Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

CENTRAL RETINAL VEIN OCCLUSION

Pembimbing :
dr. Erlani Kartadinata, Sp.M

Disusun oleh :

Fachmi Achmad Jaelani 030001700045


Putri Nindisyah Iswahyudin 030001400159
Bella Angraini Sintia Dewi 030001700132

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 14 JUNI - 26 JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Central Retina Vein Occulsion”. Penulisan
referat ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi tugas kepanitraan klinik pembelajaran jarak jauh
Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Penulis merasa bersyukur karena
berkesempatan untuk menulis referat ini. Penulis menerima banyak ilmu dan pengalaman yang
bermanfaat untuk diri penulis dan tentunya penulis berharap referat ini dapat bermanfaat untuk
yang membacanya.
Referat ini dapat diselesaikan juga berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak khususnya dokter pembimbing,
agar referat ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga pembuatan referat ini dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pembaca, khususnya untuk rekan-rekan kedokteran maupun paramedis
lainnya dan masyarakat pada umumnya. Terimakasih.

Jakarta, 22 Juni 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

DAFTAR GAMBAR 4

DAFTAR ARTI SINGKATAN 5

BAB I PENDAHULUAN 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Anatomi Retina 7


2.1.1 Lapisan dan Vaskularisasi Retina 8

2.2 Fisiologi Retina 9

2.3 Definisi 10

2.4 Epidemiologi 10

2.5 Etiologi 10

2.6 Faktor Risiko 10

2.7 Patofisiologi 11

2.8 Manifestasi Klinis 12

2.9 Penegakkan Diagnosis 12


2.9.1 Pemeriksaan Fisik 13
2.9.2 Pemeriksaan Penunjang 13

2.10 Diagnosis Banding 14

2.11 Tatalaksana 14

2.12 Komplikasi 14

2.13 Pencegahan 15

2
2.14 Prognosis 15

BAB III KESIMPULAN 16

DAFTAR PUSTAKA 17

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian Posterior Retina................................................................................................7

Gambar 2. Lapisan Vaskular Retina...............................................................................................8

Gambar 3. Patogenesis CRVO.......................................................................................................12

4
DAFTAR ARTI SINGKATAN

CRVO : Central Retina Vein Occulusions


RVO : Retina Vein Occulsion
OCT : Optical Cohorence Tomograohy
FFA : Fluorescein Permeabilitas
BRVO : Brance Retinal Vena Occulsion
PPV : Pars Plana Vitrectomy

5
BAB I
PENDAHULUAN

Central retinal vein occlusions (CRVO) disebabkan oleh trombosis pada vena retina
sentralis saat melewati lamina kribrosa.(1) CRVO sering dikenal dengan sebutan stroke pada
mata. Kelainan ini merupakan penyebab kebutaan kedua tertinggi dari seluruh kelainan pada
pembuluh darah retina. Global Epidemiology of Retinal Vein Occlusion tahun 2019
menyatakan prevalensi RVO di dunia berjumlah 0,77% atau setara dengan 28,06 juta orang.
Diperkirakan terdapat 2.5 juta kasus CRVO dari seluruh dunia.3 Insidens CRVO dilaporkan
berkisar antara 0.1-0.7% di beberapa studi populasi dan mencapai 1.3% pada orang berusia 65
tahun ke atas(2,3) Faktor risiko untuk CRVO adalah tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol, diabetes melitus, glaukoma sudut terbuka, usia, peningkatan laju endap darah,
kelainan kardiovaskular dan dislipidemia.(2)
Secara klinis CRVO digambarkan dengan berkurangnya penglihatan atau kebutaan
yang bersifat tiba-tiba dimana pada pemeriksaan fundus dapat ditemukan adanya pendarahan
retina, vena retina yang melebar dan berkelok-kelok, cotton-wool spot, edema macula dan
edema diskus optikus.(4) Terapi CRVO ditujukan langsung untuk mengatasi akibat dari CRVO
yaitu edem makula dan neovaskularisasi. Terdapat berbagai pilihan terapi untuk manajemen
edem makula pada CRVO seperti observasi, kortikosteroid dan anti VEGF.(2)

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Retina


Retina terletak di antara koroid dan humor vitreous, serta memanjang dari diskus
optikus sampai ora serrata. Bagian retina yang dapat terlihat pada pemeriksaan funduskopi
disebut fundus okuli, terdiri atas saraf optik, retina, epitel pigmen retina, koroid, dan sklera.
Diskus optikus memiliki area cekungan di bagian tengah yaitu optic cup. Retina bagian
posterior terbagi menjadi area sentral atau ekuator dan area perifer. Area ekuator adalah
area yang lebih mudah terlihat pada pemeriksaan dan terbagi lagi menjadi beberapa area
khusus.(5,7) Makula lutea terletak di sisi temporal diskus optikus. Pigmen zeaxantin dan
lutein memberikan gambaran kekuningan pada makula lutea. Area fovea terletak di bagian
tengah makula terutama di bagian yang sedikit menurun atau cekung. Lapisan retina dalam
mengalami penipisan progresif pada lapisan ini. Foveola adalah bagian tengah fovea yang
terletak di zona nonvaskular fovea. Refleks cahaya pada foveola akan memberikan
pantulan paling terang di suatu titik yang disebut umbo. Di bagian luar fovea terdapat area
parafovea dan perifovea(5,8)

Gambar 1. Bagian posterior retina.(7)

7
2.1.1 Lapisan dan Vaskularisasi Retina
Retina terbagi menjadi dua bagian yaitu neurosensori retina dan epitel pigmen
retina. Neurosensori retina terbagi menjadi beberapa lapisan dari luar ke dalam, mulai dari
lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar hingga membran limitans dalam. Membran
limitans eksterna adalah membran yang memisahkan antara nukleus sel fotoreseptor dari
segmen luar dan dalam sel. Membran ini terbentuk dari perlekatan antar sel fotoreseptor
dan sel Muller. Sel Muller adalah sel glial yang memanjang secara vertikal dari membran
limitans eksterna ke membran limitans interna.(5,8)
Lapisan nukleus dalam mengandung nukleus sel bipolar, sel Muller, sel horizontal,
dan sel amakrin, sedangkan lapisan pleksiform dalam tersusun dari akson sel bipolar, sel
amakrin, dan dendrit dari sel ganglion. Lapisan ganglion adalah lapisan berisi sel ganglion
di bagian permukaan dalam retina. Lapisan serat saraf dibentuk dari akson sel ganglion.
Lapisan terdalam retina yaitu membran limitans interna berisi dasar sel Muller.5,8
Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri retina sentral untuk lapisan internal
retina mulai dari lapisan pleksiform luar hingga lapisan serat saraf. Lapisan retina terluar
mulai dari lapisan nukleus luar hingga lapisan epitel pigmen retina akan mendapatkan
vaskularisasi dari pembuluh koriokapilaris yang berasal dari koroid. Koriokapilaris
terutama memperdarahi segmen luar dari sel fotoreseptor baik sel batang maupun
kerucut.5,8

Gambar 2. Lapisan dan vaskularisasi retina.6

8
2.2 Fisiologi Retina
Retina adalah bagian mata yang paling kompleks dan paling sensitif terhadap
cahaya. Retina memiliki lapisan fotoreseptor berisi sel batang dan kerucut yang
memiliki peran dalam menangkap stimulus cahaya lalu mentransmisikan impuls
melalui nervus optikus ke korteks visual bagian oksipital. Fotoreseptor tersusun rapi
pada bagian terluar avaskuler retina dan banyak terjadi perubahan biokimia untuk
proses melihat. Komposisi sel kerucut lebih banyak pada bagian makula (fovea) dan
sedikit pada bagian perifer, sedangkan sel batang densitasnya tinggi pada bagian
perifer dan sedikit pada bagian makula (fovea).
Sel kerucut berfungsi untuk melihat warna dan saat siang hari sehingga
fovea bertanggung jawab pada penglihatan warna dan cahaya banyak. Sel
batang, mengandung pigmen fotosensitif rhodopsin, berfungsi untuk melihat warna
hitam-putih dan saat malam hari sehingga bagian perifer bertanggung jawab
untuk penglihatan gelap pada malam hari. Retina juga memiliki lapisan neural yang terdiri
dari sel bipolar, sel ganglion, sel horizontal, dan sel amakrin. Sel bipolar tersebar
di retina dan bertugas menghubungkan sel fotoreseptor (postsinaps sel batang
dan kerucut) dan sel ganglion. Sel ganglion memberikan akson yang akan
bergabung dengan serabut nervus optikus ke otak.
Sel horizontal terletak pada lapisan pleksiform luar dan berfungsi sebagai
interkoneksi sel bipolar dengan sel bipolar lainnya. Sel amakrin terletak pada lapisan
pleksiform dalam dan berfungsi sebagai penghubung sel bipolar dengan sel ganglion.
Selain itu, retina juga memiliki sel glia atau sel pendukung yang terdiri dari sel
Muller, astrosit, dan sel mikroglia. Sel Muller terletak pada lapisan inti dalam dan
memberikan ketebalan ireguler yang memanjang sampai ke lapisan pleksiform luar.
Sel astrosit tertutup rapat pada lapisan serabut saraf retina. Sel mikroglia berasal dari
lapisan mesodermal dan bukan merupakan sel neuroglia.5,6

9
2.3 Definisi
Oklusi vena retina sentral, juga dikenal sebagai CRVO, adalah suatu kondisi di
mana vena utama yang mengalirkan darah dari retina menutup sebagian atau seluruhnya.
CRVO merupakan trombosis vena sentral yang berada di lamina kribrosa. Hal ini dapat
menyebabkan penglihatan kabur dan masalah mata lainnya.9
2.4 Epidemiologi
Diperkirakan terdapat 2.5 juta kasus CRVO dari seluruh dunia. Insidens CRVO
dilaporkan berkisar antara 0.1-0.7%. Sebuah analisa dari beberapa penelitian berbasis
populasi di Amerika Serikat, Australia, Eropa dan Asia memperkirakan prevalensi total
RVO sebesar 16,4 juta jiwa, dengan 2,5 juta jiwa menderita CRVO dan 13,9 juta jiwa
menderita Branch RVO (BRVO).2 Insiden CRVO akan meningkat sesuai bertambahnya
usia dimana lebih dari separuh kasus terjadi pada usia 65 tahun ke atas dengan populasi
mencapai 1,3%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki risiko lebih
tinggi menderita CRVO dibandingkan dengan perempuan, namun penelitian lain
menunjukkan hasil yang tidak konsisten.2,3

2.5 Etiologi
Penyebab terjadinya CRVO yaitu :1
● kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada proses
arteriosklerosis atau jaringan pada lamina kribrosa.
● penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti fibrosklerosis atau endoflebitis.
● hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang terdapat pada
kelainan viskositas darah, diksrasia darah, atau spasme arteri retina yang
berhubungan.
● Abnormalitas darah itu sendiri (sindrom hiperviskositas dan abnormalitas
koagulasi);
● Abnormalitas dinding vena (inflamasi)
● Peningkatan tekanan intraokular.

2.6 Faktor Risiko


Faktor risiko yang terkait dengan CRVO adalah sebagai berikut:10

10
● Hipertensi
● Diabetes melitus
● Hiperlipidemia
● Hiperhomosisteinemia
● Gangguan pembekuan darah: Viskositas plasma tinggi seperti leukemia, mieloma,
makroglobulinemia Waldenstrom, mielofibrosis, perubahan jalur protein C, Faktor
V Leiden.
● Gangguan inflamasi sistemik: penyakit Behets, poliarteritis nodosa, sarkoidosis,
Granulomatosis Wegener, dan Sindrom Goodpasture
● Glaukoma
● Merokok

2.7 Patofisiologi
Patogenesis oklusi vena retina dapat terjadi melalui salah satu atau kombinasi dari
tiga hal berikut yaitu trombogenesis, kerusakan pembuluh darah, dan hiperkoagulabilitas
darah. Kerusakan dari dinding pembuluh darah retina akibat arterioklerosis mengubah
komposisi dari aliran darah pada vena yang berdekatan yang menimbulkan stasis,
trombosis, dan oklusi. Kompresi vena dapat menyebabkan aliran turbulen dalam vena.
Kombinasi aliran turbulen dengan kerusakan endotel vaskular yang sudah ada sebelumnya
dari kondisi yang berbeda menciptakan lingkungan setempat menguntungkan bagi
pembentukan trombus intravaskular. Setelah aliran vena terganggu atau terputus, iskemia
retina terjadi kemudian dari hilir tempat oklusi. Iskemia retina akan merangsang keluarnya
faktor produksi pertumbuhan endotel vaskular (VEGF). Peningkatan level VEGF
menyebabkan terjadinya neovaskularisasi pada segmen anterior dan posterior. Peningkatan
level VEGF juga menyebabkan terjadinya kebocoran plasma sehingga terjadi edema
makula yang menjadi penyebab terjadinya gangguan penglihatan pada OVRS iskemik
maupun non iskemik.11

11
Gambar. 3 Patogenesis CRVO11

2.8 Manifestasi Klinis


Oklusi vena retina biasanya terjadi mendadak, unilateral, disertai penurunan visus
tanpa rasa nyeri. Tingkatan kehilangan tajam penglihatan bergantung pada luasnya
keterlibatan retina dan status perfusi makula. Beberapa pasien dengan oklusi pada
percabangan vena dilaporkan memiliki gangguan lapang pandang perifer. Pasien biasanya
berusia lebih dari 50 tahun, dan lebih dari separuhnya mengidap penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler. Gambaran klinisnya bervariasi dari perdarahan retina
kecil-kecil yang tersebar dan bercak cotton-wool sampai gambaran perdarahan hebat
dengan perdarahan retina superfisial dan dalam, yang kadang dapat pecah ke dalam rongga
vitreus. Glaukoma sudut terbuka kronik harus selalu disingkirkan12,13
2.9 Penegakkan Diagnosis
Oklusi vena retina memiliki tampilan yang khas pada pemeriksaan fundus.
Sumbatan pada vena cabang ditandai dengan perdarahan berbentuk baji dengan daerah
hemoragi, eksudat seperti kapas (cotton wool), edema, dan gambaran dilatasi vena yang

12
berkelok-kelok yang muncul dari persilangan arteri-vena terutama pada area
superotemporal. Pada oklusi vena sentral retina tampak gambaran vena yang berkelok-
kelok dan melebar di semua kuadran retina dan seringkali disertai edema pada diskus
optik14
2.9.1 Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan CRVO harus menjalani pemeriksaan mata lengkap termasuk
pemeriksaan visus, refleks pupil, pemeriksaan lampu celah untuk mengevaluasi segmen
anterior dan posterior mata, gonioskopi, pemeriksaan fundus. Pemeriksaan visus untuk
menilai penglihatan terkoreksi terbaik harus selalu dilakukan karena dapat memprediksi
prognosis. Refleks pupil dievaluasi untuk mengetahui ada atau tidaknya RAPD. Apabila
terdapat pembuluh darah abnormal pada iris maka kemungkinan reflek pupil negatif.3
Kongesti konjungtiva dan pembuluh darah silier dapat ditemukan pada kasus yang berat.
Pada iskemik CRVO yang berat dan sudah lama mungkin didapatkan pembuluh darah
abnormal akibat neovaskularisasi pada iris. Pembuluh darah ini paling baik dievaluasi pada
iris yang tidak diberi midriatikum karena munculnya pembuluh darah selalu mulai dari
perifer iris atau pada iridektomi perifer.5 Sudut bilik mata depan dievaluasi dengan
gonioskopi tanpa dilatasi pupil. Pada CRVO yang ringan mungkin ditemukan sudut kamera
depan terbuka dengan sedikit neovaskularisasi. Pada CRVO yang berat dapat ditemukan
sudut tertutup dengan sinekia anterior totalis. Pemeriksaan funduskopi indirek dilakukan
untuk mengevaluasi seluruh kuadran retina dan mendapatkan informasi yang lengkap
tentang kondisi makula, diskus optikus dan pembuluh darah retina.14
2.9.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pencitraan peunjang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat keparahan
penyakit dan prognosis sebagai bahan pertimbangan tindakan atau tatalaksana yang akan
dilakukan. Pemeriksaan pencitraan penunjang yang sering dilakukan yaitu Color Doppler
dan Optical Cohorence Tomography (OCT). Pemeriksaan fundus dengan Fluorescein
Angiography (FFA) dapat mendokumentasikasn derajat obstruksi, tingkat keparahan
gangguan permeabilitas kapiler serta dapat menunjukkan seberapa luas daerah non-perfusi
pada retina setelah perdarahan. Pemeriksaan FFA memberikan gambaran yang lebih baik
jika menggunakan kamera fundus yang bersudut luas karena dapat mencakup perifer

13
fundus dan posterior pole dimana paling sering terjadi non-perfusi kapiler setelah resolusi
perdarahan intraretina14
2.10 Diagnosis Banding
• BRVO (Branch Retinal Vein Occlusion)
• Retinopati diabetikum 14

2.11 Tatalaksana
Tidak ada perawatan medis yang benar-benar efektif yang tersedia baik untuk
pencegahan atau pengobatan oklusi vena retina sentralis.
Pada pasien dengan oklusi vena retina sentral, faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF) meningkat; ini menyebabkan pembengkakan serta pembuluh darah baru
(neovaskularisasi) yang rentan terhadap perdarahan. Seringkali pengobatan melibatkan
suntikan intravitreal obat anti-VEGF untuk mengurangi pertumbuhan dan pembengkakan
pembuluh darah baru.
Intervensi bedah termasuk fotokoagulasi laser, anastomosis vena chorioretinal,
neurotomi optik radial, dan vitrektomi.
Ada pendekatan bedah dan laser spesifik yang telah ditemukan berpotensi
meningkatkan ketajaman visual pada pasien dengan oklusi vena retina sentral. Pars plana
vitrectomy (PPV) dapat dilakukan ketika oklusi vena retina sentral memiliki perdarahan
vitreous terkait. PPV dapat digunakan untuk membersihkan perdarahan dari aksis visual
dan memungkinkan visualisasi retina yang lebih baik. PPV juga dapat mengikis
neovaskularisasi yang dapat menyebabkan glaukoma neovaskular di segmen anterior.
Fotokoagulasi laser pan-retina (PRP) dapat dilakukan untuk mengobati
neovaskularisasi, dengan tujuan merusak beberapa jaringan retina untuk mencegah
neovaskularisasi lebih lanjut dan mengobati neovaskularisasi iris. 11

2.12 Komplikasi
komplikasi yang dapat terjadi pada oklusi vena retina sentral berupa perdarahan
masif ke dalam retina terutama pada lapis serabut saraf retina dan tanda iskemia retina.
pada penyumbatan vena retina sentral perdarahan juga dapat terjadi di papil dan ini dapat
memasuki badan kaca menjadi perdarahan badan kaca. oklusi vena retina sentral dapat juga
14
menimbulkan terjadinya pembuluh darah baru yang dapat ditemukan disekitar papil, iris
dan di retina (rubeosis iridis). rubeosis iridis ini dapat mengakibatkan terjadinya glaukoma
sekunder, dan hal ini dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan.
komplikasi lain yang bisa timbul adalah glaukoma hemoragik atau neovaskular, dan
edema makula yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara signifikan pada
pasien dengan oklusi vena retina sentral.14

2.13 Pencegahan
Pencegahan dan Edukasi Pasien Jika pasien mengalami kehilangan penglihatan
mendadak, rujukan segera ke dokter mata atau kunjungan ke unit gawat darurat segera.
Penting untuk edukasi kepada pasien bahwa kehilangan penglihatan mendadak tidak
normal dan harus segera ditangani.11

2.14 Prognosis
CRVO memiliki prognosis yang lebih baik pada orang muda. Pada pasien yang
lebih tua yang tidak menerima pengobatan, sekitar sepertiga membaik dengan sendirinya,
sekitar sepertiga bertambah parah dan berkurang dan tetap sama, dan sekitar sepertiga
menjadi lebih buruk. umumnya prognosis ad vitam, ad sanationam dan ad functionam nya
adalah bonam.15

15
BAB III
KESIMPULAN

Oklusi vena retina sentral adalah suatu kondisi di mana vena utama yang mengalirkan
darah dari retina menutup sebagian atau seluruhnya. Faktor risiko untuk CRVO adalah tekanan
darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes melitus, glaukoma sudut terbuka, usia, peningkatan
laju endap darah, kelainan kardiovaskular dan dislipidemia. pada tatalaksana Tidak ada perawatan
medis yang benar-benar efektif yang tersedia baik untuk pencegahan atau pengobatan oklusi vena
retina sentralis sehingga dapat dilakukan beberapa tekhnik. untuk prognosisnya umumnya baik
pada kasus ini akan buruk apabila tidak ditatalaksana dengan baik dan benar.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. The Royal College of Ophthalmologist. Clinical Guidlines: Retinal Vein Occlusion (RVO)
Guidelines. London. 2015
2. Nasrul M. Central Vein Occlusions (CRVO) pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kedokteran.
2016. 5(2): 40-43 ISSN 2527-7154
3. Song P, Xu Y, Zha M, Zhang Y, Rudan I. Global epidemiology of retinal vein occlusion;
a systematic review and metaanalysis of prevalence, incidence, 8 and risk factors.
2019;242(3):123–62
4. Dhiyantari NP, Rihardini LD. Central Retinal Vein Occlusion: A Literature Review.
Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 1: 60-65 P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN:
2089-9084
5. Virgana R. Biokimia Respon Visual. Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung. 2020
6. Remington, Lee Ann. Clinical Anatomy of Visual System Edisi ke-3. Missouri: Elsevier.
2012
7. Hoon, Mrinalini, Okawa, Haruhisa, dkk. Functional Architecture of The Retina:
Development and Disease. Prog. Retina Eye Res. 2015
8. (Wilson, Fred M, Blomquist, Preston H. Practical Ophthalmology: A Manual for
Beginning Residents Edisi ke-7. American Academy of Ophthalmology. San Francisco:
2015
9. The Foundation American Society of Retina Specialist. Central Retinal Vein Occlusion.
2016
10. Morris R. Retinal vein occlusion. Kerala J Ophthalmol 2016;28:4-13 DOI:10.4103/0976-
6677.193868
11. Blair K, Czyz CN. Central Retinal Vein Occlusion. [Updated 2021 May 15]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-
12. Wong TY, Scott I. Clinical practice; retinal vein occlusion. N England J Med. 2010;
363(2): 2135- 44

17
13. Vaughan, GD., Asbury, T., Riordan-Eva, P. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC :
2007 : 12 – 14; 185 – 211.
14. Ilyas S, Yulianti R.S. Ilmu Penyakit Mata. Badan penerbit fakultas kedokteran universitas
indonesia. Jakarta . Ed V. 2019
15. The Foundation American Society of Retina Specialists. Central Retinal Vein Occlusion.
2020. https://www.asrs.org/patients/retinal-diseases/22/central-retinal-vein-occlusion

18

Anda mungkin juga menyukai