REFERAT
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
PNEUMONIA
Disusun oleh :
Jessica Maharani Rahayu
0961050112
Pembimbing :
dr. Tri Harjanto, Sp.Rad,MSc
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pemeriksaan Radiologi Pada
Pneumonia. Tugas penelitian ini penulis buat dengan tujuan sebagai salah satu tugas
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Radiologi serta bertujuan agar para dokter muda
mengetahui dan memahami tentang hasil pemeriksaan radiologi pada cor pulmo tuberkulosis
paru.
Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada kedua orangtua penulis, yang selalu
mendukung penulis dalam segala kondisi yang penulis alami dalam menjalankan
kepaniteraan ini, juga kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan penelitian ini,
khususnya dr. Tri Harjanto, Sp.Rad yang telah berkenan membimbing laporan ini.
Akhir kata penulis mohon kritik dan saran yang membangun untuk Penulis pada
khususnya dan kemajuan dunia kedokteran pada umumnya.
Penulis
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi saluran pernafasan, baik saluran pernafasan nafas atas maupun bawah
merupakan penyakit yang sering dijumpai, baik di masyarakat maupun di rumah sakit. Infeksi
saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di
negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Salah satu penyakit infeksi
saluran pernafasan bawah adalah pneumonia.
Dari data SEAMIC Health Statistic 2001, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6
di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Di dunia setiap tahunnya terjadi 156 juta kasus pneumonia
baru di seluruh dunia dan penyakit tersebut telah merenggut nyawa 1,5 juta anak usia
dibawah lima tahun.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit
kardiovaskular dan TBC. Faktor sosial-ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian.Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011, Pneumonia menempati
peringkat 10 dalam daftar 10 besar penyakit rawat inap 2010 dengan jumlah kasus 9.340
untuk laki laki dan 7.971 kasus untuk perempuan. Jumlah pasien keluar 17.311 dan pasien
meninggal 1.315 orang.
Pada masa yang lalu pneumonia diklasifikasikan sebagai Pneumonia Tipikal yang disebabkan
oleh S. pneumonia dan Pneumonia Atipikal yang disebabkan oleh kuman atipik seperti M.
pneumonia. Kemudian berkembang menjadi Pneumonia yang bisa bersumber pada komunitas
di luar rumah sakit (Community Acquired Pneumonia / CAP) dapat juga bersumber dari
dalam rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia / HAP) atau yang sering dikenal dengan
infeksi nosokomial.1 Pemeriksaan foto polos toraks merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang da lam menegakkan diagnosis pneumonia.
Page 3
BAB II
ISI
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratoris dan alveoli, serta dapat menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat. 1 Dapat disebabkan oleh virus,
bakteri dan mikroorganisme lain.
Ditinjau dari insidensinya, penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi di dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan yang terjadi di masyarakat (Pneumonia
komunitas/PK) dibanding di dalam rumah sakit (Pneumonia Nosokomial/PN). 2
Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering terjadi dari PN di ruangan umum dengan
perbandingan 42% : 13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi pada pasien
yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari
pasien yang meninggal di ICU akibat PN.
Berdasarkan umur, pneumonia dapat menyerang siapa saja. Meskipun lebih banyak
ditemukan pada anak anak.
Menurut acuan NNIS (1988), Pneumonia khususnya pada dewasa, diagnosis berdasarkan
kriteria berikut :2
a) Kriteria I : terdapat ronki basah / pekak (dullness) pada pemeriksaan dada
disertai minimal satu berikut ini :
Perubahan sifat sputum atau baru munculnya sputum purulen
Terdeteksi mikroba dari kultur darah
Ditemukan mikroba penyebab dari spesimen yang diambil secara aspirasi
b)
Page 4
Gambar 2. Bakteri S.
pneumoniae
Page 5
Akibat perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik,
polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat sehingga menimbulkan
perubahan karakteristik kuman, terjadilah peningkatan patogenitas jenis kuman, terutama
S.aureus, B.catanhalism, H.influenza dan Enterobacter.
Pneumonia oleh virus sering terjadi pada anak anak, tetapi kasus pada anak anak
hanya sebesar 10%.
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh protozoa parasit. Pnemocystis carinii adalah
penyebab PCP (Pneumonia P.carinii). PCP yang berulang menyerang lebih dari separuh
penderita AIDS dan sering menyebabkan kematian. PCP merupakan penyakit
opportunistik dan dapat juga terjadi pada pejamu dengan gangguan imunitas, seperti
pasien yang mendapat terapi imunosupresif untuk pengobatan kanker / transplantasi
organ.
Pneumonia juga dapat disebabkan oleh fungus, walaupun tidak sesering bakteri.
Misalnya histoplasmosis, koksidiomikosis dan blastomikosis. Spora fungus ini ditemukan
Page 6
dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang masuk ke dalam bagian paru paru yang lebih
dalam difagositosis dan dapat menimbulkan alergi. Sesudah timbul alergi, terjadi reaksi
peradangan yang disertai pembentukan tuberkel, jaringan parut perkapuran dan bahkan
pembentukan kavitas. Hal ini sering disalah tafsirkan sebagai tuberkulosis sehingga
dibutuhkan pembiakan jamur. Pneumonia oleh fungus tidak jarang menjadi komplikasi
dari tahap akhir penyakit penyakit terminal seperti kanker.
Pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi dibedakan menjadi tiga sindrom
berdasarkan sifat bahan yang diaspirasi, tanda dan gejala serta patofisologisnya. Aspirasi
mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi yang
menyebabkan pneumonia bakteri. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit sekret
orofaringeal selama tidur dan sekret tersebut akan dibersihkan secara normal tanpa gejala
sisa melalui mekanisme pertahanan secara normal. Sindrom aspirasi tipe kedua yang
disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung.
Jenis sindrom ketiga aspirasi berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan)
atau cairan bukan asam (misalnya tenggelam) menyebabkan obstruksi mekanik.
Tabel 1. Penyebab Pneumonia Paling Sering3
Lokasi Sumber
Masyarakat
Rumah Sakit
Penyebab
Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Haemophilus influenza
Legionela pneumophila
Chlamydia pneumoniae
Anaerob oral (aspirasi)
Adenovirus
Basil usus gram negatif (mis : E. coli,
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Staphylococcus aureus
Anaerob oral (aspirasi)
3. Faktor Resiko
a)
Usia diatas 65 tahun
b)
Tindakan invasif seperti infus, intubasi, trakeostomi, pemasangan ventilator4
c)
Infeksi pernafasan oleh virus
d)
Penyakit pernafasan kronik (PPOK)
e)
Kanker (terutama kanker paru)
f)
Riwayat merokok
g)
Alkoholisme
Page 7
Malnutrisi
4. Klasifikasi
a)
Klasifikasi tradisional berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis :5
i. Pneumonia Tipikal
Mempunyai ciri tanda pneumonia lobaris klasik. Gambaran radiologisnya
berupa opasitas lobus atau lobaris yang disebabkan oleh kuman tipikal seperti S.
pneumonia. Kemudian ternyata manifestasi dari patogen lain seperti K.
pneumonia, H. influenza atau S. aureus memberikan sindrom klinik yang identik
dengan pneumonia oleh S. pneumonia.
ii. Pneumonia Atipikal
Ditandai oleh gangguan repirasi yang lambat dengan gambaran infiltrat paru
bilateral yang difus. Penyebabnya Mycoplasma pneumoniae, virus Legionella
pneumophila.
Klasifikasi ini tidak lagi digunakan karena ditemukan bahwa gambaran radiologis
atau laboratorium saling tumpah tindih dan tidak mencakup pneumonia gambaran
yang khas.
b)
yang
disebabkan
oleh
infeksi
Page 8
Page 9
c)
Page 10
lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler tidak lagi mengalami kongesti.
d)
Resolusi ( 7 11 hari )
Eksudat yang mengalami konsolidasi di atara rongga alveoli diderna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru
kemblai menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal.
Gambar 7. Patogenesis Pneumonia
Sumber
6. Gambaran Klinis
Pneumonia dapat bervariasi dari indolen sampai fulminan dalam presentasinya, dan dari
ringan sampai fatal pada tingkat keparahannya. Beragam tanda dan gejala, yang
tergantung pada perkembangan dan tingkat keparahan infeksi, mencakup temuan
konstitusional dan manifestasi yang terbatas pada paru paru dan struktur terkait. Awitan
pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai menggigil, demam tinggi, nyeri
pleuritik, batuk dan sputum berwarna seperti karat.
7. Pemeriksaan
Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian terapi yaitu
dengan mencakup bentuk luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis kuman
penyakit. Oleh sebab itu, diagnosis pneumonia didasarkan pada riwayat penyakit yang
Referat Pneumonia Jessica Maharani Rahayu (09-110)
Page 11
lengkap, pemeriksaan lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang
yang baik. Adapun pemeriksaannya adalah :
a) Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab berhubungan dengan
faktor infeksi, dalam hal ini yang perlu digali adalah evaluasi faktor pasien /
predisposisi, lokasi infeksi, usia pasien dan awitan.
b)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal,
suprasternal dan pernafasan cuping hidung. Tanda objektif merefleksikan
adanya distress pernafasan adalah retraksi dinding dada; penggunaan otot
tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnoe dan pergerakan
pernafasan berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama
inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian
bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan
sub kostal dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Sebaliknya, ruang
interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura semakin
positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan yang lebih tua. Kontraksi
yang terlihat dari otot sternokleidomasteideus dan pergerakan fossae
supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya
akan adanya sumbatan jalan nafas.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernafasan dan dapat terjadi apabila inpirasi memendek secara normal (pada
kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan nafas atas dan keseluruhan. Selain itu, dpaat
juga menstabilkan jalan nafas atas dengan mencegah tekanan negatif faring
selama inspirasi.
Palpasi
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan nafas masih teerbuka. Namun bila terjadi perluasan
infeksi paru (kolpas paru / atelektasis) maka energi vibrasi akan berkurang.
Perkusi
Dapat ditemukan tanda tanda konsolidasi paru yang luas berupa perkusi paru
yang pekak
Page 12
Auskultasi
Dapat didengar ronki basah dan gesekan pleura (pleural friction rub) di atas
jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin dalam alveolus dan dapat
pula dalam permukaan pleura.4
Ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi non musikal, tidak
kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan dpektrum frekuensi antara 200
2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya
frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo
osilasi), jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual), halus atau
kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung gelembung udara yang melalui sekret
jalan nafas / jalan nafas kecil yang tiba tiba terbuka.
c)
Laboratorium
Umumnya leukositosis : menandai adanya infeksi. Hitung leukosit dapat membantu
membedakan pneumonia karena virus atau bakteri. Infeksi virus biasanya leukosit
normal atau meningkat ( tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan)
dan bakteri biasanya leunosit meningkat ( 15.000 40.000/mm3 dengan neutrofil
yang predominan). Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri dengan
peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi aasidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru,
cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan.
d)
Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakea/transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi atau biospi; dengan tujuan terapi empiris
dilakukan pemeriksaan apus gram, Burri Gin, Quellung Test dan Z. Nielsen. Kuman
predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan
penyebab infeksi. Kultur kuman merupakn pemeriksaan utama praterapi dan
bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.
e)
Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionella dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer
antibodi tinggi atau ada enaikan 4x. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai
tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
Page 13
f)
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis akan dibahas lengkap pada bagian selanjutnya.
Pada anak kecil perlu diingat masih terdapatnya Thymus di daerah mediastinum, yang akan
hilang saat beranjak dewasa.
Page 14
Kebanyakan
proses patologis yang melibatkan paru
akan menyebabkan
peningkatan densitas
Medscape.com
Sumber
: e-medicine,
Medscape.com
paru dan tampak berwarna putih atau tampak sebagai
bayangan opak fokal.7
PNEUMONIA
Gambaran pneumonia akan terjadi peningkatan densitas dalam bagian paru yang terkena.
Paru yang memberi gambaran lusen, akan tampak lebih opak karena adanya proses
peradangan yang menggantikan udara. Gambaran opak yang diberikan paru berbeda beda,
tergantung bentuk infeksi dan distribusinya. Salah satu gambaran khas pneumonia adanya Air
Bronchogram, yakni terperangkapnya udara dalam bronkus karena tiadanya pertukaran udara
pada alveolus. Namun gambaran ini tidak muncul disemua pneumonia.
Pneumonia adalah konsolidasi rongga udara akibat rongga udara alveolar terisi dengan
eksudat inflamatorik yang disebabkan oleh infeksi. Untuk mempelajari konsolidasir paru,
baik menyangkut perluasan dan lokasi kelainan dibuat foto toraks proyeksi AP, lateral dan
oblique.7 Pola radiologis dapat berupa : penumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram
(air
space
disease)
misalnya
oleh
Steprococcus
pneumoniae;
Page 15
fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan dan fibrotik akibat nekrotik jaringan paru oleh
kuman S. aereus, K. Pneumoniae dan kuman kuman Anaerob (Streptococcus anaerob,
Bacteroides, Fusobacterium). Ulangan foto perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan
adanya infeksi sekundeer, efusi pleura penyerta atau pembentukan abses. Pada pasien yang
mengalami perbaikan klinis, ulangan foto dapat ditunda karena resolusi pneumonia
berlangsung 4 12 minggu.
Gambaran Radiologis
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Air Space Pneumonia / Pneumonia Lobaris
Perselubungan paru
Batas tegas, walau mulanya kurang jelas
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
Page 16
Gambar
Gambar
12.Foto
13. Foto
PA Pneumonia
Lateral Pneumonia
Lobaris
Lobaris
Dextra
Dextra
Air space pneumonia sering dikenal juga dengan pneumonia pneumokokus karena
seiring waktu infeksi dapat menyebar dan melibatkan seluruh lobus, sering juga
menempati satu lobus penuh / konsolidasi pada seluruh lobus dimulai dalam ruang distal
dan menyebar melalui pori pori.
Untuk melokalisasi suatu pneumonia lobaris secara antomis dapat digunakan tanda
hilangnya siluet. Pneumonia lobus tengah paru kanan akan menyebabkan batas jantung
kanan menghilang. Pneumonia lingual lobus atas paru kiri akan menyebabkan
menghilangnya batas jantung kiri. Pada pneumonia lobus bawah, hemidiafragma tidak
akan terlihat.7
Page 17
kanan atas
Cor : tidak membesar
Aorta normal
Sinus costofrenikus, cardiofrenikus dan diafgrama kiri dan kanan normal
Kesan : Cor dalam batas normal
Pneumonia Lobaris dextra
Pneumonia Lobularis / Bronchopneumonia
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi
area berbercak (inhomogen). Bronkopneumonia adalah proses multifokal yang dimulai pada
bronkiolus terminalis dan respiratorius dan cenderung menyebar secara segmental, sehingga
dapat juga disebut penumonia lobularis.
Page 18
Pada foto toraks tampak infiltrat peribronkial yang semiopak dan tidak homogen di
daerah hilus yang menyebabkan batas jantung menghilang. Penyebab paling sering oleh
S. aureus dan mikroorganisme gram negatif.
Deskripsi :
Jaringan lunak normal
Tulang tulang dalam keadaan normal, simetris
Trakea berada ditengah
Paru : Hillus : kiri normal, kanan normal
Corakan paru : meningkat
Tampak perselubungan di lapangan paru kanan distal
Aorta normal
Page 19
sehingga dinding bronkiolus menjadi edema, juga terjadi edema jaringan intestisial
peribronkial, kadang alveolus terisi cairan.
Deskripsi :
Jaringan lunak normal
Tulang tulang dalam keadaan normal, simetris
Trakea berada ditengah
Paru : Hillus : kiri normal, kanan normal
Corakan paru : meningkat
Tampak infiltrat di lapangan paru kanan dan kiri bagian distal
Cor : tidak membesar
Aorta normal
Sinus costofrenikus, cardiofrenikus dan diafragma kiri dan kanan normal
Kesan :
Cor dalam batas normal
Pneumonia Interstisial bilateral
PEMERIKSAAN CT SCAN
Dalam beberapa kasus, CT scan dapat mendeteksi penumonia yang tidak terlihat pada foto
toraks. Terkadang pada foto toraks bisa terjadi kesalahpahaman apakah ini jaringan parut paru
Page 20
atau gagal jantung kongesti. Kedua kelainan tersebut dapat memberikan gambaran
menyerupai pneumonia di foto toraks.
Indikasi pemeriksaan :
Massa
Aneurisma
Abses
Page 21
Page 22
8. Diagnosis Banding
a) Efusi Pleura
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak di antara
pleura visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleura
mengandung sejumlah kecil cairan ( 5 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak.
Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air bronchogram. Terdapat
penambahan volume sehingga terjadi pergeseran mediastinum (jantung, aorta,
trakea) ke sisi yang sehat. Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian akan
tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura.
Page 23
b) TB
TB adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh M. Tuberculosis.
Jalan masuk untuk organisme adalah saluran pernafasan. Gejala klinis antara lain
batuk lama yang produktif ( > 2 minggu dengan sputum) bahkan bisa batuk
berdarah, demam, keringat malam hari, hilang nafsu makan dan penurunan berat
badan.
c) Atelektasis
Atelektasis adalah
Page 24
9.
Penatalaksanaan
Pengobatan
terdiri
dari antibiotik dan
Gambar 24.
Atelektasis
Sinistra suportif. Pemberian antibiotik
pengobatan
pada
penderita
pneumonia
sebaiknya
beberapa alasan :
Penyakit yang berat dapat mengancam
nyawa
Bakteri patogen yang berhasil diisolasi
Page 25
dan
ampisilin;
doksisiklin
sebagai
alternatif
macrolide,
Page 26
BAB III
KESIMPULAN
Page 27
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru paru, dimana alveoli dipenuhi cairan
sehingga kemampuan untuk melakukan pertukaran udara terganggu. Istilah awam pneumonia
adalah radang paru paru.
Pemeriksaan radiologi toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Kemajuan pesat
selama dasawarsa terakhir dalam teknik pemeriksaan radiologis toraks dan pengetahuan
untuk menilai suatu keharusan rutin.
Pada penyakit pneumonia, pemeriksaan radiologis toraks merupakan pemeriksaan penunjang
yang paling sering dilakukan dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk memastikan
diagnosa dan menyingkirkan diganosa banding. Gambaran khas pada pneumonia adalah
adanya infiltrat dan atau perselubungan pada lapangan paru disertai gambaran air
bronchogram. Namun, perlu dipertimbangkan dengan data klinis pasien (anamnesis dan
pemeriksaan fisik) dan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad, Sjahriar.Radiologi Diagnostik.Balai Penerbit FK UI.Jakarta.2005;400-1
Page 28
Page 29