Pseudomonas

Grup Pseudomonas
• Basil
• Gram Negatif
• Aerob
• Motil
• Beberapa di antaranya menghasilkan pigmen yang larut-air
• Banyak terdapat di: tanah, air, tanaman, hewan
• Opportunistic pathogen, P. aeroginosa dalam jumlah kecil: flora
normal usus & kulit manusia, namun sering menjadi PATOGEN.
• Pseudomonas lain jarang menyebabkan penyakit.
• Highly antibiotic resistant
• Sering melalui kemampuannya untuk membentuk biofilm yang
tahan lama

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick,
& Adelberg Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
Todar K. Textbook of Bacteriology. Todar's Online Textbook of Bacteriology.
 Klasifikasi Beberapa Pseudomonas
yang penting dalam Bidang Medis

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Pseudomonas Aeroginosa
• Tersebar luas di alam, biasanya di lingkungan yang
lembab di RS.
– di RS: respiratory therapy equipment, antiseptik, sabun,
pel, wastafel, cairan infus, alat fisioterapi dan hidroterapi
– Luar RS: kolam renang, pusaran air, bak air panas, cairan
lensa kontak, humidifier rumah, tanah dan sayuran.
• Pada manusia sehat bisa membentuk koloni saprofit
• Pada immunodefisiensi sering menyebabkan
penyakit.

• Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
• Harris, A. A., L. Goodman, and S. Levin. 1984. Community-acquired Pseudomonas aeruginosa pneumonia associated with the use of a home humidifier. West. J. Med. 141:521–523.
• Pitt, T. L. 1998. Pseudomonas, Burkholderia, and related genera, p. 1109– 1138. In B. I. Duerden (ed.), Microbiology and microbial infections, vol. 2. Oxford University Press Inc., New York, NY.
• Pollack, M. 1995. Pseudomonas aeruginosa, p. 1820–2003. In G. L. Mandell, R. Dolan, and J. E. Bennett (ed.), Principles and practices of infectious diseases. Churchill Livingstone, New York, NY.
 P. aeruginosa : seldom a member of the normal
microbial flora in humans.

Mukosa nasal
0 to 3,3%

Tenggorokan
0 to 6,6%

Kulit
0 to 2%

Sampel feses
2.6 to 24%
• Lister PD, Wolterr DJ, Hanson ND. Antibacterial-Resistant Pseudomonas aeruginosa: Clinical Impact and Complex Regulation of Chromosomally Encoded Resistance Mechanisms. 2009.
Clinical Microbiology Reviews 22:4 p. 582–610 Vol. 22, No. 4doi:10.1128/CMR.00040-09
 Kolonisasi P. aeruginosa meningkat hingga 50%
selama hospitalisasi
• mechanical ventilation
trauma to or a breach in • Tracheostomy
cutaneous or mucosal barriers • Catheter
• surgery
• severe burns

impaired immunity

disruption in the normal

microbial flora

P. aeruginosa are predominantly hospital acquired.

• Lister PD, Wolterr DJ, Hanson ND. Antibacterial-Resistant Pseudomonas aeruginosa: Clinical Impact and Complex Regulation of Chromosomally Encoded Resistance Mechanisms. 2009.
Clinical Microbiology Reviews 22:4 p. 582–610 Vol. 22, No. 4doi:10.1128/CMR.00040-09
 Klasifikasi Pseudomonas
• Kingdom : Bacteria
• Phylum : Proteobacteria
• Class : Gamma Proteobacteria
• Order : Pseudomonadales
• Family : Pseudomonadaceae
• Genus : Pseudomonas
• Species : Pseudomonas aeruginosa
 Sejarah Penemuan P. aeroginosa
• Se´dillot pada tahun 1850 pertama kali mengobservasi diskolorasi
dari dressing luka op. Berhubungan dengan agen yang transferebel.
• Pigmen biru diekstraksi oleh Fordos pada tahun 1860, dan pada
1862, Lucke pertama kali menghubungkan pigmen ini dengan
organisme basil.
• P. aeruginosa belum berhasil dikultur murni hingga pada tahun
1882, ketika Gessard mempublikasikan “On the Blue and Green
Coloration of Bandages”, pertumbuhan organisme dari luka di kulit
pasien dengan pus biru-kehijauan.
• Antara tahun 1889-1894, P. aeruginosa (Bacillus pyocyaneus)
dijelaska n sebagai agen kausatif purulensi biru kehijauan di luka
pasien.

• Pitt, T. L. 1998. Pseudomonas, Burkholderia, and related genera, p. 1109–1138. In B. I. Duerden (ed.), Microbiology and microbial infections, vol. 2. Oxford University Press Inc., New York, NY.
• Gessard, C. 1984. Classics in infectious diseases. On the blue and green coloration that appears on bandages. Rev. Infect. Dis. 6(Suppl. 3):S775–S776.
• Villavicencio, R. T. 1998. The history of blue pus. J. Am. Coll. Surg. 187: 212–216.
 Pseudomonas Aeroginosa
MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI

 Ukuran  0,6 x 2 m
Organisme • Basil
• Gram negatif  Tunggal, pasangan, rantai pendek
Tipikal • Motil

• Obligat aerob  mudah tumbuh pd berbagai medium kultur

• Kadang menghasilkan aroma manis atau berbau spt anggur atau
jagung taco
• Beberapa galur menghemolisis darah,
• Membentuk koloni bundar, licin, warna hijau berfluoresensi
Kultur • Menghasilkan pigmen :
• kebiruan tak berfluoresensi, piosianin
• pigmen berfloresensi, hijau , pioverdin
• Pigmen merah gelap , piorubin
• Pigmen hitam, piomelanin

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Pseudomonas aeruginosa colonies on agar*

The soluble blue pigment

pyocyanin is produced by many,
but not all, strains of
Pseudomonas aeruginosa *

*Todar K. Textbook of Bacteriology. Todar's Online Textbook of Bacteriology.

 Pseudomonas Aeroginosa
MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI

• Tumbuh pada suhu 37-420 C

• Kemampuannya u/ tumbuh di suhu 420
C  membedakan dgn spesies
Karakteristik Pseudomonas lain dr grup fluoresens
Pertumbuhan
• Oksidase positif
• Tidak memfermentasi karbohidrat, tapi
banyak mengoksidasi glukosa

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Struktur Antigen dan Toksin
• Pili (fimbriae)  membantu perlekatan ke
epitel pejamu
• Eksopolisakarida  gambaran koloni mukoid
pada kultur (pasien cystic fibrotic)
• Lipopoliskarida (LPS) endotoksik,
penentuan tipe
• Eksotoksin A nekrosis jaringan dan letal
bagi hewan, hambat sintesis protein.

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Sifat Patogenik P. aeroginosa

PATOGENIK

P. Aeroginosa mencapai daerah yg tdk memiliki

pertahanan normal
Membran mukosa dan kulit yang neutropenia:
terluka o/ cedera jaringan langsung: •kemoterapi kanker
• kateter urin
•Akses Intravena

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Patogenesis
• P. aeroginosa melekat dan membentuk koloni
pada membran mukosa atau kulit, menginvasi
secara lokal, dan memnyebabkan penyakit
sistemik.
• Dibantu dengan adanya pili, enzim, dan toksin
yang ia miliki.
• LPS  berperan langsung menyebabkan
demam, syok, oligouria, leukositosis dan
leukopenia, DIC, dan ARDS

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Patogenesis

Pathogenesis in P. aeruginosa is mediated by various adhesins and secreted toxins,

proteases, effector proteins and pigments that facilitate adhesion, modulate or
disrupt host cell pathways and target the extracellular matrix.

Hauser AR, Ozer AE. Pseudomonas aeroginosa. Nature Reviews Microbiology. N 2011. Nature Publishing Group.
http://www.nature.com/nrmicro/posters/pseudomonas/index.html
 Gambaran Klinis
• Pada Luka dan luka bakar : pus hijau kebiruan
• Masuk melalui pungsi lumbal  meningitis : demam, kaku kuduk,
defisit neurologis lainnya
• Masuk melalui kateter  Infeksi Saluran Kemih: anyang-anyangan,
frekuensi BAK >>, demam, warna urin keruh, bakteriuria
• Masuk melalui sal. Napas (mis. Penggunaan alat bantu napas yang
terkontaminasi)  pneumonia nekrotikans / HAP
• Otitis eksterna, sering pada perenang
• Keratitis, endoftalmitis, biasanya setelah trauma mata atau post op
mata
• Sepsis, terutama pada bayi atau dewasa dgn imunodefisiensi

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Metzner TA. Pseudomonas, Acitenobacter & Bakteri Gram-Negatif yang Jarang Ditemukan. Dalam: Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran Mc Graw Hill. Ed. 25. Jakarta: EGC. 2012. h.239-44.
 Pseudomonas Infection in
a deep partial
thickness facial burn *

*Rogers AD, Adams S, Rode H. The Introduction of a Protocol for the Use of Biobrane for Facial Burns in Children. Hindawi Publishing Corporation. Plastic Surgery International.
2011,. doi:10.1155/2011/858093
 • P. aeruginosa was also the second leading cause of
nosocomial pneumonia (14 to 16%),
• Third most common cause of urinary tract infections (7 to
11%), fourth most frequently isolated pathogen in surgical
site infections (8%), and seventh leading contributor to
bloodstream infections (2 to 6%).
• Data from more recent studies continue to show P. aeruginosa
as the second most common cause of nosocomial
pneumonia, health care-associated pneumonia, and
ventilator-associated pneumonia (64, 106) and the leading
cause of pneumonia among pediatric patients in the intensive
care unit (ICU)
• 13% of eye, ear, nose, and throat infections within ICUs in the
United States.
• Lister PD, Wolterr DJ, Hanson ND. Antibacterial-Resistant Pseudomonas aeruginosa: Clinical Impact and Complex Regulation of Chromosomally Encoded Resistance Mechanisms. 2009.
Clinical Microbiology Reviews 22:4 p. 582–610 Vol. 22, No. 4doi:10.1128/CMR.00040-09
 RESISTANCE CHALLENGES FOR
TREATMENT OF P. AERUGINOSA
• Ability of P. aeruginosa to develop resistance to
multiple classes of antibacterial agents, even
during the course of treating an infection.
• P. aeruginosa can develop resistance to
antibacterials either through:
– the acquisition of resistance genes on mobile genetic
elements (i.e., plasmids) or
– mutational processes that alter the expression and/or
function of chromosomally encoded mechanisms.

• Lister PD, Wolterr DJ, Hanson ND. Antibacterial-Resistant Pseudomonas aeruginosa: Clinical Impact and Complex Regulation of Chromosomally Encoded Resistance Mechanisms. 2009.
Clinical Microbiology Reviews 22:4 p. 582–610 Vol. 22, No. 4doi:10.1128/CMR.00040-09
 Imported Resistance Mechanisms
• Imported resistance among P. aeruginosa isolates
impacts the beta lactams and aminoglycosides
but not the fluoroquinolones.
• Fluoroquinolone resistance among P. aeruginosa
isolates has been linked only to chromosomal
genes, with mutational changes in the
fluoroquinolone targets DNA gyrase (gyrA and
gyrB) and/or topoisomerase IV (parC and parE)
and/or overexpression of multidrug efflux pumps
Take home messages
Take home messages