Anda di halaman 1dari 43

Update Alur Pemeriksaan dan Jejaring Laboratorium

Program Penanggulangan TB Nasional


Disampaikan pada
Disampaikan pada Workshop Penguatan Jejaring Laboratorium dan
Diseminasi Sistem Transportasi Spesimen TBC Tingkat Nasional
16 – 19 Oktober 2018

Oleh
Subdit TB – Dit P2PML
Direktorat Jenderal P2P
Kementerian Kesehatan RI
Jenis Spesimen TB
• Dahak Purulent
Kualitas dahak yang baik :
• Volume 3-5 ml
• Mukopurulent
Mucoid

• Non Dahak
1. Jenis : LCS, Jaringan, Kelenjar limfe, Bilas lambung/aspirat
lambung
2. Cara Pengambilan: tergantung pada lokasi lesi
Kualitas Dahak
yang Baik
Cara Berdahak Yang Baik
Jenis Pemeriksaan Laboratorium untuk Diagnosis dan
Pemantauan Pengobatan dalam Program TB
o Pemeriksaan Mikroskopis TB
o Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan TB:
• Metode Konvensional: media padat (LJ) dan cair (MGIT)
o Pemeriksaan Molekuler TB:
• Tes Cepat Molekuler
• Line Probe Assay (LPA) lini dua
Perkembangan Pemeriksaan Diagnostik TB
TCM – 2 jam

LPA
5 – 7 hari

Metode MGIT
6 – 8 minggu

Metode LJ
Konvensional
10-14 minggu
Perbandingan Jenis
Pemeriksaan TB
Jenis TAT Kelebihan Kelemahan
Pemeriksaan
Mikroskopis 24 jam - Mudah, murah • Kurang sensitif terutama
- Level biosafety rendah terhadap pasien kategori low
risk
• Tidak dapat membedakan
BTA lingkungan (MOTT)
• Membutuhkan jumlah kuman
yang tinggi untuk dapat
terdeteksi positif
Tes Cepat 2 jam – 1 hari • Mendeteksi M. tuberculosis dan • Tidak dapat digunakan untuk
Molekuler resistensi terhadap RR dalam follow up pengobatan
(TCM) waktu ± 2 jam • Alat dan reagen mahal
• Level biosafety sama dengan • Membutuhkan suhu tertentu
pemeriksaan mikroskopis dan pasokan listrik stabil
• Harga alat cukup mahal
• Mampu mendeteksi kuman TB termasuk biaya operasional
pada jumlah kuman yang rendah dan pemeliharaan
Pemeriksaan Mikroskopis
• Mikobakteria dapat dibedakan secara visual dari organisme lain dengan perwarnaan tahan
asam.

• Pemeriksaan dengan dua spesimen sputum dapat mengidentifikasi 95-98% pasien TB


yang smear positif
• Rekomendasi WHO untuk negara dengan PME dan kualitas mikroskop yang baik maka
untuk diagnosis TB cukup menggunakan dua sputum
Apa Itu TCM TB? • Tes Amplifikasi asam nukleat (NAA) menggunakan katrid sekali pakai dengan
sistem instrumen TCM
*(1 sampel per terduga/pasien TB RO)
• Dapat mendeteksi M. tuberculosis dan resistensi terhadap rifampicin resistance
dalam waktu lebih kurang 2 jam
• Membantu mempercepat pemilihan paduan pengobatan yang tepat
• Bermanfaat untuk penemuan kasus TB pada ODHA, TB pada pasien DM, TB
anak (low risk TB RO)
• Tingkat biosafety TCM sama dengan pemeriksaan mikroskopis dan kebutuhan
akan pelatihan juga minimal.

Kekurangan:
• Memerlukan suplai listrik yang tidak terputus.
• Memerlukan suhu ruangan antara 15-30 °C ketika
beroperasi. Keterbatasan
• Cartridge dan reagen harus disimpan pada suhu 2-28 °C. • Harga alat cukup mahal begitu juga dengan operasionalnya.
• Masa berlaku/expired date cartridge harus dimonitor. • Modul memerlukan kalibrasi tahunan.
• Tidak bisa digunakan untuk follow up/menilai • TCM tidak menghilangkan kebutuhan terhadap pemeriksaan biakan dan uji
pengobatan. kepekaan konvensional.
• Hasil tes Rif resisten pada pasien/populasi resiko rendah TB MDR harus
diulang.
PENAFSIRAN HASIL TCM TB
• TCM tidak menggantikan kebutuhan untuk pemeriksaan mikroskopis
BTA, Kultur M.tb dan uji kepekaan
• Fasyankes memastikan bahwa kualitas spesimen dahak baik.
• Hasil TCM diinterpretasikan bersama dengan pemeriksaan klinis,
radiografi dan temuan laboratorium lainnya.
HASIL INTERPRETASI TINDAK LANJUT
MTB DETECTED;  DNA MTB terdeteksi
Lanjutkan sesuai dengan alur
Rif Resistance  Mutasi gen rpoB terdeteksi, diagnosis TB resistan Obat
kemungkinan besar resistan terhadap (TB RO)
DETECTED rifampisin

MTB DETECTED;  DNA MTB terdeteksi


 Mutasi gen rpoB tidak terdeteksi. Lanjutkan sesuai dengan alur
Rif Resistance NOT Kemungkinan besar sensitif terhadap diagnosis TB biasa (TB SO)
DETECTED Rifampisin

 DNA MTB terdeteksi


MTB DETECTED;
 Mutasi gen rpoB / resistansi Ulangi pemeriksaan*) secepatnya
Rif Resistance rifampisin tidak dapat ditentukan menggunakan spesimen dahak
karena sinyal penanda resistansi tidak baru dengan kualitas yang baik
INDETERMINATE cukup terdeteksi
Lanjutkan sesuai alur
MTB Not Detected DNA MTB tidak terdeteksi diagnosis TB

*) Apabila hasil TCM adalah indeterminate/invalid/Error/No result maka hanya diperbolehkan untuk mengulang
proses pemeriksaan TCM sebanyak 1 (satu) kali.
HASIL INTERPRETASI TINDAK LANJUT

Keberadaan DNA MTB tidak dapat Ulangi pemeriksaan dengan


ditentukan karena kurva SPC tidak katrid baru dan spesimen dahak
INVALID menunjukan kenaikan jumlah amplikon, baru*), pastikan specimen tidak
proses sampel tidak benar, reaksi PCR terdapat bahan-bahan yang
Terhambat dapat menghambat reaksi PCR

Ulangi pemeriksaan dengan


Keberadaan DNA MTB tidak dapat
katrid baru*), pastikan
ERROR ditentukan, quality control internal gagal
pengolahan spesimen sudah
atau terjadi kegagalan system
benar

Keberadaan DNA MTB tidak dapat Ulangi pemeriksaan dengan


NO RESULT ditentukan karena data reaksi PCR tidak katrid baru*) (lihat BAB VI.B.
Mencukupi Penyelesaian Masalah)

*) Apabila hasil TCM adalah indeterminate/invalid/Error/No result maka hanya diperbolehkan untuk mengulang
proses pemeriksaan TCM sebanyak 1 (satu) kali.
PEMERIKSAAN BIAKAN DAN UJI KEPEKAAN TB
• Keuntungan (MGIT):
o Waktu hasil pemeriksaan lebih singkat
o Sensitifitas lebih tinggi dibanding dengan LJ
o Manual, semi automated, fully automated
formats

• Lamanya waktu pemeriksaan


• Kendala (MGIT):
o Higher isolation rate of NTM
1. LJ (media padat) : 10-14 minggu
2. MGIT (media cair): 6-8 minggu
o Higher contamination rate

Hasil Biakan pada media padat LJ


Hasil Biakan pada cair
Pembacaan Pencatatan media MGIT:
>200 koloni 3+  Hasil : Positif atau negatif
100 – 200 koloni 2+ (tanpa gradasi)
10 – 100 koloni 1+  Hasil Negatif dikeluarkan
1 – 9 koloni Jumlah koloni setelah 42 hari
Tidak ada
Negatif
pertumbuhan
ALUR DIAGNOSIS TB DAN TB RO
TCM

MIKROSKOPIS

RADIOLOGI BIAKAN, UJI KEPEKAAN


Lini 1 dan Lini 2
Alur Diagnosis TB dan TB RO di Indonesia (1)
Alur Diagnosis TB dan TB RO di Indonesia (1)
Ringkasan Alur Diagnosis TB dan TB RO

1. TCM wajib dilakukan pada : terduga TB dengan riwayat pengobatan sebelumnya,


terduga TB pada ODHA, dan terduga TB dg kontak erat dengan pasien TB RO (jika
pasien datang di fasyankes mikroskopis, maka pasien / dahak dirujuk ke fasyankes
TCM)
2. Pada terduga TB baru, terduga TB dg HIV neg, tidak ada kontak dengan TB RO dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopis BTA (jika tidak terdapat fasilitas TCM)
3. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan pada 2 dahak
Ringkasan Alur Diagnosis TB dan TB RO
(lanjutan)
4. Hasil TCM M.TB Resistan Rifampisin dari kelompok low risk TB RO(yaitu dari
terduga TB harus dilakukan pemeriksaan ulang TCM dengan contoh uji yang baru.
Pengulangan di Laboratorium TCM, bukan di RS Rujukan TB RO. Jika terdapat
perbedaan hasil, maka hasil pemeriksaan TCM yang terakhir (yang memberikan
hasil MTB detected) yang menjadi acuan selanjutnya.
5. Penjelasan mengenai pemeriksaan TCM pada kelompok High risk dan low risk TB RO
dijelaskan pada slide selanjutnya.
6. Pemeriksaan TCM hanya untuk penegakan diagnosis. Pemantauan pengobatan
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Jumlah Dahak untuk
Pemeriksaan Diagnosis TB RO

• Jumlah dahak untuk diagnosis (TCM) adalah 2 dahak berkualitas baik:


1. Satu dahak untuk diperiksa TCM
2. Satu dahak sebagai cadangan jika diperlukan pemeriksaan ulangan, yaitu
ct. jika hasil TCM indeterminate, invalid, error, no result atau hasil Rif
Resistan pada pasien dengan resiko rendah TB RO

• Pasien TB RO yang telah terkonfirmasi RR harus diambil 2 dahak (SS/SP)


untuk pemeriksaan LPA dan uji kepekaan TB.
Jadwal Pemeriksaan Lab untuk
Pasien TB RO
Surat Direktur P2PML tanggal 16 November 2017
• Jumlah dahak yang diambil saat diagnosis 2
dahak
• Pemeriksaan lanjutan dari hasil akhir Rif Res 
2 dahak: Paket Standar Uji Kepekaan dan LPA
lini 2
• Hasil pemeriksaan wajib dicatat di eTB manager

 Pemeriksaan Mikroskopis wajib dicatat paling


lambat 3 hari sejak contoh uji diterima

Pemeriksaan Lab TB untuk follow up pasien TB RO:


a. Tahap awal (intensif) :
setiap bulan dengan 1 dahak (STR dan Individual),
kec untuk STR pada bulan ke-4, 5, 6, dan akhir
pengobatan di ambil 2 dahak

b. Tahap lanjutan : Setiap 2 bulan sekali dengan 1 dahak

c. Pasca pengobatan: 6 bulan sekali selama 2 tahun


Faktor Resiko Kejadian TB RO
• Berdasarkan faktor resiko untuk kejadian TB RO, pasien dibedakan
menjadi:
o Resiko tinggi untuk TB RO (kriteria High Risk TB RO)
Yang masuk dalam kriteria ini adalah 9 kriteria terduga TB RO
o Resiko rendah untuk TB RO (kriteria Low Risk TB RO)
Yang masuk dalam kriteria ini adalah terduga TB termasuk terduga TB anak, TB
dari pasien DM, terduga TB dari ODHA.
Pemeriksaan Diagnosis TB RO
High risk TB RO Ket:
(1) Hasil pemeriksaan ke-1
2 dahak (2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak

Ulangi
TCM 1x
(2)

TB, TB, Neg Invalid/no result/error Indeterminate


• LPA Lini dua
Rif Res Rif Sen
• Uji Kepekaan TCM tdk boleh diulang lagi

Tindak lanjut hasil


pemeriksaan TCM
di slide selanjutnya

*) pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke fasyankes / balkes layanan TB RO
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
High Risk TB RO
Hasil
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Akhir Terapi pengobatan
TCM ke-2
TCM ke-1
Invalid / no Rif Res Rif Res TB RO
result / error Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indet Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid/no Invalid/no result/error Keputusan pengobatan oleh TAK
result/error
Indeterminate Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Indet Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid / no Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
result/error
Tindak lanjut keputusan pengobatan oleh TAK
• Keputusan Pengobatan oleh TAK perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1.TCM ke-3  tidak diperbolehkan sesuai ketentuan Program TB, pengulangan hanya
diperbolehkan 1 kali
2.Biakan  Jika pasien diobati dengan pengobatan TB SO dan TAK
mempertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan biakan, pembiayaan pemeriksaan
biakan tidak ditanggung oleh Program TB
3.Telusuri kembali riwayat pengobatan pasien – pastikan tidak ada riwayat pengobatan
sebelumnya atau tidak ada kontak dengan pasien TB RO. Pertimbangkan pengobatan
sebagai TB SO atau TB RO
Diagnosis TB RO Pada Kriteria Low Risk
Pada kelompok low risk TB RO yaitu terduga TB, TB anak, TB pada pasien
HIV dengan hasil RR maka wajib dilakukan pengulangan pemeriksaan TCM di
fasyankes TCM sebanyak 1 (satu) kali menggunakan dahak baru berkualitas baik
dengan ketentuan sebagai berikut:

*Jika hasil TCM kedua (ulangan) adalah:


a. Rif Res : Keluarkan hasil keduanya  diobati sebagai TB RO
b. Rif Sen : keluarkan hasil keduanya  diobati sebagai TB SO
c. Neg/Indeterminate/Error/No Result: Tidak diperbolehkan dilakukan
pengulangan TCM, keluarkan hasil pemeriksaan keduanya

(hal tersebut disebabkan karena keterbatasan alat TCM, di mana pada hasil Rif
Res pada kelompok risiko rendah/low risk TB RO memiliki Positive Predictive
Value /PPV yang rendah yaitu 60-70%.
Pemeriksaan Diagnosis TB RO
Low risk TB RO Ket:
(1) Hasil pemeriksaan ke-1
2 dahak (2) Hasil pemeriksaan ke-2
Pemeriksaan TCM
1 dahak (1)

TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error Indeterminate
1 dahak

Ulangi Ulangi
TCM 1x (2) TCM 1x (2)

Invalid/
TB, TB, TB, Neg Indet
TB, Negatif/Invalid/ Indet no result/
Rif Res no result/ Rif Res Rif Sen
Rif Sen error
error

TCM tdk boleh diulang lagi TCM tdk boleh diulang lagi

Tindak lanjut hasil Tindak lanjut hasil


pemeriksaan TCM pemeriksaan TCM
di slide selanjutnya di slide selanjutnya

*) pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke fasyankes / balkes layanan TB RO
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Low Risk TB RO
Hasil Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Hasil Akhir Terapi pengobatan
TCM ke-1 TCM ke-2
Rif Res Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Indet MTB Pos TB SO
Negatif /Invalid MTB Pos TB SO
/no result/error
Invalid/no result Rif Res - Keputusan pengobatan oleh TAK
/error Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indet MTB Pos, indet (Rif ?) TB SO
Invalid/no result Invalid/no result/error Keputusan pengobatan oleh TAK
/error
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Low Risk TB RO (lanjutan)
Hasil
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Hasil Akhir Terapi pengobatan
TCM ke-2
TCM ke-1
Indeterminate Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Indet TB SO
Indet Indet TB SO
Invalid / no result Indet TB SO
/error
Pemeriksaan TCM untuk spesimen non dahak
• Spesimen non-dahak :
1. cairan serebrospinal (CSF),
2. jaringan biopsi
3. kelenjar getah bening.

• Bilasan lambung (gastric lavage), aspirasi cairan lambung (gastric aspirate)


diperbolehkan pada terduga TB anak yang tidak dapat berdahak / tidak
dapat dilakukan induksi sputum.

