Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tuberculosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi kronis yang
bersifat menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa yang secara
khas ditandai dengan pembentukan granuloma atau tuberkuloma sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan paru.1
Penyakit tubeculosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Pada
tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman tuberculosis yang
merupakan penyebab penyakit ini.Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal
dengan nama Mycobacterium tuberculosis.2
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB paru ke 3 tertinggi didunia
setelah China dan India. Berdasarkan survey kesehatan nasional tahun 2001, TB paru
menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit tuberculosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi kkronis yang
bersifat menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa yang secara
khas ditandai dengan pembentukan granuloma atau tuberkuloma sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan paru.1
2.2 Etiologi
Penyebab

Tuberkulosis

Paru

adalah

Mycobacterium

tuberculosis.

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus sedikit melengkung


berukuran lebar 0,3-0,6 m dan panjang1-4m.Sebagian besar bakteri ini terdiri atas
lemak (60%), peptidoglikan dan arabinoman. Lipid inilah yang menyebabkan kuman
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam dan menghasilkan warna merah
pada preparat pada pewarnaan sehingga disebut pula bakteri tahan asam.2
Di dalam jaringan Mycobacterium tuberculosis hidup sebagai parasit
intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain bakteri ini adalah aerob,
sehingga bagian apikal merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.2

2.3 Cara penularan TB paru


Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya
secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
disbanding organ lainnya.penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil
yang mengandung droplet nuclei khusus yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahakyang mengandung Basil Tahan Asam (BTA).2
2.4 Patogenesis Tuberkulosis
2.4.1 infeksi primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam. Bila droplet ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran pernapasan atau jaringan paru. Kuman akan dihadapai pertama kali oleh
netrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag.2
Bila kuman menetap dijaringanparu, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag, disni ia akan terbawa mauk ke organ lainnya. Kuman yang bersarang di
jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut

sarang primer atau afek primer atau focus Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian paru. Bila menjalar ke pleura maka terjadilah efisi pleura.2
Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenopati regional). Sarang primer limfangitis local + limfadenopati regional =
kompleks primer (Rankhe). Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
yaitu sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restituion ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain garis fibrotik, sarang
perkapuran dihilus) keadaan ini terdapat pada lesi yang luasnya >5 mm dan
10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
3. Menyebar dengan cara :perkontinatum,bronkogen, hematogen dan limfogen.
Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6
minggu . adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitas seluler. Masa inkubasi mulai dari seseorang terinfeksi sampai
menjadi sakit, membutuhkan waktu sekitar 6 bulan.2

2.4.2 infeksi sekunder (post-primer)

Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Tuberculosis
sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca primer dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru ( segmen apical posteriorlobus
superioir atau inferior). Invasinya adalah ke bagian parenkim paru dan tidak ke nodus
hiler paru.2
Sarang dini ini mula mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel sel
histiosit dan sel datia langerhans yang dikelilingi oleh sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.2
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda sampai
usia tua, tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien. Nasib
sarag pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak menimbulkan cacat
2. sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan peyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan meninmbulkan kaviti bila jaringan dibatukkan
keluar.

3. Sarang pneomonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).


Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Akviti
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti
skletorik). Nasib kaviti ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan

disebut tuberkuloma
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
healed cavitiy yang kelihatan sperti bintang (stellate shaped)2

2.5 Klasifikasi Tuberkulosis Paru


Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak

menunjukkan hasil BTA

menunjukkan BTA positif dan

kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif


Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis
dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis
6

2. Berdasarkan tipe pasien


Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru : Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps) : Paisen tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali

lagi berobat dengan hasil

pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.


c. Kasus lalai berobat : Pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan
dan tidak mengambil obat 2 minggu kemudian datang kembali untuk
berobat.
d. Kasus gagal : Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik : Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB:
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau
foto

serial menunjukkan

gambaran

yang menetap. Riwayat

pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah


mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak
ada perubahan gambaran radiologi.3

2.6 Manifestasi klinis


Gejala klinis pada TB paru adalah :
1. Gejala Respiratorik
Batuk 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan
menurun.3
2.7 Diagnosis TB paru
Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan anamnesa, dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
2.7.1 Anamnesa
Pada pasien TB paru gejala klinis utama adalah batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang mungkin menyertai
adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise,berkeringat mlam walaupun tanpa kegiatan
dan demam atau meriang lebih dari sebulan.3
2.7.2 pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat.Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan
demam (subfebris),badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik
8

pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus dini atau sudah
terinfiltrasi secara asimptomatik. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung
luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umunya
sulit menemukan kelainan. Kelainan paru umumnya terletak didaerah lobus superior
terutama daerah apex dan segemen posterior, serat daerah apex lobus inferior. Pada
pemeriskaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda- tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.3
Pemeriksaan fisik thoraks:
a. infiltrat:
I : thoraks simetris
P : SF mengeras
P : sonor memendek
A : SP bronchial, ST ronki basah
b. fibrosis:
I : thoraks asimetris, pernapasan tertinggal
P : SF melemah
P : beda
A : SP vesikuler melemah
c. Caverne:
I : thoraks asimetris, paralitik
P : SF melemah
P : sonor/hipersonor
A : SP vesikuler melemah, amforik1
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan spesimen
Bahan pemeriksaan : dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
bilasan

bronkus,

bilasan

lambung,,

kurasan

bronkoalveolar

(bronchoalveolar lavege / baL), urin, feses dan jaringan biopsi

(termasuk biopsi jarum halus/BJH)


Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau


dengan cara :
Sewaktu /spot (dahak sewaktu saat kunjungan )
Dahak pagi (keesokan harinya)
Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi )
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
a. 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif : BTA positif
b. 1 kali positif, 2 kali negatif : ulang BTA 3 kali, kemudian
o bila 1 kali positif, 2 kali negatif : BTA positif
o bila 3 kali negatif : BTA negatif
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO).Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and
Lung Disease) :

2.

Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif


Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)3
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:

foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).

Gambaran

radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :


Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus

atas paru dan segmen superior lobus bawah


Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular

10

Bayangan bercak milier


Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
Kalsifikasi
Kompleks ranke
Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung ) :
Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi
luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis
parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya

berdasarkan gambaran radiologi tersebut.


Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti

proses penyakit.3
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis.

Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat

digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada


proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.
Limfositpun kurang spesifik.3
Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Pada
malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.3
2.8 Pengobatan Tuberculosis
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan).3
A. Obat Anti Tuberculosis
1. obat utama (lini pertama)
11

INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Obat tambahan (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain yang masih dalam penelitian : makrolid dan amiksilin +

asam klavulanat
Beberapa obat yng belum tersedia di Indonesia :
o Kapreomisin
o Sikloserin
o PAS
o Derivat rifampisn dan INH
o Thioamides (ethionamide dan prothionamide).3

Kemasan
Obat tunggal
Obat kombinasi dosis tetap (fixed dose combination FDC)
B.

Panduan Obat Anti Tuberkulosis


TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks : lesi luas
Panduan obat yang dianjurkan : 2RHZE / 4RH atau 2RHZE /6HE atau 2
RHZE/4R3H3
Panduan ini dianjurkan untuk
a) TB paru BTA(+), kasus baru
b) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh
paru)
Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi , pengobatan disesuaikan dengan

hasil resistensi.
TB paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks : lesi minimal
Panduan obat yang dianjurkan : 2RHZE/4RH atau 6 RHE atau 2
RHZE/4R3H3
TB paru kasus kambuh :

12

Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resitensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.3

TB paru kasus gagal pengobatan


Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh
panduan : 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin,etionamid, sikloserin dilanjutkan
15-18 bulan ofloksasin, etionamid, sikloserin). Pada keadaan yang tidak
memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES/1RHZE.fase

selanjutnya sesuai dengan hasil uji resitensi.3


Pasien baru kasus putus berobat
a) Berobat 4 bulan
- BTA (-) : Klinis dan gambaran radiologi (-) hentikan pengobatan.

Bila terbukti TB pengobatan dimulai dari awal kembali


- BTA (+) : pengobatan dimulai dari awal
b) Berobat < 4 bulan
- BTA (+) : pengobatan dimulai dari awal
- BTA (-) foto toraks (+) TB aktif pengobatan diteruskan.3
TB paru kasus kronis
RHZE / sesuai hasil uji resistensi ( minimal OAT yang sensitif) +

obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan).3


MDR TB
Sesuai hasil uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup.3
C. Efek samping OAT
1. Isoniazid (INH)
Ringan : tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar
dikaki dan nyeri otot. Berat : hepatitis imbas obat.3
2. Rifampisin
Ringan : sindrom flu, sindrom perut, dan sindrom kulit. Berat : hepatitis
imbas obat, purpura, anemia heomilitik yang akut,syok dan gagal

13

ginjal,sindrom respirasi. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada


air seni, keringat, air mata dan air liur namun tidak berbahaya.3
3. Pirazinamid
Hepatitis imbas obat, nyeri sendi, kadang terdapat mual, kemerahan, demam,
dan reaksi kulit yang lain.3
4. Etambutol
Gangguan penglihatan.dan kontraindikasi pada anak.3
5. Streptomisin
Kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.reaksi hipersensifititas dan streptomisin dapat menembus sawar
plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada ibu hamil.3
2.9 komplikasi
komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, poncets
arthropathy
komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, fibrosis paru, kor pulmonal,
amiolidosis, karsinoma paru, TB milier dan kavitas TB.2

Laporan Kasus
Tuberkulosis Paru
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Jam masuk

