Anda di halaman 1dari 46

ABSES PARU

Rahmatia Syukrina
Yogi Andika Rahman

Supervisor :
Dr. Yessy Susanty Sabri SpP (K).
Dr.Afriani SpP

Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi


RSUP Dr. M. Djamil Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2019
Definisi
• infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada
jaringan paru yang terlokalisir sehingga
membentuk kavitas yang berisi nanah
(pus) dalam parenkim paru pada satu
lobus atau lebih.
• Jika diameter < 2cm dan jumlahnya
banyak (multiple small abscesses)
dinamakan necrotising pneumonia.
Epidemiologi
• Laki-laki > perempuan.
• Usia lanjut  peningkatan kejadian
penyakit periodontal dan peningkatan
prevalensi disfagia dan aspirasi.
Epidemiologi
• Abses paru mewakili kira-kira 0,2%
dari seluruh kasus pneumonia yang
membutuhkan perawatan rumah
sakit.
Faktor Resiko

• Aspirasi bahan infeksi


– Cth :- operasi dalam rongga mulut, hidung dan tenggorokan ,
keadaan reflek batuk yang berkurang seperti koma, anestesi

• Infeksi bakteri primer yang sebelumnya


Cth: pneumonia, bronkiektasi, infeksi jamur
• Emboli septic
• Neoplasma
Faktor Resiko
• Lain-lain
– Misalnya: -trauma yang menembus paru
– - penyakit infeksi di sekitar paru
– - penyebaran infeksi
hematogen dari tempat lain
• Tidak diketahui
 sekitar 25% sering disebut abses paru
kriptogen
Etiologi
• Bakteri anaerob,
– Bacteriodes melaninogenus
– Peptostreptococcus spesies
– Bacillus intermedius
– Fusobacterium nucleatum
– Microaerrophilic streptococcus
• Bakteri anaerob 89% penyebab abses
paru.
Etiologi
• Kelompok bakteri aerob:
– Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi
• Staphylococcus aureus
• Streptococcus microaerophilic
• Streptococcus pyogenes
• Streptococcus pneumonia

– Gram negative : biasanya merupakan sebab nosokomial


• Klebsiella pneumonia
• Pseudomonas aeruginosa
• Escherichia coli
• Haemophilus Influenza
• Actinomyces Species
• Nocardia Species
• Gram negative bacilli
Etiologi
• Kelompok :
– Jamur : mucoraceae, aspergillus species
– Parasit, amuba
– mikobacterium
Patofisiologi
• Dua cara  aspirasi dan hematogen.
Yang sering dijumpai kelompok abses
bronkogenik akibat aspirasi, stasis sekresi,
benda asing, tumor dan striktur bronchial.
menyebabkan obstruksi bronkus dan
terbawanya organisme virulen 
terjadinya infeksi pada daerah distal
obstruksi.
Patofisiologi
• Abses jenis ini banyak terjadi pada pasien
bronchitis kronik karena media yang
sangat baik bagi organism yang
teraspirasi. Pada perokok, usia lanjut
keganasan bronkogenik, bisa mendasari
terjadinya abses paru.
Patofisiologi
• Secara hematogen, sering terjadi
adalah akibat septicemia atau sebagai
fenomena septic emboli, sekunder dari
fokus infeksi dari bagian lain tubuhnya
seperti tricuspidvalve endocarditis.
• umumnya membentuk abses multiple dan
kecil-kecil
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Lab
1. Pemeriksaan darah rutin : leukositosis
disertai peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan sputum dengan
pengecatan gram tahan asam dan KOH
3. Pemeriksaan kultur bakteri dan test
kepekaan antibiotik
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologi
• Foto dada: berupa gambaran densitas homogen yang
berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran
radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat.
Selanjutnya bila abses tersebut mengalami rupture
sehingga terjadi drainase abses yang tidak sempurna ke
dalam bronkus, maka baru akan tampak kavitas ireguler
dengan batas cairan dan permukaan udara (air fluid level)
di dalamnya.
• Gambaran spesifik ini tampak dengan mudah bila kita
melakukan foto dada PA dengan posisi berdiri.
Pemeriksaan Penunjang
• Khas pada abses paru anaerobic kavitas
single (soliter) yang biasanya ditemukan
pada infeksi paru primer,sedangkan abses
paru sekunder (aerobic, noskomial atau
hematogen) lesinya bisa multiple
• Sepertiga kasus abses paru bisa disertai
dengan empiema. Empiema yang
terlokalisir dan disertai dengan fistula
brokopleura akan sulit dibedakan dengan
gambaran abses paru.
Pemeriksaan Radiologis
• CT-scan
• Gambaran khas CT scan abses paru ialah
berupa lesi dens bundar dengan kavitas
berdinding tebalm tidak teratur, dan terletak di
daerah jaringan paru yang rusak.
• Tampak bronkus dan pembuluh darah paru
berakhir secara mendadak pada dinding abses,
tidak bertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa
pembuluh darah paru dan bronkus yang berada
dalam abses dapat dilihat dengan CT scan.
Diagnosis
• Riwayat Penyakit sebelumnya
• Hasil pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium sputum gram
• Gambaran radiologis
• Bronkoskopi
• Aspirasi jarum perkutan
Hasil Pemeriksaan Fisik
• a. Redup pada perkusi
• b. Suara nafas yang meningkat
• c. Sering dijumpai adanya jarih tabuh
• d. Takikardi
• e. Febris
Pemeriksaan Lab sputum gram
• Kultur darah dapat mengarah pada
organism penyebab infeksi. Jika TB
dicurigai, tes BTA dan mikobakterium
dapat dilakukan.
• Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan:
– leukositosis.
– Laju endap darah meningkat,
– hitung jenis sel darah putih didapat
pergeseran ke kiri
Gambaran Radiologis
• Gambaran radiologis yang menunjukkan
kavitas dengan proses konsolidasi di
sekitarnya, adanya air fluid level yang
berubah posisi sesuai dengan gravitasi.
• Abses paru sebagai akibat aspirasi paling
sering terjadi pada segmen posterior lobus
superior atau segmen superior lobus
inferior.
Bronkokospi
• Cara diagnostik yang paling baik dengan
akurasi diagnostik bakteriologi melebihi 80
%.
• Cara ini hendaknya dimulai pengobatan
karena banyaknya kuman yang terlibat
dan sulit diprediksi secara klinis.
Aspirasi jarum perkutan
• Cara ini mempunyai akurasi tinggi untuk
diagnosis bakteriologis, dengan spefisitas
melebihi aspirasi transtrakeal.
Diagnosis Banding
• Karsinoma bronkogenik yang mengalami kavitas, biasanya
dinding kavitas tebal dan tidak rata. Diagnosis pasti dengan
pemeriksaan sitologi / patologi.
• Tuberkulosis paru atau infeksi jamur. Gejala klinisnya
hamper sama atau lebih menahun daripada abses paru.
Pada tuberculosis didapatkan BTA dan pada infeksi jamur
ditemukan jamur.
• Bula yang terinfeksi, tampak air fluid level. Di sekitar buka
tidak ada atau hanya sedikit konsolidasi.
• Kista paru yang terinfeksi, dindingnya tipis dan tidak ada
reaksi di sekitarnya.
Diagnosis Banding
• Hematom paru, kemungkinan ada riwayat trauma dimana
batuknya hanya sedikit.
• Penumokoniosis yang mengalami kavitas seperti pekerjaan
penderita jelas di daerah berdebu dan didapatkan simple
pneumoconiosis pada penderita
• Hiatus hernia, tidak ada gejala paru diserta nyeri
restrostrenal dan heart burn bertambah berat pada waktu
membungkuk. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan foto
barium
• Sekuester paru. Letak di basal kiri belakang dengan
diagnosis pasti dengan bronkografi atau arteriografi
retrograde.
Terapi - Medikamentosa
• Antibiotik yang paling baik adalah
klindamisin oleh karena mempunyai
spektrum yang lebih baik daripada bakteri
anaerob.
Bronkoskopi
• Peranan penting dalam penangan abses
paru seperti pada kasus yang dicurigai
karsinoma bronkus atau lesi obstruksi,
pengeluaran benda asing dan untuk
melebarkan striktur
Komplikasi
• Komplikasi lokal meliputi penyebaran
infeksi melalui aspirasi lewat bronkus atau
penyebaran langsung melalui jaringan
sekitarnya.
• Abses paru yang drainasenya kurang
baik, bisa mengalami rupture ke segmen
lain dengan kecenderungan penyebaran
infeksi staphylococcus, sedang yang
rupture ke rongga pleura menjai piotoras
(empiema). bronkopleura.
Komplikasi
• Komplikasi sering lainnya berupa abses
otak, hemoptisis massif, rupture pleura
visceralis sehingga terjadinya
piopneumotoraks dan fistula
Pencegahan

• Perhatian khusus ditujukan kepada


kebersihan mulut.
• Kebersihan mulut yang jelek dan penyakit-
penyakit periondontal bisa menyebabkan
kolonisasi bakteri patogen orofaring yang
akan menyebabkan infeksi saluran napas
sampai dengan abses paru.
Laporan kasus
• 2.1 Identitas Pasien
• 1. Identitas Pasien : Tn.L
• 2. Umur / Tgl Lahir : 76 Tahun
• 3. Jenis Kelamin : Laki-laki
• 4. Pekerjaan : Buruh
• 5. Nomor RM : 01.05.20.60
• 6. Alamat : Air Terjun Lansano Sutera Pesisir
Selatan, Kota Padang.
• 7. Status Perkawinan : Menikah
• 8. Negeri Asal : Lansano

9. Tanggal Masuk : 18 Juni 2019, Pukul


14.01 WIB
• Keluhan Utama :
Sesak nafas meningkat sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang
• Sesak nafas meningkat sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas
tidak menciut, meningkat dengan aktivitas.
Sesak nafas sudah dirasakan sejak 4
bulan yang lalu, hilang timbul. Karena
sesaknya psien dirawat di RSUD Painan
selama 1 hari, dilakukan rontgen dan
dikeluarkan cairan 10cc keluar nanah.
Sebelumnya pasien belum pernah berobat
• Batuk berdahak ada, sejak 3 bulan, hilang
timbul, dahak berwarna kuning kecoklatan.
• Batuk darah tidak ada
• Nyeri dada ada,
• Keringat malam tidak ada
• Penurunan nafsu makan ada
• Penurunan berat badan ada sejak 1 bulan, tapi
pasien tidak tahu berapa
• Gigi berlubang ada
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat minum OAT tidak ada
• Riwayat keganasan di organ lain tidak ada
• Riwayat DM tidak ada
• Riwayat Hipertensi tidak ada
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat minum OAT dalam keluarga tidak
ada
• Riwayat keganasan dalam keluarga tidak
ada
• Riwayat DM dalam keluarga tidak ada
• Riwayat Hipertensi dalam keluarga tidak
ada
• Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang perokok aktif,
merokok 16 batang perhari, sejak 60 tahun.
Pasien telah berhenti merokok sejak 4 bulan
yang lalu (Perokok, IB Berat)
• Paru
• Inspeksi :Dada kiri lebih cembung dari dada kanan
(Statis)
• Pergerakan dada kiri tertinggal dari dada
kanan (Dinamis)
• Palpasi : Fremitus kiri lemah dari kanan
• Perkusi : kiri redup ; kanan sonor
• Auskultasi : Suara Nafas Bronkovesikuler, Rh +/-,
Wh +/-
• Intensitas suara nafas kiri lemah dari kanan
kesan
• Foto toraks PA sentris dan simetris dengan
densitas sedang
• Jantung posis normal,ukuran tidak membesar
(CTR<50%)
• Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
• Tampak gambaran air fluid level di hemithoraks
kiri setinggi iga 4 posterior
• Tampak gambaran hiperradiolusen avaskuler di
hemithoraks kiri dengan batas paru kolaps
• Kesan: Hidropneumothoraks kiri
• Diagnosis Kerja
• Abses paru sinistra + AKI stage II +
Hipoalbuminemia
• 2.7 Diagnosis Banding
• Empiema sinistra + AKI stage II +
Hipoalbuminemia
• 20 gr
• 2.8 Rencana Pengobatan
• Kultur cairan pleura
• Kultur sputum + sensitivitas kuman banal
• IVFD NaCl 0.9 ml 12 jam/kolf
• Ampicilin sulbactam 3x3 gr
• Levofloxacin 1x750 gr
• Inj.Ranitidin 2x1
• Paracetamol 3x 500 mg
DISKUSI
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas
meningkat sejak 2 hari. Sesak nafas dapat
terjadi karena adanya cavitas pada
parenkim paru yang terbentuk akibat
infeksi bakteri non spesifik.
Pasien adalah seorang laki-laki berumur 76
tahun dengan riwayat adanya lubang pada
gigi. Abses paru dapat terjadi akibat
aspirasi kuman salah satunya melalui 43/9
mulut
• Batuk berdahak ada, sejak 3 bulan yang
lalu disebabkan cavitas yang berukuran
cukup besar dan menyebabkan batuk.
• Penurunan Berat Badan ada sejak 1
bulan. umumnya pasien mempunyai
riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu
dengan gejala awal badan terasa lemah,
dan penurunan nafsu makan.

44/9
• Paru
• Inspeksi :Dada kiri cembung dari dada kanan (Statis)
 disebabkan karena adanya abses.
• Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri
(Dinamis)
• Palpasi : Fremitus kiri lemah dari kanan 
hantaran getaran sura terhalang oleh abses
• Perkusi : kiri redup ; kanan sonor
• Auskultasi : Suara Nafas Bronkovesikuler, Rh +/-,
Wh +/-
• Intensitas suara nafas kiri lemah dari kanan

45/9
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai