⮚ Riskesdas 2013, pneumonia menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
• Faktor risiko yang paling sering : infeksi saluran nafas atas (50%).
• Setelah + 1 minggu temperatur mendadak meningkat >40oC, kadang –
kadang disertai menggigil
• Nyeri pleuritik pada daerah lobus yang terkena
• Batuk – batuk yang disertai dahak seperti karat besi (rusty sputum)
• Sputum purulen, kadang- kadang berbercak darah
KELAINAN PADA PEMFIS PARU
– Inspeksi
• Bagian yang sakit tertinggal dalam pernafasan
– Palpasi
• Fremitus meningkat
– Perkusi
• Pada perkusi redup / pekak
– Auskultasi
2007 hingga bronkial
• Bronkovesikuler 2018
• Ronkhi basah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
• DARAH
▪ Leukosit 10.000 – 15.000 / mm3 tidak > 30.000 / mm3
+ 20% kasus leukosit bisa normal
Alternatif obat lainnya termasuk ceftriakson, cefpodoxime dan cefuroxime (500 mg, 2x1/hari),
doksisiklin
- Pasien perawatan tanpa rawat ICU
Florokuinolon respirasi (rekomendasi uat)
B-lactam+makrolid (rekomendasi kuat) Agen b-lactam termasuk sefotaksim, seftriakson, dan
ampisilin.
DERAJAT KEPARAHAN
Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem skor menurut pneumonia Severity Index (PSI) atau CURB-65. Sistem skor ini dapat.
mengidentifikasi apakah pasien dapat berobat jalan atau rawat inap, dirawat di ruangan biasa atau
intensif.
CURB-65
C: Confussion
U: Urea
R: RR
B: BP
65: Usia >65
PORT (PATIENT OUTCOME RESEARCH TEAM)
✔ RR > 30x/min
✔ PaO2/FiO2 <250mmHg
✔ Foto thorax -> infiltrate multilobar dan
bilateral
✔ SBP <90mmHg
✔ DBP <60mmHg
PETUNJUK TERAPI EMPIRIS
PDPI
EVALUASI PENGOBATAN
• Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72jam tidak ada
perbaikan kita harus meninjau kembali :
❑ Diagnosis,
❑ Faktor faktor penderita,
❑ Obat-obat yang telah diberikan
❑ Bakteri penyebabnya,
PENDERITA YANG TIDAK RESPON DENGAN
PENGOBATAN EMPIRIS