• Pemeriksaan spesimen non-dahak hanya dilakukan di laboratorium yang


memiliki BSC (Biosafety Cabinet) dan menggunakan bio-containment
sentrifus untuk menjamin keamanan petugas  menghindari terhirupnya
aerosol saat pengelohan spesimen oleh petugas
Pemeriksaan TCM untuk spesimen non dahak

a. Dilarang mengerjakan TCM pada cairan pleura (sensitivitas


rendah (43,7%) (SE Direktur P2PML No:PM.01.03/1/759
2018).
b. Sampel feses hanya dilakukan untuk terduga/pasien anak
(Petunjuk Teknis pemeriksaan TB menggunakan Tes
Cepat Molekuler /2017). Namun berdasarkan rekomendasi
Pokja TB anak, meminta agar sampel feses tidak dikerjakan
dahulu untuk pemeriksaan TCM (menunggu hasil piloting
pemeriksaan TCM dengan sampel feses pada anak).
UPDATE LABORATORIUM DAN
PENGATURAN RUJUKAN
PEMERIKSAAN TB
Algoritma Pemeriksaan TBC
untuk pasien TB RO mengacu
kepada Permenkes No.67 tahun
2016 dan algoritma pengobatan
pasien TB RO

Pedoman Nasional
Tatalaksana TBC Resistan
Obat di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Fasyankes) TBC
Resistan Obat
Pemeriksaan LPA Lini Dua
• Pemeriksaan LPA lini 2 dapat mengidentifikasi:
1. M. tuberculosis kompleks
2. Resistensi terhadap Fluorokuinolon
3. Resistensi terhadap antibiotik injeksi (seperti :
Aminoglikosida dan siklik peptida)
• Membantu untuk
∞ Mengidentifikasi pasien dengan resistansi FQ dan obat
injeksi lini kedua
∞ Memulai pengobatan lebih awal dengan pengobatan yang
sesuai
∞ Membatasi transmisi penyakit
• Jenis sampel yang digunakan:
 Dahak/sputum
 Isolat
Tabel Hasil Pemeriksaan LPA lini dua

HASIL INTERPRETASI
MTB FQ Res SLID Res MTB resistan terhadap Fluoroquinolone dan obat injeksi lini kedua

MTB FQ Res SLID Sen MTB resistan terhadap Fluoroquinolone dan sensitif terhadap obat
injeksi lini kedua

MTB FQ Sen SLID Res MTB sensitif terhadap Fluoroquinolone dan resistan terhadap obat
injeksi lini kedua

MTB FQ Sen SLID Sen MTB sensitif terhadap Fluoroquinolone dan obat injeksi lini kedua
Rencana pengembangan Laboratorium
LPA Lini 2

Tahap-1 Tahap-2

• BBLK Surabaya • RS Kariadi


• RSUP • HUMRC
Persahabatan • BBLK Palembang
• Lab Mikrobiologi • BLK Jawa Barat
FKUI
* Sudah digunakan oleh Program TB
Surat Direktur P2PML No.PM.01.03.1/2071/2018
tanggal 24 Agustus 2018 ,
Pemberitahuan tentang Pengaturan
Rujukan Pemeriksaan TBC
Pengaturan Rujukan Spesimen
• Pengaturan alur pengiriman dahak dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
sesuai jejaring rujukan uji kepekaan/Drug Susceptibility Test (DST)
dan LPA lini 2, yaitu:
a. Kelompok 1, laboratorium DST lini 1,2 dan LPA berada di 1 (satu)
laboratorium
b. Kelompok 2, laboratorium DST lini 1 terpisah dengan
laboratorium DST lini 2 dan LPA
c. Kelompok 3, laboratorium DST lini 1 dan 2 terpisah dengan
laboratorium LPA
Pengiriman Spesimen TB
• Pengemasan dahak wajib menggunakan cold chain
 pada pengiriman dahak untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
• Pengemasan dahak tidak wajib menggunakan cold chain
pada pengiriman dahak untuk pemeriksaan TCM.

