Anda di halaman 1dari 21

BAB I

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Cingcin Permata Indah GA No.53, RT 08 RW 11,
Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tgl. Pemeriksaan : 19 Juli 2016
No. RM : 560825

II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 19 Juli 2016

Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan adanya benjolan pada kelopak mata atas kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Mata RSUD Soreang pada tanggal 19 Juli 2016 dengan keluhan
adanya benjolan pada kelopak atas mata kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya benjolan
berukuran kecil, namun perlahan benjolan dirasa semakin membesar. Saat ini benjolan
sebesar biji kacang hijau. Benjolan menyebabkan rasa mengganjal pada mata kiri pasien,
namun benjolan tidak terasa nyeri, gatal, maupun panas. Benjolan tidak mengeluarkan
nanah. Tidak ada mata merah sebelumnya. Tidak terdapat bintik putih seperti ketombe
maupun luka kering sepanjang pinggir kelopak mata. Keluhan pandangan buram,
pengelihatan ganda disangkal. Pasien sering terpapar debu karena mengendarai motor,
pasien selalu memakai helm yang melindungi mata. Pasien tidak mengalami demam.

1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat menggunakan kaca mata : disangkal
Riwayat dengan keluhan serupa : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan serupa di keluarga disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhan matanya.
.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu : Afebris

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

KETERANGAN OD OS
KEDUDUKAN BOLA MATA Ortotropia
- Deviasi Tidak ada Tidak ada

- Gerakan Bola mata


SUPERSILIA
- Warna Hitam, distribusi normal Hitam, distribusi normal
- Simetris Simetris Simetris

2
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema Tidak ada Ada (superior)
Berukuran 0.5x0.5x0.3 cm
Konsistensi lunak,
permukaan rata.
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- Ekteropion Tidak ada Tidak ada
- Entropion Tidak ada Tidak ada
- App Lakrimal Sumbatan (-) Sumbatan (-)
KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR
- Konjungtiva tarsalis Tenang Tenang
- Hiperemis Tidak ada Ada
- Edema Tidak ada Ada
KONJUNGTIVA TARSALIS INFERIOR
- Konjungtiva tarsalis Tenang Tenang
- Hiperemis Tidak ada Tidak ada
- Edema Tidak ada Tidak ada
KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret Tidak ada Tidak ada
- Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
- Injeksi episklera Tidak ada Tidak ada
- Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik Tidak ada Tidak ada
KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Infiltrat Tidak ada Tidak ada
- Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Ulkus Tidak ada Tidak ada
- Perforasi Tidak ada Tidak ada
- Edema Tidak ada Tidak ada
BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Sedang Sedang
- Kejernihan Jernih Jernih
IRIS
- Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan
- Sinekia Tidak ada Tidak ada

3
PUPIL
- Letak Sentral Sentral
- Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
- Ukuran 3mm 3mm
- Refleks cahaya + +
langsung
- Refleks cahaya + +
tidak langsung
LENSA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Sentral Sentral

STATUS LOKALIS

Visus
VOD = 6/6 non-koreksi
VOS = 6/6 non-koreksi

Resume
Telah diperiksa pasien laki-laki usia 38 tahun dengan benjolan pada kelopak mata atas kiri.
Benjolan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan perlahan dirasakan membesar. Benjolan
menyebabkan rasa mengganjal pada mata kiri pasien, tanpa disertai rasa nyeri, gatal, maupun
rasa terbakar. Pada pemeriksaan didapatkan terdapat udem pada kelopak mata atas kiri bagian
luar maupun dalam dan berwarna kemerahan. Benjolan berukuran 0.5 x 0.5 x 0.3 cm dengan
konsistensi lunak dan permukaan rata. VOD: 6/6 non-koreksi dan VOS: 6/6 non-koreksi.

4
Diagnosis Kerja
Kalazion OS

Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa:
- Edukasi penyakit kalazion.
- Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi
(diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
- Pada pasien ini, terapi yang dilakukan adalah ekskokleasi kalazion.
Prosedur ekskokleasi kalazion:
- Mata yang sakit ditetes dengan anesthesia topikal pantokain.
- Dilakukan anestesi infiltratif (dengan lidocain) disuntikkan di bawah kulit di
depat kalazion.
- Kalazion dijepit dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan
kalazion terlihat.
- Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra.
- Isi kalazion dikuret sampai bersih.
- Klem kalazion dilepas.

2. Medikamentosa:
- Pemberian salep mata kloramfenikol 1%, dioleskan 3xsehari pada OS pasca
ekskokleasi kalazion.

Prognosis
OD OS
Quo ad vitam ad bonam ad bonam
Quo ad Functionam ad bonam ad bonam
Quo ad Sanactionam ad bonam dubia ad bonam

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar?


Pada pasien ini saya tegakkan diagnosa kerja kalazion OS berdasarkan:
a) Pada anamnesa didapatkan, pasien mengeluhkan adanya benjolan pada kelopak
atas mata kiri. Benjolan dirasakan membesar namun perlahan. Benjolan
menyebabkan rasa mengganjal pada mata kiri pasien, tanpa disertai rasa nyeri,
gatal, maupun rasa terbakar.
b) Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan terdapat udem pada kelopak mata
atas kiri bagian luar maupun dalam dan berwarna kemerahan. Benjolan
berukuran 0.5x0.5x0.3cm dengan konsistensi lunak dan permukaan rata. Visus
mata kanan (VOD) 6/6 non-koreksi dan visus mata kiri (VOS) 6/6 non-koreksi.

2. Apakah terapi pada pasien ini sudah tepat?


Terapi yang diberikan kepada pasien ini sudah tepat, karena pengobatan terbaik
kalazion sampai saat ini adalah dengan melakukan ekskokleasi pada kalazion. Dengan
dilakukannya insisi dan kuretase kalazion sampai bersih akan mengurangi angka
rekurensi terjadinya kalazion dikemudian hari.

3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?


- Quo ad vitam : ad bonam
Karena kalazion tidak mengancam jiwa penderita.

- Quo ad functionam : ad bonam


Karena kalazion tidak menyebabkan gangguan pada fungsi mata sebagai indera
pengelihatan.

- Quo ad sanationam : dubia ad bonam


Kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.
Kalazion seringkali dihubung-hubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan
obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak), meskipun belum ada
penelitian pasti yang menyatakan hal tersebut. Dengan begitu pada pasien ini,

6
kalazion bisa saja kambuh kembali jika pasien tidak menjaga kebersihan kulit
wajah, mata, dan sekitarnya walaupun sudah dilakukan kuretase kalazion sampai
bersih.

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Palpebra

Gambar 1. Anatomi Palpebra Potongan Sagital

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis
kulit, lapis otot rangka (m.orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan
lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,
dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Muskulus Orbikularis okuli


Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra
secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi
dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian

8
diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis subaponeurotik
dari kulit kepala.

4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).

5. Konjungtiva Palpebrae

Gambar 2. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata,
dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).

9
Kelenjar Meibom
Merupakan kelenjar sebaseus yang besar. Tidak berkontak langsung dengan folikel
rambut. Terletak pada lempeng tarsal kelopak mata atas-bawah (jumlah di kelopak atas >
kelopak bawah).
Fungsi: menghasilkan sekret minyak/oily yang mencegah perlekatan antara kedua
kelopak mata dan berfungsi untuk membentuk lapisan tear film yang mencegah air mata untuk
berevaporasi.

Kelenjar Zeiss
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata.

Kelenjar Moll
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata.
Glandula moll dan zeiss mensekresi lipid yang ditambahkan ke lapisan superfisial dari
tear film, mencegah evaporasi.

Gambar 3. Glandula Meibom

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini
berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

10
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir
di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita
dan membentuk sudut tajam.

Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot rangka
adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan
bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-
serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama
adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis
okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik


kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh
cabang kedua nervus V.

11
2. Kalazion
2.1. Definisi

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat.


Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.

2.2. Etiologi

Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau
karena adanya hordeolum. Kalazion seringkali dihubung-hubungkan dengan disfungsi
kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Higiene yang
buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.

Faktor Resiko:
Belum diketahui dengan pasti faktor resiko apa yang menyebabkan terjadinya kalazion.
Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion meskipun
perannya masih perlu dibuktikan.
Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun stress belum dibuktikan
sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan kalazion belum diketahui.
Faktor makanan seperti susu, coklat, seafood dan telur mungkin berperan.

2.3. Patofisiologi
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim bakteri
yang berupa asam lemak bebas, mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar sebasea
(obstruksi), kemungkinan karena enzim dari bakteri merangsang terbentuknya respon
inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk
kalazion. Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum
interna dan eksternum dimana pada hordeolum terjadi reaksi radang akut dengan leukosit
PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat
menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.

12
Gambar 4. Obstruksi Kelenjar Sebasea

2.4. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang
terdapat di dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada
pembalikan kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan
penebalan kronis pada kelenjar yang berkaitan.

