Anda di halaman 1dari 19

Gangguan Refraksi pada Okuli Dextra dan Okuli Sinistra

Ika Salamah/102014151

Kelompok B3

Email: salamahika9@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana, Jakarta

Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

Abstract

The eye is one of the most important and vital senses for human beings. Eyes are round and oval
placed in the eye socket and protected by the skull and eye muscles that serve to move the
eyeball. Refractive abnormality is a condition in which a firm shadow does not form on the
retina (macula lutea). In refractive anomaly occurs the optical system imbalance in the eye,
resulting in blurred shadow. In the normal eye, the cornea and lens deflect light at the correct
focal point on the central retina. This state of the cornea and lens arrangement corresponds to
the length of the eyeball. In refractive disorders, the rays are not biased precisely on the lutea
macula, but can be in front of or behind the macula. See also various disorders / diseases that
can interfere with the work of our eyes, for example is presbyopia, hipermetropi, myopia and
others. The disturbances of course allow different things to keep the work and functions back to
normal.

Keywords: Presbyopia, hipermetropi, myopia, vision

Abstrak

Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting dan vital bagi manusia. Mata berbentuk
bulat lonjong dan terletak di dalam rongga mata dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta otot
mata yang berfungsi untuk menggerakan bola mata. Kelainan refraksi adalah keadaan dimana
bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata
normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata.

1
Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau
dibelakang makula. Terdapat juga berbagai macam gangguan / penyakit yang dapat menganggu
kerja mata kita, contohnya adalah presbiopia, hipermetropi, myopia dan lain-lain. Gangguan-
gangguan tersebut tentu saja memiliki penyelesaian yang berbeda-beda agar kerja dan fungsi
mata dapat kembali seperti semula.

Kata kunci: Presbiopia, hipermetropi, myopia, penglihatan

Pendahuluan

Mata merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi menangkap cahaya dan
memproyeksikan ke dalam otak dalam bentuk impuls rangsangan sehingga kita dapat melihat
benda-benda atau mahluk hidup yang ada dalam dunia ini. Kerusakkan ataupun kelainan yang
terjadi pada mata, akan mempengaruhi fungsi kita untuk melihat. Kelainan tersebut akan
membuat penglihatan kita menjadi kabur atau tidak jelas.

Sinar yang masuk kedalam mata dibiaskan dan dibantu oleh media refraksi dimana media
refraksi terdiri dari kornea, camera oculi anterior (humor aqueous), pupil, lensa, dan macula
lutea. Jika terjadi gangguan pada media refraksi dapat mengakibatkan terjadinya penurunan visus
atau pengelihatan yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam masalah
pengelihatanya. Terdapat beberapa jenis gangguan refraksi yakni; miopia,, hipermetropia,
astigmatisma, presbyopia, amblyopia dan anisomteropia. Jika seseorang telah mengalami
penurunan pada pengelihatanya, dapat dibantu dengan menggunakan kaca mata sesuai dengan
gangguan media refraksi yang dialaminya.

Pembahasan

Isi

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu pengkajian dalam rangkan mendapatkan data tentang pasien
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk
mengumpulkan semua informasi dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi
pasien terhadap penyakitnya. Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.
Pewawancara harus dapat menanyakan pertanyaan – pertanyaan kepada pasien dengan bebas.

2
Pertanyaan – pertanyaan ini harus mudah dimengerti dan disesuaikan dengan pengalaman medik
pasien.1

a. Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang
diperoleh merupakan data primer, karena langsung dari sumbernya.1
b. Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data
tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan
lagi untuk memberikan data yang akurat.1

Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai yakni, identitas diri pasien,
riwayat pasien ( keluhan utama , keluhan tambahan ), riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit sosial, alergi dan anamnesis
sistem.1

Pada kasus di skenario 9 anamnesanya sebagai berikut :

Auto anamnesa (identitas pasien)

Usia: 19

Jenis kelamin : Perempuan

Keluhan utama : keluhan penglihatan jarak jauh kabur, sejak 1 minggu lalu

Keluhan tambahan: makin dirasakan buram dan bila melihat slide power poin sedikit perlu
memicingkan mata agar dapat melihat dengan jelas dan memajukan badan

Riwayat Penyakit Sekarang

Latar belakang kronologis dan perkembangan gejala dan perubahan perilaku sampai
mencapai puncaknya sehingga pasien meminta bantuan. Keadaan pasien pada saat gejala itu
muncul (onset), kepribadian ketika sehat, bagaimana penyakit itu mempengaruhi aktivitas dan
hubungan personalnya –perubahan kepribadian, minat, suasana perasaan, sikap terhadap orang

3
lain, cara berpakaian, kebiasaan, tingkat ketegangan, kepekaan, aktivitas, perhatian, konsentrasi,
daya ingat, bicara, bagaimana dia menangani kecemasannya.1

 Sejak kapan mengalami keluhan seperti ini? Sejak 1 minngu yang lalu dan perlahan
bertambah buruk.
 Selain itu apakah mata pasien, merah, gatal dan mengeluarkan secret?
 Apakah ada perasaan mengganjal dimata?
 Apakah matanya sakit?
 Nyeri pada bola mata?
 Sakit pada bgaia kepala?
 Alergi?

Riwayat penyakit dahulu

 Adakah riwayat masalah penglihatan sebelumnya?


 Apakah riwayat diabetes mellitus?
 Adakah riwayat hipertensi?
 Adakahriwayat penyakit neurologis?
 Riwayat trauma?

Obat-obatan

 Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan


penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata (misalnya tetes mata
untuk glaucoma)?

Riwayat keluarga dan sosial

 Adakah riwayat masalah penglihatan turunan dalam keluarga?


 Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga ?.1

Anatomi Mata

4
Bola mata (bulbus oculi terdapat di dalam rongga orbita yang melindungi bola
mata. Bola mata digerakkan oleh otot okular. Struktur lain yang berhubungan dengan mata yaitu
otot, fasia, alis mata, kelopak mata, konjungtiva, dan apparatus lacrimal. Bola mata diselubungi
oleh lemak, tetapi terdapat selubung membranosa yang memisahkan bola mata dari lemak yaitu
fascia bulbi. Mata terbagi menjadi dua segmen yaitu segmen anterior yang transparan dan
merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior yang merupakan 5/6 bagian bola mata.
Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu konjungtiva, kornea, sklera, iris,
aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar, vitreus humor, choroid, retina, dan saraf optic.2

Media refraksi

Yang termasuk dalam media refraksi antara lain kornea, Camera oculi anterior, pupil, lensa,
macula lutea. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi
menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Hasil pembiasan sinar pada mata
ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa,
badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan
oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal
disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada
keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.2
 Kornea
Kornea adalah membrane avascular jernih yang melapisi bagian anterior bola
mata. Pinggirnya bebasnya, limbus cornoea, berlanjut dengan sclera. Tunica conjungtiva
bulbi melekat pada kornea. Kornea dibentuk oleh lima lapis sel dan mendapat saraf
sensoris dari n. opthalmicu, cabang dari n. trigeminus.2
 Camera oculi
Adalah ruangan di dalam bolamata di antara lensa dan cornea. Keberadaan iris membagi
ruang diantara korpus siliars (dan lensa) kedua ruangan ini berisi humor aquosus. Humor
aquosus dihasilkan oleh processus siliaris ( bagian dari corpus siliaris) yang mengisis camera
oculi posterior, lalu mengisi melalui pupil menuju kamera oculi anterior dan akan
direabsorpsi kedalam sinus venosus sclerae di angulus iridocornealis. Keberadaan humor
aquosus menghasilkan tekanan intraocular yang stabil.2

5
 Lensa
Lensa digantungpada corpus siliare oleh serabut zonula siliaris. Lensa adalah organ
bikonveks jernih dengan diameter kurang dari 10 mm dan terbuat dari sel-sel kuboid dengan
nucleus lunak ditengahnya. Serabut zonula siliaris akan ditarik melalui kontraksi m.ciliaris
sehingga menghasilkan akomodasi lensa. Pada akomodasi mata, bentuk lensa akan berubah,
pupil mengalami konstriksi, dan m.rectus medialis kedua mata akan berkontraksi untuk
konvergensi mata. Mekanisme akomodasi ini dikendalkan oleh n. occulomotorius.
 Corpus Vitreum
Ruang disebelah posterior lensa terisi oleh corpus vitreum. Tidak seperti humor aquosus
yang cair, humor aquos seperti gel transparan. Corupus vitreum ini memifiksasi retina
pada bola mata. 2

Gambar 1. Anatomi mata

Pemeriksaan Fisik pada Mata

1. Pemeriksaan Snellen Chart


Pada pemeriksaan ini pasien membaca deretan huruf dari jarak 6 meter atau 20
kaki. Setiap mata diperiksa dengan mata terpisah dan gangguan refraksi di koreksi
dengan menggunakan lensa atau lubang kecil (pin hole). Ketajaman dinyatakan dalam
pecahan dengan penyebut adalah jarak antara pasien dengan datar huruf, sementara
pembilang deretan huruf terkecil yang dapat dibaca oleh pasien dengan akurat. Jadi 6/6
(atau 20/20 – keduanya dapat dinyatakan dengan decimal 1,0) adalh normal. Sementara
6/60 (20/200 ; 0,1) berarti pasien hanya dapat membaca huruf terbesar pada deret paling

6
atas daftar. Jika pasien masih tidak dapat membaca huruf paling atas, maka jarak dapat
diperdekat, atau dinilai dengan kemampuan pasien menghitung jari, mendeteksi gerakan
tangan, atau persepsi terhadap cahaya.3
2. Uji lubang kecil (Pin hole)
Uji ini untuk mengetahui apakah tajam pengelihatan yang kurang terjadi akibat kelainan
refraksi atau kelainan organic media pengelihatan. Penderita disuruh duduk menghadap
kartu sneillen dengan jarak 6m. penderita di suruh melihat huruf terkecil yang masih
terlihat dengan jelas. Kemudian pada mata tersebut ditaruh lempengan berlubang kecil
(pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). bila terdapat perbaikan tajam pengelihatan
dengan melihat melalui lubang kecil berarti terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi
kemunduran tajam pengelihatan berarti terdapat ganggua pada media pengelihatan.
Mungkin saja ini diakibatkan kekeruhan kornea, katarka, kekeruhan badan kaca, dan
kelainan macula lutea.4
3. Pemeriksaan tekanan bola mata

Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan denga menggunakan tonometer. Cara


penggunanyanya adalah alat ini didekatkan atau ditempelkan dengan lembut kepermukaan
kornea untuk menguur tekanan bola mata. Kornea mata sangat sensitif sehingga dokter speasilis
mata perlu menggunakan pembiusan lokal dengan obat tetes mata. Tekanan bola mata yang
normal berkisar 9-21mmHg. Dikenal beberapa alat tonometer seperti Schiotz dan tonometer
aplanasi Goldman.5

4. Pemeriksaan funduskopi.

Pemeriksaan funduskopi merupakan pemeriksaan untuk melihat keadaan papil mata dan
sekitarnya. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan di kamar gelap. Untuk memeriksa mata kanan
sebaiknya pemeriksa menggunakan mata kanan dan oftalmoskop dipegang tangan kanan,
demikian sebaliknya. Pasien diminta melihat jauh kedepan atau memifiksasi matanya pada
benda yang terletak jauh didepan. Pasien tidak boleh menggerakan bola matanya namu boleh
mengedip, setelah itu, pemeriksa focus pada retina dengan menggunakan lensa oftalmoskop yang
sesuai denga refraksi pasien. Ketika telah menemukan pembuluh darah maka ditelusuri hingga
menenmukan papil. Papil normal bentuk lonjong, tampak sedikit pucat, batas dengan retina

7
tegas. Selain itu pemeriksa juga memperhatikan macula lutea, pemebuluh darah. Dan
melaoprkan adakah odema papi dan papil atrodfi.6.
hasil pemeriksaan:

1. visus
 Okuli dextra (OD) 6/60-ph 6/40- koreksi S-2.00 cyl-0.75 180°:6/6
 Okuli sinistra (OS) 6/60-ph 6/50-Koreksi-S+0,75:6/40
2. Segmen anterior ODS dalam batas normal
3. Tonometri ODS: 15 mmHg.

Working diagnosis

Miopia Simplek ODS

Miopia
a. Definisi
Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di
depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada
kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh
di depan retina.`

Gangguan pembiasan mata, di mana sinar-sinar yang datang sejajar pada mata yang tidak
berakomodasi akan difokuskan di depan retina.6

Gambar 2. Miopia
Klasifikasi miopia :

8
Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada mata, miopia dapat dibagi
menjadi dua yaitu miopia simpleks dan miopia patologis. Miopia simpleks yaitu terjadinya
kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan
berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan koreksi yang
sesuai bisa mencapai tajam penglihatan yang normal. Berat kelainan refraksi yang terjadi
biasanya kurang dari -6,00 D. Keadaan ini disebut juga dengan miopia fisiologi. Miopia
patologis disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif.
Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia
maligna adalah adanya progresivitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan
oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan
tingkat keparahan miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat pada
miopia patologik biasanya melebihi -6,00 D.7,8
Miopia secara klinis dapat terbagi lima yaitu miopia simpleks, miopia nokturnal,
pseudomiopia, miopia degeneratif, dan miopia induksi. Miopia simpleks merupakan miopia yang
disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa
kristalina yang terlalu tinggi. Miopia nokturnal merupakan miopia yang hanya terjadi pada saat
kondisi di sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi
terhadap tahap pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang
membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi
dan menambah kondisi miopia. Pseudomiopia merupakan mioipia yang diakibatkan oleh
rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada
otot-otot siliar yang memegang lensa kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu,
karena memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat
direlaksasikan. Miopia degeneratif disebut juga sebagi myopia maligna atau myopia progresif
biasanya merupakan myopia derajt tinggi dan penglihatannya juga dibawah normal meskipun
telak dikoreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu. Miopia induksi
merupakan miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula
darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya. 9

Etiologi

9
Miopia bisa terjadi karena bentuk bola mata yang panjang atau sumbu anteroposteriornya panjang(miopia
aksial), kelengkungan kornea atau lensa yang terlalu melengkung (miopia kurvatur) sehingga bayangan
jatuh di depan retina, adanya dislokasi dari lensa ke arah anterior(miopia posisional). 8

Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksikannya
yaitu ringan, sedang, dan berat.

 Miopia ringan menggunakan lensa koreksi -0,25 sampai dengan -3,00 dioptri.
 Miopia sedang menggunakan lensa koreksi -3,25 sampai dengan -6,00 dioptri.
 Miopia berat menggunakan lensa koreksi > -6,00 dioptri.8

Miopia berdasarkan klinis


1. Miopia kongengital
Miopia yan timbul sampai usia 3 tahun dapat merupakan kelainan yang tersendiri ataupun
menyertai kelainan kongengital lain dan dapat disertai atau tanpa kelainan fundus,
dimana dalam perkembangan selanjutnya dapat statis ataupun progresif.
Miopia kongengital yang terdapat pada prematur akan menghilang setelah beberapa
bulan,kecuali bila disertai retrolental fibroplasia.
2. Miopia degeneratf
Miopia yang terjadi saat usia 12-20 tahun yang harusnya bisa stabil, justru terjadi
peningkatan drajat miopia.
3. Miopia didapat
Biasanya terjadi akibat sakit seperti demam atau malnutrisi atau pada orang dewasa yang
menderita tuberkulosis dan goiter.8

Manifestasi Klinis

Pada pasien miopia yang dirasakan mulai dari penglihatan jarak jauh buram dan penglihatan
jarak dekat lebih baik, nyeri kepala, terdapat kecendrungan untuk mengalami juling saat melihat
jauh.9
Penatalaksanaan Miopia
1. Lensa konkaf/negatif
2. Lensa kontak

10
3. Jika agak berat bisa di lakukan LASIK(laser in situ keratomileusis)8

Hipermetropia

Hipermetropia atau rabun dekat atau hiperopia merupakan keadaan gangguan kekuatan
pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang macula
lutea.8
Etiologi
Hipermetropia ini disebabkan karena bentuk bola mata yang pendek atau sumbu
anteroposteriornya pendek(hipermetropia aksial), kelengkungan kornea atau lensa
datar(hipermetropia kurvatur) sehingga bayangan jatuh di belakang retina, adanya dislokasi dari
lensa ke arah posterior(hipermetropi posisional), indeks biasnya kurang karena lensanya yang
tipis bahkan tidak ada lensa sama sekali(hipermetropia indeks). Pada anak-anak baru lahir dapat
mengalami hipertropi fisiologi sekitar 80% ukuran bola mata yang lebih kecil.6
Terdapat tiga bentuk hipermetropia:9,10
1. Hipermetropia total, adalah hipermetropia yang ukurannya didapatkan stelah pemberian
siklopegik(melumpuhkan m.siliaris).
2. Hipermetropia manifes, dimana hipertropi ini dapat dikoreksi dengan kacamata positif
maksimal yang memberikan visus terbaik. Terbagi atas dua:
a. Fakultatif, dimana mata hipertropi dan dikoreksi dengan kacamata positif tetapi masih
bisa diperbaiki dengan akomodasi. Contoh:pasien dikoreksi dengan kacamata
S+3.50D, tetapi karena ada tenaga akomodasi menjadi S+0.50D.
b. Absolut, dimana mata hipertropi dikoreksi dengan kacamata positif dan tidak ada
perbaikan dengan akomodasi.
3. Hipermetropia laten, hipermetropi fisiologi yang dapat diatasi dengan m.siliaris, ini
terjadi pada usia muda. Semakin muda maka semakin tinggi hipermetropi latennya.
Tetapi saat sudah semakin tua terjadi kelemahan akomodasi sehingga yang awalnya
hipermetropi laten berubah menjadi hipertrofi fakultatif dan berubah menjadi absolut.
Manifestasi Klinis

11
Biasanya pada pasien yang lebih dari 3dioptri, atau pasien berusia tua, penglihatan jauh kabur,
penglihatan dekat cepat buram, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, spasme akomodasi.8
Penatalaksanaan Hipermetropia
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa
sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan
normal. Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetropia
total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kacamata koreksi
positif kurang. Bila terdapat ambliopia diberikan koreksi hipermetropia total. Pada pasien dengan
hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang
masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien dengan +3.0 ataupun dengan +3.25
memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka diberikan kacamata +3.25. Hal ini untuk
memberikan istirahat pada mata. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada
anak-anak, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau
melumpuhkan otot akomodasi.8
Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamata
dengan mata yang istirahat. Pada pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan
keluhan karena matanya masih masih mampu melalukan akomodasi kuat untuk melihat benda
dengan jelas. Pada pasien dengan banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama
pada pasien yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan
tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan. Pada pasien ini diberikan kacamata
sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan maksimal.8

Klasifikasi Berdasar Berat Ringan Gangguan:


 Hipermetropia ringan: gangguan refraksi dibawah +2D
 Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D
 Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D.8
A. Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu
fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai meridian kornea atau lensa
kristalina. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis
fokus multiple, dimana berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina

12
akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan di kornea.8

Etiologi
Bisa disebabkan karena kelainan kornea dimana terjadinya perubahan pada kelengkungan kornea
dan di uji dengan tes Placido. Dan bisa disebabkan karena adanya kelainan pada lensa dimana
terjadinya kekeruhan pada lensa seperti katarak insipien atau imatu.
Klasifikasi Astigmatisma:8
2. Astigmat regular, berdasarkan axis dan sudut yang dibentuk antara dua principal
meridian, regular astigmatisma dapat dibagi dalam 3 bentuk, yaitu :
a. Horizontal-vertikal astigmatisma: Astigmatisma ini merupakan dua meridian yang

membentuk sudut satu sama lain secara horizontal (180 o±20o) atau vertical

(90o±20o). Astigmat ini terbagi menjadi dua jenis:


i. With-in-the-rule astigmatism. Dimana meridian vertical mempunyai
kurvatura yang lebih kuat (melengkung) dari meridian horizontal. Disebut
with the rule karena mempunyai kesamaan dengan kondisi normal mata
mempunyai kurvatura vertical lebih besar oleh karena penekanan oleh
kelopak mata. Astigmatisma ini dapat
ii. Against-the rule astigmatism. Suatu kondisi dimana meridian horizontal
mempunyai kurvatura yang lebih kuat (melengkung) dari meridian
vertical.
b. Oblique astigmatism: Merupakan suatu astigmatisma regular dimana kedua
principle meridian tidak pada meridian horizontal atau vertical. Principal

meridian terletak lebih dari 20o dari meridian vertical atau horizontal.
3. Astigmatisma irregular, suatu keadaan refraksi dimana setiap meridian mempunyai
perbedaan refraksi yang tidak teratur bahkan kadang-kadang mempunyai perbedaan pada
meridian yang sama. Principle meridian tidak tegak lurus satu dengan lainnya. Biasanya
astigmatisma irregular ini dikoreksi dengan lensa kontak kaku. Berbicara mengenai
induksi astigmatisma pasca operasi (induced astigmatism), seperti kita ketahui, penderita
astigmatisma sebagian besar adalah with the rule astigmatism. Insisi yang ditempatkan

13
pada kornea akan menyebabkan pendataran pada arah yang berhadapan dengan insisi
tersebut. Artinya, jika melakukan insisi dari temporal cenderung menyebabkan
pendataran pada sumbu horizontal kornea, dimana hal ini akan mengakibatkan induksi
with-the-rule astigmatism. Sebaliknya jika melakukan insisi kornea dari superior
cenderung mengakibatkan induksi againts-the-rule astigmatism. Biasanya induksi
astigmatisma ini bergantung dari panjangnya insisi, yaitu semakin panjang insisi akan
semakin besar induksi astigmatisma.8
Berdasarkan letak titik fokus meridiannya astigmatisma terbagi atas:8,9
1. Astigmatisma miopia simpleks: fokus bayangan pada salah satu meridian jatuh di depan
retina.
2. Astismatisme miopia komposium: fokus bayangan kedua meridian jatuh di depan retina.
3. Astigmatisma campuran: fokus bayangan salah satu meridian jatuh di depan retina dan
meridian jatuh di belakang retina.
4. Astigmatisma hipermetropia simpleks: fokus bayangan salah satu meridian jatuh di
belakang retina.
5. Astigmatisma hipermetropia komposius: fokus bayangan kedua meridian jatuh di
belakang retina.
Manifestasi Klinis
Yang dialami oleh pasien yang mengalami astigmatisma mulai dari penglihatan buram, terdapat
head tilting, pasien sering kali menengok untuk dapat melihat dengan jelas, pasien sering kali
menyipitkan mata untuk dapat melihat dengan jelas, bahan bacaan didekatkan agar menjadi lebih
jelas.9
Penatalaksanaan Astigmat
Kelainan astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa silindris, sering kali dikombinasi dengan
lensa sferis. Karena tak mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang disebabkan oleh
kelainan astigmatisma yang tidak terkoreksi.8

Amblyopia

Ambliopia atau yang sering disebut dengan lazy eye adalah beberkurangnya ketajaman
penglihatan walaupun sudah dikoreksi terbaik tanpa ditemukannya kelainan struktur pada mata

14
atau lintasan visual bagian belakang. Biasanya disebabkan oleh kurangnya rangsangan untuk
meningkatkan perkembangan penglihatan dan tidak dikoreksi. Bila ambliopia ini ditemukan pada
usia dibawah 6tahun maka masih bisa dilakukan latihan untuk perbaikan penglihatan.8,10
Manifestasi Klinis
Biasanya yang dirasakan pada pasien ambliopia seperti berkurangnya penglihatan satu mata,
menurunnya tajam penglihatan walaupun sudah diberikan lensa koreksi dan saat di tes crowding
fenomena positif, biasanya daya akomodasi menurun.8,10
Klasifikasi ambliopia secara klinis:
1. Ambliopia strabismus, ini disebabkan karena mata yang juling
2. Ambliopia deprivasi, terjadi karena kelainan bawaan pada mata/kekeruhan media
penglihatan sejak awal.
3. Ambliopia anisometria, disebabkan karena mata kanan dan kiri memiliki perbedaan
ketajaman penglihatan yang cukup jauh.8
 Anisometropia

Nama ini diambil dari empat komponen bahasa yunani: an- yang berarti tidak, iso- yang berarti
sama, metr- yang berarti ukuran dan ops yang berarti mata. Secara harfiah anisometropia berarti
ukuran mata yang tidak sama. Lebih jelasnya, anisometropia adalah suatu kondisi dimana
terdapat perbedaan refraksi pada kedua mata. Adanya perbedaan tajam penglihatan antara mata
kanan dan kiri lebih sensitif mempengaruhi penglihatan binokular.2 Perbedaan yang signifikan
pada kelainan refraksi antara kedua mata lebih dari 1.00D di meridian manapun cukup untuk
dikategorikan sebagai anisometropia.7,12

Anisometropia dapat terjadi apabila:

a) Mata yang satu hipermetropia sedangkan yang lain miopia (antimetropia).

b) Mata yang satu hipermetropia atau miopia atau astagmatisma sedangkan yang lain
emetropia.

c) Mata yang satu hipermetropia dan yang lain juga hipermetropia, dengan derajat refraksi
yang tidak sama.

15
d) Mata yang satu miopia dan yang lain juga miopia dengan derajat refraksi yang tidak
sama.

e) Mata yang satu astigmatisma dan yang lain juga astigmatisma dengan derajat yang tidak
sama.

Klasifikasi Anisometropia12

1. Simple anisometropia: dimana refraksi satu mata adalah normal (emetropia) dan mata
yang lainnya miopia (simple myopic anisometropia) atau hipermetropia (simple myopic
anisometropia).

2. Coumpound anisometropia: dimana pada kedua mata hipermetropia (coumpound


hipermetropic anisometropia) atau miopia (coumpound myopicanisometropia), tetapi
sebelah mata memiliki gangguan refraksi lebih tinggi dari pada mata yang satunya lagi.

3. Mixed anisometropia: dimana satu mata adalah miopia dan yang satu lagi hipermetropia,
ini juga disebut antimetropia.

4. Simple astigmatic anisometropia: dimana satu mata normal dan yang lainnya baik simple
miopia atau hipermetropi astigamatisma.

5. Coumpound astigmatismatic anisometropia: dimana kedua mata merupakan astigmatism


tetapi berbeda derajatnya.

Anisometopia dibagi menjadi beberapa tingkatan: pertama perbedaan refraksi antara kedua mata
kurang dari 1,5D dimana kedua mata masih dapat dipakai bersama-sama dengan fusi yang baik
dan stereoskopik, kedua perbedaan refraksi antara kedua mata 1,5D sampai 3D (perbedaan
silinder lebih bermakna dibandingkan sferis) dan ketiga perbedaan refraksi lebih dari 3D.8,11

Faktor Risiko

 Genetik

16
Database dari The Online Mendelian Inheritance in Man (OMIM) mencatat 261 kelainan genetik
dengan miopi sebagai salah satu gejala. Miopi dapat ditemukan pada penyakit jaringan ikat
turunan, seperti Knobloch syndrome, Marfan syndrome, dan Stickler syndrome.

 Lingkungan

Pada studi presdiposisi genetik dari kesalahan refraktif, terdapat kaitan antara faktor lingkungan
dan risiko terhadap miopi.12

EPIDEMIOLOGI
Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab terbanyak gangguan penglihatan di seluruh
dunia dan menjadi penyebab kedua kebutaan yang dapat diatasi. Selain itu, kelainan refraksi
menduduki urutan 1 dari 10 penyakit mata di Indonesia. Berdasarkan data dari WHO pada 2004
prevalensi kelainan refraksi pada umur 5-15 tahun sebanyak 12,8 juta orang (0,97%), 10% dari
66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi. Kelainan refraksi
menyumbang 0.14% menyebabkan kebutaan. Dari semua gangguan refraksi diketahui miopia
memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan ganggu refraksi yang lainya. Prevalensi
paling tinggi sekitar 20-25% pada remaja sedangkan 25-35% pada dewasa muda 8

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke dalam
terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat
hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.7,8

PENCEGAHAN

Pencegahan yang dapat dilakukan dari kelainan-kelainan refraksi mata diatas yaitu dengan
menerapkan jarak baca 30 cm, saat baca menggunakan penerangan lampu yang cukup,
melakukan aktivitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian, misal setelah membaca
atau melihat gambar atau menggunakan komputer 45 menit ,berhenti dahulu 15-20 menit. Selain
itu, dengan memperhatikan gizi seimbang, koreksi kelainan mata sedini mungkin, dan terutama
skrening pada anak usia dini.13

17
PROGNOSIS

dubia ad bonam (mata miopi tidak dapat sembuh kecuali dilakukan terapi lasik)

KESIMPULAN

Kelainan refraksi adalah gangguan pada mata yang sangat umum. Kondisi ini terjadi saat mata
tidak dapat terfokus dengan jelas pada gambar di sekitar. Gangguan refraksi ini mengakibatkan
pandangan yang kabur, kadang sangat parah sehingga menyebabkan gangguan penglihatan.
Kelainan refraksi yang paling umum adalah miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat) dan
astigmatisme. Gangguan refraksi dapat diperbaiki dengan beberapa perawatan seperti kacamata,
lensa kontak, atau operasi.

Daftar Pustaka

1. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC;2007:h.3-11


2. Wibowo S. Anatomi klinis esensial. Jakarta:EGC;2014:h.225-30.
3. Ginsberg L. Lecture Notes: Neurology edisi 8. Jakarta: Erlangga;2007:h.21-2
4. Sidarta I. Ilmu penyakit mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005
5. Eko B. Panduan lengkap membaca hasil tes kesehatan Jakarta: penebar plus;2008:h. 91-
2.
6. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. edisi IV. Jakarta: Pt.Gramedia Pustaka Utama tahum
2010:h.126-7.
7. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &
Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
8. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Ed 5. Jakarta: FKUI; 2010.h.76-8,133-4
9. Medical mini notes – Ophthalmology. Makasar: Fakultas kedokteran Universitas
Hassanudin;2016. h.63-72.

18
10. Amo J, JF et al. care of the patient with hyperopia. In : Optometric Clincival Pratical
Guideline. America Optometric Assocoation. 2012:1-50

11. Pendit BU. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury edisi ke 17. Diterjemahkan dari Eva
PR,Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC;2009.h392-4.

12. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive Errors,
Thieme, p. 127-136, 2000.

13. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6 th


Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008

19

Anda mungkin juga menyukai