Anda di halaman 1dari 71

Anna Andany Lestari 1010211056

ABSES PARU

Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga

membentuk kavitas yg berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol.

Etiologi
Pseudomonas aeruginosa. Klebsiella pneumoniae. Staphylococcus aureus (dapat menyebabkan

beberapa abscesses). Streptococcal pneumonia. spesies Nocardia. spesies Fungal.

Predisposisi
Kondisi yg memudahkan terjadinya aspirasi:
drug abuse, koma, trauma, sepsis. Gangguan esofagus dan sal.cerna gg.motilitas. Fistula trakeoesofageal.
Gangguan kesadaran alkoholisme, epilepsi, CVA, anestesi umum,

Iatrogenik. Infeksi periodontal. Kebersihan mulut yg buruk. Pencabutan gigi. Pneumonia akut. Imunosupresi. Bronkiektasis. Ca paru. ISPA & ISPB yg belum teratasi.
5

Patofisiologi
Terjadi melalui dua cara:
Aspirasi

Hematogen.

Paling sering akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor, dan striktur bronkial.

Sering terjadi pd pasien bronkhitis kronik byk mukus pd saluran napas bawah media pertumbuhan bakteri.

Secara hematogen:
akibat septikemia atau fenomena septik embolik,

sekunder dari fokus infeksi dari bagian tubuh lain, spt tricuspid valve endocarditis. Abses yg terbentuk multipel. Penyebab tersering stafilokokus. Penanganannya lebih sulit. Ukuran abses bervariasi dr bbrpa mm sampai >5 cm.

Abses primer: Infeksi diakibatkan aspirasi atau pneumonia pd org normal. Abses sekunder: infeksi terjadi pd org yg sblmnya sudah mempunyai kondisi spt obstruksi, bronkiektasis, dan gg.imunitas. Abses paru akibat necrotizing pneumonia terjadi

nekrosis dan pencairan jaringan. (e/ Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, dan grup Pseudomonas). Abses hepar bakterial atau amubik mengalami ruptur menembus diafragma abses paru kanan dan rongga pleura.
8

Klinis
Onset lambat/ akut. Abses akut:
terjadi < 4-6 minggu. Riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu. Gejala awal badan lemah, tidak nafsu makan,

BB turun, batuk kering, keringat malam, demam intermitten bisa disertai menggigil (>39,4oC). Dahak purulen stlah bbrpa hari.

Sputum berbau amis dan berwarna anchovy bakteri anaerob, disebut putrid abscesses. Abses sekunder akibat septik emboli paru dgn

infark, timbul dlm waktu 2-3 hari. Pem.fisik:


Suhu badan 40oC. Nyeri tekan lokal. Perkusi redup pd daerah abses. Auskultasi suara napas bronkial, suara amforik (bila dekat dinding dada), kadang-kadang ronkhi. Gerakan dinding dada tertinggal pd paru yg lesi. Fremitus vokal menghilang. Tanda2 pendorongan mediastinum kontralateral (+). Jari tabuh (+) berlangsung cepat.
10

Diagnostik
Laboratorium: Leukosit tinggi 10.000 30.000. Anemia pd abses lama. Pemeriksaan dahak transtrakheal, transtorakal, atau bilasan/ sikatan bronkus menentukan penyebab abses. Kultur darah dpt mbantu mencari etiologi. Bronkoskopi akurasi >80%. Aspirasi jarum per kutan.

11

Radiologi: Pada foto torak terdapat kavitas

dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran 2 20 cm. Adanya air fluid level yang berubah posisi sesuai dengan gravitasi Foto dada PA dan lateral. CT scan.

12

Gambaran radiologis abses paruTampak kavitas dgn air-fluid level.


13

Rontgen pada dada bagian lateral menunjukkan tingkat karakteristik air-fluid level pada abses paru-paru.

14

Abses paru dinding abses yang tebal (panah kuning).


15

DD
TBC, bulla infeksi, emboli septik, keganasan,

nodul reumatoid, vaskulitis, sarkoidosis, infark paru, kongenital.

16

Terapi
Tujuan: eradikasi secepatnya dari patogen penyebab abses dgn pengobatan yg cukup,

drainase empiema, dan pencegahan komplikasi. Posisi berbaring miring, dgn lokasi abses berada di atas agar drainase baik. Bila lokasi abses di segmen superior lobus bawah posisi trendelenberg.

17

Antibiotik: Klindamisin spektrum lebih baik pd anaerob.


Dosis: 3x600 mg IV, lalu 4x300 mg oral/hari.

Alternatif:
Penisilin G 2-10 juta unit/hari. Kombinasi dgn

streptomisin. Kemudian dilanjutkan dgn penisilin oral 4x500-750 mg/hari. Obat injeksi diganti oral jika tidak panas lagi dan merasa baikan. Penisilin 12-18 juta unit/hari + metronidazol 2 gram/hari slma 10 hari efektifnya sama dgn klindamisin.

18

Indikasi operasi:
Abses paru yg tidak mengalami perbaikan. Komplikasi: empiema, hemoptisis masif, fistula

bronkopleura. Pengobatan penyakit dasar: Ca obstruksi primer/metastasis, pengeluaran benda asing, bronkiektasis, gg.motilitas GE, malformasi atau kelainan kongenital.

Reseksi paru respon minimal dgn antibiotik, ukuran abses besar, dan infark paru. Lobektomi. Reseksi segmental untuk lesi kecil. Pneumoektomi u/ abses multipel dan gangren refrakter thdp obat. Drainase per kateter u/ resiko tinggi operasi.
19

Pencegahan
Perhatian pd kebersihan mulut. Pengobatan segera pd infeksi paru akut. Menghindari pemakaian anestesi umum pd

tonsilektomi, pencabutan abses gigi, dan operasi sinus para nasal menurunkan insiden abses paru.

21

Komplikasi
Ruptur abses. Tersering abses otak, hemoptisis masif, ruptur

pleura viseralis, piopneumotoraks, fistula bronkopleura. Abses paru yg resisten (kronik) resisten dgn pengobatan slma 6 minggu.
gagal jantung trutama pd manula.

Kerusakan paru paru yg permanen. Anemia, malnutrisi, kakeksia, gg.cairan dan elektrolit,

22

Prognosis
Tergantung KU pasien, letak abses, luas

kerusakan paru, dan respon pengobatan. Mortalitas abses anaerobik <10%. Faktor resiko prognosis jelek: Kavitas yg besar. Penyakit dasar yg berat.

23

Refrensi
Hirshberg B et al ; Factors predicting mortality of patients with

lung Abscsess ; Chest ; 115 ; 3 ; 1999 ; 746 52. Nader Kamangar, MD, Lung Abscess, Available at : http://emedicine.medscape.com/article/299425-overview Alsagaff, Hodd. Mukty, H. Abdul(ed). Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga University Press. 2005. Hal 136-140 Schrock, Theodore R. Sistem pulmoner in:Handbook of surgery. Jakarta: EGC. Hal 200-201 Goodman, Lawrence R. Felsons principles of chest roentgenology. Third Edition. New York: Saunders Elsevier. Hal 216 Halim, Hadi. 2007. Penyaki-Penyakit Pleura dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anna Andany Lestari 1010211056

EFUSI PLEURA

Definisi
Penimbunan cairan di dalam rongga pleura

akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi

Etiologi

Infeksi
- Pleuritis karena Virus dan mikoplasma

- Pleuritis karena bakteri Piogenik


- Pleuritis Tuberkulosa - Pleura karena Fungi

- Pleuritis karena parasit

- Efusi pleura karena kelainan Intra-abdominal

Non infeksi

- Efusi pleura karena gangguan sirkulasi: kardiovaskular, emboli pulmonal, hipoalbuminemia, efusi pleura karena neoplasma - Efusi pleura karena sebab lain: Trauma, uremia, miksedema, reaksi hipersensitif terhadap obat, efusi pleura idiopatik,

Klasifikasi
Efusi berdasarkan penyebabnya, yaitu:
Bila efusi berasal dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan

pleura, cairannya adalah eksudat, berisi sel limfosit yang banyak dan sering hemoragik.
Bila efusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairannya bisa

transudat atau eksudat dan ada limfosit.


Bila efusi terjadi akibat obstruksi duktus torasikus, cairannya akan

berbentuk cairan kelenjar limfa (chylothorak).


Bila efusi terjadi karena infeksi pleura pada pasien limfoma maligna

karena menurunnya resistensinya terhadap infeksi, efusi akan berbentuk empiema akut atau kronik

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi Transudat Eksudat
- Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi pleura dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya, akan tetapi efusi yang bilateral seringkali ditemukan pada penyakit : kegagalan jantug kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosis sistemik, tumor dan tuberkulosis.

PARAMETER

TRANSUDAT

Warna
BJ Jumlah set Jenis set Rivalta Glukosa Protein Rasio protein T-E/plasma LDH Rasio LDH T-E/plasma

Jernih
< 1,016 Sedikit PMN < 50% Negatif 60 mg/dl (= GD plasma) < 2,5 g/dl < 0,5 < 200 IU/dl < 0,6

EKSUDAT Jernih, keruh, berdarah < 1,016 Banyak (> 500 sel/mm2) PMN < 50% Negatif 60 mg/dl (bervariasi) < 2,5 g/dl < 0,5 < 200 IU/dl < 0,6

Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang

disebabkan oleh penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi yang luas akan menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali mengandung bunyi datar, pekak saat perkusi.

Suara egophoni akan terdengar diatas area

efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terdapat efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak ditemukan

Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan efusi pleura

akan ditemukan: Inspeksi: pencembungan hemithorax yang sakit, ICS melebar, pergerakan pernafasan menurun pada sisi sakit, mediastinum terdorong ke arah kontralateral. Palpasi: sesuai dengan inspeksi, fremitus raba menurun. Perkusi: perkusi yang pekak, garis Elolis damoisseaux batasnya merupakan garis lengkung dari medial bawah ke lateral atas di sebut garis EllisDamoiseau. Auskultasi: suara nafas yang menurun bahkan menghilang

Foto Toraks Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk menggelilingi lobus paru (biasanya lobus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus. Dapat juga menggumpul di daerah para-mediastinal dan terlihat dalam foto sebagai figura interlobaris. Bisa juga terdapat secara parallel dengan sisi jantung, sehingga terlihat sebagai kardiomegali. Pada efusi pleura adalah terdorongnya mediastenum pada sisi yang berlawanan dengan cairan.

Torakosentesis Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga IX garis aksilaris posterior dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16.

Jika fasilitas memungkinkan dapat dilakukan

pemeriksaan tambahan seperti: Bronkoskopi, pada kasuskasus neoplasma, korpus alienum dalam paru, abses paru. Scanning isotop, pada kasus-kasus dengan emboli paru. Torakoskop(fiber-optic-pleuroscopy) pada kasus-kasus dengan neoplasma atau tuberculosis pleura.

Untuk diagnostic cairan pleura dilakukan pemeriksaan: Warna cairan Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuningkuningan (serous-xantho-chrome). Bila agak kemerah-merahan,ini dapat terjadi pada trauma,

infark paru, keganasan, adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan agak perulen, ini menunjukan adanya empiema. Bila merah tengguli, ini menunjukan adanya abses karena amoeba. Biopsi pleura

Sitologi Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat

penting untuk diagnostic penyakit pleura, terutama bila ditemukan patologis atau dominasi sel sel tertentu.
Sel neutrofil: menunjukan adanya infeksi akut Sel limfosit: menunjukan adanya infeksi kronik seperti

pleuritis tuberkulosa atau limfoma malignum. Sel mesotel: bila jumlahnya meningkat adanya infark paru.biasanya juga ditemukan banyak sel eritrosit. Sel mesotel maligna: pada mesotelioma. Sel-sel besar dengan banyak inti: pada arthritis rheumatoid. Sel L.E: pada lupus eritematosus sistemik.

Penatalaksanaan
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui sela iga. Bila cairan pus kental hingga sulit keluar atau bila empiemanya multilokular, perlu tindakan operatif atau sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (betadine). Pengobatan sistemik hendaknya segera diberikan dengan diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura

setelah aspirasi (pada efusi pleura maligna), dapat dilakukan pleurodesis, yaitu melengketnya pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tertrasiklin (terbanyak dipakai), bleomisin, korinebakterium parvum, Tio-tepa, dan 5 Fluorourasil.

Pengobatan Kausal
Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusi dapat diserap

kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan thoraxosentesis. Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif.

Thoraxosentesis, indikasinya :

Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal Bila terjadi reakumulasi cairan Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs.

Water Sealed Drainage

Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna. Indikasi WSD pada empyema : Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu Terjadinva piopneumothoraxs

Pleurodesis

Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali.

Pencegahan
Lakukan pengobatan yang adekuat pada

penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.

Refrensi
Halim, Hadi. 2007. Penyaki-Penyakit Pleura dalam Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal: 1056 dan 1058. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta EGC. Anonim. Paru-paru dan Saluran Pernapasan. www.medicastore.com Hanley, Michael E., Carolyn H. Welsh. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine. 1st edition. McGraw-Hill Companies.USA:2003. E-book Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press

Anna Andany Lestari 1010211056

SARS

DEFINISI SARS
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah

sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus. SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).

ETIOLOGI
Saat ini penyebab penyakit SARS sudah

dapat diketahui, yaitu berupa infeksi virus yang tergolong dalam genus coronavirus (CoV). CoV SARS biasanya tidak stabil bila berada dalam lingkungan. Namun virus ini dapat bertahan berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam feces.

Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya : Pneumonia Tekanan darah yang sangat rendah (syok) Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung) Beberapa transfusi darah Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi Emboli paru Cedera pada dada Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin Trauma hebat Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

Faktor Predisposisi
Faktor diri (host)

: umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis, BBLR dan premature. Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara. Defisiensi vitamin Tingkat sosio ekonomi rendah Penyakit kronik

Cara Penularan
Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama

1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.

Klasifikasi
Secara proposional ada 2 kasus SARS, yaitu suspect dan probable sesuai kriteria WHO: Suspect SARS: - Adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala demam tinggi ( > 38oC ), dengan satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu batuk, nafas pendek dan kesulitan bernafas - - Adalah seseorang yang meninggal dunia karena mengalami gagal nafas akut yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebabnya

Probable SARS

Adalah kasus Suspect ditambah dengan gambaran foto toraks menunjukkan tandatanda pneumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya, dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang tidak jelas penyebabnya.

PATOFISIOLOGI
Menurut Chen dan Rumende (2006), patogenesis SARS

terdiri dari 2 macam fase :

Fase Pertama Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin. Fase kedua Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen alveolus.

MANIFESTASI KLINIS

Suhu badan lebih dari 38oC Batuk Sulit bernapas Napas pendek-pendek Gejala lainnya Sakit kepala Otot terasa kaku, Diare yang tak kunjung henti, Timbul bintik-bintik merah pada kulit Badan lemas beberapa hari

DIAGNOSIS
Menurut WHO (2003), kategori yang harus dipenuhi untuk kasus suspek SARS adalah : Demam tinggi >380C Satu atau lebih keluhan pernafasan, termasuk batuk, sesak, dan kesulitan bernafas disertai dengan satu atau lebih keluhan berikut : Kontak dekat dengan orang yang terdiagnosa suspek atauprobable SARS dalam 10 hari terakhir Riwayat perjalanan ke tempat yang terjangkit wabah SARS dalam 10 hari terakhir Pernah bertempat tinggal di tempat yang terjangkit wabah SARS

DIAGNOSIS
Kasus probable SARS adalah kasus suspek ditambah salah satu: Gambaran foto thoraks yang menunjukkan tanda-tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome Seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya Pada pemeriksaan otopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang juga tidak jelas penyebabnya.

PEMERIKSAAN FISIK
Terdengar bunyi pernafasan abnormal

(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah Kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologis : air bronchogram :

Streptococcus pneumonia. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara) Gas darah arteri Hitung jenis darah dan kimia darah Bronkoskopi. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy. Test DNA sequencing bagi coronavirus.

PENATALAKSANAAN
Terapi suportif, yaitu mengupayakan agar

penderita tidak mengalami dehidrasi dan infeksi sekunder. Antibiotik spektrum luas sendiri merupakan sebuah tindakan pencegahan (profilaksis) untuk mencegah infeksi sekunder

Penatalaksanaan Kasus Suspek SARS


Observasi 2 x 24 jam, perhatikan

- Keadaan umum - Kesadaran - Tanda Vital (Tekanan Darah, nadi, frekuensi nafas, suhu Terapi Suportif Antibiotik : amoksilin atau amoksilin + anti B laktamase oral ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin,azitromisin)

PENCEGAHAN
Biasakanlah selalu mencuci tangan sampai bersih Gunakan masker bila kontak langsung dengan

penderita Jaga daya tahan tubuh agar tetap sehat dengan makanan bergizi. Istirahat cukup, olahraga teratur, dan sebaiknya tidak merokok Harus ekstra hati-hati, bila bepergian ketempattempat yang terjangkit SARS Segera kedokter, bila mengalami gejala SARS, dipastikan penyakit ini juga masuk keindonesia terbawa lewat warga asing atau Indonesia yang baru pulang dari Negara-negara yang terjangkit virus SARS.

Prognosis
Kebanyakan buruk berujung pada kematian

Refrensi
Anonym. 2003. Pedoman Surveilans

Epidemiologi Penyakit SARS. http://digilib.litbang.depkes.go.id Chen K, Rumende CM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai