Anda di halaman 1dari 137

EKSTERNAL EYE DISEASE

vont/pau2/rint/hrmen/mbod

EXTERNAL EYE DISEASE 1


HORDEOLUM
suatu peradangan supuratif
kelenjar zeis, kelenjar moll
(hordeolum eksternum) atau
kelenjar meibom (hordeolum
internum).

EXTERNAL EYE DISEASE 2


Hordeolum interna : Hordeolum eksterna :
Penonjolan terutama ke daerah kulit
ke konjungtiva kelopak atau keluar
tarsal. Nanah dpt keluar dr
Ukuran > besar pangkal rambut

EXTERNAL EYE DI 3
PENYEBAB
Infeksi : stafilokokus, moraxella
GEJALA KLINIS
Subyektif : rasa mengganjal, nyeri tekan
Obyektif : benjolan palpebra sup/inf,
merah, nyeri tekan pada pangkal bulu
mata.
Scr umum ~ abses kecil

EXTERNAL EYE DI 4
Hordeolum eksternum
Infeksi di pangkal
silia atau kelenjar
Zeiss
Palpebra
 Bengkak
 Hiperemis
 Mikroabses
terlihat kulit
berwarna kuning

EXTERNAL EYE DI 5
PENYULIT
Selulitis palpebra
Abses palpebra
Selulitis palpebra
DD :
Selulitis preseptal
Konjungtivitis adenovirus
Granuloma pyogenik

EXTERNAL EYE DI 6
TERAPI :
Stadium infiltrat :
 Kompres air hangat slm 10-15 mnt, 3-4x
sehari
 Antibiotik :
 Topikal ~ 7-10 hari
 Sistemik

Stadium abses
 Insisi & drainase
Higienis ~ mencegah infeksi b’ulang

EXTERNAL EYE DI 7
Cara insisi :
Anestesi
 lokal : prokain 2% (infiltratif) & pantokain 2%
(tetes mata)
 umum bila perlu, tu pd anak atau orang yg
takut.
Hordeolum interna : vertikal.
Hordeolum eksterna : horizontal ~ lipatan
kulit.

EXTERNAL EYE DI 8
KALAZION

Suatu peradangan steril lipogranuloma


menahun dengan konsistensi tidak
lunak dari kelenjar meibom

EXTERNAL EYE DISEASE 9


PENYEBAB : idiopatik
Hipotesis : pembuntuan pd ekskresi
kelenjar meibom retensi kista
inflamasi granuloma

EXTERNAL EYE DI 10
GEJALA KLINIS
Subyektif :
 Inflamasi ringan
 Gx refraksi : astigmatisme, tu bila kista yg besar
menekan bola mata
Obyektif :
 Palpebra : tampak tebal, edema, teraba benjolan
dgn konsistensi agak keras.
 Pd ujung kel. Meibom tdpt massa kuning dr
sekresi kelenjar yg tertahan
 Pd kalazion yg t’infeksi tjd jaringan granulasi yg
menonjol keluar.

EXTERNAL EYE DI 11
Kalazion
Kalazion
Jaringan granuloma
pada tarsus inferior

EXTERNAL EYE DI 12
DD
Hordeolum interna
Abses palpebra
Meibomianitis
Kista retensi kel. Moll
Hemangioma palpebra
Neurofibromatosis

EXTERNAL EYE DI 13
TERAPI
Kompres hangat
Pengurutan ke arah muara kel. Meibom
Pembedahan : insisi & kuratase utk
mengeluarkan isi kelenjar.
Cara Insisi ~ hordeolum interna

EXTERNAL EYE DI 14
PTERIGIUM

Penebalan konjungtiva bulbi yg


berbentuk segitiga, mirip daging
yg menjalar ke kornea.

EXTERNAL EYE DISEASE 15


GEJALA KLINIS
Keluhan px : mata merah & timbulnya
bentukan seperti daging yg m’jalar ke
kornea.
Gambaran klinis ada 2 :
 Tebal & pembuluh drh >>>
 Tipis & pembuluh drh –

Islet of fuch (infiltrat kecil pd bagian


dpn apek pterigium).

EXTERNAL EYE DI 16
Pterigium
Pertumbuhan
jaringan
fibrovaskular ke
dalam kornea
Bentuk segitiga
pada daerah celah
kelopak konjungtiva

EXTERNAL EYE DI 17
Pterigium iritatif
Pertumbuhan iritatif
bentuk segitiga
menuju kornea
hiperemia

EXTERNAL EYE DI 18
DD
Pinguekulum • Bercak putih merupakan
degenerasi hialin
/Pinguekulitis konjungtiva
• Pembuluh darah sekitar
melebar

Pseudopterigium

EXTERNAL EYE DI 19
PENYULIT
Astigmatisme ireguler pd pterigium yg
tebal
Visus menurun bila menutup optic
center.

EXTERNAL EYE DI 20
TERAPI
Pterigium ringan tak perlu diobati.
Pterigium yg t’iritasi :
 anti inflamasi tetes mata
 Steroid
 NSAID : indomethacin 0,1%, Na diclofenac

0,1%
 Vasokonstriktor tetes mata

EXTERNAL EYE DI 21
Indikasi opx (eksisi):

Pterigium yg menjalar ke kornea


sampai > 3 mm dr limbus
Pterigium mencapai jrk > ½ antara
limbus & tepi pupil
Pterigium dgn keluhan >> mata merah,
barair, dan silau krn astigmatisme.
Kosmetik, tu. wanita

EXTERNAL EYE DI 22
KONJUNGTIVITIS

EXTERNAL EYE DISEASE 23


Gejala Umum
Hiperemia Folikel
Epifora Pseudomembran
Eksudat Granuloma
Pseudoptosis Phlycten
Hipertrofi Papiler Limfadenopati
Kemosis preaurikuler

EXTERNAL EYE DI 24
Klasifikasi perjalanan
sakit
Hiperakut: Sub Akut:
• Neisseria gonorrhoeae • Haemophilus influenza
• Neisseria meningitidis

Akut: Kronik:
• Pneumococcus • Staphylococcus aureus
• Haemophilus aegyptius • Moraxella lacunata

EXTERNAL EYE DI 25
KONJUNGTIVITIS AKUT
BAKTERIAL
Ax: mata merah, nrocoh, ngeres,
tidak kabur < 2 mingggu y.l

DP:
• Palpebra : edema uni/bilateral, normal
• Konjungtiva: hiperemi konjungtiva,
hipertrofi papil,
sekret mukopurulen.

EXTERNAL EYE DI 26
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

EXTERNAL EYE DI 27
KONJUNGTIVITIS AKUT
BAKTERIAL
PDx:
bila tidak membaik dengan terapi yang
adekwat perlu dilakukan :
 Scrapping konjungtiva: Gram, Giemsa
 Kultur
 Tes sensitivitas antibiotik

EXTERNAL EYE DI 28
KONJUNGTIVITIS AKUT
BAKTERIAL
PTx: Antibiotik Topikal (e.o/e.d)
1st. Empiris
2nd. Tes sensitivitas
3rd. Broadspectrum
Gentamisin, Kloramfenikol, Polimiksin, Sulfa,
Tobrammisin, Eritromisin.
e.d: 5 dd e.o: sebelum tidur

- Bebat Mata: JANGAN


- Bersihkan sekret sesering mungkin dan SEBELUM
memberi antibiotik topikal
EXTERNAL EYE DI 29
KONJUNGTIVITIS AKUT
BAKTERIAL
Prognosa: Self-Limited dss
• Tanpa tx: 10-14 hari
• Dengan tx: 1-3 hari
Penyulit:
1. Staphylococcal conj:
Blepharoconjungtivitis,lanjut fase kronik
2. Gonococcal conj:
Perforasi kornea, endoftalmitis

EXTERNAL EYE DI 30
KONJUNGTIVITIS VIRAL

EXTERNAL EYE DI 31
KONJUNGTIVITIS VIRAL
KONJUNGTIVITIS HERPETIK:
1. HSK
2. Konjungtivitis Varisela Zoster

EXTERNAL EYE DI 32
HSK
Infeksi primer HSV atau infeksi recurent
ocular herpes,
Anak
Gx: mata merah (injeksi) unilateral,
iritasi, mucoid discharge, nyeri, mild
photofobia
Manifestasi Herpes di kulit (+)
pKGB pre aurikuler
EXTERNAL EYE DI 33
HSK
PDx:
Scrapping: MN (folikular),
PMN(pseudomembran)
Giemsa: giant epithelial cell
Perjalanan sakit: 2-3 minggu
PTx:
1. Neonatus: Antiviral (acyvlovir)sistemik
2. Adult/>1th: self- limited dss
Antiviral topikal 5 dd, 7-10 hari

EXTERNAL EYE DI 34
Konjungtivitis Varisela Zoster
(Shingle, Posterior ganglionitis ac)

Inf Herpes Zoster, ganglion Gaseri N.V


Usia >50 tahun (dapat segala usia)
Gx: mata merah, nrocoh, nyeri, visus N
DP:
• Manifestasi kulit (+) unilateral sesuai
dermatom N. V
• Konj: hiperemi, pseudomembran, papil

EXTERNAL EYE DI 35
EXTERNAL EYE DI 36
Konjungtivitis Varisela
Zoster
PDx: Giemsa (sel raksasa)
PTX:
 Acyclovir 400 mg/hari, 5 hari
 Hervis e.o 5 dd OD/S
 Analgesik p.o
 Kompres dingin
Penyulit: scar palpebra, neuralgia, parese
N.III, IV, VI, atrofi N.II

EXTERNAL EYE DI 37
Konjungtivitis Vernal
Berulang menurut MUSIM
rekuren dan bilateral
Etio:?  alergi: RHS tipe 1 (BUKAN atopi)
Usia 5-20 tahun (10 th)
Klasifikasi menurut lokasi: tipe palpebral & limbal
Patobiologi:
infiltrasi limfosit, plasma, eosinofil di substansia propia
Ax: GATAL (terutama musim panas)
Mata merah kecoklatan (kotor)
Mata berair (sekret molor)
Riwayat alergi lain pada px atau keluarga

EXTERNAL EYE DI 38
KONJUNGTIVITIS
VERNAL
Hipertrofi papiler

EXTERNAL EYE DI 39
DP Konjungtivitis Vernal
Tipe Palpebral: Tipe Limbal:
- Tarsal Superior: - Hipertrofi papil di limbus
Hipertrofi papiler superior
(Cobble stone) - Trantas dot

Sekret mukoid - Pannus


- Tarsal Inferior:
Hiperemi, edema Tapi kedua tipe ini dapat
- Kelainan kornea lebih terjadi bersamaan.
berat

EXTERNAL EYE DI 40
Konjungtivitis Vernal
PDx: Scrapping konjungtiva/ sekret
(eosinofil)
DD:Trakoma, Hay Fever konjungtivitis
PTx:
1st. A-histamin: Naphazoline (vernasel)
2nd.Mast cell stabilizer:
Sod.chromoglikat 2% (conver) ,
diberikan terus selama 4-5 bulan walau mata
tidak merah

EXTERNAL EYE DI 41
Terapi Konjungtivitis
Vernal 2
3rd. Kortikosteroid Topikal:
CS yg relatif aman bg mata
(fluorometholone) tiap 2jam slm 4 hari
4th.Kasus berat:dipertimbangkan
Kortikosteroid, A-histamin p.o
A-Prostaglandin (aspirin) 3x650mg/hr

EXTERNAL EYE DI 42
Edukasi Konjungtivitis
Vernal
• kompres dingin 10’, 3-4x/hari
• pakai pelindung (kacamata, topi)
• pindah ke daerah dingin (bila mungkin)
• etiologi & perjalanan sakit
(4-10 thn,remisi eksaserbasi)
• Tidak boleh memakai steroid topikal
terus menerus (e.s.o)
EXTERNAL EYE DI 43
RESUME
Klinik Viral Bakterial Klamidia Alergi
Sitologi
Gatal < < < >>>
Hipremi + + + +
Eksudat Profus Sedang Sedang Sedang
mukus Mukopur mukoid
ulent molor
Scraping monosit PMN PMN,plas eosinofil
bakteri ma,inclysio
n body
EXTERNAL EYE DI 44
KERATOKONJUNGTIVITIS
ATOPIK
Riwayat Atopi (eczema, asma) px/keluarga
Berkurang setelah dekade kelima
Ax: hiperemi, burning sensation,
mucoid discharge, fotofobia
DP:
tarsus= hiperemi, fine papillae(inferor)
konjungtiva=milky app
Corneal sign muncul stlh seringnya eksaserbasi

EXTERNAL EYE DI 45
KERATOKONJUNGTIVIT
IS ATOPIK
PDx: scrapping (eosinofil)
PTx:
1. Mast-cell stabilizer topikal jangka lama
2. Anti histamin p.o
3. Steroid topikal jangka pendek
4. Environmental control
5. Cegah infeksi sekunder
EXTERNAL EYE DI 46
KERATOKONJUNGTIVIT
IS ATOPIK
Penyulit:
- Scar di konjungtiva dan kornea
- Katarak atopi
- Posterior subcapsular plaque

EXTERNAL EYE DI 47
TRAKHOMA
Trakhoma adalah keradangan konjungtiva
yang disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis
serotipe A, B, Ba dan C.
Terdapat pada masyarakat dengan higiene
yang kurang
Penyebarannya adalah melalui kontak
langsung atau melalui fomites

