Anda di halaman 1dari 16

1

Computer Vision Syndrom


Adventisia Maria Natalia Manek
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
NIM:10.2010.337; Email: advent.lemon@aol.com; Alamat: Jl.Arjuna Utara No.6-Jakarta Barat
11470.
Pendahuluan
Saat ini computer telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan
masalah akibat penggunaan computer menjadi sering terjadi. Salah satunya adalah computer
vision syndrome. Penyakit ini menyerang semua umur dan merupakan kumpulan gejala terutama
mereka yang kesehariannya menggunakan computer.

Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis terdapat beberapa hal penting yang perlu ditanyakan:
1
1. Data pasien
Data pasien berupa nama, alamat, usia, agama. Suku bangsa, pendidikan terakhir, dan
pekerjaan (sudah berapa lama bekerja dan riwayat pekerjaan sebelumnya)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien berobat.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal-hal yang ditanyakan dalam riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut:
a. Lokasi keluhan?
b. Kualitas, kuantitas, dan intensitas dari gejala sakit yang dialami.
c. Kapan mulai merasakan gejala sakit tersebut, durasi serta frekuensinya
d. Saat dalam situasi apa saja muncul keluhan (lingkungan, emosional, aktivitas).
e. Apakah ada factor yang memperberat seperti waktu kerja yang, keadaan udara yang
dingin dan kering?
2

f. Manifestasi lain yang menyertai seperti pegal, nyeri kepala, penglihatan yang
berkurang maupun keluhan di sistem organ yang lain.
g. Apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya? Jika sudah, obat apa yang
dikonsumsi dan apakah ada perbaikan? Apakah pasien memiliki alergi terhadap obat
tertentu.
h. Bagaimana penglihatan pasien?
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang dialami saat anak-anak.
b. Penyakit pada usia dewasa baik yang akut maupun kronik
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab kematian saudara
sekandung, orangtua, dan kakek atau nenek.
b. Apakah ada penyakit spesifik dalam keluarga seperti alergi, dll.
6. Riwayat Sosial
Yang perlu ditanyakan adalah:
1
a. Tingkat pendidikan
b. Asal keluarga
c. Anggota keluarga saat ini
d. Minat pribadi
e. Gaya hidup
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Adapunn pada pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan fisik secara umum dan terlokalisir yang
mencakup sistem organ yang mengalami gangguan.
Untuk mendiagnosis adanya kelainan pada mata maka dilakukan pemeriksaan berikut:
1
1. Ketajaman visus
Untuk mengukur ketajaman penglihatan sentral maka dapat digunakan kartu
Snellen dengan catatan adanya pencahayaan yang baik. Pasien ditempatkan pada jarak 20
feet (sekitar 6 meter) dari peta tersebut. Pasien yang menggunakan kacamata selain jenis
kacamata baca harus mengenakan kacamatanya. Minta kepada pasien untuk menutup
3

salah satu kartu atau dengan telapak tangannya, dan mencoba sedapat mungkin membaca
huruf yang paling kecil dengan menggunakan mata yang lain. Catat ketajaman visus
seperti yang tercatum di samping baris ini beserta ukuran lensa bila ada. Ketajaman visus
dinyatakan dengan dua angka. Angka pertama menunjukkan jarak antara pasien dengan
kartu snellen, dan angka kedua menunjukkan jarak mata yang normal dapat melihat baris
huruf-huruf tersebut dengan jelas.
2. Lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan skrining. Skrining dimulai dari
lapang pandang temporal karena kebanyakan defek melibatkan daerah ini.Minta pasien
untuk melihat mata anda dengan kedua matanya. Ketika anda bertatapan dengan dengan
pasien, tempatkan kedua tangan anda secara terpisah dengan jarak 2 feet (sekitar 0,6
meter) di sebelah lateral tiap telingan pasien. Minta pasien untuk menunjuk jari anda
ketika dia melihatnya. Kemudian, gerakkan secara perlahan jari-jari yang digoyang-
goyangkan dari kedua tangan anda di sepanjang mangkuk imajiner dan kearah garis
pandangan sampai pasien melihatnya. Normalnya, seseorang akan melihat jari-jari dari
kedua tangan anda di saat yang bersamaan.
Periksa juga posisi dan kesejajaran kedua mata. Berdirilah didepan pasien dan
lakukan inspeksi mata untuk melihat posisi dan kesejajaran kedua mata antara satu dan
lainnya. Alis mata dengan memperhatikan kuantitas, distribusi dan setiap pembentukkan
skuama pada kulit yang melandasinya. Kelopak mata pun perlu diperiksa dengan
memperhatikan lebar fissure palpebral, edema kelopak mata, warna kelopak mata, ledi,
keadaan dan arah bulu mata, serta kemampuan kelopak mata untuk mengatup sempurna
terutama jika kedua mata mengalami penonjolan abnormal atau terdapat paralisis fasialis
atau jika pasien tidak sadar.
Pemeriksaan apparatus lakrimalis dilakukan dengan inspeksi di sekitar daerah
kelenjar lakrimalis dan sakus lakrimalis untuk menemukan pembengkakan. Lakukan juga
pemeriksaan untuk menemukan pengeluaran air mata yang berlebihan atau kekeringan
pada mata.
3. Konjungtiva dan Sklera
Pasien diminta untuk melihat ke atas sementara dokter menekan kedua kelopak
mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan sehingga membuat sclera dan
4

konjungtiva terpajan. Inspekdi konjungtiva palpebralis dan sklera adalah untuk menilai
warnanya dan pola vaskularisasi terhadap latarbelakang sclera yang berwarna putih. Cari
juga setiap nodulus dan pembengkakan.
4. Kornea, Lensa, Pupil
Dengan cahaya yang dipancarkan dari samping, lakukan inspeksi setiap mata untuk
menemukan kekeruhan (opasitas) dan perhatikan setiap kekeruhan pada lensa yang dapat
terlihat melalui pupil. Pada saat yang sama, lakukan inspeksi pada iris dengan melihat
corak garis pada iris. Dengan lampu senter yang diarahkan langsung dari sisi temporal,
cari bayangan berbentuk bulan sabit pada sisi medial iris. Karena pada keadaan normal,
permukaan iris cukup datar dan membentuk sudut yang relative terbuka dengan kornea,
penyinaran ini tidak akan menghasilkan bayangan. Pada pemeriksaan pupil, dilakukan
inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan pada kedua pupil. Jika kedua pupil berukuran
besar (>5 mm), kecil (>3 mm), atau tidak sama (anisokoria), ukur pupil tersebut.
Perbedaan diameter pupil yang kurang dari 0,5 mm (anisokoria) dapat terlihat pada 20%
orang normal. Jika reaksi pupil tersebut normal maka anisokoria tersebut dianggap tidak
berbahaya. Setelah itu lakukan pemeriksaan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya. Minta
pasien untuk memandang suatu titik di tempat jauh, dan arahkan cahaya lampu senter dari
samping ke masing-masing pupil secara bergantian.
5. Gerakan ekstraokular
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengarahkan cahaya lampu senter ke depan
pasien dengan jarak sekitar 2 feet (sekitar 0,6 meter). Pasien diminta untuk menatap
cahaya tersebut dengan kedua matanya. Lakukan inspeksi pantulan cahaya pada tiap-tiap
kornea. Pantulan ini harus terlihat sedikit di sebelah nasal dari bagian tengah pupil.
Setelah itu lakukan pemeriksaan gerakan ekstraokular dengan tujuan untuk mencari hal-
hal berikut: gerakan konjugat normal mata pada setiap arah atau setiap deviasi dari
keadaan norma; nistagmus, yaitu gerakan osilasi halus bola mata yang berirama; dan lig
lad pada saat mata bergerak ke atas dan ke bawah.
6. Pemeriksaan oftalmoskopik
Pada pemeriksaan oftalmoskopik yang dilihat adalah:
a. Lokasi diskus optikus. Diskus optikus merupakan struktur berwarna bulat oranye
kekuningan.
5

b. Inspeksi lokasi diskus optikus berupa ketajaman atau kejelasan garis bentuk diskus
optikus, warna, dan mengukur ekskavasio sentral
c. Keberadaan pulsais vena yang normalnya terlihat di bagian sentral diskus optikus
d. Kesimetrisan komperatif mata
Pada pemeriksaan penunjang:
a. Tear Film Break-Up Time (TF-BUT)
Diperiksan di bawah slit lam dengan red free light. Juga menggunakan fluoresensi.
Normalnya >10 detik.
3

b. Schirmer Test-1
Menggunakan kertas khusus. Hasil normal adalah >10mm dalam 5 menit.
3
c. Rose Bengal Staining
Untuk mendeteksi defek epitel di kornea dan konjungtiva pada mata kering. Bila
didapatkan hasil positif, ini merupakan hal yang signifikan pada CVS
Diagnosis
Diagnosis dibagi menjadi diagnosis kerja dan diagnosis banding. Diagnosis kerja adalah
Computer Vision Syndrom. Sedangkan diagnosis bandingnya adalah miopia
Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan
media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :
2
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan kornea
dan lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam :
2
a. Miopia ringan, 1-3 Dioptri.
b. Miopia sedang, 3-6 Dioptri.
c. Miopia berat, > 6 Dioptri.
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh
kabur atau disebut pasien dengan rabun jauh. Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan
6

sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit serta mempunyai
kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mendapatkan efek pinhole.
2
Pada pemeriksaan funduskopi,terdapat miopia kresen yaitu gambaran bulan sabit yang
terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera oleh koroid. Pada mata dengan miopia
tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenarasi makula dan degenerasi
retina bagian perifer.
Pengobatannya adalah dengan pemberian kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal, hal ini berfungsi untuk memberikan istirahat mata dengan baik
sesudah dikoreksi.
2
Sedangkan Diagnosis okupasinya adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis Nama: Nona A, Umur: 28 tahun, Alamat: Pasar Rebo,
Pekerjaan: Pegawai bagian keuangan, Status: Lajang
Keluhan Utama: Kedua mata berair saat sedang bekerja,
sejak satu minggu yang lalu namun memberat dalam 3
hari terakhir.
Riwayat Penyakit Sekarang: Mata kering disertai dengan
pengelihatan buram dan pegal-pegal, memberat sejak 3
hari yang lalu. Keluhan baru muncul saat bekerja dan
menghilang setelah selesai bekerja. Posisi kerja selalu
duduk. Pernah menggunakan obat tetes mata Ishto tapi
tidak ada perubahan. Ruang kerja menggunakan AC,
Pencahayaan di kantor baik.
Riwayat Penyakit Dahulu: Miopi tetapi tidak pernah
control
Riwayat Penyakit Keluarga: -
Riwayat Pribadi: Bekerja di bagian keuangan selama 5
tahun dimulai dari pukul 08:00 16:00 (8 jam). Sering
tidak beristirahat, menggunakan computer dengan posisi
kerja menunduk. Di rumah hobi membaca dengan
cahaya yang menurut pasien cukup.
7

Pemeriksaan Fisik Umum: compos mentis, Nadi 80 kali per menit,
Frekuensi Napas 18 kali per menit, Tekanan Darah
110/70 mmHg, Suhu tubuh 36,7
o
C
Visus: visus kedua mata 6/21, tidak pernah control
Diagnosis Computer Vision Syndrome

2. Pajanan yang Dialami
Fisik Udara kering,
Biologi -
Kimia -
Ergonomik Posisi bekerja duduk statis, posisi menunduk
Psikologis Deadline

3. Pajanan yang Dapat Menyebabkan Penyakit Tersebut
Terutama fisik dan ergonomik.
4. Jumlah Pajanan
Bekerja sejak pukul 08:00 -16:00 (8 jam) dan hobi pasien dalam membaca di rumah.
5. Faktor Individu yang Berpengaruh
Miopia yang tidak terkoreksi dengan baik.
6. Kemungkinan Lain di Luar Pekerjaan
Miopia yang tidak terkoreksi dengan baik dan hobi pasien untuk membaca dengan cahaya
yang tidak tahu cukup atau tidak, juga posisi yang baik atau tidak.
7. Menentukan Penyakut Akibat Kerja atau Penyakit Bukan Akibat Kerja
Sekumpulan gejala yang dialami pasien merupakan penyakit akibat kerja, yaitu Computer
Vision Syndrom.

Epidemiologi dan Etiologi
Keluhan okular dialami oleh pengguna komputer biasanya meliputi kelelahan mata,
sensasi terbakar, iritasi, kemerahan, penglihatan kabur, dan mata kering. Kondisi seseorang
mengalami salah satu atau lebih dari keluhan mata sebagai akibat dari operasi komputer dan
melihat monitor komputer umumnya disebut sebagai Computer Vision Syndrome ( CVS ) . Ini
8

adalah gangguan berulang yang tampaknya berkembang pesat, dimana beberapa studi
memperkirakan bahwa 90 % dari 70 juta pekerja AS menggunakan komputer selama lebih dari 3
jam per hari mengalaminya. Gejala non - okular termasuk sakit kepala , nyeri pada bahu, leher ,
atau punggung . Adapun dengan beragam gejala tersebut, gejala-gejala tersebut mungkin saling
terkait dan dapat dibagi ke dalam tiga penyebab potensial patofisiologi : 1 ) mekanisme okular
permukaan , 2 ) mekanisme akomodatif , dan 3 ) mekanisme ekstraokular .
3-6

Patofisiologis dan Manifestasi klinik
Hal ini cukup jelas dari beberapa studi dimana penggunaan VDT menyebabkan asthenopia.
Bahkan, keluhan visual yang dilaporkan oleh 75% dari operator VDT yang bekerja 6-9 jam di
depan layar mereka dibandingkan dengan 50% pekerja lain. Survei lain dari dokter mata di
Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan bahwa 12,4% dan 9,0% dari pasien mereka,
masing-masing, diperiksa terutama karena masalah visual atau okular dengan gejala yang
berhubungan dengan menggunakan komputer.
3-6
1.1.Gejala Asthenopic (kelelahan mata)
Banyak orang memiliki gangguan penglihatan marjinal, seperti kesulitan dengan
akomodasi atau masalah penglihatan binokular yang tidak menyebabkan gejala saat
melakukan pekerjaan yang kurang menuntut secara visual. Namun, penggunaan VDT
(video display terminal) berkepanjangan telah terbukti menyebabkan berkurangnya daya
akomodasi dan penghapusan near-point konvergensi. Adapun kelemahan fungsi-fungsi
visual penting ini dapat menjadi penyebab kelelahan mata pada operator computer.
3
Gur dan Ron mengevaluasi prevalensi masalah penglihatan pada pekerja VDT serta
pengaruh 4 hari penggunaan VDT pada nearpoint akomodasi (NPA). NPA untuk
pengguna VDT dan bukan pengguna diukur pada awal hari pada awal hari kerja, dan
sekali lagi pada akhir hari 4. Menariknya, prevalensi tinggi esophoria, insufisiensi
konvergensi, dan konvergensi fusional rendah yang ditemukan di antara pekerja VDT.
Mereka juga menemukan bahwa amplitudo akomodasi menurun secara signifikan untuk
pengguna VDT (0,69 D) dibandingkan bukan pengguna VDT (0,18 D) antara
pemeriksaan pertama dan pemeriksaan kedua pada hari keempat.
9

Dalam studi longitudinal lain, Yeow dan Taylor melaporkan bahwa subyek yang
berusia bawah usia 40 tahun yang menggunakan VDT lebih banyak kehilangan
amplitudo akomodasi daripada subyek yang tidak menggunakan VDT.
3-6
Singkatnya, perubahan fungsi akomodatif dan Vergence telah dilaporkan terjadi
setelah periode kerja dengan menggunakan VDT, dan perubahan ini telah diusulkan
untuk dijadikan indikator objektif dari kelelahan visual subjektif. Adapun gangguan ini
sebagian besar bersifat sementara (transient), dimana fungsi penglihatan akan kembali
seperti sebelum menggunakan VDT pada akhir hari kerja. Kerugian substansial dalam
fungsi-fungsi ini akan dinyatakan diharapkan dalam studi jangka panjang. Namun studi
semacam belum menemukan perbedaan NPA dan near-point konvergensi antara
pengguna VDT dan bukan pengguna VDT.
3-6
1.1.1. VDTs and Transient Myopia
Upaya akomodatif selama bekerja dekat diperkirakan menjadi faktor penyebab
dalam terjadinya miopia. Meskipun hubunganan VDT dengan resiko terjadinya
myopia masih dipertanyakan, dapat dilihat secara jelas bahwa pekerjaan dekat dengan
VDT akan berakibat pergerseran myopia yang tidak begitu signifikan dan bersifat
sementara. Dalam studi cross-sectional pada pengguna VDT dan juru ketik, pengguna
VDT mengalami pergeseran rabun sekitar -0.12 D setelah masa kerja , sedangkan
pada pengetik biasa tidak ada perubahan. Walaupun demikian pergeseran ini terlalu
kecil untuk mempengaruhi ketajaman visual. Luberto dkk mengamati miopia
sementara pada 20 % pekerja dengan VDT pada akhir pekerjaan mereka. Semua
subjek mengalami perubahan ke arah miopia mengeluh asthenopia , tetapi hanya 32,5
% dari mereka dengan asthenopia mengalami perubahan myopia sementara.
3-6
1.2.Gejala Yang Terkait Permukaan Okuler
Pengguna komputer sering melaporkan keluhan pada mata berupa mata kering,
sensasi terbakar, berpasir, setelah kerja yang lama dengan komputer. Mata kering dapat
menjadi penyebab utama kelelahan mata. Pada pengguna VDT terjadi penurunan respon
berkedip dan meningkatkan luas permukaan ocular terpapar udara luar sehingga
menyebabkan mata menjadi kering.
Beberapa faktor lain berkontribusi terhadap pengeringan permukaan ocular:
3-6
1.2.1. Faktor Lingkungan
10

Kornea sangat sensitif terhadap kondisi kering dan ketidakseimbangan kimia akibat
faktor lingkungan. Adapun hal-hal yang bersifat berbahaya yang dapat ditemukan di
lingkungan kantor adalah udara kering, kipas ventilasi, penumpukan statis, debu
kertas udara, laser dan toner fotokopi toner.
1.2.2. Berkurangnya Respon Berkedip
Umumnya manusia berkedip antara 10-15 kali per menit. Penelitian telah
menunjukkan bahwa tingkat berkedip di depan komputer secara signifikan kurang
dari normal. Tingkat berkedip tereduksi pada pengguna VDT memberikan kontribusi
dalam menurunkan kualitas air mata dan akhirnya mengganggu kornea dan akhirnya
memberikan gejala mata kering. Pengurangan frekuensi berkedip dapat mencapai
60% dan dapat juga menjadi salah satu mekanisme patofisiologi dasar tingginya
insiden penyakit kelenjar meibom di pengguna komputer dengan keluhan pada
permukaan okular.
1.2.3. Peningkatan pajanan
Pembacaan tulisan di kertas biasanya dilakukan sambil melihat ke bawah. Hal ini
menyebabkan kelopak mata yang meliputi sebagian besar dari permukaan depan
mata, sehingga meminimalkan evaporasi air mata. Sebaliknya, pengguna komputer
biasanya melihat bahan bacaan mereka dalam pandangan horisontal. Hal ini
menghasilkan celah palpebra yang lebih luas dan luas permukaan yang terkena efek
dari evaporasi meningkat.
1.2.4. Jenis Kelamin
Prevalensi mata kering sedikit lebih besar pada wanita dibanding pria.
1.2.5. Usia
Produksi air mata biasanya menurun sesuai dengan usia. Meskipun mata kering dapat
terjadi pada semua usia baik pada pria maupun wanita, wanita pasca-menopause
merupakan kelompok individu yang paling sering mengalami mata kering.
1.2.6. Pengobatan Sistemik
Ada beberapa obat sistemik berkontribusi terhadap pengeringan okular. Obat-obat
tersebut antara lain diuretik, antihistamin, psikotropika, dan anti-hipertensi.
1.2.7. Penggunaan Lensa Kontak
11

Pekerja kantor yang menggunakan lensa kontak punya kecenderungan untuk
ketidaknyamanan ocular yang berat. Kenyamanan dalam menggunakan lensa kontak
sangat tergantung pada pelumasan mata. Permukaan lensa kontak harus meluncur
sepanjang permukaan mata dan kelopak mata dengan resistensi minimal. Jika
permukaan okular kering, lensa kering dan melekat pada kelopak mata bagian atas
saat berkedip, dan disebut sebagai efek gesekan . Efek gesekan inilah yang
menghasilkan ketidaknyamanan .
1.2.8. Kondisi okuler
Disfungsi lokal dari kelenjar yang memproduksi air mata juga memberikan kontribusi
untuk menimbulkan mata kering. Gangguan yang paling sering adalah blepharitis
anterior, yaitu peradangan pada kelopak mata. Peradangan ini mempengaruhi kelenjar
meibom yang mengeluarkan lapisan lipid ke permukaan mata. Kurangnya lapisan
lipid meningkatkan evaporasi air mata sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.
1.2.9. Kosmetik
Kosmetik yang digunakan pada daerah sekitar mata dapat menghalangi jalan keluar
dari kelenjar meibom yang meningkatkan evaporasi dari komponen air mata dan
menyebabkan ketidaknyamanan.
Pengaruh Karakteristik Layar Terhadap Masalah Visual
3
1.1.1. Kualitas Tampilan
Gambar-gambar yang dihasilkan pada video terdiri dari ribuan titik kecil , terang
(pixel) atau garis horisontal (raster) yang secara kolektif membentuk gambar yang
belum masih kabur bersama dan kurang tajam. Semakin banyak titik atau garis
ditampilkan pada monitor untuk menghasilkan gambar , gambar yang muncul akan
menjadi lebih jelas dan tajam. Diperkirakan bahwa karakter sedikit kabur akan
menurunkan daya akomodasi, menciptakan lag akomodasi pada belakang gambar
yang tampil. Ziefle juga mencatat karakteristik fungsional operator komputer dan
resolusi melalui perbandingan monitor resolusi pada 62 titik per inci ( dpi ) dan 89
dpi. Dia menetapkan bahwa waktu reaksi pencarian dan durasi fiksasi ketika melihat
dokumen meningkat secara signifikan pada layar resolusi lebih rendah. Selain itu,
12

tingkat kelelahan visual berkorelasi dengan reaksi pencarian dan parameter gerakan
bola mata .
Sejumlah faktor mempengaruhi pembacaan dan keterbacaan karakter atau huruf
yang ditampilkan pada layar . Kata-kata yang mengandung kombinasi huruf capital
dan huruf kecil lebih mudah diinterpretasikan dibandingkan kata-kata yang semuanya
tersusun oleh huruf capital. Jarak antara karakter dan baris juga mempengaruhi
kualitas gambar dan sebaiknya diberi jarak setidaknya satu setengah spasi di antara
kata-kata dan satu spasi di antara baris. Tingginya kadar kontras dan kecerahan
dikenal untuk mewakili penyebab paling umum dari blur atau gambar yang terlihat
tidak fokus. Selain itu, disarankan untuk menggunakan huruf yang gelap dengan latar
yang lebih terang, bukan kebalikannya. Ketika operator VDT secara konstan
mengalihkan pandangan dari latar belakang yang terang ke latar belakang display
yang lebih gelap akan mengakibatkan kelelahan otot iris.
1.1.2. Pencahayaan dan Silau
Kondisi pencahayaan yang tidak tepat pada tempat kerja juga dapat
mempengaruhi kenyamanan mata pengguna VDT. Pencahayaan dari sumber cahaya
sekitarnya yang konstan dan lebih cerah (lampu fluorescent yang diletakkan tepat
diatas kepala pekerja, jendela besar, lampu meja ) tampaknya menghilangkan karakter
gambar pada layar, menciptakan bayangan dan silau . Meskipun masalah ini tidak
menghasilkan gangguan visual yang kronis, namun dapat menjadi sumber gangguan
dan kelelahan visual.
Terdapat sebuah studi yang membandingkan bervariasi sejumlah latar belakang
(background) yang dikelilingi pencahayaan sekitarnya dengan evaluasi subjektif pada
asthenopia dan pengukuran spesifik obyektif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari pencahayaan pada gejala asthenopic baik pada
penggunaan monitor CRT (cathode ray tube) atau LCD (liquid crystal display).
Walaupun demikian, pencahayaan dari sekitar terbukti mengurangi amplitude
akomodasi secara signifikan. Studi lain menunjukkan bukti yang bertentangan
mengenai refleksi layar . Silau ditemukan untuk meningkatkan jumlah waktu yang
diperlukan untuk membaca kalimat-kalimat yang relatif mudah, tetapi meningkatkan
jumlah waktu untuk membaca kalimat-kalimat yang relatif sulit.
13

Pada kasus di mana pengurangan cahaya sekitarnya sulit dilakukan maka dapat
menggunakan filter anti-silau untuk pengurangan refleksi dan meningkatkan kontras.
Cara kerjanya adalah dengan prinsip bahwa cahaya dari ruangan melewati filter anti-
silau dua kali (pada saat melewati filter dan melaui refleksi) , sedangkan cahaya
langsung dari luar akan dipancarkan dari VDT melewati filter hanya sekali sehingga
meningkatkan kontras keseluruhan gambar sebagai latar belakang (background) akan
lebih lemahkan lebih dari karakter yang ditampilkan di layar VDT .
1.1.3. Rate Refresh
Refresh rate VDT merupakan jumlah kali per menit ( diukur dalam Hz ) layar
menghasilkan gambar ulang. Jika refresh rate terlalu lambat , karakter pada layar
mungkin tampak berkedip. Tingkat kedipan sangat penting terutama sejak National
Research Council melaporkan bahwa refresh rate sangat rendah ( 8-14 Hz ) bisa
menyebabkan kejang epileptogenic. Kedipan yang dirasakan menimbulkan keluhan
subjektif dari seperti jengkel , kelelahan , dan nyeri kepala. The Video Electronic
Standards Association ( VESA ) telah merekomendasikan refresh rate minimal
adalah 75 Hz yang meminimalkan kedipan di semua tingkat kecerahan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa refresh rate yang lebih tinggi dapat
menurunkan gejala okular dan meningkatkan kinerja pengguna komputer. Jashchinski
dkk membandingkan refresh rate sbesar 300 Hz dengan frekuensi yang lebih rendah
lainnya yang tidak menghasilkan kedipan yang dapat dirasakan oleh pengguna
komputer (50-90 Hz) . Pada refresh rate yang lebih rendah , berarti akomodasi di
bermata penglihatan berkurang 0,06 D , durasi kedipan mata rata-rata adalah 6 %
lebih pendek , dan rata-rata selang waktu kedipan mata adalah 15 % lebih lama. Studi
lain menetapkan bahwa membaca dari layar pada 500 Hz adalah 8 kata per menit (
3,05% ) lebih cepat dari pada 60 Hz.
Penatalaksanaan dan Pencegahan
1.Pencahayaan
Seperti disebutkan sebelumnya , pencahayaan yang tepat dalam wilayah tempat kerja
yang menggunakan komputer akan memungkinkan pengguna untuk meningkatkan
kenyamanan visual dan kinerja sambil menghilangkan rasa tidak senang dan kelelahan
14

visual. Lingkungan yang ideal akan memungkinkan kecerahan yang sama ke bidang visual
pengguna komputer. Lampu fluoresccentyang intens dapat dikurangi dengan mencabut
beberapa tabung pencahayaan . Pencahayaan jendela yang berlebihan harus ditutup dengan
tirai, penutup jendela , atau jendela Tinting . Jika titik terang di bidang visual tidak dapat
dihindari , perlu memindahkan tempat kerja ke posisi yang lebih menguntungkan.
3-6
Adapun jenis pencahayaan juga memiliki pengaruh penting . Satu studi difokuskan pada
kapasitas kerja visual dengan berbagai sumber penerangan. Setelah membandingkan cahaya
alami, lampu filamen, lampu bercahaya, lampu natrium , dan lampu mercury-arch, ditemukan
bahwa lampu natrium yang paling memadai untuk kapasitas fungsional tinggi dari analisa
visual.
3
Lampu tugas (lampu yang dipakai saat berka) merupakan lampu pijar yang " hangat "
(komposisi warna merah lebih banyak) , tidak menyulitkan mata , tidak menyilaukan dan
tidak menyebabkan kelelahan. Namun terkadang lampu tugas sering terlalu terang , sehingga
penting untuk memposisikan cahaya menyilaukan.
3
2.Posisi VDT
Pengguna komputer sering mengambil posisi tidak nyaman untuk benar melihat layar .
Seperti disebutkan sebelumnya, ini distorsi postural sering menyebabkan rasa sakit di
punggung , leher , dan bahu . Dengan demikian penting untuk benar meenjaga jarak dengan
monitor dan mengatur ketinggian monitor. Meningkatkan ergonomi fisik dari tempat kerja
telah terbukti mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan kinerja.
3
Sebelumnya, direkomendasikan bahwa mata harus berjarak 16 sampai 30 inci dari layar.
Jarak di luar kisaran ini biasanya menunjukkan resolusi layar rendah atau gambar yang
terlalu kecil . Data terbaru menunjukkan bahwa jarak jauh mungkin lebih menguntungkan.
Pada tiga penelitian yang membandingkan ketegangan visual dengan berbagai jarak layar
pada panjang 66 cm ( 26,0 inci) dibandingkan 98 cm ( 38,6 inci) , 50 cm ( 19,6 inci)
dibandingkan 100 cm ( 39,4 inci) , dan 63 cm ( 24,8 masuk ) dibandingkan 92 cm ( 36,2 inci)
. Dalam semua tiga kasus peserta melaporkan kejadian kelelahan mata terjadi jika jarak
subyek lebih dekat dengan monitor. Studi ini juga menunjukkan bahwa pada jarak 35-40 inci
complain akan adanya ketegangan visual paling sedikit dilayangkan.
3
Hal ini juga dianjurkan bahwa layar harus ditempatkan 10 sampai 20 derajat di bawah (
atau tengah layar 5-6 inci berada dibawah bawah ) level mata . Ketika layar lebih tinggi dari
15

ini, pengguna VDT sering memiringkan kembali kepala mereka , menyebabkan ketegangan
otot trapezius di atas dan otot leher.. Kietrys dkk juga melaporkan bahwa meninggikan posisi
monitor tidak mengurangi stres postural dari tulang servikal. Adapun dengan menurunkan
posisi monitor memungkinkan pengguna VDT untuk menatap ke bawah, sehingga
permukaan okular yang terekspos lebih kecil dan mengurangi evaporasi air mata.
3

3.Waktu Istirahat
Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika waktu istirahat dilaksanakan secara teratur,
efisiensi kerja akan meningkatkan dan dapat memberikan kompensasi waktu yang hilang
pada istirahat. The National Institute of Occupational Safety and Health menemukan bahwa
waktu istirahat yang singkat dan sering menurunkan ketidaknyamanan pada pekerja dan
meningkatkan produktivitas istirahat 15 menit pada pagi dan istirahat sore. Melakukan
aktivitas berjalan cepat di sekitar kantor akan membantu peregangan otot yang tegang dan
lelah, perubahan pemandangan, dan relaksasi.
3
Jangka waktu kerja tanpa istirahat dianggap menyebabkan timbulnya masalah okular .
Bahkan , satu studi menunjukkan bahwa bekerja selama lebih dari empat jam dengan
menggunakan VDT berkaitan dengan munculnya asthenopia. Istirahat Sering dianjurkan
untuk memulihkan dan menenangkan sistem akomodasi mata , sehingga mencegah kelelahan
mata . Hal ini umumnya percaya bahwa melihat jauh di sebuah objek yang jauh setidaknya
dua kali tiap jam selama penggunaan komputer sudah dapat mencegahan kelelahan visual.
3
4.Tetes Mata (Lubricating Drops)
Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memakai tetes mata untuk
meringankan gejala mata kering karena menurunnya respon berkedip. Sebuah penelitian
terbaru di Jepang mengungkapkan bahwa mayoritas pekerja yang mengobati diri dengan
tetes mata tidak puas dengan efek terapi. Studi lain menunjukkan bahwa tetes mata viskositas
lebih tinggi lebih menguntungkan daripada larutan garam isotonik. Adapun penggunaan
tetes mata viskositas tinggi akan menurunan ketajaman visual secara keseluruhan.
3
5.Kacamata computer
Prognosis
16

Prognosis untuk Computer Vision Syndrom adalah Ad Bonam sebab gangguan ini sebagian
besar bersifat sementara (transient), dimana fungsi penglihatan akan kembali seperti akhir hari
kerja.
Kesimpulan
Computer Vision Syndrome merupakan sebuah kumpulan gejala okuler maupun non-okuler
yang muncul akibat penggunaan computer. Adapun sindrom ini dipengaruhi oleh berbagai
factor baik factor lingkungan, pencahayaan, lokasi kerja, ergonomic, dan lain-lain. gangguan
ini sebagian besar bersifat sementara (transient), dimana fungsi penglihatan akan kembali
seperti akhir hari kerja.
Daftar Pustaka
1. Bickley LS, Szilagyi PG.Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.Edisi
8.Jakarta:EGC, 2008.h.3-6;147-57
2. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2010.h.64,75-82.
3. Rom, WN.Enviromental and occupational medicine.4
th
Edition.Philadelphia:Lippincott
Williams & Wilkins,2007.h.702-3
4. Levy BS, Wegman DH.Recognizing and preventing work-related disease and injury.4
th

Edition. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins,2002.h.556
5. Blehm C, Vishnu S, Khattak A, Mitra S, Yee RW. Computer vision syndrome:a review.
Review of Opthalmology May-June 2005.Volume 50; 253-60. Downloaded from
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563207001501., October 7, 2013.
6. Tsubota K, Nakamori K.Dry Eyes and Video Display Terminals. N Engl J Med 1993;
328:584. Downloaded from
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199302253280817#t=article, October 7,2013.

Anda mungkin juga menyukai