Anda di halaman 1dari 38

KEDOKTERAN DAN

ILMU KESEHATAN

INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT

Nur Rafida (20204010015)


Pembimbing : dr. Sherlyta Tambing, Sp.S
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN DEFINISI

Infeksi adalah invasi dan


multiplikasi mikro-organisme di
dalam jaringan tubuh. Infeksi
susunan saraf pusat ialah invasi
dan multiplikasi mikro-organisme
di dalam susunan saraf pusat.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN Aliran LCS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
MENINGITIS

Meningitis suatu peradangan yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak)
dan arakhnoid yang membungkus jaringan otak dan medula spinalis. Kejadian tertinggi
meningitis adalah antara kelahiran sampai berumur 2 tahun, dengan risiko terbesar
setelah lahir pada 3-8 bulan.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Meningitis Viral
• Merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya
gejala perangsangan meningen.
• Patofisiologi Meningitis Viral
Patogen virus dapat mencapai akses SSP melalui 2 jalur utama:
hematogen atau neural.
 Hematogen merupakan jalur tersering dari viral patogen yang
diketahui
 Penetrasi neural menunjukkan penyebaran disepanjang saraf dan
biasanya terbatas pada herpes viruses (HSV-1, HSV-2, dan varicella
zoster virus [VZV] B virus), dan kemungkinan beberapa enterovirus
 Respon inflamasi terlihat dalam bentuk pleocytosis; polymorphonuclear
leukocytes (PMNs) menyebabkan perbedaan jumlah sel pada 24-48 jam
pertama, diikuti kemudian dengan penambahan jumlah monosit dan
limfosit. Limfosit CSF telag dikenali sebagai sel T, meskipun imunitas sel
B juga merupakan pertahanan dalam melawan beberapa virus.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Meningitis Bakterial
 Merupakan suatu peradangan selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah
sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Meningitis Bakterial

Bakteri akan
bereplikasi secara tidak
terkendali dan
merangsang kaskade
inflamasi meningen
menginvasi
submukosa dengan
menghindari
pertahanan inang

Invasi ke dalam aliran


Bakteri berkolonisasi dan darah (bakteremia) dan
menyebabkan infeksi lokal pada menyebabkan
inang. penyebaran secara
hematogen ke SSP
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Meningitis Tuberkulosis
• Merupakan radang selaput otak akibat komplikasi tuberkulosis primer.
• Infeksi primer di paru → menyebar secara limfogen dan hematogen ke
luar paru: perikardium, usus, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak.

• Lesi di otak/meningen akibat penyebaran hematogen → fokus Rich.

• Pecahnya fokus Rich ke ruang subarakhnoid → meningitis→ kerusakan


otak yang parah dan irreversible.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Penegakan Diagnosis
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
GEJALA MENINGITIS TB

Stadium II : Intermediate
Stadium I : Stadium awal (stadium transisional/fase
meningitik)
• Prodromal, berlangsung 1-3
• Rangsangan pada selaput
minggu
otak/meningen. Gejala: sakit
• Gejala tidak khas, timbul
kepala berat dan muntah.
perlahan-lahan, kelainan
• Peradangan/penyempitan arteri
neurologis (-)
di otak: disorientasi, bingung,
• Gejala prodromal non tremor,
spesifik: apatis, iritabilitas, hemibalismus/hemikorea.
nyeri kepala, malaise, demam, • Kelainan neurologik:
anoreksia hemiparesis, paresis saraf
kranialis, gerakan involunter.
• Mengantuk, kejang
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Stadium III : Advanced (koma / fase paralitik)


• Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi
• Gejala: pernapasan irregular, demam tinggi,
papil edema, hiperglikemia, kesadaran makin
menurun, irritable dan apatik, mengantuk,
stupor, koma, otot ekstensor menjadi kaku dan
spasme, opistotonus, pupil melebar dan tidak
bereaksi, nadi dan pernafasan tidak teratur,
hiperpireksia.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

TATALAKSANA
• Pemberian antipiretika (paracetamol,metamizole) sesuai dengan
kebutuhan penderita
• Penatalaksanaan kejang dengan anti konvulsan sesuai indikasi
• Apabila didapatkan tanda-tanda tekanan intracranial yang meningkat
maka dapat diberikan manitol 20%, diberikan dengan dosis awal 1-1,5
g/kg berat badan selama 20 menit, dilanjutkan dosis 0,25-0,5 g/kg berat
badan setiap 4-6 jam atau dengan menggunakan cairan hypertonic saline
NaCl 3% 2 ml/KgBB selama 30 menit atau Natrium - laktat 1.2 ml/kgBB
selama 15 menit
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

• Meningitis Virus
1. Acyclovir 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 10 hari
2. ARA-A ( vidarabine ) 15 mg/kgBB/hr/iv 12 jam selama 10 hari

• Meningitis Bakterial
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Meningitis TB

Nama Obat DOSIS

Dewasa: 10-15 mg/kgBB/hari


INH Anak : 20 mg/kgBB/hari
+ Piridoksin 50 mg/hari

Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulan pertama


Etambutol
Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak 10-20 mg/kgBB/hari


KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN ENSEFALITIS

• Merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai


mikroorganisme

Penyebab antara lain :


1. Virus : virus RNA (virus parotitis,virus morbili,virus rabies,virus rubela, virus
ensefalitis jepang B,virus dengue,virus polio.Cocksakie A,Cocksakie B,
echovirus,dan virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA ( virus Herpes zoster­
varisela,herpes simplek, cytomegalovirus,varilola,vaksinia dan AIDS)
2. Bakteri : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa, dan T.
Palllidum
3. Parasit :malaria, toxoplasmosis, amoebiasis serta ensefalitis karena fungi dan
riketsia
4. Syphilis : Treponema pallidum
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN ENSEFALITIS

• TRIAS ENSEFALITIS
1. Demam
2. Penurunan Kesadaran
3. Kejang

• TANDA PENINGKATAN TIK : pada funduskopi tampak adanya edem papil. Adanya
defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses, ditandi adanya deficit nervi
kraniales pada pemeriksaan n.cranialis, hemiparesis, reflex tendon meningkat, kaku
kuduk, afasia, hemianopia, nistagmus, ataksia.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

TATALAKSANA

1. Ensefalitis supurativa
- Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
- Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.

2. Ensefalitis syphilis
- Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
- Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x
500mg oral selama 14 hari.
- Bila alergi penicillin : Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari,
Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari - Kloramfenikol 4 x 1 g intra
vena selama 6 minggu, Ceftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14
hari.
.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

3. Ensefalitis virus
- Pengobatan simptomatis Analgetik dan antipiretik
- Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari
- Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab
herpes zoster-varicella.
 Dewasa : Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 14- 21 hari
atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
 Anak : Asiclovir 10-15 mg/kgBB intra vena 3 x sehari
4. Ensefalitis parasit
- Malaria serebral :Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam
hingga tampak perbaikan
- Amebiasis Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
- Standar terapi ensefalitis toksoplasma ET
− Fase akut (4-6 minggu):
• Pirimetamin loading 200 mg, lalu dilanjutkan, jika BB <50 kg: 2x25 mg per
hari per oral dan jika BB >50 kg: 3x25 mg per hari per oral
• Klindamisin 4x600 mg
− Fase rumatan:
• Pirimetamin dan klindamisin dengan dosis ½ dari dosis fase akut atau
menggunakan kotrimoksazol 2x480 mg.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

TATALAKSANA
• Kortikosteroid digunakan deksametason untuk anti inflammatory yang
digunakan post infeksi ensefalitis dan acute disseminated ensefalitis.
• Diuretik digunakan furosemid atau manitol pada pasien hidrosefalus dan
kenaikan TIK.
• Antikonvulsan dapat digunakan lorazepam jika terjadi kejang.
• Antiedema : Manitol sesuai indikasi
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN ABSES CEREBRI

• Penumpukan materi piogenik yang terlokalisir di dalam/di antara parenkim otak,


dengan etiologi bermacam-macam meliputi :
• Bakteri (yang sering) : Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob,
Streptococcus β hemolitikus, Streptococcus α hemolitikus, E.coli, Bacteroides.
• Jamur : N.asteroids, Candida, Aspergillus, Actinomycetes
• Parasit : E.Histolitika, Cystisercosis, Schistosomiasis
• Patologinya terdapat 4 stadium
1. Stadium selebritis dini :
2. Stadium selebritis lanjutan
3. Stadium pembentukan kapsul dini
4. Stadium pembentukan kapsul lanjutan
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN ABSES CEREBRI

Manifestasi Klinis
• Pada stadium awal gambaran klinik abses otak tidak khas, terdapat gejala-gejala
demam, malaise, anoreksia dan gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial
berupa muntah, sakit kepala dan kejang.
• Kriteria terdapat gejala infeksi seperti demam; peningkatan tanda TIK (sakit kepala
yang semakin memberat, muntah proyektil, penurunan kesadaran), dan tanda
neurologis fokal.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN ABSES CEREBRI
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN ABSES CEREBRI
Tatalaksana
• Terapi empirik
1. Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau Cefotaxime 2 g/8
jam iv)
2. Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik yang sesuai dengan hasil tes
ensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari sumber infeksi. Jika hasil isolasi
tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi empirik dapat dilanjutkan hingga 6-8
minggu.

• Antiedema: dexamethason/manitol sesuai indikasi


• Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter >2,5 cm
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN MYELITIS

• Myelitis merupakan kelainan neurologis pada medulla spinalis yang disebabkan


proses inflamasi
• Myelitis transversa merupakan sekumpulan gejala klinis berupa kelemaan, gangguan
sensoris dan difungsi autonom yang melibatkan prose imun yang terjadi di daerah
abu-abu dan putih pada sumsum tulang belakang sehingga menyebabkan
demielinasi dari axon akibat terjadinya inflamasi pada sumsung tulang belakang.
Dengan adanya proses inflamasi mengakibatkan kerusakan pada selubung mielin
yang akan meninggalkan jaringan parut sehingga hantaran saraf akan terhambat.
• Etiologi kongenital, infeksi, autoimun, toxic, degenratif dan idiopatik
• Karakteristik klinis disfungsi neurologis pada saraf motorik, sensorik dan otonom
serta traktus saraf di medula spinalis
• Manifestasi klinis : paraplegi atau quadriplegi, retensi urin, gangguan sensoris
• Tatalaksana myelitis simptomatis, kortikossteroid itravena dosis tinggi yang diikuti
dengan dosis tappering prednisone
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN SPONDILITIS TB
• Tuberkulosis susunan saraf pusat dapat terjadi di dalam medulla spinalis dan
membrannya berupa arahnoiditis, vaskulitis dan massa intra parenchyma. Lesi pada
medulla spinalis bersifat lokal tapi lebih sering berhubungan dengan intrakranial.
• Maniestasi klinis : dapat terjadi secara mendadak atau perlahan berupa kelemahan
yang sifatnya naik dan terjadi dalam waktu bulan atau tahun. Selain itu pasien dapat
mengeluh lemas, berkurangnya nafsu makan dan berat badan, demam terutama
pada sore hari, serta berkeringat pada malam hari yang terjadi sebelum manifestasi
tulang belakang. Dapat juga ditemui gejala yang berhubungan dengan extra-skeletal
tuberculosis, seperti batuk, benjolan pada leher (limfadenopati), diare, dan distensi
abdomen. Selain itu pasien dapat merasakan nyeri punggung dan spasme otot.
• Tatalaksana
1. Non-operatif:
• Obat anti TB oral
• Steriod: dexamethasone iv, dilanjut po
• Edukasi: pengobatan jangka panjang, perawatan di rumah,
• Diet:tinggi kalori dan protein
2. Operatif
• Koreksi tulang (konsultasi ke Bagian Ortopedi)
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TETANUS
• Penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin
adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, ditandai dengan spasme
tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Kekakuan otot
setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4
macam yaitu :
• a. Tetanus lokal Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai
rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang
menjadi tetanus umum
• . b. Tetanus sefalik Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa
inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media
kronis. Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus
kranial. Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan
prognosisnya biasanya jelek.
• c. Tetanus umum/generalisata Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable,
kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit
dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap
baik.
• d. Tetanus neonatorum Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan
adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk
menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TETANUS
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi. Kriteria
Pattel Joag a) Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan kekakuan otot
tulang belakang. b) Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun
derajat keparahan. c) Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari.
Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam. e)
Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100oF ( > 400 C), atau aksila 99oF ( 37,6
oC )
• Grading
Derajat 1 (kasus ringan), terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak ada
kematian).
Derajat 2 (kasus sedang), terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2. Biasanya
masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam (kematian 10%).
Derajat 3 (kasus berat), terdapat 3 kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7
hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%).
Derajat 4 (kasus sangat berat), terdapat minimal 4 Kriteria (kematian 60%).
Derajat 5, bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum
(kematian 84%).
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TETANUS
TATALAKSANA
• Tetanus immunoglobulin
Human Tetanus Imunoglobulin ( HTIG) 1x secara IM dengan dosis 3000-6000 IU atau
intrathecal 500-1500 IU
• Debridement luka
• Antibiotik
Metronidazole iv 500 mg/8 jam atau
Penisilin 100.000 – 20.000 iv/kgbb/hari (terbagi 2-4 dosis)
Pemberian diberikan 7-14 hari
• Perawatan suportif
1. Kontrol spasme
Benzodiazepin telah digunakan dan umumnya efektif dalam mengendalikan kekakuan
dan kejang yang terkait dengan tetanus. Serta memberikan efek sedatif. Diazepam
paling sering digunakan, tetapi benzodiazepin lain sama efektifnya dengan diazepam.
2. Disfungsi otonom
Magnesium Sulfat dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan benzodiazepine
untuk mengontrol spasme dan disfungsi otonom dengan dosis loading 5 mg intravena
diikuti 2-3 gram/jam
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN Daftar Pustaka

1. Starke RJ. Mycobacterial Infections. in : Handbook of Clinical Neurology, Vol 96 (3rd series) Bacterial infections.
Elsevier B.V., 2010. Pp. 159 – 177.
2. Perdossi. 2016. Acuan Praktik Klinis Neurologi. Perdossi 2016 : 175-195
3. Prof Dr. A. Raka Sudewi dr. Sp.S (K), Paulus Sugiarto dr. Sp.s, Kiking Ritawan dr. Sp.S(K).2011. Infeksi Pada
Sistem saraf. Suravaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai