Disusun oleh :
Bismillahirohmanirahim dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang penulis bersyukur atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Referat dalam Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata dengan judul
“Computer Vision Syndrome”. Semoga referat ini dapat berguna bagi pembaca dan bagi penulis
sendiri dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai topik yang dibahas. Penulis menyadari
bahwa mungkin masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam Referat ini. Oleh karena itu
kritik, saran, dan masukkan sangat diharapkan dari pembaca dan pembimbing.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Etiologi............................................................................................................................ 14
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR ARTI SINGKATAN
AC = Air Conditioner
AOA = American Optometric Association
AR = Anti reflective
CVS = Computer Vision Syndrome
NSAID = Non steroid anti inflammatory drugs
PJJ = pembelajaran jarak jauh
TF-BUT = Tear Film Break-Up Time
VDT = Visual display terminal
WHO = World Health Organization
5
BAB I
PENDAHULUAN
Computer merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi, khususnya teknologi
informasi. Pada awalnya computer digunakan sebagai mesin penghitung. Namun, perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan dapat meningkatkan fungsi dan kemampuan computer tersebut.
Dapat meningkatkan jumlah pengguna computer dalam kehidupan sehari-hari. Meluasnya
penggunaan computer selain membawa dampak positif tetapi dapat memberikan dampak negative
khususnya bagi kesehatan. Penggunaan computer secara tidak benar dapat memunculkan
Computer Vision Syndrome (CVS).(1) Sekitar 60 juta orang di dunia diperkirakan telah mengalami
masalah penglihatan yang berkaitan dengan penggunaan computer. (2)
CVS merupakan bahaya kerja nomor satu pada abad ke-2. Gejala CVS terdapat pada
hampir 70 % pengguna computer. Dampak pada penglihatan lebih besar diakibatkan bila menatap
layar computer dibanding dengan membaca pada buku. Faktanya saat membaca buku kita akan
mengedipkan mata sebanyak 22 kali permenit namun, Ketika kita melihat computer jumlah
tersebut akan berkurang sebanyak 7 kali permenit.(3)
Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh banyak factor. Factor utama CVS yaitu
mata kering. 1 Saat bekerja jumlah kedipan mata manusia menjadi menurun sebanyak 66% karena
focus bekerja di depan layer computer sehingga mata menjadi kering.(4) Selain itu, CVS juga dapat
disebabkan oleh efek visual dari layer computer seperti pencahayaan sekitar, tingkat kecerahan
layar, kualitas layar, radiasi, perlekatan monitor computer dan refresh rate layar. (1)
Gejala CVS dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu gejala akomodatif/asthenopik antara lain
mata lelah, mata kering, dan timbul rasa sakit pada mata. Gejala pada organ mata bagian luar antara
lain mata berair, iritasi, dan masalah pada penggunaan lensa kontak. Gejala pada proses
penglihatan antara lain kaburnya penglihatan, sulit melakukan focus pada suatu objek, dan
penglihatan ganda. Gejala pada organ selain mata antara lain sakit pada leher, punggung dan
Pundak. (1)
CVS sebenarnya bukan merupakan suatu sindrom yang mengancam nyawa. Namun, jika
sindrom ini tidak diatasi akan terjadi hambatan dalam aktivitas sehari-hari, penurunan
produktivitas kerja seseorang, peningkatan tingkat kesalahan dalam bekerja dan penurunan
kepuasan kerja. (5)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian pelindung bola mata karena berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola
mata anterior yang menyebarkan air mata ke konjungtiva dan kornea sehingga dapat
mencegah mata menjadi kering. Kelopak mata memiliki rambut/bulu yang tumbuh tepi
kelopak. Kelopak mata memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan dengan kulit pada
bagian tubuh lainnya. Kelopak mata terdiri dari jaringan fibrosa yang ditutupi kulit dan
dibatasi oleh membran mukosa. Bagian tepi kelopak ditumbuhi rambut (bulu mata) yang
mencegah masuknya debu, serangga(6)
2.1.2 Bola Mata
• Konjungtiva
Merupakan bagian terluar boa mata yang memiliki pembuluh darah. Membrane
mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan melindungi bola mata bagian luar.
Konjungtiva terbagi menjadi 2 (dua) yaitu konjungtiva palpebral (melapisi kelopak
mata) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata). Konjungtiva berfungsi
sebagai proteksi pada sclera dan memberi pelumas pada bola mata
• Kornea
7
(refraksi) bergantung pada kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya pada
lensa dibandingkan pada benda sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan
untuk semua kornea, tetapi kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang dan
berperan besar dalam gangguan penglihatan. Kornea yang terlalu melengkung mata
akan 15 berpenglihatan dekat, sedang jika kelengkungan pada kornea kurang maka mata
akan berpenglihatan jauh. kelengkungan yang tidak merata akan menyebabkan
astigmatisme
• Sklera
Jaringan ikat dengan serat yang kuat berwarna putih di bawah konjungtiva serta
merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola
mata. Sklera terbentuk dari serabut kolagen yang saling berkaitan dengan lebar yang
berbeda-beda, terletak diatas substansi dasar dan dipertahankan oleh fibrolas. Ketebalan
sclera bervariasi, 1 mm disekitar papil saraf optic dan 0,3 mm tepat di posterior insersi
otot
• Retina
Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari 3 bagian yaitu iris, korpus
siliar dan koroid. Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat
8
berubah ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk mengontrol jumlah
cahaya yang masuk ke mata. Lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur banyaknya
cahaya yang masuk ke dalam mata .Iris memiliki lapisan batas anterior yang tersusun
dari fibroblast dan kolagen serta stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya
yang dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis
• Pupil
Lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur oleh gerakan
iris. Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Bila cahaya lemah iris akan
berkontraksi dan pupil melebar (midriasis) yang dipengaruhi oleh saraf simpatis
sehingga cahaya yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan
berelaksasi dan pupilmengecil (miosis) sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan,
dipengaruhi oleh saraf parasimpatis. Pupil sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang
diperlukan
• Lensa
Struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan kecekungan
terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus utama, yang membiaskan
berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi bayangan
yang jelas pada retina. Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata
setelah kornea, dimana lensa disangga oleh serabut zonula yang berjalan diantara korpus
siliaris dan kapsul lensa. Serabut zonula ini metransmisikan perubahan pada otot siliaris
sehingga membuat lensa mengubah bentuk dan kekuatan refraksinya. Pertambahan usia
akan membuat serabut yang letaknya di dalam akan kehilangan nucleus dan organel
intraselulernya(6)
2.1.3 Rongga orbita
Rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. Otototot
bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang berfungsi
menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik(6)
9
Gambar 1. Kelopak mata(1)
10
Gambar 3. Rongga orbita(6)
11
memungkinkan gambaran retina yang jelas untuk objek jarak jauh maupun dekat.
Kemudian cahaya akan melewati badan vitreus, yaitu jel transparan yang membentuk 80%
dari volume bola mata. Vitreus mempertahankan kejernihan gambar objek yang. dilihat
dikarenakan struktur fibriler kolagen teratur di dalam matriks hyaluronic acid yang
meminimalisasi hamburan cahaya, sebelum akhirnya jatuh tepat di retina. Pesan visual dari
retina akan diteruskan pada bagian otak pertama yaitu talamus, secara spesifik ke kelompok
sel yang sangat terorganisir disebut lateral geniculate nucleus (LGN), Neuron pada LGN
kemudian akan meneruskan informasi visual melalui radiasi optika ke area visual primer
V1 pada korteks, dimana gambar visual akan dianalisis lebih lanjut dan dalam detail yang
lebih sempurna. Seluruh informasi visual pada korteks, pertama kali akan dianalisis di
bagian posterior otak yang disebut sebagai area visual 1 (V1), kemudian diteruskan ke area
V2, selanjutnya ke berbagai area seperti V4, V5 dan seterusnya, yang secara khusus
menganalisis satu atau aspek lain dari gambar visual(7).
2.3 Definisi
Computer Vision Syndrome (CVS) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan kumpulan gejala berupa rasa tegang pada mata, rasa tidak nyaman pada mata,
sakit kepala, mata kering, penglihatan buram pada jarak dekat, dan penglihatan ganda yang
terjadi pada pengguna komputer. Sedangkan American Optometric Association (AOA)
mendefinisikan CVS sebagai kumpulan gejala pada mata dan penglihatan yang
berhubungan dengan aktivitas yang memberatkan penglihatan jarak dekat dan berlangsung
selama atau setelah penggunaan komputer, tablet, e-reader, dan telepon seluler. (8)
2.4 Epidemiologi
Pandemi COVID-19 berpengaruh besar terhadap berbagai sektor, termasuk sektor
pendidikan. Semua sekolah dan perguruan tinggi hampir di semua negara yang terdampak
COVID-19 termasuk Indonesia memberlakukan kebijakan pembelajaran dari rumah atau
pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sekitar 70% pengguna komputer di seluruh dunia
dilaporkan memiliki masalah kesehatan pada mata dan hampir 90% anak di Amerika
Serikat menggunakan komputer di rumah dan di sekolah setiap hari. Menurut WHO pada
tahun 2010 terdapat 285 juta orang atau 4,24% dari total populasi di dunia mengalami
12
gangguan penglihatan dengan distribusi 39 juta orang menderita kebutaan, 246 juta orang
di dunia mengalami low vision, dan 82% mengalami gangguan penglihatan. Prevalensi
CVS berkisar pada 64-90% pengguna komputer. Secara global hampir 60 juta orang
menderita CVS pada tahun 2007; tiap tahun diperkirakan bertambah satu juta penderita.
Lebih dari 243 juta penduduk Amerika Serikat bekerja menggunakan komputer setiap hari,
-diperkirakan 90% mengalami gejala mata lelah. Hampir 90% anak di negara tersebut
bekerja di depan komputer baik di rumah maupun di sekolah.5 Di Indonesia, 18,4%
pengguna internet berusia 10-24 tahun; 89,7% dari kelompok usia tersebut merupakan
pengguna internet.2 Penelitian di Chennai mendapatkan prevalensi CVS sebesar 80,3%.6
Di Agartala, India, prevalensi CVS mencapai 55,5%. (8-10)
2.5 Etiologi
CVS dapat disebabkan oleh kurangnya refleks berkedip pada saat memusatkan
penglihatan pada layar computer. Pada penggunaan VDT (Video Display Terminal) seperti
computer, refleks berkedipnya berkurang 66% yaitu 3-6 kali permenit. Ini menyebabkan
mata menjadi kering. Selain itu menyebabkan ketegangan pada otot mata. Ini merupakan
gejala dari asthenopia dan kelelahan mata setelah berjam-jam bekerja. Pada keadaan
normal mata manusia berkedip 15-20 per menit. (11)
Tabel 1. Etiologi
Kategori Simptom Symptomps Possible Causes
asthenopic Ketegangan mata Penglihatan binocular
Mata lelah akomodasi
Sakit mata
Terkait permukaan okular Mata kering
Mata berair
Mata iritasi
Permasalahan lensa kontak
Visual Penglihatan kabur Kelainan refraksi
Keterlambatan memfokuskan Akomodasi
Penglihatan double Penglihatan binocular
Presbyopia Koreksi presbiopi
Extraocular Nyeri leher Posisi layar komputer
13
Nyeri bagian belakang
Nyeri punggung
2.7 Patofisiologi
Keluhan mata tegang dan mata lelah disebabkan oleh aktivitas akomodasi dan
konvergensi mata yang berlebihan ketika bekerja di depan komputer. Aktivitas yang
14
berlebihan itu terjadi karena mata membutuhkan penyesuaian terhadap jarak mata dengan
layar monitor serta karakter huruf dan gambar pada komputer. Berbagai faktor yang dapat
memperberat keluhan ini antara lain astigmatisma, hipermetropia, mopia, cahaya
berlebihan, kesulitan koordinasi mata, dan lain-lain. Penggunaan AC juga berkontribusi
terhadap kejadian mata tegang karena AC yang digunakan di ruangan berdebu dapat
mengalirkan partikel debu ke mata sehingga keluhan mata tegang menjadi lebih parah.
Nyeri kepala pada pekerja pengguna komputer dipicu oleh berbagai macam stress, seperti
kecemasan dan depresi. Nyeri pada leher dan punggung bisa diakibatkan oleh postur tubuh
yang kurang tepat ketika bekerja di depan komputer. Postur tubuh tersebut bisa berasal dari
usaha untuk menyesuaikan monitor yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ketinggian
horizontal mata, selain itu juga sebagai usaha untuk menyesuaikan penglihatan akibat
kelainan refraksi atau keadaan presbiopia . Penglihatan kabur terjadi bila mata tidak dapat
memfokuskan objek penglihatan secara tepat di retina sehingga tidak terbentuk bayangan
yang jelas. Penglihatan kabur disebabkan oleh kelainan refraksi seperti hipermetropia,
miopia, dan astigmatisma. (13,14)
2.8 Manifestasi Klinis
Computer Vision Syndrome sebenarnya bukan merupakan suatu sindrom yang
mengancam jiwa. Gejala klinis sindrom ini mungkin dirasakan tidak parah dan tidak
mengganggu bagi sebagian orang. Hal tersebut memicu ketidakpedulian dari masyarakat
dalam memeriksakan kesehatannya sehingga sindrom ini tidak mendapatkan penanganan
yang tepat. Dampak yang selanjutnya terjadi jika CVS tidak ditangani ialah adanya
hambatan dalam aktivitas sehari-hari seperti penurunan pro- duktivitas kerja, peningkatan
tingkat kesa- lahan dalam bekerja atau belajar, serta penurunan kepuasan kerja. Gejala CVS
dapat dikelompokkan menjadi gejala internal dan eksternal. Gejala internal meliputi mata
lelah, nyeri kepala, nyeri bola mata, pandangan ganda dan kabur; gejala ini pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor okular. Gejala eksternal meliputi rasa panas dan terbakar pada
mata, dan mata berair yang berkaitan dengan mata kering. Gejala muskuloskeletal seperti
pegal leher dan bahu juga termasuk gejala CVS. (9,10)
15
2.9 Penegakkan Diagnosis
2.9.1 Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan yaitu : (15-17)
• Data pasien
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat kebiasaan
Untuk mengukur ketajaman penglihatan sentral maka dapat digunakan kartu Snellen
dengan catatan adanya pencahayaan yang baik. Pasien ditempatkan pada jarak 20 feet
(sekitar 6 meter) dari peta tersebut. Pasien yang menggunakan kacamata selain jenis
kacamata baca harus mengenakan kacamatanya. Minta kepada pasien untuk menutup
salah satu kartu atau dengan telapak tangannya, dan mencoba sedapat mungkin
membaca huruf yang paling kecil dengan menggunakan mata yang lain. Catat ketajaman
visus seperti yang tercatum di samping baris ini beserta ukuran lensa bila ada.
Ketajaman visus dinyatakan dengan dua angka. Angka pertama menunjukkan jarak
antara pasien dengan kartu snellen, dan angka kedua menunjukkan jarak mata yang
normal dapat melihat baris huruf-huruf tersebut dengan jelas
Melakukan pemeriksaan segmen anterior untuk menilai apakah ada kelainan pada mata
pasien.
• Pemeriksaan segmen posterior
16
3. Kesimetrisan komperatif mata(15-17)
Diperiksa di bawah slit lam dengan red free light. Juga menggunakan fluoresensi.
Normalnya >10 detik.
• Schirmer Test-1
Untuk mendeteksi defek epitel di kornea dan konjungtiva pada mata kering. Bila
didapatkan hasil positif, ini merupakan hal yang signifikan pada CVS (15-17)
17
2.11 Tatalaksana
Penanganan Computer Vision Syndrome yang paling utama dapat memberikan
edukasi untuk melakukan tindakan preventif. Jika pasien memiliki kelainan refraksi maka
harus menggunakan kacamata atau lensa kontak dengan ukuran yang sesuai dan sebaiknya
diberi lapisan anti-reflective (AR) dan menggunakan pelembab tetes mata untuk
mengurangi iritasi pada mata. Pelembab tetes mata diperlukan karena reflek berkedip pada
pengguna VDT berkurang hingga 66% dibandingkan orang normal sehingga menyebabkan
mata menjadi kering, karena penderita hanya berkedip 3-6 kali per menit yang seharusnya
15-20 kali per menit. Selain itu penderita juga harus mengistirahatkan matanya secara
berkala. Apabila terdapat keluhan pada muskuloskeletal dapat diberikan anti inflamasi non
steroid (NSAID) dan dapat ditambah dengan antianxietas. Bila keluhan nyeri kepala
berkepanjangan dapat dirujuk ke spesialis syaraf. Untuk keluhan nyeri pada bagian
punggung dan leher dapat dirujuk ke spesialis syaraf atau ortopedi. Computer Vision
Syndrome disebabkan karena mata yang terus terusan didepan komputer dan melihat ke
layar dengan begitu banyak sinar yang masuk maka cahaya pada tempat kerja juga harus
disesuaikan agar tidak membuat mata menjadi silau dan jarak yang sesuai antara mata
dengan layar komputer. Setelah melihat 20 menit ke layar komputer dengan jarak kurang
lebih 50 cm, mata dialihkan untuk fokus ke benda sejauh 6meter selama 20 detik.
Perbanyak waktu istirahat mata agar mata tidak letih setidaknya 2x dalam sejam. (14,19)
2.12 Komplikasi
• Konjungtivitis
• Keratitis(20)
2.13 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu : (19)
• Menggunakan filter anti glare pada monitor VDT (visual display terminal)
• Penggunaan filter anti-reflective (AR) pada pengguna lensa kacamata yang akan
membantu memfokuskan pengelihatan
18
• Jarak monitor 35-40 inchi yang menjaga mata dalam keadaan istirahat atau tidak
melakukan akomodasi
• Monitor komputer memiliki posisi 15o lebih rendah dari bidang horizontal mata
untuk mencegah keluhan muskuloskeletal
• Istirahatkan mata secara berkala dengan prinsip 20/20/20 yaitu setelah 20 menit
menggunakan komputer, pandangan di alihkan pada obyek yang berada pada jarak
20 feet, selama 20 detik
• Mempertahankan posisi duduk yang baik selama bekerja di depan VDT
• Menggunakan kacamata yang ukurannya sesuai pada penderita kelainan refraksi
• Pengaturan kuat cahaya, kontras, dan kecerahan monitor dilakukan secara optimal
sebelum melakukan aktivitas di depan VDT. Pencahayaan ruangan kerja tidak lebih
dari 3 kali rata-rata pencahayaan monitor.
• Berkedip lebih sering untuk mencegah mata kering
• Setiap jam melakukan latihan melihat objek pada jarak yang jauh selama 10-15 detik
kemudian melihat dekat selama 10-15 detik, lakukan 10 kali.
19
2.13 Prognosis
Computer Vision Syndrome sebenarnya bukan merupakan suatu sindrom yang
mengancam nyawa. Sebagian besar gejala dari computer vision syndrome dapat dicegah.
Jika sindrom ini tidak diatasi akan terjadi hambatan dalam aktivitas sehari-hari dan
penurunan produktivitas kerja seseorang. (22)
• Ad vitam : bonam
• Ad fungsionam : bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
20
BAB III
KESIMPULAN
Computer vision syndrome merupakan bahaya kerja nomor satu pada abad ke-2. Dampak
pada penglihatan lebih besar diakibatkan bila menatap layar computer dibanding dengan membaca
pada buku. Pandemi COVID-19 berpengaruh besar terhadap berbagai sektor, termasuk sektor
pendidikan. Sekitar 70% pengguna komputer di seluruh dunia dilaporkan memiliki masalah
kesehatan pada mata. faktor utama yang mempengaruhi CVS yaitu mata kering. Gejala yang dapat
timbul yaitu nyeri kepala, pandangan kabur, rasa terbakar dan panas pada mata, pegal leher dan
bahu. Tatalaksana yang utama yaitu memberikan edukasi untuk melakukan tindakan preventif.
CVS sebenarnya bukan merupakan suatu sindrom yang mengancam nyawa. Namun, jika sindrom
ini tidak diatasi akan terjadi hambatan dalam aktivitas sehari-hari dan penurunan produktivitas
kerja seseorang.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
14. Akinbinu TR, Mashalla YJ. Medical practice and review impact of computer
technology on health: computer vision syndrome (cvs). Acad Journals. 2014;5(3):20-
30
15. Casser L, 2005. Comprehensive Adult Eye and Vision Examination Clinical Care
Guideline (Update). St.Louis. American Optometric Association
16. Chiemeke SC, Akhahowa, AE, Ajayi, OB, 2007. Evaluation of vision-related problems
amongst computer users: a case study of University of Benin, Nigeria. Proceedings of
the world congress on Engineering London, U.K. Vol. 1, WCE 2-4
17. Bickley LS, Szilagyi PG.Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.Edisi
8.Jakarta:EGC, 2008.h.3-6;147-57
18. Evad. 2016 Computer Vision Syndrome. Tersedia di
https://www.scribd.com/doc/307906781/Computer-Vision-Syndrome. Diakses pada
16 Juni 2021.
19. Amalia H. Computer vision syndrome. Jurnal Biomedika dan Kesehatan. 2018; 1(2):
117-8
20. Messmer, E. (2015). The Pathopysiology, Diagnosis, and Treatment of Dry Eye
Disease. Dtsch Arztebl Int. 112(5), pp. 71-82
21. Bali J, Neeraj N, Bali RT. Computer vision syndrome: A review. Journal of Clinical
Ophthalmology and Research. 2014.2(1), 61. doi:10.4103/23203897.122661)
22. Dotulong DJ, Rares LM, Najoan IHM. Computer Vision Syndrome. e-CliniC.
2021;9(1):20-25. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic DOI:
https://doi.org/10.35790/ecl.9.1.2021.31707)
23