: Tengku Umar Rasyid


: 34 Tahun
: laki laki
: SMA
: karyawan Swasta
: Limau Sunde, Batam
: 10-04-2016
: 22.00 WIB

II. Anamnesa
Keluhan Utama

: Batuk berdahak

14

Riwayat penyakit sekarang : Os datang ke IGD RSUD Djoelham dengan keluhan


batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu dan
memberat sejak 1 minggu ini. Dahak berwarna
kuning kecoklatan. Os mengeluhkan sesak napas saat
batuk. selain itu os juga mengeluh nyeri di bagian ulu
hati. Os juga mengeluh sering berkeringat saat malam
hari, nafsu makan menurun serta berat badan turun 5
kg dalam kurun waktu 1 bulan. Mual (+) muntah (-)
BAB (+) N, BAK (+) N.
Riwayat penyakit dahulu

: tidak ada

Riwayat pengobatan
Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada
: Tidak ada yang menderita penyakit seperti os
di keluarga

Riwayat pribadi dan kebiasaan

: OS sudah menikah dan memiliki 2 orang anak,


OS merokok 2 bungkus setiap hari

Riwayat alergi
III.Status Present
Sensorium
Tekanan darah
Heart rate
Respirasi rate
Temperatur
Anemia
Ikterik
Cyanosis
Dyspneu
Sikap paksa
Pancaran Wajah
TB
BB
IMT
KU/KP/KG

: Tidak ada
: Compos Mentis
: 110/70 mmHg
: 84 /menit
: 32 /menit
: 38,2 C
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: lemah
:173 cm
:52 kg
:17,39
: sedang/sedang/kurang

15

IV. Pemeriksaan Fisik


A. Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher

: Normal
: Konjungtiva anemis (- /-), sklera ikterik (-/-)
: Deviasi septum (-), PCH (-), sektet (-/-)
: Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
: TVJ 5-2 cmH2O, trakea medial, pembesaran KGB (-)

B. Torak (Paru)
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Simetris fusiformis
: Stem fremitus mengeras
: Sonor memendek pada lapang paru atas, batas paru

Auskultasi

hepar ICS V
: SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (+/+) Wheezing
(-/-)

Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Simetris fusiformis
: Stem fremitus mengeras
: Sonor memendek pada lapang paru atas, batas paru

Auskultasi

hepar ICS V
: SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (+/+) Wheezing
(-/-)

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
D. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

C. Torak (Jantung)
: Ictus cordis terlihat
: Ictus cordis teraba
: Batas jantung atas L. Parasternalis sinistra ics II
Batas jantung kanan L. Parasternalis dextra ics IV
Batas jantung kiri L. Midclavicularis sinistra ics V
:HR= 84x/I, regular
A2>A1 P2>P1 T1>T2 M1>M2, Desah (-)
: Simetris
: Peristaltik usus (+) normal
: Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba
: Thympani

16

E. Genitalia

: Tidak dilakukan pemeriksaan

F. Ekstermitas
Superior
Inferior

: oedema (-/-), akral dingin (-/-)


: oedema (-/-), akral dingin (-/-)

V. Diagnosa Banding
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia
3. Bronkiektasis
4. Bronkhitis Kronik
5. COPD
VI. Diagnosa
Tuberkulosis Paru kategori I
VII.

Anjuran
Darah lengkap
KGDr
Foto torak PA

VIII. Penatalaksanaan
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/i
O2 4L/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
FDC 1x2
Salbutamol tab 3x1
Neurodex tab 1x1
Ulsafat syr 3xCI
IX. Hasil pemeriksaan penunjang
Darah lengkap
: Dalam batas normal
KGDR
: 115 mg/dl
Foto Thorax
: terdapat bercak infiltrate di apex paru kanan ukuran
jantung normal dengan CTR 48%.
X. Resume
17

Dari anamnesis didapatkan Os mengeluhkan batuk berdahak sejak 1 bulan


SMRS dan semakin memberat sejak 1 minggu ini. Os juga mengeluhkan sesak napas,
dan nyeri pada ulu hati. Os juga sering berkeringat malam, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan. Mual (+), muntah (-), BAB (+) N, BAK (+) N.
Dari pemeriksaan fisik pada pemeriksaan paru didapati palpasi Stem Fremitus
mengeras dan pada perkusi didapati sonor memendek pada lapang paru atas. Pada
pemeriksaan abdomen didapati nyeri tekan pada ulu hati.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Foto thoraks terdapat bayangan
infiltrate di apex paru lobus superior dextra dengan CTR 48%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Modifikasi Catatan Interna. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS. Pringadi. 2006.
Medan.
2. Tuberkulosis Paru : Sudoyo Aru W dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, Edisi V, Jakarta : Interna Publishing: 2009 ; 2230

18

3. Pedoman penatalaksanaan TB paru (Konsensus TB). http://www.klikpdpi.com


diakses tanggal 18 april 2016

19

Anda mungkin juga menyukai