Anda di halaman 1dari 29

PNEUMONIA

Pembimbing: dr. Vinodini Merinda, Sp.P


Kelompok UHT & UWM
DEFINISI
● Peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

● Peradangan disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,


parasit).
● Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk.

● Peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan


kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut
pneumonitis.
EPIDEMIOLOGI
⮚ Pneumonia komunitas (PK) angka kejadiannya lebih sering terjadi di negara
berkembang

⮚ Pneumonia menyerang sekitar 450 juta orang / tahun

⮚ Riskesdas 2013, pneumonia menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.

⮚ RISKESDAS tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga


kesehatan yaitu sekitar 2% sedangkan tahun 2013 adalah 1,8%.

⮚ Menurut Profil Kesehatan Indonesia, pneumonia menyebabkan 15% kematian balita


yaitu sekitar 922.000 balita tahun 2015.
EPIDEMIOLOGI
• Dari Kepustakaan pneumonia komuniti (CAP) yang diderita oleh masyarakat
luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif,

• Namun akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan


bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.

• Sedangkan pneumonia di rumah sakit (HAP) banyak disebabkan bakteri


Gram negatif

• Sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.


EPIDEMIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu:

❑ Bakteri (Streptococcus pneumoniae, Streptococcus aureus, Staphylococcus


pyogenes, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa)
❑ Virus (Influenza, Parainfluenza, RSV (Respiratory Syncytial Virus), Adenovirus)
❑ Jamur (Actinomyces israeli, Aspergillus fumigatus, Histoplasma capsulatum)
❑ Protozoa (Pneumocystiis carinii, Toxoplasma gondii)
FAKTOR RISIKO PNEUMONIA
⮚ Umur > 65 tahun
⮚ Tinggal di rumah perawatan tertentu (panti jompo)
⮚ Alkoholismus
⮚ Malnutrisi
⮚ Merokok
⮚ Keadaan memungkinkan terjadinya aspirasi misalnya gangguan
kesadaran, penderita yang sedang diintubasi
⮚ Adanya penyakit penyerta : PPOK, kardiovaskuler, DM, gangguan
neurologis.
⮚ Infeksi saluran nafas bagian atas : 1/2 pneumonia didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas/ infeksi virus
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Berdasarkan klinis dan epidemiologis


1. Pneumonia komuniti (Community Acquired Pneumonia)
2. Pneumonia Nosokomial (Hospital Acquired Pneumonia)
3. Pneumonia Aspirasi
4. Pneumonia pada penderita Immunocompromised

Berdasarkan predileksi lokasi/luasnya infeksi


5. Pneumonia Lobaris
6. Bronkopneumonia
7. Pneumonia Interstitialis
Berdasarkan bakteri penyebab
1. Pneumonia tipikal :
Bakteri gram positif 🡪 S. pneumonia, S. piogenes dan H.
influenza.
2. Pneumonia Atipikal :
Mycoplasma pneumonia
Legionella pneumophila
Chlamydia pneumonia
3. Pneumonia Virus
4. Pneumonia Jamur
PALING SERING DIPAKAI
- Pneumonia Komuniti ( CAP )
- Pneumonia Nosokomial
KLASIFIKASI PNEUMONIA YANG
SERING DIPAKAI
Community-acquired Hospital-acquired
pneumonia (CAP) pneumonia (HAP)
Infeksi akut parenkim paru yang
Pneumonia terjadi ≥48 jam setelah masuk
sesuai dengan gejala infeksi akut, rumah sakit
diikuti dengan infiltrat pada foto toraks
dan auskultasi sesuai dengan
pneumonia.
Pasien tidak pernah dirawat atau Ventilator-associated pneumonia
berada di fasilitas kesehatan >14 hari (VAP)
sebelum timbul gejala.
Pneumonia terjadi >48-72 jam
setelah intubasi
PATOGENESIS
• Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru.

• Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan


lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan
penyakit.
• Risiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme
untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas.
BEBERAPA CARA MIKROORGANISME
MENCAPAI PERMUKAAN SALURAN NAPAS
:
1. Inokulasi langsung
Intubasi trachea
Luka tembus yang mengenai paru
2. Penyebaran melalui pembuluh darah dari tempat lain di luar paru
misalnya endokarditis
3. Inhalasi dari aerosol yang mengandung kuman
4. Kolonisasi di permukaan mukosa
Aspirasi sekret orofaring yang mengandung kuman
GAMBARAN KLINIS

• Faktor risiko yang paling sering : infeksi saluran nafas atas (50%).
• Setelah + 1 minggu temperatur mendadak meningkat >40oC, kadang –
kadang disertai menggigil
• Nyeri pleuritik pada daerah lobus yang terkena
• Batuk – batuk yang disertai dahak seperti karat besi (rusty sputum)
• Sputum purulen, kadang- kadang berbercak darah
KELAINAN PADA PEMFIS PARU
– Inspeksi
• Bagian yang sakit tertinggal dalam pernafasan
– Palpasi
• Fremitus meningkat
– Perkusi
• Pada perkusi redup / pekak
– Auskultasi
2007 hingga bronkial
• Bronkovesikuler 2018
• Ronkhi basah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

• DARAH
▪ Leukosit 10.000 – 15.000 / mm3 tidak > 30.000 / mm3
+ 20% kasus leukosit bisa normal

Kalau leukosit < 3000 / mm3 : prognosa jelek


▪ Hitung jenis (diff. Count) leukosit, neutrofil batang banyak

▪ LED / ESR / BBS meningkat

▪ Bilirubin serum meningkat


▪ kultur darah (+) pada 20 – 30%
RADIOLOGIS

• Setiap lobus bisa terkena sebagian atau seluruhnya


• Paling sering di lobus bawah
• Perselubungan yang relatif homogen pada daerah yang
terkena
UNTUK MENENTUKAN
KAUSANYA DIPERLUKAN

PEMERIKSAAN :
Sputum
– Langsung
– Kultur
jika sputum susah didapat, dapat dilakukan:
– Apusan faring
– Apusan laring
– Aspirasi trakhea (Pneumonia Nosokomial)
– Kultur darah
– Cairan pleura (kalau ada)
– Urine (Legionella)
DIAGNOSIS

• Anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan laboratorium.


• Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat
infiltrat baru atau progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala berikut :
o Batuk
o Perubahan karakteristik sputum/purulent
o Suhu tubuh > 38oC (aksila)
o Riwayat demam
o Nyeri dada
o Sesak
o Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial dan ronki
o Leukosit > 10.000 atau < 4500
PENATALAKSANAAN
KOMPREHENSIF
1. Pengobatan suportif / simtomatik
- Tirah baring
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu diberikan mukolitik atau ekspektoran
2. Terapi definitif dengan antibiotic (> 8 jam)
- Pasien Rawat Jalan
a. Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak ada risiko kebal obat:
o Makrolid : azitromisin, klaritromisin, atau eritromisin (rekomendasi kuat)
o Doksisiklin
PENATALAKSANAAN
KOMPREHENSIF
b. Terdapat komorbid seperti penyakit jantung kronik, paru, hati atau penyakit ginjal, diabetes
melitus, alkoholime, keganasan, kondisi imunosupresif atau penggunaan obat imunosupresif,
antibiotic >3 bulan atau factor risiko lain infeksi pneumonia:
Florokuinoion respirasi: moksifloksasin, atau levofloksasin (750 mg) (rekomendasi kuat)
B-lactam + makrolid: amoksisilin dosis tinggi (1 gram, 3x1/hari) atau amoksisilin-klavulanat (2
gram, 2x1/hari) (rekomendasi kuat)

Alternatif obat lainnya termasuk ceftriakson, cefpodoxime dan cefuroxime (500 mg, 2x1/hari),
doksisiklin
- Pasien perawatan tanpa rawat ICU
Florokuinolon respirasi (rekomendasi uat)
B-lactam+makrolid (rekomendasi kuat) Agen b-lactam termasuk sefotaksim, seftriakson, dan
ampisilin.
DERAJAT KEPARAHAN
Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan
sistem skor menurut pneumonia Severity Index (PSI) atau CURB-65. Sistem skor ini dapat.
mengidentifikasi apakah pasien dapat berobat jalan atau rawat inap, dirawat di ruangan biasa atau
intensif.

CURB-65
C: Confussion
U: Urea
R: RR
B: BP
65: Usia >65
PORT (PATIENT OUTCOME RESEARCH TEAM)

Bila skor < 70, pasien tetap perlu dirawat


inap bila dijumpai salah satu sbb

✔ RR > 30x/min
✔ PaO2/FiO2 <250mmHg
✔ Foto thorax -> infiltrate multilobar dan
bilateral
✔ SBP <90mmHg
✔ DBP <60mmHg
PETUNJUK TERAPI EMPIRIS
PDPI
EVALUASI PENGOBATAN
• Jika setelah diberikan pengobatan secara empiris selama 24 - 72jam tidak ada
perbaikan kita harus meninjau kembali :
❑ Diagnosis,
❑ Faktor faktor penderita,
❑ Obat-obat yang telah diberikan
❑ Bakteri penyebabnya,
PENDERITA YANG TIDAK RESPON DENGAN
PENGOBATAN EMPIRIS

Salah diagnosis Diagnosis sudah


benar
Gagal
jantung
Emboli paru Faktor Faktor obat Faktor
Keganasan penderita
• Kelainan lokal
Sarkaidosis
(sumbatan oleh
• Salah memilih bakteri
Reaksi obat
benda asing) • Kuman resisten
obat • Salah dosis/
• Respon terhadap obat
Perdarahan cara pemberian
penderita yang • Bakteri patogen
obat
tidak adekuat yang lain
• Komplikasi
• Komplikasi • Bakteri ( miko
• Reaksi obat
• Superinfeksi bakteria atau
paru nokardia)
• Empiema • Nonbakteriial
(jamur atau
KOMPLIKASI
Efusi pleura
Empiema
Abses paru
Pneumotoraks
Gagal napas
Sepsis
PENCEGAHAN
a. Pola hidup sehat termasuk tidak merokok

b. Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)


– Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya.
– Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya:
• Usia lanjut
• Penyakit kronik
• Diabetes
• Penyakit jantung koroner
• PPOK
• HIV
PROGNOSIS

• Pada umumnya tergantung faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan


antibiotik yang tepat serta adekuat.
• Perawatan yang baik dan intensif sangat pengaruhi prognosis penyakit pada
penderita yang dirawat.
• Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5 % pada penderita
rawat jalan, sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai