PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tuberculosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi kronis yang
bersifat menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa yang secara
khas ditandai dengan pembentukan granuloma atau tuberkuloma sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan paru.1
Penyakit tubeculosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Pada
tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman tuberculosis yang
merupakan penyebab penyakit ini.Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal
dengan nama Mycobacterium tuberculosis.2
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB paru ke 3 tertinggi didunia
setelah China dan India. Berdasarkan survey kesehatan nasional tahun 2001, TB paru
menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit tuberculosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi kkronis yang
bersifat menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa yang secara
khas ditandai dengan pembentukan granuloma atau tuberkuloma sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan paru.1
2.2 Etiologi
Penyebab
Tuberkulosis
Paru
adalah
Mycobacterium
tuberculosis.
sarang primer atau afek primer atau focus Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian paru. Bila menjalar ke pleura maka terjadilah efisi pleura.2
Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenopati regional). Sarang primer limfangitis local + limfadenopati regional =
kompleks primer (Rankhe). Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
yaitu sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restituion ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain garis fibrotik, sarang
perkapuran dihilus) keadaan ini terdapat pada lesi yang luasnya >5 mm dan
10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
3. Menyebar dengan cara :perkontinatum,bronkogen, hematogen dan limfogen.
Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6
minggu . adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitas seluler. Masa inkubasi mulai dari seseorang terinfeksi sampai
menjadi sakit, membutuhkan waktu sekitar 6 bulan.2
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Tuberculosis
sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca primer dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru ( segmen apical posteriorlobus
superioir atau inferior). Invasinya adalah ke bagian parenkim paru dan tidak ke nodus
hiler paru.2
Sarang dini ini mula mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel sel
histiosit dan sel datia langerhans yang dikelilingi oleh sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.2
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda sampai
usia tua, tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien. Nasib
sarag pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak menimbulkan cacat
2. sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan peyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan meninmbulkan kaviti bila jaringan dibatukkan
keluar.
disebut tuberkuloma
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
healed cavitiy yang kelihatan sperti bintang (stellate shaped)2
positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
serial menunjukkan
gambaran
pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus dini atau sudah
terinfiltrasi secara asimptomatik. Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung
luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umunya
sulit menemukan kelainan. Kelainan paru umumnya terletak didaerah lobus superior
terutama daerah apex dan segemen posterior, serat daerah apex lobus inferior. Pada
pemeriskaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda- tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.3
Pemeriksaan fisik thoraks:
a. infiltrat:
I : thoraks simetris
P : SF mengeras
P : sonor memendek
A : SP bronchial, ST ronki basah
b. fibrosis:
I : thoraks asimetris, pernapasan tertinggal
P : SF melemah
P : beda
A : SP vesikuler melemah
c. Caverne:
I : thoraks asimetris, paralitik
P : SF melemah
P : sonor/hipersonor
A : SP vesikuler melemah, amforik1
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan spesimen
Bahan pemeriksaan : dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
bilasan
bronkus,
bilasan
lambung,,
kurasan
bronkoalveolar
2.
foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran
10
proses penyakit.3
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis.
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Obat tambahan (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain yang masih dalam penelitian : makrolid dan amiksilin +
asam klavulanat
Beberapa obat yng belum tersedia di Indonesia :
o Kapreomisin
o Sikloserin
o PAS
o Derivat rifampisn dan INH
o Thioamides (ethionamide dan prothionamide).3
Kemasan
Obat tunggal
Obat kombinasi dosis tetap (fixed dose combination FDC)
B.
hasil resistensi.
TB paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks : lesi minimal
Panduan obat yang dianjurkan : 2RHZE/4RH atau 6 RHE atau 2
RHZE/4R3H3
TB paru kasus kambuh :
12
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resitensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.3
13
Laporan Kasus
Tuberkulosis Paru
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Jam masuk
II. Anamnesa
Keluhan Utama
: Batuk berdahak
14
: tidak ada
Riwayat pengobatan
Riwayat penyakit keluarga
: Tidak ada
: Tidak ada yang menderita penyakit seperti os
di keluarga
Riwayat alergi
III.Status Present
Sensorium
Tekanan darah
Heart rate
Respirasi rate
Temperatur
Anemia
Ikterik
Cyanosis
Dyspneu
Sikap paksa
Pancaran Wajah
TB
BB
IMT
KU/KP/KG
: Tidak ada
: Compos Mentis
: 110/70 mmHg
: 84 /menit
: 32 /menit
: 38,2 C
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: lemah
:173 cm
:52 kg
:17,39
: sedang/sedang/kurang
15
: Normal
: Konjungtiva anemis (- /-), sklera ikterik (-/-)
: Deviasi septum (-), PCH (-), sektet (-/-)
: Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
: TVJ 5-2 cmH2O, trakea medial, pembesaran KGB (-)
B. Torak (Paru)
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Simetris fusiformis
: Stem fremitus mengeras
: Sonor memendek pada lapang paru atas, batas paru
Auskultasi
hepar ICS V
: SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (+/+) Wheezing
(-/-)
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Simetris fusiformis
: Stem fremitus mengeras
: Sonor memendek pada lapang paru atas, batas paru
Auskultasi
hepar ICS V
: SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (+/+) Wheezing
(-/-)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
D. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
C. Torak (Jantung)
: Ictus cordis terlihat
: Ictus cordis teraba
: Batas jantung atas L. Parasternalis sinistra ics II
Batas jantung kanan L. Parasternalis dextra ics IV
Batas jantung kiri L. Midclavicularis sinistra ics V
:HR= 84x/I, regular
A2>A1 P2>P1 T1>T2 M1>M2, Desah (-)
: Simetris
: Peristaltik usus (+) normal
: Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba
: Thympani
16
E. Genitalia
F. Ekstermitas
Superior
Inferior
V. Diagnosa Banding
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia
3. Bronkiektasis
4. Bronkhitis Kronik
5. COPD
VI. Diagnosa
Tuberkulosis Paru kategori I
VII.
Anjuran
Darah lengkap
KGDr
Foto torak PA
VIII. Penatalaksanaan
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/i
O2 4L/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
FDC 1x2
Salbutamol tab 3x1
Neurodex tab 1x1
Ulsafat syr 3xCI
IX. Hasil pemeriksaan penunjang
Darah lengkap
: Dalam batas normal
KGDR
: 115 mg/dl
Foto Thorax
: terdapat bercak infiltrate di apex paru kanan ukuran
jantung normal dengan CTR 48%.
X. Resume
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Modifikasi Catatan Interna. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS. Pringadi. 2006.
Medan.
2. Tuberkulosis Paru : Sudoyo Aru W dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, Edisi V, Jakarta : Interna Publishing: 2009 ; 2230
18
19