TATALAKSANA
Asma
Modul
Tatalaksana
Asma
I. Waktu
Mengembangkan kompetensi Waktu
Sesi Tutorial 2 x 60 menit
Diskusi kelompok 4 x 60 menit
Sesi praktik dengan fasilitasi pembimbing 3 x 120 menit
Sesi praktik mandiri 4 x 120 menit
Pre-test & Post-test 2 x 30 menit
Pencapaian kompetensi 1 minggu
B. Tujuan Khusus
Pada akhir pembelajaran modul diharapkan peserta didik mampu mengenali gangguan
fungsi, melakukan pemeriksaan, menetapkan diagnosis dan prognosis serta melakukan
penatalaksanaan pasien dengan asma stabil dan eksaserbasi.
III. Kompetensi
A. Kompetensi Kognitif
1. Memahami definisi, penyebab, patogenesis dan risiko asma stabil dan eksaserbasi
2. Memahami gambaran klinis asma stabil dan eksaserbasi
3. Memahami berbagai teknik pemeriksaan yang berkaitan dengan asma stabil dan
eksaserbasi
4. Memahami diagnosis asma stabil dan eksaserbasi
5. Memahami tatalaksana terapi asma stabil dan eksaserbasi
1
6. Memahami indikasi dan kontraindikasi tindakan dan terapi asma stabil dan
eksaserbasi
7. Memahami risiko, komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan diagnostik dan
terapi
B. Kompetensi Keterampilan
1. Mampu mengenali gejala dan tanda
2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
3. Mampu merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan penunjang
4. Mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang
5. Mampu membuat keputusan klinik dan memberikan tindakan yang tepat
B. Strategi
Tujuan 1. Mampu mengenali gejala dan tanda
(metode 1,2,3,4)
Tujuan 2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
(metode 1,2,3,4)
Tujuan 3. Mampu merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan penunjang
(metode 1,2,3,4)
Tujuan 4. Mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang
(metode 1,2,3,4)
Tujuan 5. Mampu membuat keputusan klinik dan memberikan tindakan yang tepat
(metode 1,2,3,4)
2
V. Persiapan Sesi
Bahan dan peralatan yang diperlukan :
1. Materi modul penanganan asma stabil dan eksaserbasi
2. Materi Presentasi : Power point
3. Model
4. Contoh kasus
5. Daftar tilik kompetensi
6. Audiovisual
3
X. Evaluasi
Kognitif
• Pre-test dan Post-test, dalam bentuk lisan, essay dan / atau MCQ
• Self Assessment dan Peer Assisted Evaluation
• Curah Pendapat dan Diskusi
Contoh Soal
Kuesioner awal modul
1. Asma eksaserbasi termasuk kegawatdaruratan.
2. Atopi adalah faktor risiko asma eksaserbasi.
3. Asma eksaserbasi hanya ditemukan pada pasien yang memiliki faktor keturunan.
4. Prognosis asma eksaserbasi umumnya jelek.
5. Pengobatan asma eksaserbasi bersifat suportif.
Psikomotor
• Self Assessment dan Peer Assisted Learning
• Peer Assisted Evaluation (berbasis nilai 0, 1 dan 2)
• Penilaian Kompetensi (berbasis nilai memuaskan, perlu perbaikan dan tidak
memuaskan)
• Kesempatan untuk Perbaikan (Task-based Medical Education)
4
XI. Instrumen Penilaian
Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor
1. Observasi selama proses pembelajaran
2. Log book
3. Hasil penilaian peragaan keterampilan
4. Pre-test modul
5. Post-test modul
6. Penilaian Kinerja Pengetahuan dan Keterampilan (ujian akhir semester)
7. Ujian akhir profesi
5
11. Mengenali masalah dan penyulit serta melakukan antisipasi
pencegahan
12. Mengenasi masalah dan penyulit yang ada dan melakukan
penanganan sesuai kemampuan serta fasilitas yang tersedia
dan/atau melakukan rujukan apabila diperlukan
Jumlah Skor
Keterangan :
0 : Tidak diamati (TD)
1 : Dikerjakan semua tapi tidak benar, atau tidak berurutan, atau tidak dikerjakan
2 : Dikerjakan, dengan bantuan
3 : Dikerjakan semua dengan lengkap dan benar
Maksimal Skor : 36
Skor akhir : Jumlah skor
Lampiran
1. Form Pemeriksaan
2. Modul Pemeriksaan Faal Paru
3. Modul Pemeriksaan Bidang Paru Lain
6
Keterangan :
TD : Tidak diamati
Centang pada kolom yang relevan
Hasil : semua kolom harus tercentang kompeten, bila tidak Peserta didik harus
mengulang
DEFINISI ASMA
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan inflamasi saluran napas
(SN) kronik. Didapatkan riwayat gejala respirasi antara lain mengi (wheeze), sesak napas,
dada terasa berat dan batuk yang bervariasi (baik mengenai waktu maupun intensitas),
disertai hambatan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. Hambatan aliran udara
dikemudian hari kemungkinan dapat menjadi persisten1.
