERIA MINOR
• Pruritus Xerosis, infeksi kulit, dermatitis non
• Dermatitis di muka/ekstensor pd bayi spesifik, iktiosis, pitiriasis alba, dermatitis
& anak di papila mamae, white demographism,
• Dermatitis di fleksura pada dewasa kelitis, lipatan infra orbital, konjungtivitis
• Dermatitis kronis atau residif berulang, keratokonus, katarak
• Riwayat atopi pada penderita/ subskapular anterior, orbita gelap,muka
keluarga pucat/eritem, gatal bila berkeringat,
intolerans terhadap wol, aksentuasi
perifolikular, hipersensitif terhadap
makanan, dipengaruhi lingkungan, tes
kulit alergi (+), igE serum meningkat,
awitan usia dini.
Diagnosa : 3 Kriteria Mayor + 3 Kriteria Minor
More Info
Kriteria dignosa pada bayi di modifikasi menjadi
3 Kriteria mayor: Riwayat atopi keluarga,dermatitis di muka & extensor,
Pruritus
3 Kriteria minor: Xerosis, Fisura di belakang telinga,Squama di Scap yg
kronis
Tatalaksana
• Non-farmakologi
– Menemukan faktor resio, hindari
faktor pencetus, hidari stress psikis,
pada bayi kebersihan popok harus di
jaga.
• Farmakologi
– Topikal : Kortikosteroid topikal
desodid kream 0,05% betametason
valeat 0,1 % selama 2 minggu)
– Oral : Anti-Histamin
DERMATITIS NUMULARIS
• Dermatitis berbentuk lesi mata • Penatalaksanaan
uang (koin) atau lonjong, berbatas – Nonfarmakologi:
tegas, berupa papulovesikel, Menghindari faktor
biasanya mudah pecah sehingga
yang mungkin
basah (oozing/madidans).
memprovokasi seperti
• Faktor resiko: Pria, Riwayat stres
trauma, riwayat infeksi kulit
sebelumnya, stres emosi. – Farmakologi : Topikal,
• Predileksi: Tungkai bawah, badan, Lesi basah 
lengan, punggung tangan Kompres larutan PK
• Efloresensi : Lesi akut vesikel 1/10000 sampi lesi
dan papulo vesikel, berbentuk mengering,
uang logam, eritematosa, sedikit Kortokosteroid topikal.
edema ,& berbatas tegas. Oral : Antihistamin
sedatif pilihan utama
NEURODERMATITIS
(Liken Simplex Kronik)
• Peradangan kulit kronis, sangat gatal• Tatalaksana
berbentuk sirkumkripta, dgn
gambaran khas kulit menebal spt – Edukasi pasien jgn di
batang kayu akibat garukan berulang. garuk , hindari stress
• Faktor resiko : Wanita > laki-laki ,di psikis
hubungkan dgn stress Psikis • Farmakologi
• Keluhan: sangat gatal, sehingga – Topikal : Kortikosteroid
pendertita akan terus menggaruk
sampai luka topical
• Predileksi : Daerah tengkuk, tangan, – Oral : Anti histamin
tungkai sedatif
• Efloresensi: Lesi awal papul- eritema,
squama , hiperpigmentasi di pinggir ,
bentuk lesi umumnya lentikuler &
plakat, likenifikasi, relief kulit terlihat
jelas
URTIKARIA
(Biduran)
• Reaksi vaskular pada kulit akibat
bermacam-macam sebab. Ditandai
oleh edema setempat yang timbul
mendadak dan menghilang perlahan-
lahan,berwarna pucat dan kemerahan,
meninggi di permukaan kulit, sekitarnya
dapat dikelilingi halo.Dapat disertai
dengan angioedema.
• Etiologi: obat, makanan, gigitan
serangga, bahan fotosensitizer, inhalan,
kontaktan, trauma fisik, infeksi, psikis,
genetik, atau penyakit sistemik
Klasifikasi Urtikaria
Pemeriksaan-tatalaksana

• Pemeriksaan Penunjang • Tatalaksana


– Urtikaria alergi :Skin prick
test / IgE RAST – Anti-Histamin sedatif
– Urtikaria Kontak : Uji gores lini I
(Scratch Test) utk melihat
dermografisme
– Tes eliminasi makanan
– Urikaria dingin : Ice Tube
test
– Urikaria Kronik : LED,CRP,
Test fungsi hati  mencari
penyebab urtikaria
Angioderma
• Bentuk lebih berat dari urtikaria adalah
angioedema (patofisiologinya sama)
• Pada angioedema, terjadi edema di
dalam jaringan subkutis akibat
kebocoran vaskular
• Tampilan klinis: Edema berbatas tegas
yang tidak eritema dan tidak gatal.
Biasanya menyerang wajah dan bibir,
tapi bisa juga menyerang saluran GI dan
laring (kegawatdaruratan).
• Tatalaksana:
– Ringan: antihistamin generasi 2
– Sedang: difenhidramin IV +
kortikosteroid
– Berat: epinefrin
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK
FIX DRUG ERUPTION
• Kelainan erupsi kulit,terjadi • Efloresensi khas: Vesikel,
berkali-kali di tempat yg sama. eritema, lesi terget bentuk
• Patogenesis: Hipersensitifitas lonjong, bulat / numular,
tipe II (sitotoksik)
bercak hiperpigmentasi dgn
• Klinis: Kemerahan,luka pada
kulit setelah mengkonsumsi kemerahan di tepinya .
obat (Sulfonamid,analgenik,
tmp)
• Predileksi : mulut, bibir, vulva,
penis.
Tatalaksana

• Tatalaksana
– Prinsipnya: Hentikan/ eliminasi Penyebab
– Topikal: jika lesi basah kompres larukan PK
1/1000 sampai kering di lanjutkan topikal
kortikosteroid
– Oral: Steroid + Anti histamin
NET VS SJS
STEVEN JOHNSON NECROTYCAN
SYNDROM EPIDERMOLYSIS TOXIC
ETIOLOGI Alergi obat Alergi obat
PATOGENES Reaksi hipersensitivitas tipe III & Reaksi hipersensitivitas tipe III &
IS IV IV

KLINIS • TRIAS KELAINAN • Bentuk berat dari SJS


– Kelainan kulit: eritema, • SJS + Epidermolisis
vesikel, bula generalisata
– Kelainan mukosa • Nikolsky’s Sign (+)
– Kelainan Mata: • Keadaan umum buruk
Konjungtivitis
• Tanpa Epidermolisis
• Keadaan umum lebih baik di
banding NET

TERAPI Steroid, antibiotik,suppurotif Steroid, antibiotik, suppurotif


SJS
PEMFIGUS
PEMFIGUS VULGARIS PEMFIGOID BULOSA

ETIOLOGI Auto imun Autoimun

KLINIS Bula kronik berdinding Bula berdinding tegang ,


kendur, jika pecah menjadi Keadaan umum baik
krusta yg bertahan lam ,
Keadaan umum buruk
Nikolsky’s Sign Positif (+) Negatif (-)

PREDILEKSI Generalisata + Mukosa > Perut, lengan,flexor,lipat paha


60%
HisTOLOGIS Bula intradermal,akantolisis Celah antara dermal-epidermal ,
Bula subdermal
IMUNOFLORESEN IgG & komplemen di IgG linier di membran basal
SI epidermis
TERAPI Steroid ( Prednison) , Steroid
Sitostatik
Pemphigus Vulgaris

Pemphigus Vulgaris

Bullous Pemphigoid
DERMATO ERITRO SQUAMOSA
Psoriasis Vulgaris 3A
Psoriasis
Ptiriasis Rosea 4A
Dermatitis Seboroik 4A
Ptiriasis Rosea
PSORIASIS VULGARIS
• Patofisiologi • Tanda khas
a. Genetik: berkaitan dengan – Fenomena tetesan lilin
HLA skuama yang digores
seperti lilin yang digores
b. Imunologik: diekspresikan
– Fenomena Kobner
oleh limfosit T,sel penyaji
trauma pada kulit normal
antigen dermal, dan
menimbulkan lesi
proliferasi keratinosit → psoriasis
peningkatan turn over – Tanda Auspitz
epidermis
pengerokan lesi
• Pencetus: stress, infeksi bertahap menyebabkan
fokal, trauma, endokrin, tampak bintik-bintik
gangguan metabolisme, obat, pembuluh darah
alkohol, dan merokok (papilomatosis)
Tatalaksana

Tatalaksana
• Topikal: Preparat ter,
kortikosteroid, ditranol,
tazaroen, emolien, dll
• Sistemik
– Kortikosteroid
– sitostatik (metotreksat),
levodopa,etretinat, dll
– PUVA (UVA + psoralen)
PTIRIASIS ROSEA
• Dermatitis eritroskuamosa yang • Tatalaksana : Simtomatis
disebabkan oleh infeksi virus (self- limiting disease)
(self-limiting disease)
• Bentuk klinis
– Dimulai dengan lesi inisial
berbentuk eritema berskuama
halus dengan kolaret (herald
patch)
– Disusul dengan lesi yang lebih
kecil di badan, paha dan
lengan atas, tersusun sejajar
costae, spt pohon cemara
(inverted christmas tree
appearance)
DERMATITIS SEBOROIK

• Definisi : Kelainan kulit yg di • Klinis : Awalnya berupa


dasari oleh faktor konstitusi
 predileksi pada tempat yg ketombe ringan pada kulit ,
byk kel sebumnya. sampai keluhan lanjut
• Faktor presdiposisi : Genetik, berupa keropeng yang
stres emosional, Infeksi,
defisiensi imun, Jenis kelamin berbau tidak sedap &
pria lebih sering dari pada terasa gatal.
wanita, Usia : bayi bulan 1 &
usia 18-40 tahun, kurang tidur. • Efloresensi : Papul
• Predileksi : Kulit kepala, dahi, sampai plak eritema,
glabela, alis mata,k elopak Skuama berminyak agak
mata
kekuningan, batas tidak
tegas .
Tatalaksana

• Non-farmakologi: Hidari faktor


presdiposisi
• Farmakologi
– Topikal
• Bayi : asam salisilat 3%, Krim
Hidrokortison 1%
• Dewasa pada kulit kepala: Shampo
Selenium sulfida 1.8 jika terjadi
inflamasi betametason valeat 0,
1%)
– Oral : Antihistamin
AKNE – ROSASEA
MILIARIA
Akne Vulgaris ringan 4A
Akne Vulgaris
Akne Vulgaris sedang-berat 3A
Rosasea Rosasea 4A
Miliaria 4A
AKNE VULGARIS
• Inflamasi kronik folikel pilosebasea • Gejala klinis
yg di tandai dgn komedo, papul, – Tanpa peradangan
pustul, nodus & kista.
komedo, papula
• Faktor: Perubahan pola keratinisasi
tidak beradang
dalam folikel, produksi sebum ↑,
terbentuknya fraksi asam lemak – Meradang : pustula,
bebas, peningkatan jumlah flora nodus, kista
folikel (Propionibacterium acnes), beradang
pembentukan circulating antibodies,
↑ kadar hormon androgen, stress
psikis, faktor lain (usia, ras, familial,
makanan, cuaca)
• Predileksi: Muka, bahu, dada atas,
punggung atas
Derajat-Tatalaksana Acne

DERAJAT RINGAN DERAJAT SEDANG DERAJAT BERAT

Komedo <20 Komedo 20-100 Kista <5 atau komedo >


100
Lesi inflamasi <15 Lesi inflamasi 15-50 Lesi inflamasi >50
Total lesi <30 Total lesi 30-125 Total lesi >125

DERAJAT RINGAN
• Komedo : Retinoid topikal
• Papular/pustular:Retinoid topikal +AB topikal (klindamisin atau eritromisin)
DERAJAT SEDANG
•Papular/pustular:Ab oral (tetrasiklin, doksisiklin, klindamisin)+ Retinoid
topikal
•Nodular: Ab oral (tetrasiklin, doksisiklin, klindamisin) +Retinoid topikal
DERAJAT BERAT
• dular/konglobata: isotretinoin oral (1stchoice), alternatif  Ab oral dosis
tinggi + retinoid topikal
ROSASEA
• Radang kronis di sentral • Jenis Rosacea
wajah ditandai eritem – Erythemato telangiectatic
persisten & teleangiektaksis rosacea
disertai peradangan  erosi, – Phymatous rosacea
papul,pustula,edem. – Papulo pustular rosacea
• Gejala : Mata kering, tekstur – Ocular rosacea
dan nyeri kulit, wajah • Terapi
memerah setelah kepanasan, – Hindari sinar matahari
makanan pedas dan alkohol. – Antibiotik topikal dan
tetrasiklin oral untuk
meringankan peradangan
– Minocycline, doxycycline
dan tetrasiklin.
MILIARIA
MILIARIA KRISTALINA MILIARIA RUBRA MILIARIA PROFUNDA

• Di stratum korneum • Di epidermis • Di dermo epidermal


• LESI: vesikel • > berat dari miliaria jungtion
bergerombol kristalina,Terasa • Biasanya timbul
berukuran 1-2mm sangat gatal dan setelah miliaria rubra,
tanpa tanda radang pedih ditandai papul putih,
• PREDILEKSI: pada • PREDILEKSI: badan keras
tempat tertutup yang sering terkena • LESI: > papul dri pada
pakaian tekanan atau vesikel
• Muncul terutama saat gesekan • PREDILEKSI: di badan
setelah banyak • LESI: papul merah & extremitas
berkeringat atau papul vesikular • Tidak gatal & tidak
• Tidak memberi ekstra folikular terdapat eritema
keluhan & sembuh • Th/: : Bedak salisil 2% • Th/ Losio calamin
dengan sisik yang dengan mentol 0, dengan atau tanpa
halus 25-2% mentol 0,25%
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Uretritits GO 4A
Uretritits Non-GO 4A
Sifilis 3A
Siffilis
Ulkus 4
Herpes Simpleks 4A
Chancroid
Trichomoniasis 4A
Bakterial vaginitis 4A
Herpes Simplex
Trauma persalinan
Kandidiasis Vulvovaginal 4A
Condiloma Akuminata 3A
Bakterial Vaginosis

Trichomoniasis
Kandidiasis
Vulvovagina
Condiloma lata & Condiloma
Acuminata
BILA KENCING NANAH ?
URETRITIS GO URETRITIS NON-GO
• ETIOLOGI: Neisseria gonorrhoeae • ETIOLOGI: Chlamydia
diplococcus gram (-) trachomatis
inta&ekstrasel • Masa Inkubasi : 1- 3 minggu
• Masa tunas 2-5 hari • KLINIS: Duh mukoid
• KLINIS: Gatal & panas di uretra mukopurulen, kadang purulen ,
distal dysuria, Polakisuria,OUE: dysuria, pilakisuria
ektropion (Mount Fish), Sekret • PX PENUNJANG: Pemeriksaan
Mukopurulen. Gram  leukosit  5 Lpd ,
• PX PENUNJANG Pemeriksaan Gram GO (-)
– Sediaan langsung pewarnaan • TH/: Azitromicin 1 g PO, single
gram di temukan diplokokus dose atau Doxycicline 100 mg
gram negatif spt biji kopi, PO 2x 1 selama 7 hri
– Kultur: Agar Thayer-Martin
• TH/: First line: Ceftriaxone 250
mg IM single dose / Cefixime 400
mg PO single dose + Azitromicin
1 g PO, single dose atau
BILA MUNCUL LUKA ?

SIFILIS
• Etiologi : Treponema pallidum
• Stadium
1. STADIUM I ( Primer)
• Ulkus Durum: dasar bersih, ulkus
dinding tidak bergaung, (tdk nyeri)
indolen, teraba indurasi (keras) , tidak
ada radang akut
2. STADIUM II (sifilis sekunder)
• The great imitator
• Condiloma lata : papul lentikuler
permukaan datar
3. STADIUM III (sifilis tersier)
• Guma, Sifilis kardiovaskular, Otak
( Neurosifilis)
Diagnosa - Tatalaksana

• Pemeriksaan Penunjang • Tatalaksana :


1. Pemeriksaan Mikroskop lapang Peniciline G
gelap (Dark field)  bakteri bentuk prokain 600.000
spiral
UI selama 10-14
2. Pemeriksaan Serologi hari
a. Non treponemal
– VDRL(Venereal Disease
Research Laboratory) • Peniciline G
– Sensitif tapi tdk spesifik benzatin 2,4 Jt UI
IM SD
– Digunakan utk screaning &
menilai hasil pengobatan
b. Treponemal
– TPHA (Treponemal pallidum
Haemoglutination Assay
– Spesifik & Sensitif
BILA MUNCUL SEPERTI TUMOR
CONDILOMA LATA CONDILOMA AKUMINATA
• ETIOLOGI: Triponema Pallidum • ETIOLOGI: HPV Tipe 6 & 11 , Tipe
(sifilis stadium II 16&18 penyebab ca cervix.
• KLINIS: Papul lentikuler • KLINIS: Vegetasi bertangkai,
permukaan datar berjonjot berwarna coklat
• PREDILEKSI: Genital, perineum, kemerahan tampak seperti
anus, aksila. kembang kol.
• TH: Penicilin G • PREDILEKSI: Pria: glans, sulcus
coronarius, frenulum, batang
penis Wanita: introitus posterior,
labia)
• TH: Kemoterapi:Tingtur pedofilin
25%, Asam trioasetat 50% 5-
fluourasil 1-5%,
• Bedah: elektrocauter, bedah beku,
bedah skapel
Versi gampangnya DD lecet di kemaluan
ULKUS DURUM ULKUS MOLE (Chancroid) HERPES SIMPLEX

ETIOLOG • Treponema Pallidum • Haemophilus ducreyi • HVS tipe I


I ( Sifilis Stadium II) • Coccus gram(-) • HVS Tipe II daerah
umbilicus ke bawah
KLINIS • ULKUS • ULKUS • Vesikel berkelompok
• DASAR BERSIH • DASAR KOTOR dgn dasar eritem
• TDK BERGAUNG • MUDAH BERDARAH • Vesikel pecah 
• TDK NYERI (indolen) • SANGAT NYERI ulkus
• • • Sangat nyeri
INDURASI (keras) LUNAK MULTIPLE
• TANDA RADANG (-) • TEPI ULKUS
MENGAUNG
• Pembesaran KGB
inguinal + sakit ( Bubo
Formation)
PX Mikroskop lapang gelap , Gram, wright, Giemsa Tzank test Multinukleid
VDRL, TPHA giant cell

TH/ Penicilin G prokain 1 g azithromycin, single Asiklovir 5 x 200 mg/hari


dose oral / selama 7-10 hari.
ceftriaxone 250 mg IM,
single dose
BILA MUNCUL DUH ?
Bakterial • Etiologi: Gardnela Vaginalis
Vagigosis • Manifestasi: Duh warna Jernih, Berbau amis (fishy odor),tanda radang
(-)
• Kriteria Diagnosa (Amsel)
1. Sekret Homogen Tipis
2. PH > 4,5
3. KOH”wift Test”: (+)
4. Nacl : Clue Cell (+) ≥ 20%
• Tatalaksana : Metrionidazol 2x 500 mg selama 7 hari
Trikomoniasi • Etiologi: Trickomonas Vaginalis
s • Klinis: Duh kuning-kehijauan, Berbusa (Froty), Dyspareuni, Strawberry
Cervix
• Pemeriksaan NaCL: Sel berflagel & mortil.
• Tatalaksana: Metrionidazol 2x 500 mg selama 7 hari
Candidiasis • Etiologi :Candida Albican
Vulvovagina • Klinis: Duh putih seperti susu (Cottage Chese),tdk berbau, gatal,
eritema.
• KOH test: Pseudohifa,Sel ragi,Blastospora
• Tatalaksana: Flukonazol 150mg / nistatin 100.000 IU intravagina
selama 14 hr

Anda mungkin juga menyukai