Gambar 5. Kalazion

Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata
membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari kemudian gejala tersebut
menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata
dan tumbuh secara perlahan. Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-
abu. Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-
baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan).
Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion
memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering
timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak
daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat
menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada

13
kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang
seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit
(seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa
kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung,
dan kulit palpebra. Diantaranya :
a) benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
b) pseudoptosis
c) kelenjar preaurikel tidak membesar.
Kebanyakan kalzion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah
atau meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan
menimbulkan astigmatisme.

2.5. Diagnosis

Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa adanya benjolan pada kelopak mata
atas maupun bawah (lebih sering mengenai kelopak mata atas) yang diriwayatkan
mengalami pembesaran dari waktu ke waktu namun perlahan. Benjolan tidak disertai
dengan nyeri tekan, tidak gatal, dan tidak hiperemi (pada sebagian kasus didapatkan
hiperemi minimal). Adanya keluhan mengganjal pada mata. Mungkin dapat ditemukan
adanya riwayat infeksi pada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk
kalazion, tapi ini tidak selalu terjadi.

Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing mata dan
inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri.
Pada palpebra yang terkena didapatkan benjolan dengan konsistensi lunak, berwarna
kemerahan (dapat tidak berwarna kemerahan), tanpa disertai rasa nyeri. Umumnya
ditemukan nodul tunggal (jarang multiple). Biasanya pada pemeriksaan visus dengan
kalazion murni, didapatkan visus mata normal, walaupun dapat terjadi kelaianan refraksi
astigmatisme akibat perubahan bentuk bola mata yang tertekan kalazion.

14
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium jarang diminta.
- Pemeriksaan histopatologis: menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respons
radang granulomatosa yang melibatkan sel-sel kelenjar jenis Langerhans.
- Biopsi diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar
meibom dapat mirip tampilan kalazion.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi di tempat
yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus
dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
histopatologik karena adanya kemungkinan benjolan tersebut merupakan suatu
keganasan misalnya karsinoma sel basal, karsinoma kelenjar sebasea, atau
adenokarsinoma.
Karsinoma sel basal adalah keganasan pada palpebra yang paling sering
dijumpai. 90% keganasan dari karsinoma pada palpebra merupakan karsinoma sel
basal. Karsinoma sel basal mempunyai presileksi pada palpebra inferior dan kantus
medialis.
Karsinoma kelenjar sebasea merupakan bisa menunjukkan gambaran klinis
berspektrum luas biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti kalazion. Sering
kelihatan seperti kalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi
yang kenyal. Karsinoma Kelenjar sebasea adalah keganasan kedua terbanyak pada
palpebra.
- Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus
albus, atau organisme komensal kulit lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium
acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar.
- Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan dilatasi
abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi.

2.6. Diagnosis Banding

Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum
yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak
biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Terdapat dua bentuk
hordeolum yaitu:

15
Hordeolum internum
merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum

Gambar 6. Hordeolum Internum

Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
memberikan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak
nanah dapat keluar dari pangkal rambut

Gambar 7. Hordeolum externum

Hordeolum/stye/bintitan terjadi karena adanya infeksi bakteri pada satu atau lebih
kelenjar kelopak mata, ditandai dengan terbentuknya abscess focal. Apabila banyak
kelenjar kelopak mata yang terinfeksi pada waktu yang sama maka disebut hordeolosis.
Jika mengenai kelenjar zeis dan moll maka disebut external hordeolum dan jika
mengenai kelenjar meiboiman disebut internal hordeolum. Hordeolum merupakan suatu
abses di dalam kelenjar tersebut. Penyebab utamanya adalah bakteri staphylococcus
aureus. Gejala yang muncul adalah adanya benjolan berwarna kemerahan pada kelopak

16
mata, nyeri bila ditekan, hangat, bengkak. Hordelum biasanya akan hilang dengan
sendirinya dalam waktu 1-2 minggu.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga
sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preautikel biasanya turut
membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
Untuk mempercepatkan peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali
sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkat bulu mata dapat memberikan
jalan untuk drainase nanah. Diberikan antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk
rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel. Antibiotik sistemik yang
diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga
diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya
diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar
dilakukan insisi. Pada hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang
perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluaktuasi terbesar.

Blefaritis
Blefaritis adalah peradangan kronis pada kelopak dan tepi kelopak mata. Blefaritis
sering dikaitkan dengan sejumlah penyakit kulit sistemik, seperti: rosasea dan dermatitis
seborheik. Keadaan ini juga erat kaitannya dengan beberapa penyakit mata seperti: dry
eye, khalazion, trikhiasis, konjungtivitis dan keratitis.
Secara anatomis blefaritis dapat dikelompokkan menjadi blefaritis anterior dan
blefaritis posterior. Blefaritis anterior merujuk pada peradangan yang terutama terpusat
di sekitar bulu mata dan folikel rambutnya. Sedangkan blefaritis posterior kebanyakan
melibatkan peradangan pada orifisium kelenjar Meibom.

Gambar 8. Blefaritis Anterior dan Posterior

17
Gambar 9. Perbandingan Mata Normal dan Blefaritis

Karsinoma
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis yang
berasal dari lapisan basal epidermis. Karsinoma sel basal merupakan bentuk tumor ganas
tersering. Karsinoma sel basal merupakan keganasan palpebra terbanyak yaitu 90% dari
keganasan palpebra. Paling sering mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan dekat
kantus medial (25-30%), serta jarang mengenai palpebra superior (15%) dan kantus
medial (5%). Karsinoma sel basal lebih sering mengenai orang berkulit putih/ terang,
danlebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan (3:2). Berkembang lambat tidak
sakit bisa membentuk nodul yang berkembang menjadi uleratif. Jarang metastase.
Radiasi sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor utama penyebab karsinoma sel
basal. Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya karsinoma sel basal. Faktor genetik
juga memegang peranan seperti defek pada replikasi DNA repair yang diturnkan pada
xeroderma pigmentosa.

Gambar 10. Adenocarsinoma

Pasien sering datang dengan keluhan ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan mudah
berdarah dengan trauma ringan dan sering tidak nyeri. Diagnosis dini keganasan di kulit
merupakan hal yang sangat penting, maka hendaknya kecurigaan akan adanya
keganasan sudah timbul bila dari anamnesis ditemukan rasa gatal/nyeri, perubahan

18
warna (gelap,pucat dan terang), ukurannya membesar, pelebarannya tidak merata ke
samping, permukaan tidak rata, trauma, perdarahan (walaupun kerana trauma ringan),
ulserasi/infeksi yang sukar sembuh).

2.7. Tatalaksana

Terapi non-medikamentosa
Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat.
mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan
ekstirpasi kalazion tersebut.

Gambar 11. Insisi dan Kuretase Kalazion

Ekskokleasi Kalazion
Prosedur ekskokleasi kalazion:
- Mata yang sakit ditetes dengan anesthesia topikal pantokain.
- Dilakukan anestesi infiltratif (dengan lidocain) disuntikkan di bawah kulit di depat
kalazion.
- Kalazion dijepit dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion
terlihat.
- Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra.
- Isi kalazion dikuret sampai bersih.
- Klem kalazion dilepas.
- Diberi salep mata.

Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion yang
mengalami fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar, termasuk
pengangkatan sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus disayat dengan hati-hati
agar tidak terjadi deformitas luas pada palpebra, sehingga memungkinkan lempeng tarsal
sembuh tanpa meninggalkan celah.

19
Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL triamsinolon asetonid 5 mg/mL)
dapat diberikan dan diulang dalam 2-7 hari.

Medikamentosa
Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea, mungkin dapat
diberikan tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan. Dosisnya adalah Doksisiklin tablet
1-2 x 100 mg selama 5-7 hari. Penggunaan antibiotik selama 6 bulan mungkin dapat
menimbulkan perubahan biokimiawi, yaitu pembentukan asam lemak rantai pendek yang
dibandingkan dengan produksi asam lemak rantai panjang lebih jarang menimbulkan
sumbatan pada mulut kelenjar. Steroid topikal dapat sangat membantu untuk mengurangi
peradangan dan mengurangi edema, membantu proses drainase.

2.8. Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.


Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat
drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering
dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut.

2.9. Komplikasi

Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan, trikiasis, dan


hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat terjadi astigmatisma jika massa
palpebra mencapai bagian kornea. Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat
megakibatkan timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke
konjungtiva atau kulit. Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat
yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus
dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung
dengan potongan beku perlu dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan
timbulnya fistula dan jaringan parut. Suntikan kortikosteroid intralesi dapat
menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian
kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra okular
DAFTAR PUSTAKA

20
Chalazion. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002001/, 20 Juli
2016.

Danial G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta;
Penerbit Widya Medika: 2003.

Lang G. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart New York. 2000. American
Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical Science Course, External Disease
and Cornea, Section 8, 2006-2007.

Mitchell, Kumar, Abbas, Faousto. Buku Saku Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke-7.
Jakarta; Penerbit ECG: 2009

Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; Balai Penerbit FKUI: 2010

21

Anda mungkin juga menyukai