DESKRIPSI ASMA
Asma adalah penyakit respirasi kronik yang umum, diderita 1-18% populasi di
berbagai negara. Asma ditandai oleh gejala mengi, sesak napas, rasa berat di dada
dan/atau batuk, disertai hambatan aliran udara yang bervariasi. Gejala dan gangguan
aliran udara memiliki karakteristik bervariasi terhadap waktu dan intensitas. Variasi
tersebut sering kali dipicu oleh berbagai faktor antara lain olah raga, pajanan allergen atau
iritan, perubahan cuaca, infeksi virus1.
Gejala dan hambatan aliran udara mungkin bisa hilang sendiri atau respons terhadap
pengobatan dan mungkin tidak timbul dalam hitungan minggu atau bulan. Di sisi lain,
pasien dapat mengalami kejadian (episode) flare up atau eklsaserbasi atau mungkin
mengalami kondisi yang mengancam jiwa dan menimbulkan beban bagi pasien dan
masyarakat. Asma dapat juga disertai hiperresponsif saluran napas terhadap rangsangan
langsung atau tidak langsung dan dengan inflamasi saluran napas yang kronik.
Penampilan tersebut biasanya menetap, walaupun tidak ada gejala atau uji faal paru
normal, tapi mungkin dapat normal dengan pengobatan.
DIAGNOSIS
Penampilan di bawah ini khas untuk asma dan bila dijumpai, memperbesar
kemungkinan bahwa pasien tersebut benar mengidap asma2:
• Lebih dari satu gejala (mengi, sesak napas, batuk, berat di dada), terutama pada
dewasa
7
• Gejala sering kali lebih buruk pada malam hari atau dini hari
• Gejala bervariasi terhadap waktu dan intensitas
• Sesak yang di induksi olah raga
• Gejala sering timbul atau lebih parah saat infeksi virus
Faal paru
Asma ditandai dengan hambatan aliran udara yang bervariasi. Pada pasien yang
sama, dapat dijumpai faal paru yang normal sampai obstruksi berat. Asma yang tidak
terkontrol berhubungan dengan variasi yang lebih besar dibandingkan yang terkontrol3.
Pemeriksaan uji faal paru harus dilakukan oleh operator yang sudah terlatih yang dapat
merawat alat dengan baik dan melakukan kalibrasi teratur. Volume ekspirasi paksa detik
pertama (FEV1) yang diperoleh dari spirometri lebih bernilai daripada arus puncak
ekspirasi (APE). Uji APE harus menggunakan alat yang sama pada pasien yang sama,
perbedaan alat dapat sampai 20%4.
Penurunan FEV1 dapat ditemukan pada penyakit paru yang lain atau pemeriksaan
spiromter yang tidak sempurna, tapi penurunan rasio FEV1/ FVC menunjukkan hambatan
aliran udara. Pada berbagai studi populasi rasio FEV1/FVC normal bila > 0,75 sampai
0,8. Nilai yang lebih rendah menunjukkan terjadi hambatan aliran udara5.
Di praktek klinik, sekali dideteksi kelainan obstruksi, variasi hambatan aliran udara
didasarkan pada FEV1 atau APE. Variabilitas merujuk pada perbaikan dan/atau
perburukan gejala dan nilai faal paru. Variabilitas yang terlalu besar dapat dijumpai dalam
sehari (variabilitas diurnal), dari hari ke hari, dari kunjungan ke kunjungan, atau musiman,
atau dari uji riversibilitas. Riversibilitas umumnya merujuk pada perbaikan FEV1 atau
8
APE yang cepat, diukur dalam hitungan menit setelah inhalasi bronkodilator kerja cepat,
misal, salbutamol 200-400 mcg, atau perbaikan yang lebih menetap dalam hitungan hari
dan minggu setelah pemberian pengobatan pengontrol yang efektif, misal, ICS6.
Pada pasien dengan gejala respirasi yang khas, dibuktikan dengan variabilitas yang
besar pada uji faal paru. Ekspirasi merupakan komponen penting menegakkan diagnosis
asma. Beberapa contoh uji faal paru yang spesifik :
• Peningkatan faal paru setelah pemberian bronkodilator atau setelah uji pemberian
obat pengontrol
• Penurunan faal paru setelah olah raga atau selama tes provokasi bronkial
• Variasi faal paru di luar rentang normal ketika diulangi waktu kunjungan yang
terpisah atau monitoring di rumah setelah paling sedikit 1-2 minggu
Penurunan faal paru pada waktu infeksi respirasi sering dijumpai pada asma,
walaupun tidak harus terjadi pada asma, bisa juga terjadi pada penyakit paru yang lain,
missal, PPOK atau orang sehat.
DIAGNOSIS BANDING1
ASMA KONTROL1
Asma kontrol terdiri dari 2 domain yaitu kontrol gejala dan risiko kemudian hari
terhadap kejadian yang tidak diinginkan. Faal paru bagian yang penting untuk penilaian
risiko kemudian hari, harus dimulai saat pengobatan dan setelah 3-6 bulan pengobatan
dan selanjutnya secara periodik.
9
Tabel 3.1. Penilaian kontrol asma1
FAKTOR RISIKO1,7
PENGOBATAN ASMA
11
• Empati
• Berikan semangat dan pujian
• Berikan informasi yang tepat (personal)
• Umpan balik dan pengkajian ulang
Keuntungan meliputi:
• Peningkatan kepuasan pasien
• Outcomes kesehatan yang lebih baik
12
Gambar 3.1. Siklus managemen asma berbasis kontrol 1
Pilihan pada tataran ini pertimbangkan setiap ciri pasien atau fenotip yang dapat
memrediksi perbedaan respons klinik yang penting dibanding pasien lain, juga
pertimbangkan kesukaan (pilihan) pasien dan isu praktis (beaya, kemampuan
menggunakan obat dan ketaatan).
Obat-Obat Asma
Sebagian besar obat-obat yang dipakai untuk asma memiliki rasio terapetik yang
baik. Pilihan farmakologi untuk jangka panjang dibagi dalam 3 kategori:
1. Obat pengontrol (controller medication)
2. Obat pelega (reliever medication)
13
3. Terapi tambahan (add-on therapies) untuk pasien dengan asma berat
Pengobatan awal pengontrol (controller)
Jalur 1
Pendekatan pilihan utama : pelega as needed ICS-formoterol dosis rendah
Pendekatan pilihan utama yang direkomendasi GINA adalah pemberian pelega as needed
ICS-formoterol dosis rendah, karena penggunaan ICS-formoterol dosis rendah sebagai
pelega dapat menurunkan risiko eksaserbasi berat dibandingkan dengan regimen SABA
tunggal sebagai pelega dengan kontrol simtom yang sama.
14
• Melalui pendekatan ini, ketika pasien pada setiap tahap (step) pengobatan timbul gejala,
untuk meredakan gejala, diberikan ICS-formoterol dosis rendah dalam satu inhaler
• Pada tahap pengobatan 3-5, pasien juga mengonsumsi ICS-formoterol sebagai terapi
pengontrol harian, bersama-sama, pendekatan ini disebut terapi pemeliharaan
(maintenance) dan pelega (reliever) -MART.
Jalur 2
Pendekatan pilihan alternatif : pelega dengan SABA
Jalur ini adalah pendekatan alternatif bila jalur 1 tidak memungkinkan atau tidak dipilih
pasien, yang tidak pernah mengalami eksaserbasi selama terapi terakhir. Sebelum pemberian
regimen SABA pelega, pertimbangkan apakah pasien kemungkinan taat dengan terapi
pengontrol yang mengandung ICS, jika tidak, pasien akan menanggung risiko eksaserbasi
karena cenderung menggunakan SABA tunggal.
• Pada tahap 1, pasien menggunakan SABA dan dosis rendah ICS Bersama-sama ketika
timbul gejala, untuk meredakan gejala (dalam inhaler kombinasi atau ICS diberikan
setelah SABA)
• Pada tahap 2-5 SABA dipakai untuk pelega gejala dan pasien mendapatkan obat
pengontrol yang mengandung ICS secara regular setiap hari.
Selama pengobatan diberikan, dapat dilakukan step up atau step down dalam satu jalur,
menggunakan pelega yang sama pada setiap tahap, atau dapat diganti antar jalur, berdasarkan
kebutuhan dan pilihan pasien secara personal.
Sebelum dilakukan step up, periksa masalah yang umum, seperti, teknik inhaler yang tidak
benar, ketaatan rendah dan pajanan lingkungan dan pastikan bahwa gejala disebabkan oleh
asma.
15
GINA 20211
PENGOBATAN
PENGOBATAN AWAL
PENGOBATAN AWAL AWAL PILIHAN
PILIHAN ALTERNATIF
ASMA UTAMA
(TRACK 2)
(TRACK 1)
Gejala asma jarang, contoh, ICS-formoterol ICS dosis rendah bersamaan
kurang dari 2 kali setiap dosis rendah as dengan SABA , dalam bentuk
bulan, dan tidak ada faktor needed kombinasi atau inhaler yang
risiko eksaserbasi terpisah
Gejala asma atau gejala ICS-formoterol ICS dosis rendah dan SABA as
yang membutuhkan pelega dosis rendah as needed. Pertimbangkan
2 kali atau lebih setiap needed kemungkinan taat dengan
bulan pengontrol (ICS) setiap hari
Gejala asma berat pada ICS-formoterol ICS dosis rendah dan SABA as
sebagian besar hari, atau dosis rendah - needed, atau ICS dosis medium
bangun malam disebabkan MART dan SABA as needed.
oleh asma sekali dalam satu Pertimbangkan kemungkinan
minggu atau lebih, terutama taat dengan pengontrol setiap
bila ada faktor risiko hari
Gejala asma awal yang ICS-formoterol ICS dosis tinggi atau dosis
ditampilkan adalah asma dosis medium- medium ICS-LABA dan SABA
berat tidak terkontrol, atau MART. as needed. Pertimbangkan
dengan eksaserbasi akut Kemungkinan kemungkinan taat dengan
dibutuhkan pengontrol setiap hari.
kortikosteroid oral Kemungkinan dibutuhkan
dalam waktu kortikosteroid oral dalam waktu
16
pendek. pendek.
Rekomendasi terapi asma diperbaharui pada GINA 2021 1, yang ditunjukkan dengan
pilihan terapi dalam 2 jalur (track). Kunci perubahan antar jalur terletak pada tipe pelega
(ICS-formoterol dosis rendah). Jalur 1 menggunakan ICS-formoterol as needed sebagai
pelega. ICS-formoterol merupakan pendekatan pilihan utama berdasarkan bukti efikasi,
efektivitas dan keamanan, risiko yang lebih rendah terhadap eksaserbasi berat, dengan
kontrol gejala yang sama dibandingkan menggunakan obat pengontrol plus SABA as needed
di jalur 2.
TAHAP 1
Pilihan utama tahap 1
Pilihan utama tahap 1 adalah kombinasi ICS-formoterol dosis rendah, dikonsumsi
saat diperlukan (as needed) untuk meredakan gejala dan bila diperlukan sebelum olah raga.
Rekomendasi GINA tahap 1 adalah 1:
• Terapi awal asma pada pasien dengan gejala kurang dari 2 kali per bulan dan tidak ada
faktor risiko eksaserbasi, kelompok ini jarang diteliti
• Terapi step-down untuk pasien asma yang terkontrol baik pada terapi tahap 2
Pertimbangan penting GINA perihal penggunaan ICS-formoterol dosis rendah as needed
pada tahap 1 adalah :
• Pasien dengan interval gejala yang jarang kemungkinan dapat terjadi eksaserbasi berat
atau fatal
• Penurunan risiko eksaserbasi berat dengan ICS-formoterol dibandingkan SABA as
needed terbukti pada pasien yang mengonsumsi SABA 2 kali seminggu
• Pasien dengan gejala yang jarang, ketaatan dengan ICS harian sangat rendah, apabila
diberikan ICS harian plus SABA as needed, pasien cenderung mengonsumsi SABA saja
17
• Rekomendasi dahulu yang memberikan hanya SABA, berdasarkan asumsi bahwa
pemberian ICS pada asma ringan tidak bermanfaat
• Penggunaan SABA regular sebanyak 1 kali seminggu meningkatkan secara bermakna
bronkokonstriksi diinduksi latihan/olahraga (exercise-induced bronchoconstriction),
airway hyperresponsiveness, inflamasi saluran napas, dan menurunkan respons
bronkodilator
• Penggunaan lebih dari 3 kanister/tahun berhubungan dengan peningkatan risiko
eksaserbasi berat, di satu studi meningkatkan kematian
• Pertimbangan yang penting oleh GINA adalah untuk mencegah pasien ketergantungan
pada SABA dan merupakan prioritas untuk mengindari konflik pada edukasi asma.
Sebelum ini, pasien semula disarankan hanya SABA untuk meredakan gejala, tapi
kemudian, walaupun terapi tersebut efektif dari perspektif pasien, pasien diberitahu
bahwa untuk mengurangi penggunaan SABA, memerlukan penggunaan obat pengontrol
harian walaupun tidak ada gejala. Rekomendasi bahwa semua pasien harus
menggunakan pengontrol saat mulai terapi (termasuk asma ringan, pilihannya ICS-
formoterol as needed) menjadikan informasi yang konsisten tentang kebutuhan
meredakan gejala, mengurangi risiko, dan menghindari ketergantungan pada SABA
sebagai obat utama asma.
18
ICS dosis rendah dihirup ketika menggunakan SABA. Bukti keamanan dan efikasi
kurang mendukung dibandingkan ICS-formoterol, tapi dapat sebagai pilihan apabila ICS-
formoterol tidak tersedia atau tidak terjangkau.
ICS dosis rendah sebagai dosis harian regular disarankan oleh GINA sejak 2014
sebagai pertimbangan terapi tahap 1, untuk pasien dengan gejala kurang dari 2 kali sebulan,
untuk mengurangi eksaserbasi. Pertimbangan ini berdasarkan bukti tidak langsung beberapa
studi pada pengobatan tahap 2. Pasien dengan gejala kurang dari 2 kali/bulan sangat sulit
untuk menerima pemberian ICS meskipun disarankan, berakibat pasien menanggung risiko
akibat penggunaan SABA tunggal.
TAHAP 2
Pilihan utama terapi tahap 2
Pilihan utama terapi tahap 2 adalah ICS-formoterol dosis rendah, diberikan as needed
untuk meredakan gejala dan, bila diperlukan, sebelum latihan/olahraga.
Pertimbangan rekomendasi ICS-formoterol as needed sebagai berikut :
• Pencegahan eksaserbasi berat pada pasien dengan asma ringan atau gejala tidak
sering/jarang. Eksaserbasi dapat terjadi dengan pencetus yang tidak dapat diprediksi,
misal, infeksi virus, pajanan allergen, polusi atau stress.
• Pilihan pasien untuk meghindari kebutuhan pemberian ICS harian pada pasien asma
ringan , yang di praktek klinik sering pemberian ICS tidak ditaati
• FeNO secara bermakna menurun baik dengan budesonide-formoterol as needed dan ICS
pemeliharaaan (maintenance) dan tidak ada perbedaan bermakna efek pengobatan
dengan budesonide-formoterol as needed pada baseline eosinophil atau FeNO.
Pilihan alternatif terapi tahap 2
Pilihan alternatif tahap 2 adalah ICS dosis rendah harian plus SABA as needed (jalur
2). Pertimbangan utama adalah mengurangi risiko eksaserbasi. Walaupun demikian klinisi
harus memberikan perhatian karena di komunitas, ketaatan penggunaan maintenance ICS
masih rendah. Apabila pasien tidak taat dengan ICS maintenance, akibatnya berrisiko
menggunakan SABA tunggal.
Penggunaan SABA berlebihan, dibuktikan dengan penggunaan tiga atau lebih canister a+
200-dosis SABA setiap tahun, berhubungan dengan peningkatan risiko eksaserbasi, dan di
satu studi risiko kematian.
19
Terapi lain tahap 2
Penggunaan ICS dosis rendah kapanpun saat menggunakan SABA (inhaler kombinasi
atau terpisah), merupakan pilihan lain apabila ICS-formoterol as needed tidak tersedia dan
pasien tidak mungkin menggunakan ICS regular.
Leukotriene receptor antagonists (LTRA), kurang efektif dibandingkan ICS terutama
untuk eksaserbasi. Sebelum menggunakan montelukas, profesional kesehatan harus
mempertimbangkan manfaat dan risiko dan pasien diberitahu tentang risiko kejadian
neuropsikiatrik.
Tahap 3
Sebelum meningkat ke tahap 3, periksa problem umum seperti teknik penggunaan
inhaler yang tidak benar, ketaatan yang rendah, pajanan lingkungan dan pastikan gejala
karena asma.
20
Pilihan alternatif tahap 3
Maintenance ICS-LABA dan as needed SABA. Untuk pasien yang mendapatkan ICS
maintenance dan SABA as needed, penambahan LABA dalam satu inhaler, memberikan
perbaikan gejala dan faal paru dan menurunkan risiko eksaserbasi dibandingkan dengan ICS
dosis yang sama.
Kombinasi inhaler ICS-LABA yang disetujui saat ini untuk terapi maintenance tahap
3 meliputi dosis rendah flutikason propionate-formoterol, flutikason furoat-vilanterol,
flutikason propionate-salmeterol, beklometason-formoterol, budesonide-formoterol,
mometason-formoterol dan mometason indacaterol.
Tahap 4
Sebelum meningkat ke tahap 4, periksa problem umum seperti teknik penggunaan
inhaler yang tidak benar, ketaatan yang rendah, pajanan lingkungan dan pastikan gejala
karena asma.
Dosis tinggi ICS sudah tidak dianjurkan untuk tahap 4.
Pilihan utama terapi Tahap 4 adalah ICS-formoterol dosis medium sebagai terapi
maintenance dan reliever (jalur 1)
Kombinasi terapi ICS-formoterol maintenance dan reliever lebih efektif menurunkan
eksaserbasi dibandingkan maintenance dosis yang sama ICS-LABA atau dosis tinggi ICS.
Di tahap 4, regimen MART dapat diberikan dengan terapi maintenance dosis medium
budesonide formoterol atau beklometason formoterol.
Tahap 5
Pilihan utama terapi Tahap 5
Pilihan utama tahap 5 adalah rujuk untuk penilaian ahli, penentuan fenotip dan terapi
add-on
Pasien, semua umur, dengan simtom persisten atau eksaserbasi pada tahap 4, harus
dirujuk ke spesialis dengan kepakaran yang sesuai, untuk investigasi dan pengobatan asma
berat.
Long acting anti muscarinic antagonist (LAMA) dapat diberikan dengan inhaler
terpisah atau kombinasi tripel.
Azitromisin add-on (500 mg - 3 kali seminggu selama 6 bulan) dapat
dipertimbangkan setelah dirujuk, pada pasien gejala persisten walaupun dosis tinggi ICS-
LABA. Sebelumnya periksa atipikal mikobakterium sputum, EKG, dan risiko resisten
antimikrobial.
Add-on anti-imunoglobulin E (omalizumab).
Add-on anti-interleukin-5/5R (mepolizumab subcutan, reslizumab intravenous atau
benralizumab subkutan dengan asma berat eosinofilia yang tidak terkontrol pada Tahap 4-5.
Add-on anti-interleukin-4Rα (dupilumab subkutan).
Terapi dengan panduan sputum (sputum-guided), terapi dapat diatur berdasarkan
kadar eosinofil (> 3%) yang diperoleh dari induksi sputum.
Add-on dengan bronkial termoplasti.
Add-on dosis rendah kortikosteroid oral (OCS) (< 7,5 mg/hari prednisolon ekivalen).
22
Waspada efek samping yang berat.
Ideal, pasien kontrol 1-3 bulan setelah mulai pengobatan dan setiap 3-12 bulan
setelah itu. Setelah eksaserbasi, kunjungan diatur dalam 1 minggu, selama hamil, setiap
4-6 minggu21 .
Stepping up
• Sustained step-up, paling sedikit 2-3 bulan bila kontrol asma jelek
• Penting : pertama cek terhadap penyebab yang umum (gejala tidak karena asma,
teknik inhaler tidak benar, kepatuhan jelek)
• Bila tidak ada respons terapi dikurangi ke level sebelumnya dan opsi alternatif
dipertimbangkan.
• Short-term step-up, selama 1-2 minggu peningkatan dosis ICS diperlukan, misal ada
infeksi atau pajanan dengan alergen
• Bisa diawali oleh pasien dengan pengisian rencana kegiatan
• Day-to-day adjustment
• Untuk pasien yang mendapat dosis rendah regimen pemeliharaan dan pelega ICS-
formoterol atau beklometason-formoterol sebagai pemeliharaan dan pelega
Stepping down asthma
Pertimbangkan step-down setelah terkontrol baik bertahan selama 3 bulan dan faal
paru mencapai plateau, terapi dapat dikurangi, tanpa kehilangan kontrol asma.
23
Tujuan stepping down :
• Menentukan dosis efektif minimum, yang dapat mengontrol gejala dan eksaserbasi
dan mengurangi efek samping obat
• Memberi motivasi kepada pasien untuk meneruskan terapi reguler pengontrol. Pasien
sering kali memakai pengontrol intermiten dengan pertimbangan biaya dan efek
samping22. Informasi yang harus disampaikan kepada pasien ialah, bahwa dengan
dosis rendah asma kontrol dapat dicapai bila dipakai setiap hari.
Tujuan
Untuk menetapkan dosis paling rendah yang dapat mengontrol gejala dan
eksaserbasi, dan meminimalkan risiko efek samping.
Kapan?
• Bila gejala terkontrol baik dan faal paru stabil ≥3 bulan
• Tidak ada infeksi respirasi, tidak dalam perjalanan, tidak hamil
Stepping down dosis ICS 25–50% dalam interval 3 bulan aman untuk sebagian besar
pasien23 .
Mengobati modifikasi faktor risiko
Meliputi monitoring mandiri terhadap gejala dan/atau APE, rencana kegiatan, dan
pengajian ulang kondisi medis secara reguler.
Berikan obat atau regimen yang meminimalkan eksaserbasi:
• Pengontrol yang mengandung ICS menurunkan eksaserbasi
• Untuk pasien eksaserbasi ≥1 kali pada tahun sebelumnya, pertimbangkan dosis
rendah regimen pemeliharaan dan pelega ICS/formoterol
Berikan motivasi menghindari asap rokok. Beri nasehat henti rokok pada setiap
kunjungan.
24
Untuk pasien dengan asma berat
Rujuk ke pusat/spesialis, bila ada, pertimbangkan pengobatan add-on dan/ atau
sputum-guided treatment
Untuk pasien yang pasti mengidap alergi makanan:
• Hindarkan makanan yang sudah diketahui menimbulkan alergi
• Sediakan epinefrin injeksi, persediaan apabila terjadi anafilaksis
Intervensi Non-farmakologi1
Hindari pajanan asap rokok
Berikan advis setiap kunjungan, advis terhadap pajanan asap rokok, asap yang lain
(rumah, mobil)
Aktivitas fisik
Menguntungkan untuk kesehatan secara umum, Berikan advis pencegahan yang
berhubungan dengan exercise-induced bronchoconstriction.
Occupational asthma
Indikasi merujuk
25
Asma tidak terkontrol persisten atau sering eksaserbasi
• Simtom tidak terkontrol atau eksaserbasi berkelanjutan atau FEV1 rendah
meskipun teknik inhaler benar dan kepatuhan baik dengan step 4
• Sering kunjungan ke pelayanan Kesehatan disebabkan asma
Komponen penting :
• Pelatihan penggunaan alat inhaler yang benar
• Semangat kepatuhan pengobatan, pertemuan/kontrol
• Informasi asma
• Dukungan panduan management mandiri
- Monitoring mandiri terhadap gejala dan/atau APE
- Rencana kegiatan tertulis
- Kaji ulang reguler oleh petugas kesehatan
Mengecek
• Cek teknik pada setiap kesempatan – “Dapatkah anda memeragakan bagaimana
26
memakai inhaler yang benar?”
• Tandai di daftar cek kesalahan yang spesifik
27
• Ingatkan kesalahan dosis
• Catat obat yang dipunyai pasien
Diagnosis
• Tanyakan gejala yang menjurus ke infeksi misal TB
• Pemeriksaan APE dianjurkan WHO
Managemen
• Prioritaskan pendekatan beaya-efektivitas
• Bentuk tim termasuk perawat dan farmasis
• Bentuk tim pelayanan kesehatan primer yang mumpuni, termasuk perawat dan
farmasis
• Oksimetri bila tersedia
28
ASMA EKSASERBASI1
Definisi Eksaserbasi Asma
Eksaserbasi asma adalah episode peningkatan progresif sesak napas, batuk, mengi,
atau dada terasa berat dan penurunan progresif faal paru, contoh, perubahan status yang
dialami sehari-hari yang memerlukan perubahan terapi8
• Riwayat asma yang mendekati fatal yang membutuhkan intubasi dan ventilasi 25
• Rawat inap atau perawatan darurat karena asma dalam 1 tahun terakhir
• Tidak sedang menggunakan ICS, atau tidak patuh menggunakan ICS 26
• Sedang menggunakan atau baru berhenti menggunakan OCS (mengindikasikan
keparahan kejadian terakhir) 25
• Penggunaan SABA yang berlebihan, terutama jika lebih dari 1 kanister salbutamol
(atau ekuivalen) / bulan26
• Kurangnya kepatuhan terhadap pengobatan asma 27
• Riwayat penyakit kejiwaan atau masalah psikososial 27
• Alergi makanan pada pasien dengan asma 28,29
29
Gambar 2. Algoritme management eksaserbasi 1
Memonitor respons
• Lakukan penilaian ulang sesering mungkin untuk status klinis dan saturasi oksigen,
30
dan berikan terapi lanjutan sesuai respons pasien
• Lakukan pemeriksaan faal paru setelah 1 jam, yaitu sesudah pemberian 3 kali
berturut-turut bronkodilator, dan bagi pasien yang memburuk meskipun sudah
diberikan bronkodilator dan kortikosteriod secara intensif maka evaluasi ulang untuk
dikirimkan ke ICU
Terapi pada perawatan akut asma
Terapi berikut ini biasanya diberikan bersamaan untuk mencapai perbaikan secara
cepat
• Oksigen
Untuk mencapai saturasi O2 93-95% (94-98% pada anak usia 6-11 tahun) oksigen
harus diberikan dengan nasal kanula atau masker
• Inhalasi SABA
Terapi SABA inhalasi harus diberikan secara berulang kali pada pasien asma akut
• Steroid sistemik, penting diberikan jika
- Pengobatan awal dengan SABA tidak memberikan perbaikan gejala
- Eksaserbasi terjadi pada pasien yang sedang menggunakan oral kortikosteroid
- Pasien sebelumnya mempunyai riwayat eksaserbasi yang memerlukan oral
kortikosteroid
• Inhalasi Kortikosteroid
ICS dosis tinggi yang diberikan pada satu jam pertama akan mengurangi kebutuhan
rawat inap pada pasien-pasien yang tidak menerima kortikosteriod sistemik (Evidence A).
Secara keseluruhan ICS ditoleransi dengan baik.
Terapi alternatif bila tidak tersedia obat inhalasi agonis β2 kerja cepat
• Injeksi adrenalin 0.2 – 0.3 mg subkutan diberikan tiap 15 menit sebanyak tiga kali
• Injeksi terbutalin 0.5 mg subkutan diberikan tiap 15 menit sebanyak tiga kali
Tindakan lanjutan setelah eksaserbasi
• Follow up semua pasien secara rutin setelah eksaserbasi sehingga gejala dan faal
paru kembali ke norma.l
32
10. Chung KF, Wenzel SE, Brozek JL, Bush A, Castro M, Sterk PJ, Adcock IM, et al.
International ERS/ATS Guidelines on Destination, Evaluation and Treatment of Severe
Asthma. Eur Respir J 2014;43:343-73
11. Rosas-Salazar C, Apter AJ, Canino G, Celedon JC. Health literacy and asthma. J.
Allergy Clin Immunol 2012;129:935-42.
12. Haahtela T, Toumisto LE, Pietinalho A, Klaukka T, Erhola M,Kaila M, Nieminen MM,
et al. A 10 year asthma programme in Finland: major change for the better. Thorax
2006;61:663- 70.
13. Ait-Khaled N, Enarson DA, Bencharif N, Boulahdib F, Camara LM, Dagli E, Djankine
TK, et al. Implementation of asthma guidelines in health centers of several developing
countries. Int J Tuberc Lung Dis 2006;10:104-9.
14. Wilson SR, Strub P, Buist AS, Knowles SB, Lavori PW, Lapodus J, Vollmer WM.
Shared Treatment decision making improves adherence and outcomes in poorly controlled
asthma. Am J Respir Crit Care Med 2010;181:566-77.
XVI. Model
1. Alat peraga jalan napas
2. Modul Pemeriksaan Faal Paru
3. Modul Pemeriksaan Bidang Paru Lain
34