Anda di halaman 1dari 257

KEDOKTERAN DAN

ILMU KESEHATAN

PENYAKIT INFEKSI
PADA KULIT DAN IMS
Selasa, 5 April 2022

Disusun oleh :
Selly Yunita Pratiwi (20204010002)
Pembimbing:
Galuh Shafira Savitri (20204010055)
dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes. Sp.KK
Nur Rafida (20204010015)
Novada Indra Roesdiana (20204010104)
Salwa Nabilah Cholfa (20204010072)
INFEKSI BAKTERI
FOLIKULITIS
Definisi
Peradangan dari folikel rambut

Etiologi
Staphylococcus Aureus

Klasifikasi
❑ Folikulitis Superficial
(terbatas pada epidermis)
❑ Folikulitis Profunda
(mencapai subkutan)
FOLIKULITIS

Folikulitis Profunda
Gejala Klinis Gejala Klinis
❑ Papul / Pustul yang eritematosa & ❑ Papul / Pustul yang eritematosa
ditengahnya terdapat rambut
❑ Teraba infiltrat di subkutan
❑ Multipel

Predileksi
Predileksi
❑ Anak : Kulit Kepala
Sycosis barbae pada bibir atas dan
❑ Dewasa : Daerah Kumis / dagu
Janggut, Aksila, Ekstremitas,
Bokong
Folikulitis Superfisial
FOLIKULITIS
Diagnosa Banding
Tinea Barbae
▪ Berlokasi di mandibula, submandibula, unilateral.
▪ Pada tinea barbae pemeriksaan KOH positif

Tatalaksana
❑ Terapi umum : Antibiotik sistemik / topikal
❑ Tatalaksana :
▪ Kompres dengan larutan salin hangat
▪ Antibiotik lokal (Mupirocin / Clindamycin topikal)
▪ Jika lesi luas berikan Antibiotik Sistemik
IMPETIGO
IMPETIGO BULLOSA
Etiologi Etiologi
Streptococcus beta hemolyticus grup A Staphylococcus Aureus

Epidemiologi Epidemiologi
Terutama pada anak-anak Pada anak dan dewasa

Gambaran Klinis Gambaran Klinis


❑ Tidak disertai gejala umum ❑ Tidak disertai gejala umum
❑ Eritema & Vesikel yang cepat pecah ❑ Eritema, bulla, bulla hipopion
menjadi krusta tebal berwaena kuning ❑ vesikel / bulla telah memecah sehingga
❑ Jika krusta dilepaskan tampak erosi tampak koleret dan dasarnya masih
dibawahnya eritematosa
❑ Krusta menyebar ke perifer dan semuh Predileksi
dibagian tengah IMPETIGO KRUSTOSA
❑ Daerah Intertriginosa (Aksila, Inguinal)
Predileksi ❑ Dada
Wajah (sekitar lubang hidung dan mulut) ❑ Punggung
IMPETIGO
IMPETIGO BULLOSA

Diagnosis Banding Diagnosa Banding


❑Ektima
❑ Dermatitis Kontak
❑ Dermatitis Atopik
❑ Staphylococcal scalded skin
❑Dermatitis Seboroik syndrome
❑Dermatitis Kontak Alergi
❑ Pemfigoid bulosa
❑ Skabies
IMPETIGO KRUSTOSA
❑Tinea
IMPETIGO
Tatalaksana

Line Pertama Sistemik


Line Pertama ❑ Dicloxacillin 250-500mg (4x1 selama
❑ Mupirocin 5-7 hari)

❑ Retapamulin ❑ Amoxicilin + Asam Klavulanat 250-


500mg (3x1) untuk anak 25mg /kgBB
❑ Asam Fusidat /hari (3x1)

Line Kedua (alergi penisilin)


❑ Azithromycin dosis awal 500mg /hari
(1x sehari) untuk lanjutan 250mg
/hari (selama 4 hari)
❑ Clindamycin 15mg /kgBB/hari (3x1)
Topikal
❑ Erythromycin 250-500mg (4x1
selama 507 hari)
FURUNKEL & KARBUNKEL
Definisi
Furunkel merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari satu buah disebut
furunkulosis. (Karbunkel : kumpulan furunkel).

Etiologi
Stphylococcus Aureus
FURUNKEL & KARBUNKEL
Gejala Klinis
❑ Nyeri
❑Nodus eritematosa berbentuk kerucut ditengahnya terdapat pustul.
❑ Karbunkel timbul bila terkena folikel rambut
→ Nodus melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik
→ Pecah membentuk fistel
❑Karbunkel lebih besar diameter mencapai 3-10cm dengan dasar lebih dalam. Pecah lebih lambat dan meninggalkan jaringan
parut.

Predileksi
Daerah berambut yang sering mengalami gesekan, oklisif, berkeringat.

Tatalaksana
Lesi sedikit : Antibiotik topikal
Lesi banyak : Antibiotik topikal + antibiotik sistemik
Sering berulang : Cari faktor predisposisi
ERITRASMA
Definisi
Infeksi kulit superficial yang ditandai oleh makula eritematosa hingga kecokelatan, berbatas tegas, didaerah lipatan (intertriginosa), atau berbentuk
maserasi putih disela-sela jari.

Etiologi
Corynebacterium Minutissmum

Faktor Predisposisi
Obesitas
Usia Lanjut
Hiperhidrosis
Diabetes Melitus
Higiene yang buruk
Keadaan Imunosupesi
Iklim lembab dan hangat
ERITRASMA
Predileksi
Pada daerah lipatan yang tertutup (Inguinal, Aksila, Infra Mammae)

Gejala Klinis
❑ Lesi berupa makula eritemastosa hingga cokelat, berbatas tegas dengan skuama halus diatasnya
❑ Lesi bersifat asimptomatik kecuali didaerah selangkangan (Gatal dan Menyengat)
❑ Koeksistensi eriteasma dengan kelainan kulit akibat dermatofita dan kandida sering ditemukan terutama pada
lesi interdigital

Pemeriksaan Penunjang
❑ Pemeriksaan dengan lampu wood :
Fluoresensi berwarna merah coral
❑ Sediaan langsung kerokan kulit pewarnaan gram
ERITRASMA
Tatalaksana
❑ Eritrasma yang terlokalisir : Terapy dengan Sabun dan Gel benzoil peroksida 5%
❑ Topikal : Clindamycin atau Erythromicyn (2% solution) atau krim azol atau asam fusidat
❑ Eritramsa yang luas : Erythromycin oral 4x250mg

Prognosis
❑ Dapat bersifat asimptomatik selama bertahun-tahun
❑ Dapat terjadi eksaserbasi periodik
ERISEPELAS
Definisi
Peradangan akut superficial yang menyerang epidermis & dermis serta mengenai kelenjar limfe dermis.

Etiologi
Streptococcus beta hemolitikus
ERISEPELAS
Gejala Klinis
❑ Terdapat gejala konstitusi (Demam, Menggigil, Malaise) Tatalaksana
❑ Eritema ❑ Istirahat
• Berwarna merah cerah ❑ Tungkai bawah dan kaki yang diserang
• Berbatas tegas ditinggikan
• Nyeri Tekan ❑ Antibiotik sistemik
• Pinggirannya meninggi ❑ Topikal : Kompres terbuka dengan
• Disertai tanda radang akut larutan antiseptik

Predileksi
❑ Mengenai ekstremitas bawah (tungkai bawah)
❑ 2,5-10% dapat mengenai wajah
Diagnosis
●Ditegakkan berdasarkan keluhan, px.fisik dan penunjang.

●Pemeriksaan Bakteriologik
Pus 🡪 BTA, Kultur dan PCR
●Pemeriksaan Histopatologi
Tampak radang kronil dengn jaringan nekrotik mulai lap. Dermis
sampai subkutis. Jar nekrosis kaseosa oleh sel epitel dan sel Datia
Langhan’s.
●Tes Tuberkulin (Mantoux)
Skrofuloderma
● Merupakan TB kulit sekunder yang disebabkan Mycobakterium tuberculosis secara perkontinuitatum dari jaringan
dibawahnya seperti KGB, otot dan tulang.
● Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
● Lokasi tersering : leher,ketiak dan lipat paha
Gambaran klinis
● Perbesaran KGB tanpa disertai tanda inflamasi .
● Awalnya terjadi pada 1 kelenjar dan mengenai beberpa kelenjar sehingga terjadi perlekatan antar kelenjar getah
bening.
● Perlunkan (abses dingin) lalu pecah dan membentuk fistel yang akan meluas dan membentuk ulkus berwarna merah
kebiruan yang memanjang dan tidak teratur serta memiliki dinding bergaung yang bila ulkus mongering akan
membentuk krusta kekuningan.
Diagnosis Banding
● Hidradenitis supurativa 🡪 ketiak
● Aktinomikosis 🡪 leher
● Sinus dental
● Tularemia
● Blastomikosis
● Limfopati venerum 🡪 lipat paha
● Kokidioidomikosis
● histoplasmosis
Pengobatan
● Sama dengan tatalaksana TB paru
● Rekomendasi WHO pengobatan TB kutis masuk dalam kategori III
( 2HRZ 6HE, 2HRZ 4HR, 2HRZ 4H3R3)
● Bisa dikompres dengan kalium permanganate 1/50.000 🡪 basah

Kriteria sembuh :
● Semua fistel dan luka sudah menutup, KGB mengecil (<1cm dan konsistensi keras), tidak eritem.
Lepra
Definisi
● Lepra atau kusta sering disebut Morbus Hansen.
● Disebabkan oleh infeksi Mycobakterium leprae.
● Menyerang : saraf perifer, kulit, mukosa mulut, saluran nafas atas, sist.retikuloendotelial, mata, otot, tulang, testis
Patogenesis
M. leprae

Sist imun seluler ↓ ( tipe LL)


Kulit yang lecet/
Mukosa nasal Makrofag tak mampu hancurkan M. leprae
→ multiplikasi bebas → merusak jaringan

Sel makrofag/sel
Schwann Sist imun seluler ↑ (tipe BB)
(obligat intraseluler) Makrofag mampu hancurkan M.leprae → berubah jadi
sel epitheloid → sel datia Langhans → kerusakan
saraf/jaringan yang progresif
Klasifikasi
● Ridley & Jopling : Tuberkuloid (TT), Borderlinr Tuberkuloid (BT), Mid-Borderline (BB), Borderline Lepromatous (BL)
dan Lepromatosa(LL)

● Madrid : Indeterminate (I),Tuberkuloid (T), Borderline (B), Lepromatosa(L)

● WHO : Pausibasiler (PB) ~ sedikit basil : TT, BT, I dengn BTA -


Multibasiler (MB) ~ banyak basil : BB, BL, LL dengn BTA +
Klasifikasi Ridley & Jopling
TABEL GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA MULTIBASILER (MB)

SIFAT LEPRAMATOSA (LL) BORDERLINE MID BORDERLINE (BB)


LEPROMATOUS (BL)
LESI
▪ Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome-shape (kubah)
papul Papul Punched-out
Nodus
▪ Jumlah Tak terhitung praktis tidak Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung
ada kulit sehat kulit sehat Kulit sehat jelas ada
▪ Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
▪ Permukaan Halus berkilat Halus berkitat Agak kasar, agak berkilat
▪ Batas Tak jelas Agak jelas Agak jelas
▪ Anestesia Tak ada sampai tak jelas Tak jelas Lebih jelas
BTA
▪ Lesi kulit Banyak (ada globus) Agak banyak
Banyak
▪ Sekret hidung Banyak (ada globus) Negatif
Biasanya negatif
Tes lepromin Negatif Biasanya negatif
Negatif
TABEL GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA PAUSIBASILER
(PB)

SIFAT TUBERKULOID (TT) BORDERLINE INDETERMINATE (I)


TUBERKULOID (BT)
LESI
▪ Bentuk Makula saja Makula dibatasi infiltrat Hanya makula
Makula dibatasi infiltrat Infiltras saja
▪ Jumlah Satu, Beberapa atau satu Satu atau beberapa
dapat beberapa dengan satelit
▪ Distribusi asimetris Masih asimetris variasi
▪ Permukaan Kering bersisik Halus berkitat Halus agak berkilat
▪ Batas Jelas Agak jelas Dapat jelas atau dapat
tidak jelas
▪ Anestesia jelas Tak jelas Tidak ada sampai tidak
jelas
BTA
▪ Lesi kulit negatif Negatif atau hanya positif Biasanya negatif
1
Tes lepromin Positif kuat Dapat positif lemah atau
Positif lemah negatif
Bentuk Lesi Pada Lepra
Pemeriksaan saraf perifer
● N. fasialis
● N. aurikularius magnus
● N. ulnaris Perlu dinilai
● N. medianus
● N. radialis ↓
● N. poplitea lateralis
● N. tibialis posterior - Pembesaran
- Konsistensi
- Nyeri +/-
● Tes motoric ( paresis/paralisis)
● Tes sensibilitas pada lesi
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
●Membantu menegakkan diagnosis
●Pengamatan pengobatan
●M. leprae terlihat merah
○solid : batang utuh 🡪 hidup
○fragmented : batang terputus 🡪 mati
○Granular : butiran 🡪 mati
●Indeks Bakteri:
○Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu sediaan
○Nilai 0 – 6+
●Indeks Morfologi:
○Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah solid dan non solid
2. Pemeriksaan Histopatologik
– Untuk memastikan gambaran klinis
– Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
– Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
– Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination)
– Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
Diagnosis
Didasarkan adanya tanda kardinal, yaitu :
• Bercak kulit yang mati rasa
• Bercak hipopigmentasi/eritematosa yang mati rasa thd rasa raba, suhu dan nyeri.
• Penebalan saraf perifer dg/tanpa gangguan fungsi sensoris, motoris dan otonom.
• BTA positif pada hapusan kulit cuping telinga/lesi aktif.

Jika tanda cardinal (-) :


Tersangka kusta
Observasi dan periksa ulang setelah 3-6 bln
Diagnosis Banding
– Dermatofitosis
– Tinea versikolor
– Pitiriasis rosea
– Pitiriasis alba
– Psoriasis
– Neurofibromatosis
– dll
Penatalaksanaan
Obat Alternatif:
Multi Drugs Treatment (MDT):
● Ofloksasin
● DDS (Diamino Difenil Sulfon)
● Minosiklin
● Klofazimin (Lamprene)
● Klaritromisin
● Rifampisin

Pemberian MDT:
● Mencegah dan mengobati resistensi
● Memperpendek masa pengobatan
● Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)
– BB,BLdan LL
– atau semua tipe BTA (+)
• Rifampisin 600 mg/bulan
• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
MDT Pausibasiler (PB)
– I, TT, dan BT

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Diberikan 6 – 9 bulan
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

• Rifampisin 600 mg
• Ofloksasin 400 mg
• Minosiklin 100 mg

• ROM 🡪 diberikan dosis tunggal


WHO (1998)
• RFT & RFC tidak dianjurkan lagi
• Pasien dinyatakan sembuh jika :
• Kasus MB 🡪 12 dosis dalam 12 – 18 bulan
• Kasus PB 🡪 6 dosis dalam 6 – 9 bulan
Reaksi Lepra
Definisi
Istilah Reaksi menggambarkan keadaan berbagai gejala dan tanda radang akut
pada lesi kusta, akibat perjalanan penyakit atau komplikasi penyakit kusta.
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
● Komplikasi akibat reaksi
● Komplikasi akibat imunitas yang menurun.
● Komplikasi akibat kerusakan saraf.
● Komplikasi disebabkan resisten terhadap obat anti kusta.
● Penyebab : kemungkinan akibat hipersensitivitas akut terhadap antigen basil yang
menyebabkan gangguan imunitas.
● Pencetus :
Setelah pengobatan anti kusta intensif
Infeksi rekuren
Pembedahan
Stres fisik
Imunisasi
Kehamilan
Pembagian Reaksi
● Reaksi Lepra tipe 1 karna hipersensitivitas seluler
Merupakan delayed hypersensitivity reaction.

● Reaksi Lepra tipe 2 karna hipersensitivitas humoral


Dikenal dengan nama eritema nodosum leprosum (ENL).
Manifestasi dari reaksi kusta tipe 1:
Manifestasi reaksi lepra tipe 2 dapat sebagai berikut:
PENANGANAN REAKSI KUSTA
Pada prinsipnya pengobatan reaksi kusta terutama
ditujukan untuk:
o Mengatasi neuritis mencegah tidak menjadi paralisis /
kontraktur.
o Pencegahan terjadinya kebutaan bila mengenai mata.
o Membunuh kuman penyebab
o Mengatasi rasa nyeri

• Prinsip pengobatan reaksi kusta:


▪ Pemberian obat anti reaksi.
▪ Istirahat atau imobilisasi.
▪ Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa nyeri.
▪ Obat anti kusta diteruskan.
Reaksi ringan
• Nonmedikamentosa
❑Istirahat, imobilisasi, berobat jalan.

• Medikamentosa
❑Aspirin:
❑Dosis 600-1200 mg / 4 jam, 4 sampai 6 kali sehari.
❑Klorokuin:
❑Dosis: 3 kali 150 mg/hari.

Reaksi berat
Segera rujuk ke Rumah Sakit untuk perawatan
Sifilis 1 dan 2
● Karna Treponema pallidum
● Masuk melalui selaput lendir (missal vagina atau mulut)
● Klasifikasi WHO berdasarkan factor epidemiologi:
Sifilis dini : perjalanan penyakit <2th, menular, ada T.pallidum pada lesi kulit
Sifilis lanjut : perjalanan penyakit >2 thn, tidak menular, tidak ada kuman pd lesi kulit
(kecuali ibu hamil yang menderita stadium lanjt)
● Secara Klinis : sifilis kongenita (bawaan) , sifilis akuisita (didapat)
● Sifilis Akuisita : stadium I, stadium II, stadium laten , stadium rekuren , stadium lanjut ,
stadium III
Gejala Klinis
● SI
- Masa tunas 2-4mg
- Lesi awal berupa papul 🡪 erosi 🡪 ulkus durum (bulat, soliter, dasarnya jaringan granulasi
warna merah dan bersih, ulkus INDOLEN (tdk sakit) dan teraba INDURASI (bagian tepi
meninggi)
- Dapat ditemukan T.pallidum pada ulkus
- Pada laki2 biasanya pd laki2 oada sulkus koronarius dan pada wanita di labia mayor dan
minor
- Pada laki2 disertai perbesaran KGB di inguinal medial uni/bilateral
●SII
- Timbul setelah 6-8 mgg setelah S I
- Muncul anoreksia, BB turun, malese, nyeri kepla, demam, arthralgia.
- Lesi kulit biasanya simetris , dpt berupa macula, papul, folikulitis,papula skuamosa,
pustule.
●Stadium Laten dini
- Pemeriksaan serologi positif
●Stadium Rekuren
- Sifilis yang tdk diobati atau pengobatan tdk cukup.
●Stadium Laten Lanjut
- Tidak menular, masa laten dari beberapa tahun hingga bertahun-tahun
●Stadium III
- Guma, timbul granuloma di jar otat, tulang dsb. Yang akan membentul ulkus dalam
dengan dasar pus.
Pemeriksaan penunjang
● Tes serologic sifilis VDRL, WR, TPHA
● Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari T. pallidum
Penatalaksanaan
● Penisilin G obat efektif
● Pengobatan sesuai stadium
● Jika alergi bisa ganti dgn dodidiklin, tetrasiklin, eritromisin diberikan 15 hari untuk sifilis SI dan SII , 30 hari untuk
Stadium laten
INFEKSI JAMUR
Klasifikasi
● Infeksi jamur kulit superfisial kuku, folikel rambut = Dermatomikosis
○ Dermatophyta 🡪 dermatofitosis
○ Candida sp.🡪 kandidiasis kutis
○ Malassezia sp. atau Pityrosporum sp. 🡪 pitiriasis

● Infeksi jamur kulit profunda


○ Mycetoma , Nocardia sp 🡪 mycetoma
○ Fonsecaea pedrosoi, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii 🡪 Chromomycosis
○ Sporothrix schenckii 🡪 sporotrichosis
● Infeksi jamur sistemik 🡪 Cryptococcosis, histoplasmosis, blastomycosis,
coccidiodomycosis
Tinea Capitis
Grey Patch

• Penyebab : jenis mikrosporon (Gray patch).


M. audoinii atau M. ferrugineum
• Biasa terdapat pada anak2.
• Gejala : gatal.
• Tanda khas : patch (lingkaran, area) berwarna keabu-abuan di
kepala dengan rambut patah2 pendek & memberi gambaran
botak, tertutup skuama kering keabu-abuan.
• Perjalanan penyakit : papula, melebar dengan bagian tengah
menyembuh & terus melebar ke arah perifer , kadang2 sampai
seluruh kepala.
• Bisa sembuh spontan pada usia menjelang dewasa. 84
Tinea Capitis
Kerion celsi (Trycophytosis capitis)

• Penyebab : jenis Trichophyton.


• Sering terdapat pada anak-anak.
• Gejala : gatal.
• Tanda khas : daerah yang botak pada kepala dengan
rambut rontok atau patah, disertai pustula, krusta dan
kadang bengkak / edema.
• Pengobatan : anti amur lokal atau sistemik, kalau
sembuh dapat menimbulkan botak, bahkan
permanen.

85
Tinea Capitis
Black Dot

• Penyebab : T. tonsurans, T. violaceum.


• Sering terdapat pada anak-anak.
• Gejala : gatal, disertai folikulitis ringan, lesi
serupa dg dermatitis seboroik atau LE kronis.
• Tanda khas : Rambut patah dekat permukaan
kulit 🡪 gambaran "titik“ (batang rambut
bengkak 🡪 patah pd permukaan kulit) pd rambut
gelap,
• Pengobatan : anti amur lokal atau sistemik, kalau
sembuh dapat menimbulkan botak, bahkan
permanen.
86
Tinea kapitis 🡪 Pemeriksaan

1. PEMERIKSAAN LAMPU WOOD


• Dilakukan pd ruang gelap
• & kadang-kadang M. canis, M. audoinii, M. distortum, M. ferrugineum M.
schoenleinii memberikan fluoresensi kehijauan
• T. tonsurans & T. violaseum tidak berfluoresensi

2. PEMERIKSAAN KOH
• Bahan: kerokan kulit & rambut kepala dilakukan pemeriksaan dgn larutan KOH
10-20%
• Pd ektotriks: artrospora yg kecil di sekitar batang rambut
• Pd endotriks: rantai artrospora di dlm batang rambut

3. KULTUR
• Tujuan: menentukan spesies dermatofita
• Media agar Sabouraund’s jamur akan tumbuh dlm 5-14 hari dan pd media DTM

87
Tinea Barbae

EPIDEMIOLOGI
Yg terkena laki-laki dipedesaan:
• petani
• peternak sapi susu
Infeksi diderita karena:
• Paparan binatang: lembu,
anjing ETIOLO
zoofilik T.
• Benda yg terkontaminasi: GI mentagrophytes
T. verucosum
pisau cukur, gunting tukang Microsporon
canis
cukur antropofilik T. violaceum

T. schoenleini

92
MANIFESTASI KLINIS :
⇒ Dikenal 3 tipe T. Barbae
1. Peradangan ≅ kerion celci
2. Tipe superfisial atau sikosis
3. Tipe menyebar circinata

TERAPI :
∙ Griseofulvin 0,5 - 1 gr / hr. bentuk micronized
∙ Anti jamur topikal : gol azole
∙ Shampo anti jamur
∙ Kortikosteroid : bila disertai peradangan berat
PEMERIKSAAN
∙ Lampu Wood
∙ KOH 20% → hifa ektotriks, hifa endotriks
∙ Kultur : → dekstrose sabouraud dengan AB ,harus dg pangkal rambut 93
Tinea Corporis
• Penyebab : Trichophyton grup
• Predileksi : bagian badan yang berambut halus
• sering disebut Tinea Glabrosa.
• Gejala : gatal, terutama kalau berkeringat
• Tanda khas :
• lesi tersusun melingkar atau berbentuk polisiklik
• terdiri atas papula2 dengan dasar eritematus, plak dengan bagian
tengah tampak menyembuh, squama (bagian tepi eritem/aktif &
bagian tengah menyembuh)

94
Tanda khas :
lesi tersusun melingkar atau berbentuk polisiklik
terdiri atas papula2 dengan dasar eritematus, plak dengan bagian tengah tampak menyembuh, squama (bagian tepi eritem/aktif & bagian
tengah menyembuh)

95
Non
Dermatophyta
Kandidiasis Mukokutan Ringan

Merupakan penyakit jamur yang menyerang membran mukosa yang disebabkan oleh
spesies jamur Candida albicans, yang ditandai dengan manifestasi klinis yang
bervariasi.Kadidiasis mukokutan menyerang membran mukosa antara lain mukosa oral,
sudut mulut, mukosa vagina, serta glans penis.Karena C. albicans merupakan spesies
endogen, maka penyakitnya merupakan infeksi oportunistik.

Gejala
Keluhan bervariasi tergantung membran mukosa yang terkena. Pada kandidiasis oral,
pasien mengeluh adanya bercak putih yang terasa nyeri. Kandidiasis vulvavagina keluarnya
keputihan yang tebal berwarna putih susu.
Etiologi
1. Faktor mekanis
2. Faktor nutrisi
3. Perubahan fisiologis
4. Penyakit sistemi
5. kPenyebab iatrogenic
6. Idiopatik
Kandidiasis oral
Klasifikasi
1. Kandidiasis oral
- Kandidiasis pseudomembran akut (oral trush) : lesi putih tebal .
pada mukosa bukal, gusi, atau lidah. Plaknya dapat dikerok, terasa nyeri,
eritema, dan dapat berdarah
-Angular kheilitis (perleche) : eritema dan fisura pada ujung mulut.
Biasanya terjadi pada pasien yang biasa menjilat bibir, pemakai gigi palsu
yang tidak pas, usia lanjut dengan kulit kendor pada lubang mulut.
2. Kandidiasis vulvovaginitis : gatal, panas pada vulva dan vagina, keluar
cairan tebal, putih seperti susu, dan plak putih melekat pada dinding
vulva, vagina, dan serviks.
3. Balanitis/Balanoposthitis : erosi merah superfisialis dan pustul
berdinding tipis diatas glans penis serta sulkus koronarius (balanitis), dan
juga pada prepusium penis yang tidak disirkumsisi (balanoposthitis).
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana
● Pemeriksaan Fisik
Tergantung membran mukosa yang terkena.
● Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% : tampak budding yeast cells
(2 spora seperti angka 8) dengan atau tanpa pseudohifa (gambaran seprti
untaian sosis) atau hifa. Gambaran ini merupakan patognomonis pada
infeksi mukosa oleh kandida.Pengecatan gram : elemen jamur tampak
sebagai gram positif dan sporanya lebih besar dengan
bakteri.KulturHistopatologi
Penegakan Diagnosis
1. Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2.Diagnosis Banding
Kandidasis oral : difteri, leukoplakia karena keganasan.
Kandidiasis vulvovaginitis : trikomoniasis, bacterial vaginosis, leukorea fisiologis
pada kehamilan.
Balanitis : infeksi bakteri, herpes simpleks, herpes simpleks, likhen planus.
Komplikasi
Infeksi sekunder
Candida id reaction
Penatalaksanaan
1. Mengurangi dan mengobati faktor-faktor risiko
2. Kandidiasis oral
Topikal : Nystatin oral suspensi, solusio ungu gentian 1%.
Oral : tablet ketokonazol/itrakonazol (pada pasien imunosupresif).
3. Kandidiasis vulvovaginitis
Topikal : Nystatin suppositoria vagina 1 tablet malam selama 1-2 hari.
Oral : tablet ketokonazol/intrakonazol (wanita belum menikah, infeksi
berat).
4. BalanitisMikonazol krim, dioleskan pagi dan malam selama 1
minggu.Memeriksa dan mengobati pasangannya.
Prognosis
●Prognosa umumnya bonam, dan tergantung pada ada
tidaknya keterlibatan faktor-faktor predisposisi.
Infeksi jamur profunda
Chromomycosis
• Nodul berskuama 🡪 berkembang (bulan) 🡪 plak
verukous, daerah penyembuhan di bagian tengah,
tampak kulit normal.
• Permukaan verukous : ulserasi, pustul, jaringan
granulasi mudah berdarah, black dot (material
hemopurulen)
• Kontak langsung
• Fonsecaea pedrosoi,
• F. compacta,
• Phialophora verrucosa,
• Cladosporium carrionii,
• Rhinocladiella aquaspersa,
• Botryomycescaespitosus

131
132
Mycetoma

• Lesi primer: papula / nodul di tempat


inokulasi. Pembengkakan meningkat
perlahan. Ulserasi Epidermis dan granul
yang mengandung nanah mengalir. Granul
adalah koloni mikroba, kecil (<1 sampai 5
mm). Kulit di sekeliling drainase fistula
menumpuk. Infeksi menyebar ke jaringan
yang lebih dalam, ke fasia, otot, tulang.
Jaringan menjadi sangat terdistorsi.
• Actinomyces israelii, Nocardia brasiliensis, M.
mycetomatis

133
Spototricosis

• Sporothrix schenckii
• Setelah inokulasi subkutan, S. schenckii tumbuh secara
lokal. Infeksi dapat terbatas pada tempat inokulasi (plak
sporotrichosis) atau meluas di sepanjang saluran limfatik
proksimal (lymphorotitik sporotrichosis).
• Kelenjar getah bening menjadi bengkak dan supuratif.
Ulkus yang pecah, plak ektimata, plak verukosa, papula
dan plak infiltrasi.

134
INFEKSI JAMUR SISTEMIK
Cryptococcosis

• Mikosis sistemik, memiliki infeksi paru primer dan


penyebaran hematogen sesekali ke meninges dan kulit.
• Diseminasi umumnya terjadi pada penyakit HIV lanjut.
• C. neoformans dapat terhirup dalam debu dan
menyebabkan fokus utama infeksi paru yang cenderung
sembuh secara spontan. Pengaktifan kembali infeksi laten
pada inang dengan immunocompromised dapat
mengakibatkan penyebaran secara hematogen ke
meninges, ginjal, dan kulit;
• 10 hingga 15% pasien memiliki lesi kulit.

136
Histoplasmosis

• H. capsulatum var. duboisii


• 90% pasien tidak menunjukkan gejala; jika
sejumlah besar spora terhirup, dapat terjadi
sindrom mirip influenza
• Lesi kulit merupakan reaksi hipersensitivitas
terhadap antigen Histoplasma: Erythema
nodosum, lesi mirip eritema multiforme, papula
dan nodul eritematosa nekrotik atau
hiperkeratotik.
• pada infeksi HIV, 10% pasien dengan
histoplasmosis diseminata memiliki lesi kulit;
• pada pasien transplantasi ginjal, 4 hingga 6%.

137
INFEKSI PARASIT DAN
GIGITAN SERANGGA
Infeksi parasit
• Penyakit infeksi parasit pada kulit adalah keluhan pada kulit yang
disebabkan oleh sesuatu parasit dari luar tubuh, yang tersering adalah
1. Pedikulosis (kutu rambut),
2. Skabies (gudik/budukan),
3. Creeping eruption (larva cacing).
PEDIKULOSIS
Pedikulosis
Pedikulosis Kapitis
Pediculus humanus capitis

⮚Female (Adult)
– Greyish white (3-4 mm long)
– 40 days life span
– Lays about 7 eggs daily
– can lay 50–150 ova during a 16-day lifetime

⮚Male (Adult)
– Slightly smaller
⮚Eggs
– Oval, Flesh colored (1 mm long)

– Lid(operculum) capping the free end

– Empty egg case(nit) appears white

– Hatch in about 8 days

– Nymph reaches maturity in about 10 days

– Cemented to hair shaft of scalp


Cara Penularan
Patogenesis
Gejala klinis
Pediculosis capitis with Secondary
bacterial infection
Pruritic papular lesion on the nape of neck
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Fomite/Environmental Control

● Avoid contact with possibly contaminated items (hats, headsets, clothing, towels,
combs, hair brushes, bedding, upholstery)

● Bedding, clothing, and head gear should be washed and dried on the hot cycle of a
dryer

● Combs and brushes should be soaked in rubbing alcohol or Lysol 2% solution for 1 h
Penatalaksanaan
Pedikulosis Karposis
Pedikulosis karposis adalah infeksi kutu
Pediculus humanus corposis pada badan. Keadaan
ini sering terjadi pada orang yg jarang mandi atau
yg hidup dalam lingkungan yg rapat serta tidak
pernah mengganti bajunya.
●Etiologi
Pediculus humanus corposis

●Tanda & Gejala


- Ada rasa gatal pd daerah kulit yg sering terkena (leher,
badan dan paha)
- Adanya perdarahan yang kecil & khas karena gigitan kutu
Epidemologi

Penyakit ini biasanya terjadi pada orang


dewasa terutama pada orang dengan
personal hygiene yang buruk.
Misalnya disebabkan karena jarang mandi
atau mengganti dan mencuci pakaian.
Cara Penularan


Melalui pakaian
Pada orang yang dadanya berambut terminal
kutu ini melekat pada rambut tersebut dan dapat
ditularkan melalui kontak langsung.
Pedikulosis Pubis
Pedikulosis Pubis adalah infeksi yg disebabkan
oleh Phthirus pubis (kutu kemaluan).
Infeksi parasit ini umumnya terjadi di daerah
genital dan terutama ditularkan lewat hubungan
seks.

Etiologi
Phthirus pubis

● Tanda & Gejala


- Gatal di daerah pubis & sekitarnya. Kutu pubis menyebar
melalui keringat saat kontak tubuh seksual. Oleh karena itu
siapa pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari
sebelumnya harus dievaluasi dan di obati dan kontak seksual
harus dihindari sampai perawatan berakhir dg kesembuhan.
Penatalaksanaan

Pengobatan pd penderita yaitu krim gameksan 1% atau


emulsi benzil benzoat 25% yg dioleskan & didiamkan
selama 24 jam. Pengobatan diulang 4 hari kemudian, jika
belum sembuh sebaiknya rambut kelamin dicukur, pakaian
dalam direbus, mitra seksual harus diperiksa bila perlu
diobati.
Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gatal yang digaruk


kemudian terjadi infeksi yang bila dibiarkan akan keluar
nanah. Kemudian timbul impetigo yaitu inflamasi kulit yang
akut dan menular, yang ditandai oleh pustula dan skuama
SCABIES
scabies

• Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei var hominis (sejenis tungau) dan juga produknya.
• Sering disebut juga the itch / gudikan / budukan.
• Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
– Higiene yang buruk.
– Sosial ekonomi yang rendah
• Patogenesis
– Skabies disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei, yang mampu mengali terowongan di kulit dan
menyebabkan gatal terutama malam hari.
– Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungai Scabies, tetapi juga karena garukan penderita.
Gatal yang terjadi disebabkan karena sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan paska infestasi.
Kriteria Diagnosis SCABIES

• Kriteria Diagnosis (Tanda Kardinal)


– Pruritus Nokturnal : Rasa gatal lebih hebat pada malam hari. Hal ini karena aktivitas
parasit
– Bisa bersifat komunal : Menyerang manusia secara berkelompok.
– Adanya terowongan (kunikulus). Pada ujung terowongan ditemukan papul / vesikel.
Predileksinya biasanya di stratum korneum yang tipis. Tempat yang gatal terdapat
benjolan kecil, sering jadi koreng bernanah.
– Ditemukan adanya tungau.
• Diagnosis Scabies dapat ditegakkan jika ditemukan minimal 2 dari 4 tanda
kardinal.
• Pemeriksaan Penunjang : Burrow Ink Test, Uji Tetrasiklin, Dermoskopi
Tatalaksana scabies

• Medikamentosa • Pencegahan
– sulfur presipitatum dengankadar 4-20% • Menjaga kebersihan kulit, mandi dengan sabun
dalam bentuk salep atau krim, selama 3 hari setiap hari.
berturut-turut • Menghindari kontak dengan penderita.
– emulsi benzyl-benzoas (20-25%) diberikan
• Menghindari memakai barang-barang yang telah
setiap malam selama 3 hari
dipakai penderita.
– gama benzena heksaklorida (gemeksan) 1%
dalam krim atau losio , dosis tunggal • Pakaian yang dipakai penderita direbus, kemudian
dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari.
– krotamiton 10% dalam krim atau losio
– permetin 5% dalam krim, dosis tunggal, • Perangkat tidur penderita setiap hari harus
dibersihkan dan dijemur di bawah sinar matahari.
dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam
PENDAHULUAN
●creeping eruption, creeping verminous
dermatitis, sandworm eruption,
plumber’s itch, duck hunter’s itch

Creeping eruption :
kelainan kulit berupa peradangan
berbentuk linear atau berkelok –
kelok, menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invasi larva cacing
tambang yang berasal dari feces
anjing / kucing
EPIDEMIOLOGI
● Dapat ditemukan di seluruh dunia
● Sering pada iklim tropis / subtropis yang hangat dan
lembab
● Di Indonesia  cukup tinggi terutama di daerah pedesaan
(40%)
● Anak-anak > dewasa
Risiko tinggi biasanya pada :
●Orang yang tidak memakai alas kaki di pantai
●Anak-anak yang bermain pasir
●Petani
●Tukang kebun
●Pemburu
●Tukang kayu
●Penyemprot serangga
ETIOLOGI
Paling sering ditemukan adalah :
●Ancylostoma brazilinse
●Ancylostoma caninum  anjing dan kucing
●Uncinaria stenocephala 
●Bunostomum phlebotomum 
Penyebab lainnya :
●Anatrichosoma cutaneum
●Strongyloides stercoralis
●Dirofila repens
●Spirometra sp
●Gnathosoma sp
●Loa-loa
●Gasterophylus hypoderma
GEJALA KLINIS
● Timbul beberapa hari – 3mgg setelah terpapar
● Mula-mula timbul papul  bentuk yang khas : lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok,
menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan
● Mengandung cairan serosa
● Membentuk terowongan (2,7 mm/hari )
● Disertai rasa gatal yang hebat, terutama malam hari
● Dapat disertai gejala sistemik
GEJALA KLINIS
●Self limiting  larva mati dalam waktu 2-8 minggu
●Predileksi : tungkai (50%)
bokong
paha

Loeffer’s syndrome :
●adanya infiltrasi dalam paru – paru
●sel eosinifil dalam darah dan sputum
●bersifat sementara
Larva currens
●Strongyloides stercoralis
●Erupsi papular yang hebat pada tempat
penetrasi
●Urtikaria dan erupsi papulovesikuler
●Edematosus
●Predileksi paling sering di perianal / bokong
●bermigrasi cepat 🡪dapat sampai 10 cm/jam
●kronik dan intermitten
DIAGNOSIS
● Riwayat perjalanan penyakit
● Gambaran klinis
● Tanda – tanda sistemik
● Pemeriksaan laboratorium
● Menemukan larva
Diferential Diagnosis
Cutaneous larva erythema choricum Cutaneuos
migrans migrans myiasis

Jellyfish scabi tinea


sting es pedis
TATALAKSANA
• Pengobatan creeping eruption dengan antihelmint atau obat cacing
berspektrum luas (albendazole 400 mg dosis tunggal, diberikan 3 hari
berturut – turut)
• Cara lain dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2 snow (dry ice) ,
N2 cair dan cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi
• Pencegahan
– Hindari kontak kulit langsung dengan tanah yang terkontaminasi
– Menjaga hewan peliharaan di pantai
– Buang kotoran hewan dengan benar
– Berikan obat cacing rutin pada hewan peliharaan
PENCEGAHAN
o Hindari kontak kulit langsung dengan
tanah yang terkontaminasi
o Menjaga hewan peliharaan di pantai
o Buang kotoran hewan dengan benar
o Berikan obat cacing rutin pada hewan
peliharaan
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Serangga yang bisa menimbulkan kelainan kulit
yang signifikan adalah jenis kelas Arthropoda,
yang melakukan gigitan dan sengatan pada
manusia terbagi atas :

I. Kelas Arachnida :

Araneae (Laba-Laba) Scorpionidae


Acarina (Tungau)
(Kalajengking)
Chilopoda Diplopoda
III. Kelas Insecta :

Diptera (Nyamuk, lalat)


Anoplura Coleoptera (Kumbang)

Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)


Lepidoptera (Kupu-kupu) Siphonaptera

Hemiptera ( Kutu busuk)


PATOGENESA

Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan


kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan
antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang
kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan
melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi
yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap
antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan
serangga.
MANIFESTASI KLINIS

Pada awalnya, muncul perasaan


yang sangat gatal disekitar area
gigitan dan kemudian muncul papul-
papul. Papul yang mengalami
ekskoriasi dapat muncul dan akan
menjadi prurigo nodularis. Vesikel
dan bulla dapat muncul yang dapat
menyerupai pemphigoid bullosa,
sebab manifestasi klinis yang terjadi
juga tergantung dari respon sistem
imun penderita masing-masing.
Pada beberapa orang yang sensitif dengan sengatan
serangga dapat timbul terjadinya suatu reaksi alergi yang
dikenal dengan reaksi anafilaktik. Anafilaktik syok biasanya
disebabkan akibat sengatan serangga golongan
Hymenoptera, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada
sengatan serangga lainnya. Reaksi ini akan mengakibatkan
pembengkakan pada muka, kesulitan bernapas, dan
munculnya bercak-bercak yang terasa gatal (urtikaria) pada
hampir seluruh permukaan badan.
DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta


pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya
riwayat aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat
serangan serangga seperti di daerah perkebunan dan taman. Bisa juga
ditanyakan mengenai kontak dengan beberapa hewan peliharaan yang
bisa saja merupakan vektor perantara dari serangga yang dicurigai telah
menggigit atau menyengat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan dengan pemeriksaan


laboratorium dimana terjadi peningkatan
jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah.
PENATALAKSANAAN

Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan


mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal
biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal
sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk
lotion atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal,
dan juga dapat diberikan antihistamin oral seperti
diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal.
INFEKSI VIRUS
Veruka Vulgaris
• Veruka vulgaris adalah hiperplasia epidermis berupa papul verukosa yang disebabkan
oleh infeksi human papiloma virus (HPV)
• Etiologi : virus HPV. Virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuclear.
• Gejala klinis : Biasanya asimptomatik, tetapi bisa timbul nyeri bila tumbul di palmar
atau plantar. Lesi berupa papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan
kasar (verukosa) ,keratorik,ukuran sampai 1 cm,lesi bisa berkonfluens. Predileksi :
punggung,tangan dan jari tangan
TATALAKSANA

• Medikamentosa • Tindakan
- As. Salisilat - Krioterapi
- Imoquimod - Kauterisasi
- Bleomycin - Laser
- Bedah Eksisi
Moluskum Kontagiosum
• Disebabkan oleh Molluscipoxvirus (MCV)
• Masa inkubasi satu sampai beberapa minggu hingga 6 bulan
• Paling sering menyerang anak – anak, terkadang mengenai orang dewasa
• Pada pasien anak, lesi biasanya ditemukan di wajah, badan, dan ekstremitas, pada pasien dewasa
biasanya disebarkan melalui transmisi seksual
• Manifestasi penyakitnya asimptomatis, papul licin, diskret. Biasanya penyakit ini berkembang dari
lesi berpedunkel berdiameter sampai 5 mm.
Pemeriksaan Fisik :
• Lesi berwarna putih, pink, atau sewarna kulit dengan
umbilikasi
• Papul atau nodul yang meninggi.
• Lesi dapat tunggal atau multipel.
DIAGNOSA BANDING

Lichen planus Keratoacanthoma Granuloma pyogenic

Tatalaksana
●Pemberian terapi dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan meliputi kebutuhan
pasien, rekurensi penyakit serta kecenderungan pengobatan yang meninggalkan lesi
pigmentasi atau jaringan parut. Sebagian besar pengobatan moluskum kontagiosum
bersifat traumatis pada lesi.Terapi yang sering diaplikasikan pada pasien moluskum
kontagiosum seperti kuretase dan kryoterapi, bagaimanapun kedua terapi ini menyakitkan
bagi pasien. Pasien akan sembuh spontan, tapi biasanya setelah waktu yang lama, berbulan
– bulan sampai tahunan. Dengan menghilangkan semua lesi, penyakit ini jarang atau tidak
residif
Varicella
• Varisela adalah infeksi akut primer oleh Virus
Varisela Zoster (VVZ) yang menyerang kulit dan
mukosa. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau
chicken pox

• Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota


famili herpesviridae dan subfamili alfa herpes

• Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa


infeksi primer virus ini menyebabkan varisela,
sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster
Patogenesis

● Stadium Prodromal
Biasanya 2-3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu
tinggi,malase, dan nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal
bervariasi dariringan hingga berat.
● Stadium Erupsi
Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang
dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk
vesikel ini berupatetesan embun (tear drops) dan kemudian menjadi
pustul dan krusta.Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi
vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran
polimorf. Penyebarannya terutamadidaerah badan, kemudian
menyebar secara sentrifugal ke wajah danekstremitas, serta dapat
menyerang selaput lendir mata, mulut, dan salurannapas bagian
atas.
● Stadium Penyembuhan
Masa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta
bervariasi dalam 2 hari sampai 2 minggu
• Klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral
tubuh
• Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Tzanck Test dengan pewarnaan
Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia dengan banyak
inti
Tatalaksana
Herpes Zooster
• Herpes Zoster merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Varicella
Zoster yang menyerang kulit dan mukosa
• Merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer varisela
• Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah
mendapat varisella sebelumnya. Setelah sembuh
dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris
akan tetap ada dalam keadaan dorman, dan
kembali aktif ketika daya tahan tubuh menurun
• Gejala prodomal berupa rasa sakit dan parastesi pada dermatom yang terkena,
terjadi beberapa hari sebelum erupsi.
• Lesi awal terlihat mirip dengan lesi yang tampak pada cacar air, namun lesi pada
herpes zoster terbatas pada dermatom, yang biasanya akan tampak seperti ikat
pinggang atau berupa garis yang terlokalisir, unilateral dan tidak melewati garis
tengah tubuh.
• Lesi yang muncul bilateral biasanya terjadi pada kasus imunokompromis.
• Zoster sine herpete (zoster tanpa herpes) adalah pasien yang memiliki semua gejala
herpes zoster tanpa penampakan lesi
• Erupsi Kulit
Makula kemerehan terbatas dalam 1 dermatom → Papul → Vesikel Jernih
Berkelompok → Isi Vesikel menjadi keruh → Vesikel Pecah → Krusta → Involusi
Tatalaksana
1. Topikal
❑ Stadium vesikular → bedak salisil 2% untuk mencegah vesikel pecah atau bedak kocok
kalamin untuk mengurangi nyeri dan gatal
❑ Vesikel pecah dan basah → kompres terbuka dengan larutan antiseptik dan krim antiseptik /
antibiotik
❑ Timbul luka dengan tanda infeksi sekunder → krim / salep antibiotik
2. Sistemik
❑Obat antivirus :
■ Famciclovir 3x500mg /hari
■ Valacyclovir 3x1000mg /hari
■ Acyclovir 5x800mg /hari
Diberikan 72jam sebelum awitan lesi, selama 7 hari.
❑Analgetik :
■ Nyeri ringan : Paracetamol / NSAID
■ Nyeri sedang – berat : Kombinasi Tramadol / Opioid ringan
3. Edukasi
Memulai pengobatan sesegera mungkin
Istirahat hingga stadium krustasi
Tidak menggaruk lesi
Tidak ada pantangan makanan
Tetap mandi dan menjaga kebersihan tubuh
Mengurangi kecemasan dan ketidakpahaman pasien
Diagnosis Banding
● Awal : Dermatitis Venenata, Dermatitis Kontak
● Daerah Genital : Herpes Simpleks
● Diseminata : Varisela

Komplikasi
Neurolgia pasca herpes (± 3 bulan)

Pencegahan
Vaksinasi

Prognosis
● Lesi dapat sembuh dalam 2-4 minggu, namun untuk penyembuhan smpurna butuh waktu ≥
minggu.
● Pasien usia lanjut dan imunocompromaise membutuhkan waktu yang lebih lama untuk resolusi
Campak
• Campak (Morbili/measles/rubeola) adalah infeksi
akut yang sangat menular, disebabkan oleh
paramixovirus Bercak

• Penyakit ini infeksius dan ditularkan melalui


percikan liur (droplet)
Koplik
• Virus ini terdapat di dalam sekret nasofaring dan
darah selama stadium kataral sampai 24 jam
setelah timbul bercak di kulit
Ruam pada campak
Tatalaksana
Pencegahan

• Imunisasi aktif 

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin diberikan secara subkutan dan memberikan imunitas yang tahan
lama dalam tubuh.

• Imunisasi pasif

Dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang
dikumpulkan (serum konvalesen), globulin placenta (Gamma-Globulin Plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efeketif untuk mencegah atau
melemahkan campak
INFEKSI MENULAR
SEKSUAL (IMS)
DEFINISI
• Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra
seksualnya
Infeksi Menular Seksual
Duh Tubuh Uretra URETRITIS GO-NON GO

• Uretritis adalah suatu kondisi peradangan yang ditandai dengan


keluarnya duh pada uretra yang purulen atau mukopurulen dan
kadang disertai dysuria
• Patogen utama yang paling sering menyebabkan keluarnya duh
uretra adalah Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae) dan
Chlamydia trachomatis (C. trachomatis)
• Uretritis terbagi menjadi Uretritis Gonokokus (UG) dan Uretritis
non Gonokokus (UNG). UNG yaitu peradangan uretra yang
disebabkan oleh kuman lain selain gonokok
Duh Tubuh Uretra 1.URETRITIS GO
• UG adalah penyakit kelamin berupa peradangan pada uretra
• Disebabkan oleh suatu diplokokus gram negatif yang reservoir alaminya
ialah manusia
• Ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra
eksternum, rasa panas, gatal dibagian distal uretra, disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang
disertai darah dalam urin dan disertai rasa nyeri saat ereksi
• Infeksi ini menular melalui aktifitas seksual dan umumnya penularan
gonokokus melalui hubungan kelamin yaitu secara genio-genital, oro
genital, dan ano genital tetapi juga dapat menular melalui pakaian,
handuk dan sebagainya
• Cefixime dan ceftriaxone ialah sefalosporin generasi ketiga yang
direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk UG. Cefixime
diberikan per oral dalam dosis tunggal sedangkan ceftriaxone diberikan
per injeksi intramuskular.
Duh Tubuh Uretra 2.URETRITIS NON GO

• UNG adalah suatu peradangan pada uretra yang bukan


disebabkan oleh infeksi gonokokus tetapi oleh Chlamydia
trachomatis dan Ureaplasma urealyticum
• Gejala seperti discharge dari penis, rasa terbakar atau sakit saat
buang air kecil dan gatal
• Pada pengobatan UG dan UNG, semua pasangan seksual berisiko
harus dinilai dan ditawarkan pengobatan serta menjaga
kerahasiaan pasien
• Pada pengobatan UNG, azitromisin dan doksisiklin merupakan
terapi lini pertama yang diberikan per oral
Pengobatan Duh Tubuh Uretra
Pasien datang ke Puskesmas
dengan pemeriksaan
penunjang lab
Pasien datang ke Puskesmas tanpa pemeriksaan penunjang lab
Pasien datang ke Puskesmas tanpa pemeriksaan penunjang lab
Duh Tubuh Vagina 1. BACTERIAL VAGINOSIS
Duh Tubuh Vagina 2. TRICOMONIASIS
Duh Tubuh Vagina 3. CANDIDIASIS VAGINITIS
Ulkus 1. HERPES GENITALIS

 Herpes genital adalah penyakit


infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan virus herpes simpleks
tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2)
 Tipe 1 biasa ditemukan di daerah
mulut (herpes oral) dan tipe 2
disebut herpes genital
 Di Amerika sekitar 1 dari 6 orang
berusia 14 – 49 tahun menderita
infeksi oleh HSV-2
 Penularan infeksi lebih sering
terjadi dari laki-laki ke pasangan
wanitanya, dibanding dari wanita
ke pasangan laki-laki

 Infeksi HSV-2 lebih sering ditemukan pada wanita (kira-kira satu dari 5
wanita berusia 14 – 49 tahun) dibandingkan laki-laki (kira-kira satu dari
sembilan pria usia 14 – 49 tahun).
Ulkus 1. HERPES GENITALIS

Gejala:
 vesikel berkelompok di atas kulit
yg eritematosa di daerah
mkokutan
 Gejala ringan : gatal atau
terbakar, nyeri di kaki, pantat,
daerah kelamin, atau keputihan
 Bintil2 berair atau luka terbuka
yg nyeri di daerah kelamin,
pantat, anus, paha. Sembuh
dalam beberapa minggu lalu
muncul lagi
Ulkus 2. ULKUS MOLE (CHANCROID)
• UM – penyakit infeksi genital –
akut, lokalisata, disebabkan oleh
kuman Streptobacillus ducreyi
(Haemophilus ducreyi)
• Gejala khas – ulkus nekrotik,
nyeri – di tempat inokulasi & srg
disertai dg supurasi KGB
regional
• Masa inkubasi : 1 – 14 hari
• Autoinokulasi  Timbulnya
lesi  → lesinya multipel,
biasanya di daerah ekstra
genital
• Daerah predileksi di genital
pada laki-laki berbeda dengan
wanita

Lesi awal di daerah inokulasi : papul, kemudian →


vesiko-pustul, lesi ini dlm beberapa jam → pecah →
ulkus  
Large single ulcer of the prepurce

Multiple ulceration of the sulcus corona

Multiple ulcerations of the sulcus


corona and the frenulum

Ulkus durum dg ulkus di KGB inguinal

MDL/UM/Peb/2006
Chancroid di penis, kissing effect

Ulkus mole

MDL/UM/Peb/2006
Terapi pada Ulkus Mole
Sulfonamid
• Sulfatiazol, sulfadiazine,
sulfadimidin. Dosis I : 2 – 4 gr, Tetrasiklin dan oksitetrasiklin
dilanjutkan dg 1 gr tiap 4 jam sampai Dosis : 4 x 500 mg / hari, selama
sembuh sempurna (sekitar 10 – 14 10 – 20 hari
hari)
• Kotrimoksazol - kombinasi Kanamisin
sulfametoksazol 400 mg +
trimetoprim 80 mg / tablet. Dosis : 2 Dosis : 2 x 500 mg, i.m. tiap hari,
x 2 tablet, selama 10 hari selama 6 – 14 hari

Streptomisin Terapi Lokal


Dosis : 1 gr tiap hari selama 10 – 14 hari Bila terdapat bubo telah →
supurasi, perlu → aspirasi.
Penisilin: Efektivitas obat ini <,
preparat ini baru diberikan jika
terdapat infeksi organisme
(gingivitis)
Ulkus 3. ULKUS DURUM (SIFILIS)

• Penyakit infeksi menular seksual


yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum yang
merupakan bakteri gram negatif
dan berbentuk spiral
• Merupakan penyakit kronik dan
bersifat sistemik
Klasifikasi Sifilis
• Klasifikasi WHO berdasarkan epidemiologi
Terapi pada Sifilis
STD I STD II STD III
• Benzatin penisilin: total • Benzatin Penisilin: 7,2 jt U • Benzatin Penisilin : 9,6 jt U
dose 4,8juta U (total dose) (total dose)
• Mula2 2,4juta U/im →1,2 → • Penisilin G Prokain: 12 jt U • Penisilin G Prokain : 18 jt U
1,2 sda sda
• Atau Penisilin G Prokain : • Penisilin G Prokain + 2 % • Penisilin G Prokain + 2 %
600.000 U 10 hari aluminium Monostrearat : aluminium Monostrearat :
• Atau Penisilin prokain + 2 % 7,2 jt U 9,6 jt U sda
Aluminium Monostrerat :
4,8juta U / 2x seminggu

Bila alergi penisilin


• Tetrasiklin/eritromisin:4x500mg/hr
• SI : 15 hari
• SII: 30 hari
• Azitromisin: 1 x 500mg / hr   →10 hari
Ulkus 4. GRANULOMA INGUINALE
Buboinguinalis 1. LIMFOGRANULOMA VENEREUM

• Penyakit menular seksual yang


jarang, ditandai dengan
limfadenopati inguinal
• Disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis
• Chlamydia trachomatis adalah
bakteri intracelluer obligat
• Terdapat 15 serotipe C.
trachomatis, namun pada infeksi
LGV : L1, L2, L3
• Infeksi terjadi setelah kontak
langsung dengan kulit atau
membran mukosa dari orang
terinfksi. Organisme ini tidak
menembus kulit yang intak
Stadium LIMFOGRANULOMA VENEREUM
LGV terbagi dalam 3 stadium :
1. Stadium 1 : lesi primer yang sering tidak dikenali sebagai LGV  papul
atau pustul yang dirasa nyeri  di genital, biasanya cepet sembuh
2.  stadium 2 : terjadi 2-6 minggu setelah lesi primer. Ditandai dengan rasa
nyeri pada limfadenopati inguinal
3. Stadium 3: yang lbih umum pada wanita, terjadi setelah beberapa tahun
sejak infeksi awal dan ditandai dengan proctocolitis
Kutil Kelamin 1. CONDILOMA ACUMINATA

• Infeksi menular seksual yang


disebabkan oleh virus papiloma
humanus (HPV) tipe tertentu dengan
kelainan pada kulit dan mukosa
anogenital
• 90% disebabkan HPV tipe 6 dan 11,
masa inkubasi 3 minggu - 8 bulan

Faktor resiko
Faktor proteksi
1. Jumlah pasangan seksual > 1
1. Sirkumsisi
2. Riwayat IMS lainnya
2. Penggunaan kondom secara
3. Rokok konsisten
4. Pengunaan kontrasepsi oral 3. Vaksinasi
5. Individu imunokompromais
Manifestasi Klinis Condiloma Acuminata
• Tumor menyerupai kembang kol
• Sewarna kulit atau merah muda
• Bentuk :
-kubah
-papul datar
-lesi hiperkeratotik
• Lesi KA dapat:
-soliter
-multiple tersebar, Predileksi :
-berkelompok, menyerupai mulbrry Terkait aktivitas seksual
-kerkonfluens membentuk plak Asimptomatik (75%) -meatus uretra
• Dapat pula disertai : -penis, skrotum
1. Pruritus anogenital -serviks, vagina
2. Rasa terbakar -anus, perianus
3. Nyeri -lipas inguinal
4. Tenesmus -rongga mulut
5. Perdarahan
Diagnosis Condiloma Acuminata
Anamnesis: benjolan di daerah genital yang tidak nyeri, riw kontak seksual

Pemeriksaan klinis
- Papul soliter/multiple
- Terdapat 4 morfologi : akuminata, papul dengan permukaan menyerupai
kubah, papul keratotik, papul datar

Pemeriksaan penunjang
- Histopatologi  DIAGNOSIS BANDING
• Kondiloma lata
- PCR : untuk mengetahui tipe HPV
• Karsinoma sel squamosa
- Tes asam asetat 5%
• Keratosiis seboroik
• Skin tag
Terapi pada Condiloma Acuminata
Terapi bergantung pada ukuran, jumlah, dan lokasi lesi

Obat pilihan :
1. Tinktura podofilin 25% : kontraindikasi pada ibu hamil dan lesi yang luas
2. Asam trikloroasetat 80-90% : untuk lesi genital externa, serviks dan anus,
dapat digunakan pada ibu hamil
3. Podofiloktokdin 0,5%
4. Krioterapi
5. Bedah kauterisassi : untuk lesi yang besar
6. Laser CO2
7. Bedah eksisi
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai