Anda di halaman 1dari 5

KULIAH 6 – PYODERMA (KULIT BERNANAH)

PIODERMA
Pioderma:
• Penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yaitu staphylococcus, streptococcus, atau oleh keduanya.
• Faktor prediposisi:
▪ Stamina rendah, malnutrisi, anemia gravis, diabetes mellitus
▪ Individu dengan kebersihan rendah
▪ Area kebersihan rendah
▪ Penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya
• Klasifikasi:
1. Pioderma Primer
• Infeksi pada kulit normal tanpa penyakit kulit lainnya.
• Disebabkan oleh: satu jenis mikroorganisme Stafilokokus dan streptokokus.
• Manifestasi kulit yang khas.
• Contoh pyoderma primer:
a. Impetigo f. Erythrasma
b. Folliculitis g. Erysipelas
c. Furuncles h. Cellulitis
d. Carbuncles i. Paronychia
e. Ecthyma j. Staphylococcal scalded skin syndrome
2. Pioderma Sekunder
• Komplikasi lesi kulit yang sudah ada sebelumnya, seperti kudis, eksim, varicella, sehingga manifestasi klinis tidak khas.
• Contoh:
▪ Hidradenitis supurativa
▪ Intertrigo
▪ Bisul
▪ Infeksi sekunder
PIODERMA PRIMER
PIODERMA UTAMA
4 jenis pioderma primer dilihat dari etiologinya:
1. Stafilokokus (dihafalkan)
▪ Impetigo contagiosa bulosa
▪ Folikulitis, furunkel, & karbunkel
▪ Sycosis barbae
▪ Sindrom kulit melepuh stafilokokus
2. Streptokokus:
▪ Impetigo contagiosa crustosa
▪ Ecthyma
▪ Api luka/erysipelas
3. Stafilokokus & Streptococcus
▪ Selulitis
4. Corynebacterium minutissimum:
▪ Eritrasma
IMPETIGO KRUSTOSA
• Etiologi: Streptococcus beta hemolyticus grup A
• Sinonim: Impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, impetigo tillbury fox
• Epidemiologi: Terutama terdapat pada anak-anak
• Gambaran Klinis:
▪ Tidak disertai gejala umum (demam, rasa tidah nyaman)
▪ Khas: eritema & vesikel yang pecah menjadi krusta tebal berwarna kuning seperti madu.
Note: kadang pasien datang tidak terlihat vesikel-vesikel air di kulitnya, datangnya sudah dalam bentuk krustosa
(krusta yang banyak). Ini bisa dibedakan dengan impetigo bullosa.
▪ Krusta tampak erosi di bawahnya. Sering menyebar krusta ke perifer & sembuh di bagian tengah.
AS
• Predileksi: Wajah (sekitar lubang hidung dan mulut) → biasanya didahului oleh batuk pilek sama
anak anak dan kadang tidak hanya di sekitar mulut (di daerah yang bisa dijankau oleh tangan).
• Diagnosis Banding: Ektima
• Tata Laksana: Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik. Antibiotik sistemik
diberikan bila krusta banyak

IMPETIGO BULLOSA
• Etiologi: Staphylococcus aureus
• Sinonim: Impetigo vesikobulosa, cacar monyet
• Epidemiologi: Terdapat pada anak dan orang dewasa
• Gambaran Klinis:
▪ Tidak disertai gejala umum
▪ Eritema, bulla, bulla hipopion (bulla yang menggantung isi pus di tengahnya)
▪ Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel/bulla telah memecah sehingga yang tampak hanya
koleret dan dasarnya masih eritematosa → kadang juga masih ada bulla
• Predileksi: Aksila, dada, punggung, area yang masih bisa terjangkau oleh tangan.
• Diagnosis Banding: Dermatofitosis( jika vesikel pecah dan yang tampak hanya koleret
& eritema), sering juga dikelirukan dengan bulous disease seperti peptigos bullosa
atau dengan varicella.
• Tata Laksana:
➢ Vesikel/bulla sedikit→dipecahakan+salep antibiotik.
➢ Vesikel/bulla banyak→diberi juga antibiotik sistemik.

Penanganan Impetigo Akibat Staphylococcus aureus


▪ Lini Pertama
• Topikal:
▪ Mupirocin (2x sehari)
▪ Retapamulin (2x sehari)
▪ Asam fusidat (2x sehari)
• Sistemik:
▪ Dicloxacillin 250-500 mg (4x sehari) selama 5-7 hari
▪ Amoxicillin+Asam Klavulanat 25 mg/kgBB/hari selama 4 hari
▪ Lini Kedua (alergi penisillin)
- Topikal (untuk impetigo ringan):
▪ Retapamulin (2x sehari)
- Sistemik:
▪ Azithromisin dosis awal 500 mg/hari (1x sehari) lanjut 250 mg/hari selama 4 hari
▪ Klindamisin 25 mg/kgBB/hari (3x sehari) selama 10 hari
▪ Eritromisin 250-500 mg (4x sehari) selama 5-7 hari
EKTIMA
 Definisi: Ulkus superficial dengan krusta di atasnya
 Etiologi: Streptococcus beta hemolyticus
 Epidemiologi: Dapat terjadi pada anak maupun dewasa
 Gejala klinis khas: Krusta tebal warna kuning (coklat sampai kehitaman),
dasarnya berupa ulkus (kalau dilepas)
 Predileksi: Tungkai bawah→ tempat yang relatif banyak trauma. Tempat
lainnya adalah bokong & paha.
 Diagnosis Banding: Impetigo krustosa (ini kuning keemasan)
 Tata Laksana:
- Sedikit: angkat krusta + salep antibiotik
- Banyak: angkat krusta + antibiotik sistemik
AS
- Terapi oral & sistemik pada ektima sama dengan impetigo
 Prognosis: Dapat membaik setelah beberapa minggu namun meninggalkan skar
FOLIKULITIS
 Definisi: Peradangan dari folikel rambut
 Etiologi: Staphylococcus aureus
 Klasifikasi:
- Folikulitis superfisial (terbatas pada epidermis)
- Folikulitis profunda (mencapai subkutan)
 Gejala klinis:
- Folikulitis Superficial: Papul atau pustul yang eritematosa & di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel
- Folikulitis Profunda: Papul atau pustul yang eritomatosa dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya: sycosis barbae
 Predileksi:
- Folikulitis Superficial:
▪ Anak: kulit kepala
▪ Dewasa: daerah kumis/janggut (tersamarkan oleh tinea, disisihkan DDnya dengan KOH/kondisi klinis), aksila (orang yang
sering cabu bulu, pas ada bakteri terinfeksi), ekstremitas, bokong
- Folikulitis Profunda: Sycosis barbae: pada bibir atas dan dagu
 Diagnosa Banding: Tinea barbae, berlokasi di mandibula, submandibula, unilateral. Pada tinea barbae pemeriksaan KOH
positif
 Tata Laksana:
- Terapi umum: antibiotik sistemik/topikal
• Tatalaksana folikulitis profunda:
- Kompres dengan larutan salin hangat/ NaCl 0,9% 15 menit/setengah jam
- Setelah dikompres → dikeringkan → Antibiotik lokal (mupirocin/klindamisin topikal)
- Jika lesi luas, berikan antibiotik sistemik → kalau kondisi pasien buruk dan tidak diberikan AB sistemik maka akan
berkembang. Jadi dilihat kondisi pasiennya juga dalam pemberian AB sistemik.
FURUNKEL & KARBUNKEL
 Definisi: Furunkel merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari satu buah disebut furunkulosis.
 Karbunkel= kumpulan furunkel (yang lebih besar).
 Etiologi: Staphylococcus aureus
 Gejala klinis:
- Nyeri
- Nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul→nodus melunak menjadi abses yang berisi pus
dan jaringan nekrotik, lalu pecah membentuk fistel.
Note: kalau abses tidak diobati akan membentuk saluran/fistel, kadang absesnya disini, bisa keliatan disini disini
(dimana mana pokoknya) membentuk jaringan.
 Predileksi: Tempat yang banyak mengalami gesekan seperti aksila dan bokong
 Tata Laksana:
- Lesi sedikit→antibiotik topikal
- Lesi banyak→antibiotik topikal+antibiotik sistemik
- Jika kelamin sering berulang→cari faktor predisposisi
ABSES
 Definisi: Merupakan inflamasi lokal akut atau kronik yang ditandai dengan akumulasi pus dalam jaringan
 Etiologi:
- Abses yang dosebabkan oleh Staphylococcus aureus biasanya terjadi pada kelompok infeksi folikulosentrik (yaitu
folikulitis, furunkel, dan karbunkel)
- Abses juga dapat terjadi pada daerah trauma, benda asing, luka bakar, atau daerah insersi kateter intravena
Note: Abses adalah infeksi sekunder, jadi bisa karena luka kecil yang dibiarkan kemudian jadi abses.
• Gambaran klinis: Lesi awal berupa nadul eritematosa (merah dulu, terasa nyeri, meriang, kemudian timbul mata
bisul/nanah). Jika tidak diterapi, lesi membesar dan membentuk kavitas berisi pus
• Tata laksana:
- Terapi awal & utama: insisi dan drainase abses
- Antibiotik

AS
FOLLICULITIS
1. Superficial folliculitis
2. Deep folliculitis

FURUNCLE
• Infeksi pada folikel rambut & jaringan sekitarnya (perifolikuler)
KARBUNCLE
• Bentuk furunkel yang paling buruk, dengan penggabungan furunkel dan peradangan yang ditandai, terdapat banyak
pustula.
Note: Jadi awalnya infeksi di epidermis, kalau tidak diobati maka akan masuk ke dermis, kemudian dia tambah membesar dan
tambah dalam lagi → jadi furunkel → tambah meluas dan ngumpul → karbunkel.
ERISIPELAS & SELULITIS
 Definisi:
- Erisipelas adalah peradangan akut yang lebih superficial dari selulitis (menyerang epidermis & dermis) serta mengenai
kelenjar limfe dermis (tapi dokternya bilang masih ke di epidermis)
- Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang dermis dan jaringan subkutis, biasanya didahului luka trauma
(ini dibilang kena di epidermis dan dermis)
 Etiologi:
- Erisipelas: Streptococcus beta hemolitikus
- Selulitis: Streptococcus beta hemolitikus, Staphylococcus aureus
 Gejala klinis (dihafalkan):
- Erisipelas:
▪ Terdapat gejala konstitusi: demam, menggigil, malaise
▪ Kelainan kulit utama yang tampak adalah eritema berwarna merah cerah, berbatas tegas, nyeri tekan dan
pinggirannya meninggi disertai dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bulla
- Selulitis (dihafalkan):
▪ Gejala konstitusi sama dengan erisipelas
▪ Lesi eritema, hangat, bengkak & terdapat nyeri tekan. Lesi difus, tidak berbatas tegas (karena infeksi lebih dalam),
disertai tanda radang akut
 Predileksi: Umumnya selulitis dan erisipelas mengenai ekstremitas bawah (tungkai bawah), tetapi erisipelas juga dapat
mengenai daerah wajah (sekitar 2,5-10% kasus) → kadang dokternya juga nemuin kasus selulitis kena di wajah.
 Tata Laksana: Istirahat, Tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan, Antibiotik
sistemik , Topikal (kompres terbuka dengan larutan antiseptik)
 Info Tambahan: Selulitis biasanya muncul pada daerah yang sebelumnya pernah
terdapat ulkus, luka traumatik (abrasi, laserasi,luka gigitan), daerah bekas operasi

HIDRADENITIS
 Definisi: Merupakan infeksi kelenjar apokrin, biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus
 Epidemiologi: Terdapat pada usia sesudah akil balik sampai dewasa muda
 Gejala klinisi:
- Sering didahului oleh trauma/mikrotrauma, misalnya banyak keringat, pemakaian deodorant,atau rambut aksila
digunting
- Disertai gejala konstitusi: demam, malaise
- Ruam berupa nodus dengan tanda radang akut. Nodus melunak menjadi abses dan memecah membentuk fistel yang
disebut hidradenitis supurativa

AS
- Predileksi: Terbanyak berlokasi di aksila, perineum, dan tempat yang memiliki banyak kelenjar apokrin
 Diagnosis Banding: Skrofuloderma
 Tata Laksana:
- Antibiotik sistemik
- insisi→ bila telah terbentuk abses
- Kompres→Bila nodus belum melunak
- Eksisi kelenjar apokrin→pada kasus kronik & residif

SKROFULODERMA
 Definisi: Suatu penyakit yang disebabkan penjalaran infeksi secara perkontinuitatum dari organ di bawah kulit (tersering
dari kelenjar getah bening) yang telah diserang oleh penyakit tuberkulosis. Oleh karena itu, predileksinya pada tempat
yang banyak didapat KGB superficial contohnya leher
 Yang membedakan skrofuloderma dengan hidradenitis supurativa → kalau skrofuloderma tidak ada rasa nyeri karena
infeksinya tidak disana awalnya (dari sistemik/paru) tapi dia membentuk livid/biru-biru
 Etiologi: Mycobacterium tuberculosis
 Gejala Klinis: - Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis TB), Perlekatan kelenjar getah bening dengan jaringan di
sekitarnya (periadenitis TB)
 Kelenjar getah bening mengalami perlunakan tidak serentak→ konsistensi kenyal dan lunak (cold abscess)→ fistel→ ulkus
(bentuk memanjang dan tidak teratur, disekitarnya berwarna merah kebiru-biruan (livid),dinding bergaung,tertutup oleh
pus seropurulen→ Krusta berwarna kuning→ Sikatriks memanjang & tidak teratur.
 Predileksi: Tersering pada leher, lalu disusul ketiak, & lipat paha.
 Diagnosis Banding:
- Daerah ketiak: hidradenitis supuratif
- Daerah inguinal: Limfogranuloma venereum
 Tata Laksana:
- Non medikamentosa: perbaiki keadaan umum (diobati penyakit TBCnya) → kalau udah curiga TBC lakukan pemeriksaan
BTA dan tajamkan di anamnesisnya.
- Medikamentosa: obat anti tuberkulosis (OAT). Prinsip terapi sama dengan terapi pada tuberkulosis paru
 Prognosis: Prognosis baik jika pengobatan dilakukan sesuai dengan prosedur pengobatan
 Pengobatan
▪ OAT (Obat Anti Tuberkulosis) → terapi dikombinasi
- R : rifampisin 10 mg/kgBB
- H : isoniasid (INH) 10 mg/kgBB
- Z : pirazinamid 20-35 mg/kgBB
- E : ethambutol 25/15 mg/kgBB
- S : streptomisin 25 mg/kgBB
▪ Rekomendasi utama : 2RHZ / 4RH
 Variasi :
- 2RHZ / 4R3H3
- 2RHZ / 4R2H2
▪ Diawasi :
- 2R3H3E3Z3 / 4R3H3
- 2R3H3S3Z3 / 4R3H3
▪ Resisten :
- 2RHZE / 4RH
- 2RHZS / 4RH
▪ Prognosa : - responsif terhadap OAT
▪ Profilaksis : - BCG

AS

Anda mungkin juga menyukai