Karya Ilmiah
ditulis untuk Ujian Akhir Semester mata kuliah Karya Tulis Ilmiah yang
diampu oleh Dr. Amril Amir, M.Pd.
Oleh
Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya
masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar.
Struktur mata yang berkontribusi dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa,
aquous dan vitreous humor. Cahaya yang masuk akan direfraksikan ke retina, yang
akan dilanjutkan ke otak berupa impuls melalui saraf optik agar dapat diproses oleh
otak. Kelainan refraksi ini terjadi apabila fungsi refraksi pada mata tidak dapat
Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan pada mata yang paling umum terjadi.
Keadaan ini terjadi ketika cahaya tidak dibiaskan tepat pada retina sehingga
menyebabkan penglihatan kabur. Kelainan refraksi secara umum dapat dibagi menjadi
empat bentuk yaitu (1) miopia; (2) hipermetropia; (3) astigmatisme; dan
terjadi apabila sinar yang dibiaskan tidak terletak pada satu titik fokus, sedangkan
presbiopia adalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses
penuaan.
kelengkungan kornea dan lensa, indeks bias atau refraktif, dan kelainan aksial atau
sumbu mata.
Kelainan refraksi dapat terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1)
umur; (2) jenis kelamin; (3) ras; (4) lingkungan; dan (5) genetik. Kelainan refraksi
inimerupakan salah satu kelainan mata yang jarang mendapat perhatian oleh
masyarakat. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi ini juga dapat menyebabkan
anomali refraksi.
dunia akan mengalami anomali refraksi, 39 juta diantaranya mengalami kebutaan dan
246 juta mengalami low vision. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi menduduki
urutan pertama sebagai penyebab cacat penglihatan dengan presentase sebesar 42%,
di atas katarak yang tidak dioperasi 33% dan glaukoma 2%. Sekitar 90% orang yang
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulisan ini dibatasi pada kelaiinan
C. Tujuan Penulisan
D. Kajian Teori
dengan: (1) Di Indonesia terdapat sekitar 1,5% atau 3,6 juta penduduknya mengalami
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi
pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di
proporsi kebutaan sebesar 0,4%. Sedangkan proporsi pengguna kacamata dan lensa
kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di provinsi Jawa Timur adalah
sebesar 4,8%, proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 1,0%, proporsi kebutaan
sebesar 0,4%, maka dari itu sangat lah penting bagi masyarakat untuk melakukan
pemeriksaan refraksi sejak usia anak anak; (3) Pada suatu penelitian yang dilakukan
di poliklinik mata RSUP sanglah tahun 2014 ditemukan, dari 30 pasien ditemukan
bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki (53,3%) dengan rentang usia
(48,3%). Kelainan refraksi yang dialami pasien secara umum melibatkan kedua mata
(96,7%). Dari hasil pemeriksaan visus, >80% pasien memiiki visus <6/6 dan setelah
dikoreksi >70% pasien masih memiliki visus <6/6. Sekitar 83,3% pasien tergolong
Anisometropia ditemukan pada 46,7% pasien dan ambliopia juga dicurigai terdapat
pada 36,7% pasien. Sebagian besar pasien anak dengan kelainan refraksi pada
penelitian ini adalah laki-laki dengan diagnosis tersering adalah miopia astigmat
kompositus dan kelainan refraksi yang dialami umumnya bilateral. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi data dasar penelitian lain mengenai kelainan refraksi pada
(4)Kelainan Refraksi pada anak yang berat perlu dikoreksi agar tidak mengganggu
Akan tetapi tidak semua kelainan refraksi / ametropia pada anak perlu dikoreksi.
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan koreksi terbaik untuk
kelainan refraksi pada anak dengan memperhatikan jenis dan derajat ametropia, umur