Anda di halaman 1dari 52

SKLERITIS

M. Anggi Asnet Pratama, S. Ked


20110310121

Dokter Pembimbing:
dr. Awang Wimbo Y, Sp. M
Sklera merupakan berkas

berkas jaringan fibrosa yang

teranyam sejajar,

tebalnya mencapai 10-16 m

dan lebar 100-140 m

Episklera, stroma, lamina

fuska dan endotelium


Sklera
Sklera memiliki fungsi dalam menyediakan sistem
perlindungan terhadap komponen intraokuler.
Sklera merupakan pembungkus ocular yang bersifat
viskoelastis yang memungkinkan pergerakan bola
mata tanpa menimbulkan deformitas otot-otot
perggeraknya
Terdapat 2 foramen, yaitu :
Anterior yang berdekatan dengan kornea dan
merupakan tempat meletaknya kornea pada sklera.
Posterior atau kanalis sklerasis, merupakan pintu
keluar nervus optikus.
PENGERTIAN SKLERITIS
Inflamasi yang mengenai sklera, dapat
terlokalisasi, berupa nodul atau difus.

Peradangan pada lapisan sclera yang ditandai dengan


adanya infiltrasi seluler, kerusakan kolagen, dan
perubahan vaskuler. Proses peradangan ini terjadi karena
adanya proses imunologis, atau karena suatu infeksi.
Dapat berupa nodul maupun difus
Etiologi
Patofisiologi
Degradasi enzim dari serat kolagen dan
invasi sel T dan makrofag skleritis.
Patofisiologi
Adanya
pencetus (dari Diperantarai
etiologi) reaksi imunitas

Disregulasi dan
kerusakan
vaskular
granulomatosa

Inflamasi

Skleriti
s
Iskemik dan nekrosis

Penipisan dan
perforasi bola
mata
Klasifikasi
1. Skleritis Anterior
Non Necrotizing : Difus dan Nodular
Necrotizing : Dengan Inflamasi dan
Tanpa Inflamasi
2. Skleritis Posterior
Klasifikasi

Anterior Posterior

Anterior
Diffuse anterior non-necrotizing scleritis
Relatif jinak- tidak berlanjut menjadi nekrosis
Widespread scleral dan episcleral injection

Treatment Oral NSAIDs


Oral steroids jika tidak membaik
Nodular anterior non-
necrotizing scleritis
Lebih serius daripada diffuse scleritis

Scleral nodule tidak dapat bergerak


nodular episcleritis dari jaringan di bawahnya

Treatment sama dengan diffuse non-necrotizing scleritis


Anterior necrotizing scleritis with
Nyeri dan berat inflammation
Komplikasi - uveitis, keratitis, katarak dan glaukoma
Progression

Avascular patches Scleral necrosis dan Nekrosis yang


visibility of uvea menyebar dan
berkonsolidasi
Treatment
Oral steroids
Immunosuppressive agents (cyclophosphamide, azathioprine, cyclospor
Kombinasi intravenous steroids dan cyclophosphamide jika tidak sembu
Anterior necrotizing scleritis with inflammation
(scleromalacia perforans)

berkaitan dengan rheumatoid arthritis


Asymptomatic dan tidak dapat diterapi

Penipisan Progressive scleral dengan exposure underlying uvea


Posterior scleritis
20% dari kasus skleritis
30% pasien memiliki penyakit sistemik
Terapi sama dengan necrotizing scleritis with
inflammation

Tanda
Proptosis dan Discus swelling Exudative retinal
ophthalmoplegia detachment

Ring choroidal
detachment Choroidal folds Subretinal exudation
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaa Pemeriksaa


n Fisik n
Penunjang
Anamnesis

Mata merah
Mata berair
Rasa nyeri (tersering, indikator inflamasi aktif)
Timbul dari stimulasi langsung dan peregangan ujung
saraf akibat adanya inflamasi. Karakteristik nyeri terasa
berat, nyeri tajam menyebar ke dahi, alis, rahang dan
sinus, pasien terbangun sepanjang malam, kambuh
akibat sentuhan.
Fotofobia
Spasme
Penurunan ketajaman penglihatan.
Necrotizing anterior scleritis with

inflammation
mengeluhkan rasa nyeri yang hebat
disertai tajam penglihatan yang menurun,
bahkan dapat terjadi kebutaan.

Non-necrotizing scleritis
Tajam penglihatan biasanya tidak akan
terganggu, kecuali bila terjadi komplikasi
seperti uveitis.
Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit vascular atau penyakit jaringan ikat.
Penyakit infeksi
Penyakit miscellaneous (atopi, gout, trauma kimia,
rosasea)
Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate, dll
Post pembedahan pada mata

Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Sklera
Pemeriksaan dengan Slit-lamp
Funduskopi
Pemeriksaan Fisik dan Ofthalmologi

Pemeriksaan tajam penglihatan

Visus normal atau menurun

Gangguan visus lebih jelas pada skleritis posterior

Pemeriksaan umum pada kulit, persendian, jantung,

dan paru-paru dapat dilakukan apabila dicurigai

adanya penyakit sistemik.


Pemeriksaan sclera
Sklera tampak difus, merah kebiru-biruan
Setelah beberapa peradangan, akan terlihat
daerah penipisan sklera
Area berwarna hitam, abu-abu, atau coklat
yang dikelilingi oleh peradangan aktif
menandakan proses nekrosis.
Apabila proses berlanjut area
tersebut menjadi avaskuler
menghasilkan sequester berwarna putih
di tengah dan di kelilingi oleh lingkaran
berwarna hitam atau coklat gelap.
Pemeriksaan slit-lamp
Untuk menentukan adanya keterlibatan secara
menyeluruh atau segmental.
Injeksi yang meluas ciri khas dari diffuse
anterior scleritis.
Pada skleritis kongesti maksimum terdapat
dalam jaringan episkleral bagian dalam dan
beberapa pada jaringan episklera superficial.
Sudut posterior dan anterior terdorong maju
atau bergeser ke depan karena adanya edema
pada sclera dan episklera.
Penggunaan lampu hijau dapat membantu
mengidentifikasi area avaskuler pada sclera
Pemeriksaan kelopak mata untuk kemungkinan
blefaritis atau konjungtivitis dapat dilakukan.
Pemeriksaan skleritis posterior

Dapat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas


pada palpasi dan proptosis
Pemeriksaan funduskopi papiledema, lipatan koroid
dan perdarahan atau ablation retina
Scleritis Scleritis nodulair
necroticans

Scleritis diffus Sclero malacia


Penebalan dan edema sklera
dan injeksi yang meluas
Pelebaran pembuluh darah sklera
yang tidak mengecil dengan
pemberian fenilefrin 2,5% topikal
Hanya ditemukan injeksi
vaskular ringan di segmen
anterior
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah
Faktor rheumatoid dalam serum
Antibodi antinuklear serum (ANA)
Serum antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA)
PPD (Purified protein derivative/mantoux test), rontgen
toraks
Serum FTA-ABS, VDRL
Serum asam urat
B-Scan Ultrasonography dapat membantu mendeteksi
adanya skleritis
B-Scan Ultrasonography pada skleritis posterior menunjukkan
adanya akumulasi cairan pada kapsul tenon
Imaging posterior scleritis
Ultrasound Axial CT

a a

a - Penebalan posterior sclera Posterior scleral thickening


b Cairan di Tenon space (Tsign)
Diagnosis Banding
Anatomi Selubung Vaskular
Normal Episcleritis Scleritis

Radial superficial Maximal Maximal


episcleral vessels congestion congestion deep
episcleral vessels vascular plexus
Deep vascular
plexus Slight congestion
berbatasan dengan episcleral vessels
sclera
Episkleritis
Peradangan yang mengenai episklera yaitu lapisan tipis
jaringan ikat vaskular yang menutupi sklera.
Reaksi radang jaringan ikat vaskuler yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sklera
Episkleritis

Unilateral > 60 %
Penyebab tidak diketahui
Reaksi hipersensitif
Berhubungan dengan penjakit sistemis
Artritis rematoid, sifilis, tuberkulosa

2 Type: Simple & Noduler


Benigna
Gambar episkleritis
Mata terasa kering, rasa sakit yang ringan, mengganjal,
konjungtiva kemotik
Merah, sakit, fotopobi, lunak, lakrimasi
Bentuk radang berupa benjolan setempat dengan batas
tegas dan warna merah ungu di bawah konjungtiva.
Bila benjolan ditekan dengan kapas atau ditekan pada
kelopak diatas benjolan akan nyeri yang menjalar di
sekitar mata.
Bila dilakukan pengangkatan konjungtiva diatasnya
maka akan mudah terangkat atau dilepas dari
pembuluh darah yang meradang.
Pengobatan dengan vasokonstriktor ataupun
kortikosteroid.
Pembuluh darah episklera ini dapat mengecil bila
diberi fenil efrin 2,5% topikal. Sedangkan pada
skleritis, melebarnya pembuluh darah sklera tidak
dapat mengecil bila diberi fenilefrin 2,5% topikal
Simple episcleritis
JINAK, bisa sembuh sendiri, rekuren
Usia muda
Jarang berkaitan dengan gangguan sistemik

Simple sectorial episcleritis Simple diffuse episcleritis

Treatment Steroid topical


Systemic flurbiprofen ( 00 mg tid jika unresponsive
Nodular episcleritis
Lebih jarang dibanding simple episcleritis
Sembuh lebih lama
Treatment sama dengan simple episcleritis

Localized nodule yang dapat Deep scleral part of slit-beam


bergerak diatas sclera not displaced
Penatalaksanaan
Pengobatan pada skleritis yang tidak infeksius
Diffuse scleritis atau nodular scleritis
- Pengobatan awal menggunakan NSAIDs
- Jika NSAIDs tidak efektif, gunakan kortikosteroid oral
- Jika oral kortikosteroid gagal, obat obatan imunosupresif
dapat digunakan missal Methotrexate
- Jika masih gagal, dapat diberikan obat obatan
imunomodulator seperti infliximab atau adalimumab yang
diharapkan dapat efektif

Necrotizing scleritis
- Imunosupresif ditambahkan dengan kortikosteroid
kemudian jika mungkin dikurangi perlahan lahan.
- Jika gagal, pengobatan imunomodulator dapat digunakan.
- Injeksi steroid periokular tidak boleh dilakukan karena
dapat memperparah proses nekrosis yang terjadi.
Pengobatan untuk skleritis yang infeksius.
Pengobatan sistemik dengan atau tanpa
antimikrobial topikal dapat digunakan.
Sementara kortikosteroid dan
imunosupresif tidak boleh digunakan.

Apabila ditemukan gangguan sistemik


dapat dilakukan konsultasi atau rawat
bersama bagian lain.
NSAIDs (Indometasin)
Dosis: 75-150 mg PO/hari or dibagi 2 kali sehari; tidak
melampaui 150 mg/hari
Kortikosteroid (Methyl Prednisolon)
Indikasi:
penggunaan NSAID tidak efektif
kasus skleritis nekrotikan anterior
pada skleritis posterior.
Dosis
dimulai sebanyak 1 mg/kgBB perhari (maksimal 60 mg/hari) ,
tapering off
Terapi kejut secara IV, 1 g/hari selama 3 hari diikuti pemberian
prednisone 60mg/hari gejala progresif
Immunosupresan (Methotrexate)
indikasi:
skleritis nekrotikan atau kleritis yang lain yang tidak terkontrol

dengan pemberian glukokortikoid dosis tinggi selama 1 bulan
Dosis tunggal PO sebanyak 7.5 mg setiap minggu, peningkatan tidak
lebih dari 20 mg
Immunosupresan, indikasi:
skleritis nekrotikan
skleritis yang lain yang tidak terkontrol
dengan pemberian glukokortikoid dosis
tinggi selama 1 bulan
penggunaan prednisone lebih dari
10mg/hari sebagai dosis maintenance
Pada kasus skleritis non-nekrotikan yang
membutuhkan agen glukokortikoid-sparing
First line:
methotrexate (sampai 25 mg / minggu)
azathioprine (sampai 200 mg / hari)
mycophenolate mofetil (1 gram dua kali sehari).
46% mencapai ketenangan dan mampu
menurunkan penggunaan prednison 10 mg / hari.
lini kedua untuk skleritis termasuk kalsineurin
inhibitor (siklosporin atau tacrolimus), infliximab, atau
rituximab.
Terapi bedah
Pada beberapa kasus skleritis anterior
nekrotikan atau scleromalacia perforans
mengatasi perluasan penipisan sclera
dan mencegah pecahnya bola mata.
Operasi pencangkokan sklera: donor
sklera, periostium, atau fasia lata.
Komplikasi
kehilangan peglihatan
necrotizing scleritis (82%).
Uveitis anterior (42%)
katarak (17%)
glaukoma (13%) dan
penyakit segmen posterior pada
6%.
Prognosis
Skleritis nekrotikans memiliki
prognosis yang kurang baik
dibandingkan jenis skleritis yang lain
Prognosis skleritis tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik seringkali
lebih baik dibandingkan skleritis
disertai infeksi atau penyakit
autoimun.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai