Journal Reading
Oleh
Veragita Mayasari
Atika Sevtira
Dosen Pembimbing:
dr. Vonna Riasari Sp.M
NEURITIS OPTIK
2
Ta m p i l a n
Klinis
Gangguan penglihatan monokular akut
Nyeri okular yang memburuk dengan pergerakan mata
Penglihatan saat datang dapat berkisar 20/20 dengan defek visual ringan
hingga tanpa persepsi cahaya 3
Defek lapangan pandang yang
Defek pupilaris aferen relatif ditemukan
bervariasi berkisar dari yang umum
pada hampir seluruh kasus unilateral,
ditemukan pada depresi difus dan
namun tidak adanya defek
skotoma sentrosekal hingga defek
menunjukkan adanya neuropati optik
quandrantik hingga defek altidunal
yang telah ada sebelumnya atau yang
yang langka dapat ditemukan pada
terjadi bersamaan di mata lainnya.
pasien dengan neuritis optik.
4
79% partisipan mengalami perbaikan pada
5
Epidemiologi
Neuritis optik dilaporkan memiliki insidensi 1-5 kasus per 100.000/tahun. Ketika diperkirakan prevalensi MS
di Amerika Serikat dan Inggris adalah 46 per 100.000 dan 93 per 100.000, prevalensi negara-negara timur
bervariasi dari 0.77 hingga 1.8 per 100.000, menunjukkan bahwa profil pasien neuritis optik berbeda di
bagian timur dan barat dunia. Penelitian India telah menunjukkan bahwa MS menjadi penyebab dari 0.32%
hingga 1.58% rawat inap neurologi di rumah sakit, dan dilaporkan insidensi hampir 1.33/100.000.
6
Diagnosis/ Pemeriksaan
Tambahan dan Manajemen
MRI
Nervus optik pada kasus-kasus yang
dicurigai neuropati optik kompresif.
7
Diagnosis/ Pemeriksaan
Tambahan dan Manajemen
8
Rekomendasi MRI
Pada populasi dengan insidensi MS
yang tinggi, semua pasien dengan
neuritis optik demyelinasi
monosimptomatik harus dilakukan
pemeriksaan MRI gadolinium -enhanced
otak dan tulang belakang untuk
menentukan apakah mereka berisiko
tinggi mengalami skeloris multipel yang
pasti secara klinis (CDMS) .
9
• Pasien-pasien yang ingin mengetahui
prognosis jangka-panjang
10
• Penelitian acak multisentra yang melibatkan 454
pasien dari 1988 hingga 2006.
11
Hasil
14
Hasil
15
Peran Imunomodulator
16
• Prevalensi MS yang rendah di negara-negara
Asia
• Biaya Rs. 6.000 per injeksi untuk Avonex, yang
terhitung menjadi Rs. 312.000 pertahun
Inisiasi Terapi
Imunomodulator • Tidak ada titik akhir durasi pengobatan
• Obat-obatan pemodifikasi penyakit hanya
sedikit efektif dalam jangka pendek
• MS sering memiliki riwayat alami yang baik.
17
Prognosis
Penglihatan jangka panjang
• Dari neuritis optik idiopatik tetap baik. Namun, sebagian besar
pasien menunjukkan tingkat kerusakan jangka panjang pada
nervus optikus.
• Pasien yang mengalami serangan neuritis optik berisiko terjadi
rekurensi, dengan sedikitnya tercatat satu rekurensi pada satu
atau kedua mata. Risiko ini dua kali lebih tinggi pada pasien-
pasien yang mengalami MS.
• Hasil akhir penglihatan tetap baik meskipun terjadi rekurensi.
Pemulihan yang baik meskipun adanya kerusakan akson yang
signifikan mungkin akibat redundansi sistem penglihatan atau
plastisitas kortikal.
18
Untuk serangan NMO akut, pemberian metilprednisolon dosis
Management tinggi dan tukar plasma tampak efektif. Untuk pencegahan
serangan selanjutnya, dapat dipertimbangkan pemberian terapi
Neuritis imunosupresif dalam bentuk azathioprine oral atau mycophenolate
mofetil dengan atau tanpa prednisolon dosis rendah atau rituximab.
Optikal Hampir sama, neuritis optik sekunder akibat penyebab infeksi dan
Atipikal inflamasi mungkin memerlukan pengobatan dari kondisi spesifik
terkait.
19
Kesimpulan
Sebagian besar kasus neuritis optik idiopatik atau demyelinasi memilki pemulihan penglihatan yang
baik meskipun tanpa pemberian steroid intravena. Dexametason intravena dapat diberikan pada
pasien dengan neuritis optik akut sebagai pengganti metilprednisolon akibat ketersediannya dan
biaya yang murah.
Mayoritas pasien-pasien dengan neuritis optik tipikal membaik tanpa pengobatan, sedikit pasien
tetap memiliki penglihatan yang buruk meskipun diberikan terapi steroid intravena. Penelitian
mengenai patofisiologi neuritis optik dapat membantu mengembangkan terapi-terapi yang lebih
efektif di masa yang akan datang, kemungkinan dengan menjelajahi peran remyelinasi atau
neuroplastisitas adaptif dalam proses pemulihan.
20
Telaah Jurnal
Patient Or Problem
21
Telaah Jurnal
Intervention
22
Dilakukan perbandingan hasil dari penelitian-
penelitian sebelumnya mengenai pengobatan
pada neuritis optik dan kemungkinan terjadi
sklerosis multipel setelah serangan neuritis optik
akut tunggal, hal-hal yang dibandingkan berupa
Comparison sensitivitas kontras, penglihatan warna, lapang
penglihatan, tajam penglihatan, angka rekurensi,
angka terjadi MS pada kelompok pengobatan
yang berbeda (plasebo oral vs metilprednisolon
oral 11 hari + 3 hari tapering prednison vs
prednison oral 14 hari + tapering 3 hari).
23
Pasien yang mengalami serangan neuritis optik
berisiko terjadi rekurensi, dengan sedikitnya
tercatat satu rekurensi pada satu atau kedua mata
Outcome
sebesar 35% dalam 10 tahun (penelitian ONTT).
Risiko ini dua kali lebih tinggi pada pasien-pasien
yang mengalami MS (48% vs 24%; P<0.001).
24
Validity
1 2 3
Metode Wa k t u
Sumber data
penelitian Penelitian
Penelitian ini merupakan tinjauan Tidak dijelaskan secara rinci Tidak dicantumkan secara jelas
dari penelitian-penelitian mengenai sumber data penelitian mengenai waktu
sebelumnya mengenai neuritis ini. Data-data dalam tinjauan ini dilaksanakannya
optik, penegakan diagnosis, merupakan pembahasan/ penelitian/tinjauan dalam
tatalaksananya, hingga tinjauan dari penelitian-penelitian naskah.
pembahasan mengenai sebelumnya
kemungkinan terjadinya sklerosis
multipel setelah terjadinya
serangan neuritis optik. 25
Va l i d i t y
Tinjauan ini tidak memiliki subjek penelitian.
Subyek
Penelitian
26
Va l i d i t y
Tidak ada analisis statistik yang Tidak ada program statistik yang
dilakukan dalam penelitian ini. digunakan dalam penelitian ini.
27
Important
28
Applicable
29
TERIMA KASIH!