EXTERNAL EYE DI 48
Masa inkubasi 5-14 hari
Awal penyakit:
mata merah, epifora, eksudasi, hipertrofi
papiler, folikel pada limbus dan tarsal
EXTERNAL EYE DI 49
Established trachoma:
Keratitis epitelial superior, keratitis subepitel,
pannus, dan Herbert’s pits
EXTERNAL EYE DI 50
Gambaran klinik trakhoma menurut McCallan:
Stadium I : Folikel imatur & hipertrofi

papiler pada tarsus superior


Stadium IIa: Folikel matur & hipertrofi
papiler pada tarsus superior
Stadium IIb: Hipertrofi papiler semakin
jelas hingga menutupi folikel
Stadium III : Trakhoma aktif & sikatriks
Stadium IV : Sikatriks tanpa tanda trakhoma
aktif
EXTERNAL EYE DI 51
Grading menurut World Health Organization:
TF = 5 folikel trakhoma pada konjungtiva
tarsus superior
TI = Inflamasi trakhomatus difus & hipertrofi
papiler pada konjungtiva tarsus superior,
yang mengaburkan 50% pembuluh-
pembuluh darah profundus
TS = Sikatriks konjungtiva trakhomatus
TT = Trikiasis trakomatus atau entropion
CO = Kekeruhan kornea (Corneal opacity)
EXTERNAL EYE DI 52
Pemeriksaan Laboratorium:
Kerokan konjungtiva dicat dengan Giemsa
didapatkan Chlamydial inclusion bodies pada
sitoplasma sel-sel konjungtiva 
Halberstaedler-Prowasek Inclusion Bodies

Kultur  Yolk sac,McCoy Type II

Direct Fluorescent Antibody pada hapusan


konjungtiva.
EXTERNAL EYE DI 53
Diagnosa Banding:
vernal, hay fever

Komplikasi:
- Sikatriks konjungtiva
- Tear deficiency syndrome
- Trikiasis, entropion
- Ulkus kornea, sikatriks kornea
- Kebutaan
EXTERNAL EYE DI 54
Tata laksana:
Topikal:
- Tetrasiklin 1% salep mata 4x/hr  3
bln
- Erithromycin 1% tetes/ salep mata
4x/hr
 3 bulan
- Sulfacetamid 10% tetes mata 4x/hr
 3 bulanEXTERNAL EYE DI 55
Sistemik:
- Tetrasiklin 4x250 mg/hr  3-4 minggu

- Erithromycin 4x250mg/hari3-4 minggu

Dapat juga dengan dosis yang diperbesar

& lama pemberian lebih pendek:


2-4 g/hr selama 14 hari.
EXTERNAL EYE DI 56
Prognosis:
Pada kondisi higiene yang baik  lebih
ringan sehingga komplikasi yang berat
dapat dihindarkan.

Pada kasus-kasus yang berat  terjadi


sikatriks atau penyulit-penyulit lain yang
dapat mengakibatkan kebutaan.

EXTERNAL EYE DI 57
INCLUSION CONJUNCTIVITIS
Inclusion conjunctivitis adalah keradangan
konjungtiva yang disebabkan oleh Chlamydia
oculogenitalis serotipe D-K.

Biasanya bilateral dan terjadi pada dewasa


muda yang aktif secara seksual.

EXTERNAL EYE DI 58
Penularan ke mata pada dewasa
biasanya terjadi melalui seks oral-genital
atau melalui tangan ke mata.

Pada bayi yang baru lahir (neonatus),


penularan terjadi selama proses kelahiran,
melalui kontak langsung konjungtiva bayi
dengan sekret cervix.

EXTERNAL EYE DI 59
Gambaran Klinis:
Inclusion conjunctivitis dapat bersifat akut
atau subakut.

Pada neonatus, klinis tampak pada hari ke


5-19 setelah kelahiran  gambaran
konjungtivitis papiler dengan eksudat
mukopurulen, dan pada kasus hiperakut
kadang terbentuk pseudomembran yang
dapat menimbulkan sikatriks.
EXTERNAL EYE DI 60
Pada dewasa:
- Kelopak mata sedikit edema + eksudat
mukopurulen
- Konjungtiva palpebra mula-mula tampak
hipertrofi papiler, diikuti pembentukan
folikel-folikel besar  terutama di
forniks konjungtiva inferior, dapat
mengenai konjungtiva tarsus superior.
EXTERNAL EYE DI 61
Pemeriksaan Laboratorium:
Kerokan konjungtiva dicat dengan
Giemsa didapatkan Chlamydial
inclusion bodies pada sitoplasma sel-sel
konjungtiva  Halberstaedler-Prowasek
Inclusion Bodies

Kultur  Yolk sac,McCoy Type II

Direct Fluorescent Antibody pada


hapusan konjungtiva.
EXTERNAL EYE DI 62
Diagnosa Banding:
Trakhoma  dapat dibedakan dari inclusion
conjunctivitis secara klinis:
1. Folikular trakhoma yang aktif pada umumnya
terjadi pada anak-anak atau orang yang tinggal
dalam masyarakat endemis trakhoma.
2. Pada trakhoma sering terjadi sikatriks konjung-
tiva.
3. Pada trakhoma terdapat tanda patognomonis
yaitu Herbert’s pits yang menandakan bahwa
sebelumnya pernah terjadi trakhoma.
EXTERNAL EYE DI 63
Komplikasi:
Komplikasi yang dapat terjadi bila tidak

diobati adalah sikatriks konjungtiva


ringan
dan pannus pada kornea superior.

EXTERNAL EYE DI 64
Tata Laksana:
Pada neonatus:
- Erithromycin sirup 40mg/kg/hr dibagi
dalam 4 kali minum minimal 14 hari

- Kedua orang tua juga harus diobati


dengan erithromycin atau tetrasiklin oral
untuk infeksi genitalnya.

EXTERNAL EYE DI 65
Pada dewasa:
Topikal:
- Tetrasiklin 1% salep mata 4x/hr  3
bln
- Erithromycin 1% salep mata 4x/hr
 3 bulan
- Sulfacetamid 10% salep mata 4x/hr
 3 bulan
EXTERNAL EYE DI 66
Sistemik:
- Tetrasiklin 4x250 mg/hr  3-4 minggu
- Erithromycin 4x250mg/hari3-4 minggu

Dapat juga dengan dosis yang diperbesar

& lama pemberian lebih pendek:


2-4 g/hr selama 14 hari.
- Azithromycin 20mg/kg BB single dose
EXTERNAL EYE DI 67
Prognosis:
Bila tidak diobati Inclusion conjunctivitis akan

berlangsung 3-9 bulan atau lebih, komplikasi


yang terjadi lebih ringan bila dibandingkan
dengan trakhoma.

EXTERNAL EYE DI 68
GONOBLENORRHOE
Gonoblenorrhoe adalah keradangan
hiperakut konjungtiva dengan sekret purulen
yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae.
Penularan ke mata atau dari 1 orang ke
orang lain adalah melalui tangan atau
fomites.

EXTERNAL EYE DI 69
Gambaran Klinis:
Masa inkubasinya adalah beberapa jam
sampai 3 hari

EXTERNAL EYE DI 70
Keluhan pada pasien adalah: mata
merah, bengkak + sekret seperti nanah
yang kadang-kadang bercampur darah.
Gambaran klinis pada pasien adalah:
-Kelopak mata bengkak, karena edema
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi
-Sekret mata yang banyak dan purulen
-Konjungtiva sangat hiperemi
-Perdarahan konjungtiva

EXTERNAL EYE DI 71
Pemeriksaan Laboratorium:
Kerokan konjungtiva atau sekret mata yang
purulen dicat Gram, akan didapatkan kuman
diplokokus gram negatif yang bentuknya
seperti biji kopi tersebar di luar dan dalam
sel. Selain itu juga didapatkan sel-sel PMN
dalam jumlah banyak.

EXTERNAL EYE DI 72
Komplikasi:
Keratitis
Ulkus marginal pada sulkus yang
penuh berisi pus diantara konjungtiva
yang bengkak dan kornea pada limbus
Ulkus kornea sentral yang dapat
mengarah ke perforasi kornea dan
endoftalmitis.

EXTERNAL EYE DI 73
Tata Laksana:
Gonoblenorrhoe tanpa penyulit pada
kornea:
Topikal: Salep mata Tetrasiklin HCl 1% atau
tetes mata Ciprofloxacin 0,3%  diberikan
minimal 6x/ hr pada neonatus & diberikan
sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa,
dilanjutkan sampai 5 hari sampai terjadi
resolusi. Sebelum diberikan salep/ tetes
mata, sekret harus dibersihkan terlebih
dahulu.
EXTERNAL EYE DI 74
Sistemik:
Pada neonatus dan anak-anak, injeksi
Penicillin G diberikan dengan dosis 50.000-
100.000 IU/ kg BB.
Pada orang dewasa, diberikan Penicillin G
4,8 juta IU IM dosis tunggal, ditambah
dengan Probenecid 1 gram per oral atau
Ampicillin 3,5 gram per oral dosis tunggal.

EXTERNAL EYE DI 75
Gonoblenorrhoe dengan penyulit pada
kornea:
Topikal:
Ciprofloxacin 0,3% dengan cara pemberian
sebagai berikut:
Hari I : 1-2 tts tiap 15 menit  6 jam
Selanjutnya 2 tts tiap 30menit
Hari II : 2 tetes tiap 1 jam
Hari III-XIV : 2 tetes tiap 4 jam

EXTERNAL EYE DI 76
Sistemik:
Pengobatan sistemik diberikan seperti
pada Gonoblenorrhoe tanpa penyulit pada
kornea.
Selain obat spesifik untuk Neisseria
Gonorrhoeae, dapat diberikan sikloplegik
seperti Skopolamin 0,25% 2-3x/hr untuk
menghilangkan nyeri karena spasme silier
dan untuk mencegah sinekia.

EXTERNAL EYE DI 77
Prognosis:
Bila pengobatan diberikan secepatnya
dengan dosis cukup, Gonoblenorrhoe akan
sembuh tanpa komplikasi.
Bila pengobatan diberikan lebih lambat
atau kurang adekuat, maka
kesembuhannya dapat disertai sikatriks
kornea dan penurunan tajam penglihatan
yang menetap atau bahkan kebutaan.

EXTERNAL EYE DI 78
KERATITIS

EXTERNAL EYE DISEASE 79


DEFINISI
Suatu keradangan kornea dengan
berbagai macam penyebab

EXTERNAL EYE DI 80
 
Penyebab
1. Bakteri, mis :
- S. pneumoniae
- P. aeroginosa
- S. epidermidis
2. Jamur, mis :
- Candida, Fusarium
- Aspergillus
EXTERNAL EYE DI 81
Penyebab

3. Virus, mis :
- Herpes simplex
- Varicella-zoster
4. Defisiensi vitamin A
5. Exposure keratitis, mis :
- Exophthalmus
- Lagolpthalmus
EXTERNAL EYE DI 82
GEJALA KLINIS

- Infiltrat pada kornea


- Photofobia
- Blepharospasme
- Ephifora

EXTERNAL EYE DI 83
PENGOBATAN
- Antibiotik
- Antivirus
- Antifungal
- Midriatikum
- Bebat Mata

EXTERNAL EYE DI 84
KERATITIS BAKTERIAL

EXTERNAL EYE DISEASE 85


Definisi

Keradangan pada kornea yang


disebabkan oleh infeksi bakteri

EXTERNAL EYE DI 86
Gejala Klinis
Epifora
Fotofobi
Blepharospasme
Hiperemi perikorneal
Visus menurun ±
Infiltrat pada kornea

EXTERNAL EYE DI 87
Gambaran klinis
Staph. aureus dan Strep. pneumonia
ditemukan stroma keruh dikelilingi kornea
jernih
Pseudomonas ditandai eksudat mukopurulen
yang tebal, nekrosis dan perlunakan yang
meluas, ground-glass appearance pada
stroma
Enterobacteriaceae tampak ulkus yang
dangkal, supurasi abu-abu dan kekeruhan
stroma yang difus
EXTERNAL EYE DI 88
Pemeriksaan Penunjang
Fluoresein tes
Scrapping
Kultur

EXTERNAL EYE DI 89
Diagnosa
Gambaran klinis
Pemeriksaan penunjang

EXTERNAL EYE DI 90
Pengobatan
Antibiotik
- Antibiotik topikal spektrum luas
- Antibiotik oral spektrum luas
Siklopegik e.d (Atropin 1%)
Vitamin C 2 x 500 mg p.o
Bebat mata
Sekret dibersihkan
EXTERNAL EYE DI 91
Komplikasi
Sikatrik
Ulkus
Desmatocele
Endopthalmitis

EXTERNAL EYE DI 92
Keratitis Numularis

EXTERNAL EYE DISEASE 93


Definisi

Keradangan kornea dengan gambaran


infiltrat sub epitel berbentuk bulatan
seperti mata uang(coin lesion)

EXTERNAL EYE DI 94
Gejala Klinis
Sensasi benda asing
Fotofobi
Visus menurun ±
Fluorescein tes –
Tes Sensibilitas Kornea baik

EXTERNAL EYE DI 95
Pengobatan

Sembuh sendiri
Kortikosteroid Topikal

EXTERNAL EYE DI 96
Keratitis Herpes
Simplex

EXTERNAL EYE DISEASE 97


Definisi
Keradangan kornea akibat virus Herpes
simplex

EXTERNAL EYE DI 98
Gejala Klinis
Fotofobi
Epifora
Visus menurun ±
Fluorescein tes +
Tes Sensibilitas Kornea menurun

EXTERNAL EYE DI 99
EXTERNAL EYE DI 100
Pengobatan
Antivirus
- I.D.U (5 iodo deoxyuridine)
- Adenine arabinoside
- Trifluorothymidine
- Acyloguanosine (acyclovir)

EXTERNAL EYE DI 101


Pengobatan

Obat-obat Simptomatik
- Midriatikum (Atropin 1%)

Membuang Virus dikornea


- Keratoplasti Tembus

EXTERNAL EYE DI 102


Keratitis Jamur

EXTERNAL EYE DISEASE 103


Definisi
Keradangan pada kornea yang
disebabkan oleh Fusarium,
Cephalocephrium dan Curvularia

EXTERNAL EYE DI 104


Advanced filamentous fungal Filamentous fungal keratitis
keratitis with hypopyon

EXTERNAL EYE DI 105


Gejala Klinis
Nyeri hebat pada mata
Epifora
Fotofobia
Terdapat Infiltrat yang berhifa

EXTERNAL EYE DI 106


Pengobatan
Antijamur
- Natamisin 5%
- Miconazole
Siklopegik
Keratoplasti

EXTERNAL EYE DI 107


ULKUS KORNEA
DEFINISI
Keadaan patologik kornea ditandai infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung

EXTERNAL EYE DISEASE 108


Patofisiologi
Adanya kerusakan epitel kornea
Faktor predisposisi :
trauma
iritasi lensa kontak
benda asing pada mata

EXTERNAL EYE DI 109


Gejala klinis

Nyeri
Mata merah
Fotofobi
Kabur
Epifora

EXTERNAL EYE DI 110


Ulkus bakteri
Gambaran ulkus dgn infiltrat dari perifer
cenderung ke sentral, srg disertai hipopion
Ulkus jamur
Gambaran ulkus indolent dgn infiltrat,
didapat satu atau lebih lesi satelit terdapat
elemen jamur di bilik mata depan

EXTERNAL EYE DI 111


Diagnosa banding

Ulkus bakterial Ulkus jamur

EXTERNAL EYE DI 112


DIAGNOSIS

Anamnesa dan gejala klinis


Slitlamp
hiperemi perikornea,infiltrat,hipopion
Tes fluoresein
positif di tepi ulkus
Laboratorium
scrapping dgn pengecatan gram
kultur
EXTERNAL EYE DI 113
TERAPI
Ukuran ulkus Lokasi pada kornea Terapi
a. 3 mm Tidak pada sumbu Rawat jalan
mata AB topikal tiap jam
b. 3 mm Pada sumbu mata Rawat tinggal
AB topikal tiap ¼ jam
AB subkonjungtiva
c. Berapapun ukuran Rawat tinggal
+ hipopion Di segala tempat AB topikal tiap ¼ jam
AB subkonjungtiva
AB parenteral

EXTERNAL EYE DI 114


KOMPLIKASI

Desmetocele
Perforasi
Endoftalmitis

EXTERNAL EYE DI 115


TEAR FILM

Permukaan mata normal dilapisi oleh tear


film.
Mempunyai 3 lapisan :
• Lipid
• Aqueous
• mucin

EXTERNAL EYE DISEASE 116


Outer lipid layer

Disekresi klj meibom dan zeis


Fungsi :
mengurangi penguapan
menurunkan tegangan permukaan
lubrikasi eyelid

EXTERNAL EYE DI 117


Middle aqueous layer

Disekresi klj lakrimalis


Fungsi :
suplai oksigen pada epitel kornea
antibakteri
mengurangi permk.kornea ireguler

EXTERNAL EYE DI 118


Inner mucin layer

Disekresi sel goblet konjungtiva, kripta


henle, klj manz
Mengubah epitel kornea yg hidofobik =>
hidrofilik shg aqueous bs menempel

EXTERNAL EYE DI 119


Sifat tear film :
 Nutrisi esensial & oksigen utk kornea.

 Bakterisidal  lactoferin, immuno-

globulin, lisosim dan betalisin


 pH 7,2 , osmolaritas 302 mOsm

perliter & volume 7 l pada tear film


prekorneal
 Indeks refraksi 1,336

EXTERNAL EYE DI 120


DRY EYES

Keratoconjungtivitis sicca, sindroma


mata kering
Perubahan patologis permk.bola mata
=> krgnya prod.air mata/ketidakstabilan
air mata
Defisiensi lap.aqueous adl penyebab
utama

EXTERNAL EYE DI 121


DERAJAT SINDROMA MATA
KERING
DERAJAT RINGAN
tanpa disertai kelainan kornea
DERAJAT BERAT
disertai kelainan kornea yang parah
seperti ulkus atau perforasi kornea

EXTERNAL EYE DI 122


Klasifikasi kekeringan pada mata
1.Tear deficient dry eye
a. Sjogren syndrome
b. Non sjogren syndrome
 lacrimal disease
 lacrimal obstructive disease
 decreased corneal sensation

2.Evaporative dry eye


a. Blepharitis associated obstructive
meibomian gland disease
b. Blink disorder
c. Disorder of eyelid aperture and
eyelid
EXTERNAL (Leisegang
EYE DI 123
TJ, 2003)
Gejala klinis

Mata terasa kering


Perasaan adanya benda asing
Perih atau rasa terbakar
Gatal
Rasa berat pada kelopak
Kadang2 kabur
Penumpukan kotoran pada sakus konjungtiva

EXTERNAL EYE DI 124


DIAGNOSA
Gejala klinis
Pemeriksaan :
slitlamp
tes schirmer
rose bengal
break up time

EXTERNAL EYE DI 125


TERAPI
Air mata buatan
Salep lubrikasi
Kompres hangat
Pemijatan kelopak
Pada kasus berat, oklusi pungtum dan
tarsorafi

EXTERNAL EYE DI 126


TES SCHIRMER :

• Tes Schirmer I  tes Schirmer rutin


 Tujuan: memeriksa fungsi sekresi sistem
lakrimal, dgn mengukur sekresi basal dan
reflek sekresi.

• Tes Schirmer II
 mengukur reflek sekresi kelenjar lakrimal

EXTERNAL EYE DI 127


Teknik Pemeriksaan Tes Schirmer I
• Pasang strip kertas saring di fornik inferior
dengan menempatkan kertas yang terlipat
inferior
• Posisikan kertas saring tersebut pada sepertiga
lateral kelopak mata
• Pasien diminta untuk menutup mata dengan
pelan pelan. (Casser, Woodcome, 1997)
• Pemeriksaan selama lima menit
• Ukur pembasahan kertas saring dimulai dari
lipatan memakai penggaris millimeter
EXTERNAL EYE DI 128
Interpretasi
• Mata normal  antara 10 sampai 30 mm

• Hasilnya kurang dari 10 mm dipertimbang


sebagai sindroma mata kering.
(Casser, Woodcome , 1997)

EXTERNAL EYE DI 129


TES ROSE BENGAL
• Rose Bengal adalah bahan celup Aniline
berwarna merah yang larut dalam air
• Tidak mewarnai lapisan air mata prekornea
seperti fluoresin. Warna akan tampak didasar
meniscus
• Dapat memberi pewarnaan pada inti dan
sitoplasma sel epitel konjungtiva dan kornea
yang mati atau mengalami degenerasi
(Smolin, 1993; Morgan, 1995)
• Mempunyai sensitifitas dan spesifisitas untuk
mata kering lebih dari 90 %
EXTERNAL EYE DI 130
Teknik Pemeriksaan Rose Bengal
• Meneteskan larutan Rose Bengal 1 % pada
sakus konjungtiva & segera irigasi.
• Penilaian tes ini , permukaan bola mata di bagi 5
bagian di konjungtiva yaitu daerah medial,
superior, inferior, kornea dan lateral.
• Intesitas dan luas dari perwarnaan dapat di
kategorikan 0 sampai 3 untuk tiap bagian
 Skor 0  tidak ada pewarnaan
 Skor 1  pewarnaan berupa titik – titik
 Skor 2  berupa bercak – bercak
 Skor 3  pewarnaan yang merata
EXTERNAL EYE DI 131
Interpretasi
• Skor 3 atau lebih untuk satu mata menunjukkan
keadaan yang abnormal
(Milder B ,1983)

• Secara langsung  adanya kerusakan jaringan


konjungtiva & kornea.
Secara tidak langsung  defisiensi volume air
mata
(Milder B, 1983)

EXTERNAL EYE DI 132


Ocular Ferning Test

EXTERNAL EYE DI 133


TES BREAK – UP TIME

• Break-up tear film  kontaminasi lipid pada


permukaan hidrofilik atau lapisan musin 
hidrofobik.

• Hidrofobisitas lapisan musin  break-up time


menurun.

EXTERNAL EYE DI 134


Teknik Break-Up Time

• Pemeriksa membasahi kertas fluoresin dengan


larutan steril & meletakkannya pada forniks
inferior
• Cahaya yang lebih lebar dari lampu celah
biomikroskop dengan filter biru
• Selang waktu antara kedipan terakhir dan
penampakan pertama dari bercak kekeringan
 merupakan break-up time

EXTERNAL EYE DI 135


Interpretasi
• Bercak kering yang tampak dalam waktu
kurang dari 10 detik dikatakan abnormal
• Rerata nilai normal adalah 15 – 30 detik
• Mengetahui fungsi dari lapisan musin dan
lapisan lipid tear film
(Sidarta I, 1983; Alexander, 1995)

EXTERNAL EYE DI 136


EXTERNAL EYE DI 137

Anda mungkin juga menyukai