• Dahak diterima oleh laboratorium maksimal 2 x 24 jam dari saat


pengambilan dahak.
Alur teknis pengiriman pemeriksaan LPA lini dua
Konfirmasi RR dari TCM Pasien TB RO

Ambil 2 dahak berkualitas baik (dahak SS


dengan interval minimal 1 jam /PS)

1 dahak 1 dahak

Laboratorium LPA Laboratorium CDST

Pengelompokkan
rujukan

• Kelompok 1: Lab DST lini 1,2 dan LPA berada di 1 (satu) lab
• Kelompok 2: Lab DST lini 1 terpisah dengan lab DST lini 2 dan LPA
• Kelompok 3: Lab DST lini 1,2 terpisah dengan Lab LPA
Pengaturan rujukan pemeriksaan LPA lini dua
Kelompok 1 - Laboratorium DST lini 1,2 dan LPA berada di 1 tempat
• Untuk rujukan pemeriksaan DST lini 1,2 dan LPA yang berada 1 tempat, maka RS/Rujukan MTPTRO mengirimkan 2 dahak
ke laboratorium DST lini 1,2 dan LPA tersebut.
• Laboratorium LPA memilih spesimen dengan hasil BTA positif lebih tinggi. Jika hasil BTA scanty atau BTA negatif, maka
pemeriksaan LPA lini dua tetap dilanjutkan.
• Jika hasil LPA invalid, maka pemeriksaan LPA diulang dari isolat. Jika biakan tidak tumbuh, pemeriksaan LPA tidak
dilanjutkan. Pengulangan hanya dilakukan 1 kali.

Kelompok 2 - Laboratorium DST lini 1 terpisah dengan laboratorium DST lini 2 + LPA
• Untuk rujukan pemeriksaan DST lini 1 yang terpisah dengan laboratorium DST lini 2 + LPA, maka RS/Rujukan MTPTRO
dapat mengirimkan 1 dahak ke laboratorium DST lini 1 dan 1 dahak ke laboratorium DST lini 2 + LPA.
• Fasyankes/Rujukan MTPTRO diinfokan untuk mengirimkan dahak ke 2 laboratorium tersebut.
• Laboratorium DST lini 1 diinfokan untuk tidak lagi mengirimkan isolat ke laboratorium DST lini 2.
• Jika hasil LPA invalid, maka pemeriksaan LPA diulang dari isolat. Jika biakan tidak tumbuh, pemeriksaan LPA tidak
dilanjutkan. Pengulangan hanya dilakukan 1 kali.

Kelompok 3 – Laboratorium DST lini 1 dan 2 terpisah dengan laboratorium LPA


• Untuk rujukan pemeriksaan DST lini 1 dan 2 yang terpisah dengan laboratorium LPA, maka RS/Rujukan MTPTRO
mengirimkan 1 dahak ke laboratorium DST lini 1 dan 2, dan 1 dahak ke laboratorium LPA.
• Jika hasil LPA invalid, maka pemeriksaan LPA diulang dari isolat. Jika biakan tidak tumbuh, pemeriksaan LPA tidak
dilanjutkan. Pengulangan hanya dilakukan 1 kali.
• Jika hasil LPA invalid, maka laboratorium LPA meminta isolat ke laboratorium DST lini 1 dan 2 atau meminta dahak baru
dari pasien.
• Identitas pasien yang memiliki hasil invalid diinfokan oleh laboratorium LPA ke lab DST 1 dan 2 melalui telpon/pesan teks.
Ketentuan pengerjaan pemeriksaan
LPA lini dua
• Pemeriksaan mikroskopis dilakukan sebelum pemeriksaan LPA lini 2.
• Pemeriksaan LPA dilakukan pada 1 (satu) dahak dengan hasil BTA
positif lebih tinggi.
• Jika hasil pemeriksaan BTA negatif/scanty, maka pemeriksaan LPA
lini 2 tetap dilanjutkan.
• Jika hasil pemeriksaan LPA invalid, maka pemeriksaan LPA lini 2
diulang menggunakan isolat dari laboratorium rujukan biakan sesuai
alur rujukan jejaring Program Tuberkulosis. Pengulangan tersebut
hanya dilakukan 1 (satu) kali.
N
A B
A T
I T TERIMA
P
E AS
C N
KASIH
E R I
P LIM
E

Anda mungkin juga menyukai