JHREYNOLDS,MMedSci,DMRD,FRCR,1G McDONALD,2HALTON,FRCR
and 3SBGORDON,MA,MD,FRCP,DTM&H
Journal Of Radiology | 1
Epidemiology
Pneumonia adalah peradangan akut yang lebih saluran pernafasan bagian bawah
dan parenkim paru-paru yang terdapat sindrom klinis berupa demam, batuk, sesak
nafas dan malaise. Perubahan radiologi pada foto polos dada digunakan sebagai
kriteria diagnostik di banyak studi klinik.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah menyebabkan 3,9 juta kematian per
tahun di seluruh dunia, sejumlah 1,8 jutanya adalah penderita anak-anak di bawah
usia lima tahun[1]. Pneumonia yang paling umum pada usia yang tertinggi dan
kalangan dewasa yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pada
anak-anak, pneumonia terkait erat dengan faktor resiko spesifik termasuk usia
kurang dari 2 tahun, malnutrisi, kepadatan penduduk dan paparan rokok, yang
mencakup baik asap tembakau dan asap dari penyebab lain seperti memasak di
ruang yang terbatas. Merokok tembakau pada orang dewasa adalah faktor resiko
yang paling penting dicegah untuk pneumonia dan penyakit pneumokokus yang
invasif. Hasil HIV pada
penyakit dinilai meningkat bahkan ketika
imunokompetensi diasumsikan karena hitungan normal CD4+ Sel-T; dengan
demikian, lobar pneumonia sebaliknya orang dewasa baiknya harus meminta
dokter untuk mempertimbangkan tes HIV[2]. Kehamilan juga menghasilkan
peningkatan yang ditandai dalam kerentanan terhadap pneumonia pneumokokus
dan harus dipertimbangkan pada wanita muda yang sehat yang mengalami
pneumonia[3].
Patogenesis
Penyebab paling umum pneumonia bakterial adalah Streptococcus pneumoniae,
yang merupakan ekstraseluler patogen yang ditandai dengan kapsul polisakarida
yang tebal[4].
Anak-anak di bawah usia 2 tahun kurangnya fungsi limpa tertentu yang
diperlukan untuk respon imunoglobulin untuk antigen polisakarida[5]. Akibatnya,
anak muda tersebut berbagi imunodefisiensi mirip dengan yang terlihat pada
penyakit sickle cell dan kondisi lainnya mereka tidak dapat secara efektif
memerangi bakteri yang berkapsul dan perjuangan untuk mengontrol kolonisasi
pneumokokus dari nasofaring, infeksi mukosa (seperti otitis media, sinusitis dan
pneumonia) dan infeksi invasif (bakteremia dan meningitis).
Merokok menjadi momok global yang terkait dengan pernafasan akut dan kronis
dan penyakit bukan terkait pernafasan. Data epidemiologis yang jelas telah
dipublikasikan untuk menunjukkan bahwa merokok tembakau adalah penyebab
yang paling utama untuk dicegah dari penyakit pneumokokus invasif pada
imunokompeten usia dewasa di Amerika Serikat, tetapi mekanisme untuk
menjelaskan hubungan ini tetap sulit dipahami[6]. Kemungkinan termasuk
perubahan motilitas silia, meningkatnya organisme pembawa pada nasofaring,
perubahan alveolar fungsi makrofag dan peningkatan permeabilitas epitel[7].
Journal Of Radiology | 2
Journal Of Radiology | 3
Legionella pneumophila ditemukan pada 2-25% dari orang dewasa yang dirawat
di rumah sakit karena pneumonia. Pencitraan di awal bisa tampak normal.
Umumnya ditandai adanya fokus infiltrat yang buruk [14]. Beberapa penelitian telah
menunjukkan pola alveolar shadow pada tahap awal dalam hingga 81% dari
pasien, secara klasik tidak diajarkan yang interstitial shadow[15]. Pada awalnya
terdapat infiltrat unilateral dan unifokal, meskipun ini dapat multifokal pada
tampilannya. Kemudian cepat berkembang dari tampilan radiografi dengan
bilateral infiltrat dan perubahan konsolidatif yang merata dan menjadi konfluen [16].
Biasanya ada pada zona bagian tengah dan bawah [15,17]. Efusi pleura telah terlihat
di lebih dari 50% pasien dalam beberapa penelitian. Kekeruhan ground-glass
umumnya terlihat pada CT, meskipun pada umumnya tampilan CT dari berbatas
tajam fokus konsolidasi peribronchovascular[18].
Tampilan radiografi tertinggal di belakang gambaran klinis pada infeksi
Legionella dan pada pencitraan muncul kerusakan meskipun terjadi perbaikan
klinis. Tindak lanjut dalam jangka panjang telah menunjukkan bahwa kelainan
bertahan beberapa bulan kemudian: berbagai perlahan selesai atau terlihat
abnormalitas permanen[19]. Karena kurangnya korelasi, keparahan pencitraan tidak
dapat digunakan untuk memprediksi atau monitor keparahan klinis[14, 20, 21].
Gambar 1. Konsolidasi Peripheral lobus atas kanan pada orang dewasa dengan
pneumonia streptokokus yang didapat pada masyarakat.
Journal Of Radiology | 5
Kebanyakan anak tidak pernah datang ke rumah sakit dengan infeksi dada, tetapi
bagi mereka yang datang ke rumah sakit dan membutuhkan pencitraan radiografi
dada adalah modalitas utama untuk penilaian. Tindak lanjut radiografi dada
biasanya tidak diperlukan jika ada resolusi klinis kecuali ada alasan khusus
(misalnya untuk memeriksa resolusi dari bulatan pneumonia; dibahas di bawah).
USG dapat berguna untuk menilai parapneumonik efusi dan akan menunjukkan
septations secara baik. CT dengan dosis radiasi yang tinggi disiapkan untuk
kasus-kasus dengan demam tinggi diantaranya pneumonia yang gagal untuk
disembuhkan meskipun pengobatan medis yang memadai, untuk menilai
komplikasi (Gambar 3). Selain itu, CT dapat mendeteksi penyebab utama seperti
kista paru bawaan, limfadenopati dan tumor.
Bulatan pneumonia terjadi terutama di anak-anak muda dan muncul sebagai
opacity melingkar pada rontgen dada, yang mungkin miripdengan metastasis.
Untuk ini alasan tindak lanjut radiografi setelah selesai dari pengobatan antibiotik
biasanya dilakukan untuk menghindari mencari investigasi yang tidak perlu dari
tumor primer. Hal ini biasanya lesi soliter dan memiliki kecenderungan untuk
segmen posterior lobus bawah dan lobus kanan atas (Gambar 4)[25].
Childhood pneumonia karena Staphylococcus aureus sering parah dan
berhubungan dengan komplikasi seperti empiema, pneumatocel dan
pneumotoraks. Sejak 2002 bentuk yang lebih ganas dari staphylococcal
pneumonia telah diakui, terkait dengan toksin Panton-Valentine Leukocidin
(PVL). Racun ini menyebabkan perdarahan alveolar dan nekrosis septa antar
lobular. Bentuk pneumonia cepat berkembang dalam beberapa hari dari penyakit
seperti flu dengan pneumonia berat, demam tinggi, hipotensi, takikardi, sianosis,
hemoptisis dan leukopenia, dan resiko tinggi tingkat kematian. Radiologis ada
perkembangan yang cepat dari pneumonia rumit yang mungkin berkembang
menjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (Gambar 5 dan 6)[26].
Journal Of Radiology | 6
Gambar
3. (a)
Rontgen dada dan (b) CT scan dilakukan pada hari yang sama menunjukkan efusi
kiri besar dengan kolaps yang lebar/konsolidasi dalam paru-paru kiri pada foto
toraks. CT scan menunjukkan empiema kiri besar yang mendasari kolaps paru
kiri. Lingula menunjukkan peningkatan yang tidak sempurna dengan kontras
sugestif infark.
Bronchopneumonia
Bronchopneumonia umumnya disebabkan oleh aspirasi sekresi dari trakea.
Pneumonia ini biasanya multifokal dan berpusat di kekeruhan distal jalan nafas.
Radiografik biasanya heterogen dan didistribusikan sepanjang jalannya saluran
udara. Shadow dapat menjadi lebih homogen suatu infeksi yang sedang
berlangsung. Air bronchogram biasanya tidak ada (Gambar 7). Bronkopneumonia
dikaitkan dengan nosocomial atau pneumonia rumah sakit dengan organisme
seperti S aureus dan bakteri gram negatif[13].
S aureus jarang menyebabkan CAP pada orang dewasa, terhitung untuk sekitar
3% dari semua kasus; Namun, itu adalah penyebab penting pneumonia
nosokomial, terutama di unit perawatan intensif. Konsolidasi parenkim pada
staphylococcal bronkopneumonia akut biasanya segmental dalam persebarannya.
Tergantung pada tingkat keparahan, Proses mungkin tidak merata atau homogen,
menggambarkan bronkopneumonia konfluen. Inflamasi eksudat mengisi saluran
udara dan atelektasis segmental terjadi; air bronchogram biasanya tidak ada.
Abses terjadi pada 15-30% pasien. Efusi pleura terjadi pada 30-50% dengan
sekitar setengahnya terdapat empyema.
Pseudomonas aeruginosa yang paling umum dan mematikan bentuk infeksi paru
nosokomial. Organisme ini penyebab sekitar 20% dari pneumonia nosocomial
pada pasien dewasa di unit perawatan intensif. Manifestasi radiografi biasanya
orang-orang bronkopneumonia terdiri dari bilateral multifocal pada daerah
konsolidasi (Gambar 8)[13].
Journal Of Radiology | 7
Gambar 4. Ilustrasi
Rontgen dada
''bulatan pneumonia'',
yang dipandang
sebagai opacity sirkular yang berdekatan dengan hilus kanan.
Journal Of Radiology | 8
Gambar 6. Radiografi dada dengan luas bilateral konsolidasi pada anak dengan
staphylococcal-Panton-Valentine-leukocidin pneumonia.
Mycoplasma pneumonia adalah penyebab umum bronkitis dan CAP di negaranegara barat[27]. Pada pencitraan, tampilan yang sangat bervariasi dan yang paling
umum ditemukan pada kelainan radiografi adalah pola tipe bronkopneumonia
dengan konsolidasi yang tidak sempurna[28]. Namun, beberapa penelitian
menyatakan bahwa penebalan dinding bronkus adalah temuan yang paling umum,
ditemukan pada lebih dari 80% dari pasien [29, 30]. Temuan pencitraan umum lainnya
terlihat pada CT adalah nodul centrilobular [29-31] dan kekeruhan ground-glass
dalam multifokal, centrilobular atau penyebaran peribronchovascular[32] (Gambar
9). Ada pada zona lobus bagian bawah yang mendominasi dengan lobus bawah
terpengaruh di 52% dari kasus[33].
Virus pernapasan menjelaskan infeksi dada yang paling utama pada anak-anak
dan respiratory syncytial virus menyebabkan bronkiolitis adalah yang paling
penting, terutama pada anak-anak di bawah usia dua tahun. Rontgen dada
menunjukkan daerah hiperinflasi dan gambaran yang tidak merata dari atelektasis
(Gambar 10). Tambahan infeksi bakteri dapat terjadi. Human metapneumovirus
ialah virus lain yang penting menyebabkan infeksi dada pada anak-anak, dapat
dibentuk sendiri pada musim dingin dengan puncak musiman pada bulan
Desember di Inggris (Gambar 11)[34]. Virus ini juga biasanya terlihat sama sebagai
bronchiolitis pada anak-anak usia kurang dari 1 tahun.
Meskipun lebih sering dikaitkan dengan anak-anak, infeksi virus saluran
pernapasan masih terjadi dalam jumlah besar pada orang dewasa dengan berbagai
penyebab virus. Infeksi virus saluran pernapasan bawah dapat terwujud dalam
beberapa cara termasuk tracheobronchitis, bronkiolitis dan pneumonia. Tidak ada
catatan manifestasi radiologi pada tracheobronchitis[35]. Bronchiolitis mengarah ke
obstruksi jalan nafas parsial dengan hiperinflasi dan kekeruhan nodular. Nodul
mendominasi dalam segala bentuk virus pneumonia dengan infiltrat nodular
antara 1 dan 20 mm[36]. Temuan umum lainnya adalah menyebar redaman groundglass, yang sering terlihat pada CT, daerah fokus konsolidasi sebagai
perkembangan pneumonia dan efusi pleura kecil.
Journal Of Radiology | 9
Lebih dari setengah pneumonia virus pada orang dewasa ditemukan karena
disebabkan oleh jenis virus influenza A dan B[37]. Virus pneumonia primer
biasanya terjadi setelah onset gejala influenza klasik dengan kerusakan yang
cepat[38]. Rontgen dada dapat menunjukkan ground-glass opacity atau linier
shadow[39]. Sebagai perkembangan penyakit, konsolidasi merata dapat muncul
pada radiografik yang menjadi konfluen dari waktu ke waktu dengan kekeruhan
nodular juga terlihat. Pada CT, konsolidasi dan redaman ground-glass dengan
secara karakteristik nodul centrilobular terjadi[40] (Gambar 12). Flu burung (H5N1
strain) menyebabkan infiltrasi yang luas yang multifokal dengan dominasi zona
bagian bawah[41].
Pada tahun 2003 wabah radang paru-paru didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) berasal dari Hong
Kong. Ini terkait dengan terutama ruang udara opacity perifer dengan
perkembangan dari unifokal ke multifokal dan bilateral shadow pada rontgen
dada[42]. Ketakutan awal 2009 pandemi varian babi influenza H 1N1 akan memiliki
Journal Of Radiology | 10
gambaran klinis yang mirip dengan SARS ini terbukti tidak berdasar, meskipun
penyakit parah pada anak-anak lebih umum dengan flu babi daripada dengan
sebelumnya influenza A musiman[43]. Superinfeksi bakteri umum terjadi dalam
kasus-kasus influenza dan ini juga memiliki telah diamati pada flu babi H 1N1[44].
Satu laporan temuan pada anak dengan H1N1 influenza A telah menemukan bahwa
radiografi dada pada anak-anak dengan kasus ringan dan terbatas pada diri sendiri
dari asal babi influenza A (H1N1) yang seringkali normal, tetapi mereka dapat
menunjukkan penonjolan tanda peribronchial dengan hiperinflasi. Bilateral,
daerah simetris dan konsolidasi multifokal, sering terkait dengan kekeruhan
ground-glass, adalah temuan radiografi predominan pada anak-anak dengan tentu
saja lebih berat klinis infeksi H1N1[45].
Infeksi dewasa dengan varicella lebih parah dari infeksi masa kanak-kanak dan
lebih mungkin untuk memiliki gejala sisa yang serius, dengan pneumonia menjadi
salah satu hasilnya[46]. Pada foto toraks, beberapa bayangan nodular diameter
mulai dari 1 sampai 20 mm telah dilaporkan [36, 47] dengan halo pada sekitar
ground-glass opacification. Sebuah infiltrat nodular dominan basal dapat dilihat
dan efusi pleura telah dilaporkan[46, 48].
Tuberkulosis
Sebuah hitungan rinci manifestasi tuberculosis (TB) adalah di luar lingkup artikel
ini, tapi sementara TB dapat terjadi dalam dua kategori besar: primer dan pascaprimer. TB paru primer terjadi pada sebelumnya individu yang tidak terinfeksi
dan, meskipun fokus pada paru-paru keterlibatan atau ''fokus Ghon'' mungkin
tidak memiliki manifestasi radiografis, fase ini dapat dikaitkan dengan konsolidasi
parenkim, limfadenopati atau efusi pleura. TB pasca-primer atau reaktivasi
memiliki berbagai manifestasi pencitraan termasuk konsolidasi ruang udara,
kavitasi, kekeruhan nodular fokal, penyebaran endobronkial dan penyakit militer
dengan beberapa nodul paru kecil[13].
Gambar 9. Gambar CT dengan pola nodular Centri lobular dari pasien infeksi
Mycoplasma pneumonia di lobus kanan bawah.
Journal Of Radiology | 11
Komplikasi Pneumonia
Empyema dan Efusi Parapneumonia
Sebuah efusi parapneumonik adalah efusi yang timbul pada pneumonia sekunder.
Empiema terjadi ketika infeksi parenkim menyebar ke rongga pleura.
Karena ada morbiditas yang signifikan terkait dengan empiema dan kebutuhan
untuk drainase eksternal, peran radiologi meningkat pada kedua diagnosis dan
pengobatan[49].
Efusi pleura dapat diklasifikasikan menjadi rumit dan rumit [50, 51]. Efusi seperti
sederhana efusi parapneumonik yang akan diselesaikan dengan terapi dari
pneumonia yang tidak rumit. Efusi yang rumit adalah yang tidak akan dapat
diselesaikan tanpa drainase. Ini termasuk besar, uniloculated atau multiloculated
efusi parapneumonik, empiema serta efusi non infeksi seperti yang karena
penyakit malignansi dan trauma perdarahan. Drainase pada efusi pleura rumit
diperlukan untuk membatasi sepsis pada pleura, memungkinkan kembali
perluasan pada paru-paru dan untuk mencegah gejala sisa jangka panjang seperti
pleura fibrosis dan trapping pada paru[50].
Journal Of Radiology | 12
Gambar 11. Bilateral infiltrat dan ground-glass opacity pada rontgen dada
seorang anak dengan infeksi human metapneumo-virus.
Evolusi efusi parapneumonik dapat dibagi menjadi tiga tahap spectrum yang
mewakili terus menerus. Yang pertama adalah fase eksudatif dimana ada efusi
parapneumonik dengan curahan cepat cairan ke dalam rongga pleura. Jika
pneumonia tidak sepenuhnya berhasil dirawat maka efusi dapat berkembang
menjadi tahap kedua, tahap fibropurulent. Dalam tahap ini cairan pleura menjadi
terinfeksi dan progresif loculated. Jika efusi tahap kedua tidak dikeringkan, efusi
dapat maju ke tahap ketiga di mana fibroblas tumbuh ke dalam cairan pleura dari
kedua visceral dan parietal pleura menghasilkan pleura dengan kulit tebal. Karena
rongga pleura harus diberantas jika untuk menghilangkan infeksi pleura, kulit ini
harus dihapus jika infeksi mau disembuhkan[51].
Berbagai macam prosedur intervensi tersedia untuk drainase efusi rumit. Ini
termasuk tunggal atau berulang thoracocentesis, tabung tertutup thoracofikasi
drainase, thoracoscopy dan torakotomi resmi dengan baik decortication atau
drainase terbuka. Metode pengobatan paling umum adalah percobaan tabung
drainase tertutup thoracostomy diikuti oleh drainase bedah jika gagal. Banyak ahli
bedah menganjurkan baik percobaan singkat tabung drainase atau bahkan operasi
sebagai pilihan pertama, karena tidak efektifnya tabung drainase dapat membuat
operasi berikutnya teknis lebih sulit[50].
Dipandu gambar penempatan tabung thoracostomy untuk menghindari komplikasi
salah penempatan tabung. Radiologists cenderung menggunakan tabung ukur
sempit (16/8 France) dari yang digunakan untuk non dipandu thoracostomy (2234 france). Kateter bore sempit yang ditoleransi lebih baik oleh pasien, tetapi
lebih rentan terhadap oklusi dari puing-puing fibrinous. Tahap 3 efusi biasanya
tidak berhasil dirawat dengan tabung drainase dan biasanya membutuhkan
pendekatan bedah.
USG dapat mengkonfirmasi kemunculan efusi dan dapat digunakan untuk menilai
karakter dan panduan mengurasnya penempatan. Efusi pleura dengan kompleks
septa, kompleks non-septated atau pola homogen echogenic pada USG selalu
eksudat, sedangkan efusi hypoechoic dapat berupa transudat atau eksudat bahkan
ketika purulen. Kebanyakan parapneumonik efusi dan empyema yang septated di
USG[52].
CT tidak diperlukan pada sebagian besar pasien dengan efusi parapneumonik atau
empiema. Septations dalam efusi kurang mudah terlihat pada CT dari USG,
meskipun gas dalam kantong terpisah dalam suatu efusi menunjukkan bahwa
mereka muncul. Peningkatan kontras harus digunakan dengan pencitraan
dilakukan pada 60 detik untuk memungkinkan peningkatan jaringan
maksimum[52].
Journal Of Radiology | 13
Pada tahap ketiga, fibrosis pleura terjadi. Paru-paru dapat terjadi pada tahap ini
karena untuk reaksi fibrotik, dan penebalan pleura yang luas kekuatan menjadi
jelas pada pencitraan. Selain temuan di atas, keunggulan lemak extrapleural telah
dicatat dalam hingga 76% dari pasien dengan terbukti empyema [56]. Fitur lain yang
mungkin hadir pada CT air-fluid level dan microbubbles pleura[57].
Belum, tidak ada temuan pencitraan dari empiema telah terbukti akurat
berkorelasi dengan pengembangan tahap atau keparahan klinis dari empyema[57, 58].
Temuan lain yang mungkin terkait adalah toraks limfadenopati. Kondisi ini
umumnya terkait dengan efusi parapneumonik dan empiema, terlihat sampai 36%
dari pasien[58]. Patologi lainnya juga harus dipertimbangkan jika limfadenopati
dada signifikan adalah semu.
Fibrinolisis intrapleural menggunakan streptokinase telah digunakan dalam
upaya untuk meningkatkan hasil klinis pada kasus efusi parapneumonik dan
empiema. Namun, jumlah uji coba acak terkontrol menemukan bahwa tidak ada
bukti mengurangi kebutuhan drainase bedah, mortalitas atau lama tinggal dirawat
di rumah sakit setelah pemberian streptokinase[59]. Pekerjaan sedang berlangsung
untuk melihat apakah yang dipilih subkelompok klinis akan mendapatkan
keuntungan dari intrapleural streptokinase atau jika menggabungkan streptokinase
dengan agen lain seperti sebagai deoksiribonuklease akan ada manfaatnya[60].
Journal Of Radiology | 14
Abses Paru
Abses paru dapat terjadi pneumonia sekunder atau untuk benda asing yang
ditahan, yang terakhir menjadi lebih umum pada anak-anak.
Ini bisa sulit untuk membedakan antara empyema dan abses paru-paru pada
pencitraan. Sebuah abses paru khas terlihat pada CT sebagai berdinding tebal,
bulat rongga dengan kehancuran paru yang berdekatan (Gambar 14). Sekitar
konsolidasi dapat dilihat dengan pelacakan air bronchogram ke daerah, sebagai
lawan yang sepadan[53].
Gambar 14. Gambar CT paru-paru abses dengan tebal, peningkatan dinding dan
tingkat cairan udara di dalam (panah).
Abses paru-paru juga cenderung membuat sudut akut dengan pleura dibandingkan
dengan sudut tumpul yang merupakan karakteristik dari empiema[55]. Seperti
empyema, sebuah air-fluid level mungkin jelas.
Journal Of Radiology | 15
Terapi medis (antibiotik sistemik dan fisioterapi dengan drainase postural) adalah
pilihan pengobatan awal untuk abses paru dan kuratif pada kebanyakan pasien.
Abses paru pada anak di bawah 7 tahun sering tidak tiriskan spontan dan
cenderung untuk respon perawatan medis. Bedah atau perkutan drainase mungkin
diperlukan dalam 11-21% pasien dengan abses paru-paru yang tidak merespon
pengobatan medis[61].
Drainase perkutan berhasil dapat mengobati paru-paru abses. Dalam satu seri,
semua 19 pasien yang diobati dengan paru abses drainase bawah bimbingan CT
sembuh[62]. Komplikasi termasuk penyumbatan tabung dan haemothorax.
Haemothorax yang terjadi di salah satu dari dua pasien yang dilalui kateter adalah
paru normal, dan penulis menyimpulkan bahwa rute kateter untuk drainase
melalui sintesis abses pleura lebih mampu. Sebuah tinjauan sistematis abses paru
perkutan drainase menyimpulkan bahwa prosedur ini aman; komplikasi
keseluruhan terjadi pada 9,7% kasus dan ini termasuk oklusi kateter, nyeri dada,
pneumothorax dan haemothorax[62].
USG telah terbukti menjadi nilai pada kedua aspirasi cairan untuk penilaian
mikrobiologi dan membimbing kateter drainase dalam kasus abses paru; penulis
menyimpulkan bahwa baik aspirasi dan drainase adalah prosedur yang aman [63].
Dalam seri ini 71% dari abses berbatasan pleura parietal. Seri lain menemukan
hasil diagnostik yang baik dalam hal memungkinkan diagnosis mikrobiologis
menggunakan pedoman fluoroscopic dan aspirasi dengan jarum kultur spinal yang
positif di 40 dari 49 (82%) kasus[64]. Tingkat komplikasi rendah dengan 7 kasus
(14%) mengembangkan pneumothorax.
Singkatnya, kebanyakan pasien dengan abses paru akan respon terhadap terapi
medis. Bagi pasien yang tidak merespon, pilihan antara bedah mengelola abses
dan perkutan kateter drainase. Kateter drainase harus dipertimbangkan terutama di
pasien yang tidak layak untuk prosedur bedah dada, di antaranya abses berbatasan
permukaan pleura dan mungkin komplikasi dari melintasi paru-paru normal
parenkim dengan kateter dapat dihindari. Pendekatan harus multidisiplin dengan
keterlibatan awal layanan bedah toraks jika pengembangan abses paru-paru
diduga.
berlaku: diagnosis diragukan dan radiografi dada akan membantu dalam diagnosis
diferensial; kemajuan untuk pengobatan CAP tidak memuaskan; atau Pasien
dianggap berisiko patologi yang mendasari seperti kanker paru-paru [66]. Semua
pasien dirawat di rumah sakit dengan dugaan CAP harus memiliki rontgen dada
yang dilakukan sesegera mungkin untuk mengkonfirmasi atau membantah
diagnosis[66].
Meniru pneumonia pada radiografi dada termasuk kondisi seperti kriptogenik
pengorganisasian pneumonia, pneumonia eosinofilik dan vaskulitis paru [67].
Pneumonia aspirasi dapat menimbulkan multifokal con-solidation mempengaruhi
terutama bagian tergantung dari paru-paru dan, khususnya, segmen posterior lobus
atas dan segmen apikal lobus bawah.
Radiografi dada telah terbukti menjadi sedikit nilai dalam memprediksi patogen
penyebab, tetapi penggunaan dalam menentukan tingkat pneumonia dan dalam
mendeteksi komplikasi seperti efusi parapneumonik[68].
Perubahan radiografi mengatasi perlahan setelah pneumonia dan tertinggal dalam
pemulihan klinis. Hal ini khususnya terjadi di kasus infeksi bacteraemic
Legionella dan pneumokokus. Pneumonia yang disebabkan oleh patogen atipikal
Clears lebih cepat dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri patogen terkait
dengan lobar pneumonia klasik. Resolusi radiologi lebih lambat pada pasien usia
lanjut dan ketika ada keterlibatan multilobar. Telah menyarankan bahwa pada
pasien usia lanjut masa tunggu dari 12-14 minggu sesuai untuk perlahan-lahan
menyelesaikan pneumonia dipertimbangkan non-menyelesaikan[69].
Ini adalah praktek umum untuk mengulang rontgen dada 6 minggu setelah
presentasi awal; Namun, tidak ada bukti untuk mendukung praktik ini pada pasien
yang dinyatakan pulih memuaskan. Sebuah perhatian utama adalah apakah CAP
merupakan komplikasi yang mendasari kondisi seperti kanker paru-paru.
Pedoman terbaru oleh karena itu merekomendasikan rontgen dada berulang
setelah 6 minggu untuk semua pasien yang memiliki kemajuan gejala, tanda-tanda
fisik atau yang berada pada risiko yang lebih tinggi yang mendasari keganasan
(terutama perokok dan mereka yang berusia lebih dari 50 tahun, apakah atau tidak
mereka telah mengaku rumah sakit)[66].
CT scan saat ini memiliki peran rutin di investigasi CAP; Namun, itu adalah
tambahan yang berguna untuk radiografi polos pada kasus tertentu. CT lebih
sensitif dalam mendeteksi pneumonia. Hayden dan Wrenn [70] menemukan bahwa
di 27% dari pasien yang memiliki dada radiografi dan CT scan, pneumonia
ditunjukkan pada CT scan dalam menghadapi negatif atau non-diagnostik rontgen
dada. Dalam pengaturan perawatan intensif, kesulitan interpretational dengan film
polos sering membatasi akurasi mereka sebagai alat diagnostik. CT, dengan
resolusi kontras yang sangat baik, adalah yang paling modalitas sensitif untuk
mengevaluasi infeksi parenkim paru[71]. Dalam pengaturan gawat darurat,
serangkaian besar pasien dengan temuan radiografi dada pneumonia juga
menjalani pemeriksaan CT dan apa yang ditemukan CT menjadi berguna dalam
Journal Of Radiology | 17
Referensi
1. World Health Organization. The global burden of disease: 2004 update. WHO
Press, 2008.
2. Hirschtick R, Glossroth J, Jordan M, Wilcosky T, Wallace J,Kvale T. Bacterial
pneumonia in persons infected with thehuman immunodeficiency virus.
Pulmonary Complicationsof HIV Infection Study Group. N Engl J Med
1995;333:84551.
3. Shariatzadeh M, Huang J, Tyrrell G, Johnson M, Marrie T. Bacteremic
pneumococcal pneumonia: a prospective study in Edmonton and neighbouring
municipalities. Medicine (Baltimore) 2005;84:14761.
4. Tuomanen E, Austrian R, Masure HR. Pathogenesis of pneumococcal
infection. N Engl J Med 2009;332:12804.
5. Kin N, Crawford D, Liu J, Behrens T, Kearney J. DNA microarray gene
expression profile of marginal zone versus follicular B cells and idiotype
positive marginal zone B cells before and after immunization
withStreptococcus pneumo-niae. J Immunol 2008;180:666374.
6. Nuorti J, Butler J, Farley M, Harrison LH, McGeer A, Kolczak MS, et al.
Cigarette smoking and invasive pneu-mococcal disease. Active bacterial core
surveillance team. N Engl J Med 2000;342:6819.
7. Bhalla D, Hirata F, Rishi A, Gairola C. Cigarette smoke, inflammation and
lung injury: a mechanistic perspective. J Toxicol Environ Health B Crit
Review 2009;12:4564.
8. Ezatti M, Kammen D. Indoor air pollution from biomass combustion and
acute respiratory infections in Kenya: an exposure-response study. Lancet
2001;358:61924.
Journal Of Radiology | 18
Journal Of Radiology | 20
Journal Of Radiology | 21
Journal Of Radiology | 22