Anda di halaman 1dari 61

SALAH REFRAKSI

MOHAMMAD NAFIR SUGIHARTO


My Profile
 Lahir : Jombang
 Stay : Sragentina
 Gawean : Leader Citra Optika Indonesia
Training Center & Optical Equipment Supply
 Pendidikan : D3 Refraksi Optisi Stikes Hakli Semarang
 Sosial Media :
 WA 0821 3333 5535
 FB Mohammad Nafir
 Twitter @cak_aping
 IG mohammadnafir
PEMERIKSAAN REFRAKSI
 Latar Belakang Pembahasan
 Pemeriksaan refraksi adalah salah satu
produk asli optik, yang bisa menggambarkan
tingkat kualitas dari pelayanan optik. Karena
hasil refraksi harus tepat, nyaman dan
mampu menjaga kualitas penglihatan
pasien/pelanggan.
 Penyebab terbesar kesalahan refraksi adalah
tidak dilaksanakannya prosedur pemeriksaan
refraksi dengan baik dan benar.
TUJUAN PEMERIKSAAN
REFRAKSI
 ADALAH BERTUJUAN UNTUK MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN DAN
FUNGSI PENGLIHATAN SETIAP MATA
SECARA TERPISAH.

Prof. dr. Shidarta Ilyas Spm


PEMERIKSAAN REFRAKSI
 Tajam penglihatan dapat berkurang
karena:
• 1. Kelainan Refraksi
• 2. Kelainan media refrakta (lensa,
kornea, badan kaca yang keruh)
• 3. Terganggunya fungsi saraf
penglihatan, bintik kuning (makula
lutea), saraf optik dan pusat penglihatan
di otak.
Prof. dr. Shidarta Ilyas Spm
KESALAHAN PROSEDUR REFRAKSI
YANG SERING TERJADI DI OPTIK
PROSEDUR AKIBAT
OBSERVASI TIDAK DIKETAHUI ADANYA KELAINAN
NON REFRAKSI SEJAK AWAL
ANAMNESA HASIL DIAGNOSA, REFRAKSI DAN
ASSESMENT TIDAK SESUAI
KEBUTUHAN
PENGUKURAN PD TIMBULNYA EFEK PRISMA
PENCATATAN VISUS AWAL TITIK AKHIR BINOCULAR
PENENTUAN BVS (BEST VISION OVER KOREKSI/UNDER KOREKSI
SPHERES)
KOREKSI CYLENDER ASTHENOPIA
BALANCING UNTUK BINOCULAR KETIDAKSEIMBANGAN AKOMODASI
KEDUA MATA
PENENTUAN ADD PASIEN TIDAK MENDAPATKAN JARAK
BACA YANG SESUAI KEBUTUHAN.
ANISOMETROPIA AMBLIOPIA
OBSERVASI
 Observasi adalah tahapan awal pemeriksaan
bagian mata sebelum dilakukan refraksi yang
kemungkinan bisa menimbulkan masalah
ketajaman penglihatan dan timbulnya gejala
keluhan lain.
 > Kelopak Mata
 > Kondisi Kornea
 > Kondisi Lensa Mata
 > Phoria
ANAMNESA
 Anamnesa
 Mendapatkan data atau informasi tentang
keluhan yang sedang dialami atau diderita
pasien.
 Anamnesa yang baik dan tepat dapat
membantu diagnosa dan assesment.
 Membangun komunikasi yang baik antara RO
dan pasiennya.
 Bagian dari segmentasi/pemilihan lensa yang
tepat sesuai kebutuhan pasien.
PENGUKURAN PD
 Pengukuran Pupil Distance
 Pengukuran PD merupakan tindakan
yang memberikan pengaruh cukup besar
terhadap hasil pembuatan kacamata
yang baik.
 OC lensa = Pupil mata.
 Pengukuran yang tidak tepat akan
mengakibatkan timbulnya efek prisma
pada kacamata.
 Pemeriksaan jarak pupil atau Pupil
Distance (PD) adalah sebelum dilakukan
refraksi, dengan tujuan tidak
mempengaruhi hasil pemeriksaan yang
disebabkan oleh PD yang tidak sesuai
dengan mata pasien.

PENGUKURAN PD
PENGUKURAN PD
 Sering kali mengabaikan posisi pasien
dengan pemeriksa
 Jarak antara pasien dan pemeriksa
 Posisi cahaya senter.
EFEK PRISMA
 Efek Prisma horisontal yang timbul ketika terjadi
kesalahan dalam pengukuran.
 P = D x d ÷ 10
 Contoh
 Pasien dengan resep kacamata sbb:

R./L. -6.50 PD. 64 mm


Pada kacamata terpasang dengan DV 68 mm
maka efek prisma yang timbul adalah
= 6.50 x 4mm ÷ 10
= 26 ÷ 10
= 2.6 ^
PRISMA PADA KACAMATA
EFEK PRISMA
SALAH PENGUKURAN MPD
 Kesalahan pengukuran MPD pada pasien
presbyopia dengan resep untuk lensa
progresive akan membuat area baca
lensa menjadi sempit.
 FUNGSI RED/GREEN (DOUCHROME) TEST
 Untuk menghindari kesalahan dalam menentukan
BVS yang mudah adalah dengan melakukan
RED/GREEN TEST (Douchrome Test).
 Untuk menghasilkan titik akhir pemeriksaan
refraksi subyektif monocular yang tepat, maka
test ini harus dilakukan dengan ruangan yang
redup, atau hanya ada sinar yang berasal dari
proyektor.

PENENTUAN BVS
Pengujian Komponen Spheris
 Tehnik Cylender Silang Statis
 Menggunakan lensa Cross Cylender +
0.50 dengan diposisikan CYL – 0.50
pada meridian 90’
 Obyek Cross Grid
 Pemeriksaan dilakukan secara
monocular
 Pencahayaan ruangan seperti biasa
Pengujian Komponen Spheris
 Hasil Uji dengan Tehnik Cylender Silang
Statis
 Garis Vertikal dan Horisontal sama jelas,
maka lensa koreksi sudah tepat.

sp cy
CC l
h
Pengujian Komponen Spheris
 Hasil Uji dengan Tehnik Cylender Silang
Statis
 Garis Vertikal lebih jelas dari horisontal,
maka lensa koreksi harus ditambahkan
-0.25 D.

sp cy
CC l
h
Pengujian Komponen Spheris
 Hasil Uji dengan Tehnik Cylender Silang
Statis
 Garis horisontal lebih jelas dari vertikal,
maka lensa koreksi harus ditambahkan
+ 0.25 D.

sp cy
CC l
h
PENENTUAN BVS
 Titik akhir refraksi, spheres harus
tepat dan nyaman baik untuk jauh
maupun dekat

+
-
-
+
+/ +/
- -
Over koreksi minus
Under koreksi plus
Over koreksi plus Pasien berakomodasi
Under koreksi minus Berakibat ashtenopia
Pemeriksaan mata
Penglihatan kabur
yang tepat
Akan membuat
tajam dan nyaman
PENENTUAN BVS
 Pada saat pemeriksaan dengan lensa
spheres untuk lensa minus apabila visus
telah mencapai 6/6 jangan lagi diuji dengan
ditambahkan dengan lensa -0.25 karena
akan membuat mata cenderung
berakomodasi.
 Tanda pada lensa minus apabila terjadi over
koreksi adalah obyek huruf pada snellen
chart mengecil dan atau menghitam.
PENENTUAN BVS
• Pada saat pemeriksaan dengan lensa
spheres untuk lensa minus apabila
visus telah mencapai 6/6 uji lagi
dengan lensa +0.25 karena kita
harus mematiskan bahwa mata
sudah kondisi rileks tidak ada
akomodasi.
• Tanda pada lensa plus apabila terjadi
over koreksi adalah visus menurun.
PENENTUAN BVS
 Prinsippemeriksaan dengan lensa
spheres adalah
 Lensa Minus (Myopia) ambil terkecil
dengan visus terbaik.
 Lensa Plus (Hypermetropia) ambil
terbesar dengan visus terbaik.
PENENTUAN BVS
 Seringkaliunder koreksi pada lensa plus
 Over koreksi lensa minus
26

SECARA KLINIS
HIPERMETROPHIA
 HIPERMETROPHIA MANIFEST
HIPERMETROPIA YANG DAPAT DIKOREKSI MAKSIMAL
DENGAN KACAMATA POSITIF.
 HIPERMETROPHIA ABSOLUT

YANG TIDAK DAPAT DIIMBANGI AKOMODASI


 HIPERMETROPHIA FAKULTATIF

DAPAT DIIMBANGI DENGAN AKOMODASI. NILAINYA


HIPERMETROPHIA MANIFES-HIPERMETROPHIA ABSOLUT.
 HIPERMETROPHIA LATEN

DAPAT DIIMBANGI DENGAN AKOMODASI PASIEN,


TERSEMBUNYI KARENA DAYA AKOMODASI PASIEN.

MOHAMMAD NAFIR
27

CONTOH KASUS HIPERMETROP


 PASIEN USIA 25 TAHUN
 ACIES VISUS 6/20

DIKOREKSI + 2.00 D VISUS 6/6


DIKOREKSI +2.50 D VISUS 6/6
DIKOREKSI DENGAN SIKLOPEGIA +5.00 VISUS 6/6
MAKA HIPERMETROPHIANYA
ABSOLUT + 2.00 (AKOMODASI)
MANIFES +2.50
(TAK KOMODASI)
FAKULTATIF +0.50
HIPERMETROPIHA LATEN +2.50
MOHAMMAD NAFIR
REFRAKSI
CYLENDER/ASTIGMAT
 Tidak terkoreksinya astigmat atau
cylender dengan baik, menjadikan
pasien tidak mendapatkan ketajaman
maksimal dan berpeluang terjadinya
keluhan Asthenopia.
 Untuk mendapatkan lensa koreksi
astigmat yang tepat harus diawali dari
penentuan BVS yang tepat.
REFRAKSI
CYLENDER/ASTIGMAT
 TEHNIK FOGGING
 Penentuan besaran lensa fogging adalah
dengan memberikan lensa plus ½ dari
perkiraan Astigmat pada tabel out of
focus Bennet & Rabbetts
REFRAKSI
CYLENDER/ASTIGMAT
 Apabila
telah didapat power cylender
yang tepat maka mata dalam kondisi
“Spheres”. Yang kita uji adalah
spheresnya dengan tehnik trial and
error.
REFRAKSI CYLENDER /
ASTIGMAT
 Kesalahan pemberian lensa cylender,
adalah karena rasa kuatir pasien akan
sulit beradaptasi dengan lensa cylender.
 Tidak tepatnya penetuan BVS sehingga
menyulitkan keputusan dalam
mengambil ukuran yang tepat.
BINOCULAR BALANCING TEST
 Tahap akhir pemeriksaan refraksi untuk
menseimbangkan beban akomodasi atau spheres
equalizion.
TUJUAN

 Balancing test binocular adalah mendapatkan image


pada retina yang secara simultan fokus.
 Menghidarkan terjadinya kasus asthenopia yang
disebabkan karena ketidakstabilan akomodasi karena
perbedaan lensa koreksi.
 Binocular Balancing Test tidak menseimbangkan Visual
Acuity tetapi menseimbangkan akomodasi kedua mata.
BINOCULAR BALANCING TEST
 ALTERNATE OCCLUSION
 FOGGING – DEFOGGING BINOCULAR
 HUMPRIES TEST
 DOUCHROME TEST DENGAN FOGGING
 PRISMA DESOSIASI
 POLARIZED
ALTERNATE OCCLUSION

 Syarat untuk bisa dilakukan uji tehnik


Alternate Occlusion (tutup bergantian) adalah
apabila visus mata kanan dan kiri sama.
 Pasien diminta melihat pada snellen chart
visus terbaik dengan hasil lensa koreksi
terbaik, dan secara bergantian mata kanan
dan kiri dibandingkan. Test Lakukan dengan
perlahan sehingga pasien mampu
membandingkan dengan baik obyek pada
snellen chart.
FOGGING – DEFOGGING
BINOCULAR
 Syarat apabila visus kedua mata adalah sama,
pengujian dilakukan secara binocular dengan
kondisi kedua mata terfogging. Kemudian
dilakukan test tutup bergantian (alternate
occlusion).
 Besarnya lensa fogging adalah +0.75 atau
+1.00.
 Pada saat terfogging maka visus pasien akan
turun dari 6/6 ke 6/9 untuk +0.75 dan dari 6/6
ke 6/12 untuk penambahan lensa fogging +1.00
FOGGING – DEFOGGING
BINOCULAR
 Pemeriksaan

Pasien diminta untuk membandingkan


pada baris dengan visus 6/9 atau 6/12
antara mata kanan dan kiri dengan
menutup secara bergantian.
Pada mata yang lebih jelas, mampu
melihat lebih baik ditambahkan lensa
+0.25 atau hingga kedua mata memiliki
kejelasan yang sama atau hampir sama.
FOGGING – DEFOGGING
BINOCULAR
 Pemeriksaan

Setelah pasien menyatakan kedua mata


memiliki kejelasan yang sama kurangi
lensa fogging secara bertahap hingga
mencapai visus terbaik sebagaimana
sebelum dilakukan pemberian lensa
fogging.
PEMERIKSAAN BINOCULAR
 Kesalahan paling banyak adalah karena
optik hanya ingin mempersingkat waktu
pemeriksaan agar efisien dan cepat.
 Sebagian menganggap pemeriksaan
cukup monocular.
PRESBYOPIA TEST
 PRESBYOPIA adalah gejala umum yang terjadi terkait
dengan usia, dimana pada usia 40an akan terjadi
penurunan elastistas lensa mata, sehingga
menyebabkan berkurangnya amplitudo akomodasi
seseorang.
 Dengan berkurangnya amplitudo akomodasi maka
seseorang membutuhkan lensa penopang agar
mampu melihat dengan baik untuk aktifitas jarak
dekat.
 Prioritas kebutuhan akitifitas jarak dekat sangat relatif
sehingga kebutuhan lensa penopangnya juga berbeda
nilai dioptree.
PRESBYOPIA TEST
 Untuk mendapatkan ukuran yang
sesuai, maka komunikasi dengan pasien
harus baik, agar kebutuhan jarak
dekatnya bisa tepat.
 Pemeriksaan bisa dilakukan dengan
menggunakan cross cylender atau
cylender silang +/- 0.50 D. Dengan
target croos grid.
PRESBYOPIA TEST
 Setelah didapatkan pemeriksaan
kelainan refraksi untuk penglihatan jauh
yang tepat, maka kita tambahkan lensa
cross cyl +/- 0.50 dengan lensa -0.50
ada pada axis 90. Pemeriksaan ini
dilakukan secara monocular.
 Sesuaikan jarak obyek periksa (cross
grid) sesuai kebutuhan pasien, tanyakan
garis garis mana yang tampak lebih
hitam.
PRESBYOPIA TEST
 Jikagaris mendatar lebih hitam/jelas
tambahkan lensa plus, hingga sama
atau mendekati sama antara yang
tegak dengan yang mendatar.
PRESBIOPIA TEST
 Kesalahan paling banyak dijumpai
adalah tidak menanyakan jarak
kebutuhan pasien saat pemeriksaan
untuk mencari lensa addition yang
tepat.
ANISOMETROPIA
 ANISOMETROPIA

Berasal dari bahasa Yunani yang


artinya adalah ukuran mata yang tidak
sama antara mata kanan dan mata kiri.
Perbedaan ukuran tersebut, bisa karena
berbeda jenis kelainan refraksinya
(antimetropia) maupun karena besar
ukurannya atau derajat refraksinya
(Dioptree) yang berbeda.
ANISOMETROPIA
 Masalah utama dari Anisometropia ini
adalah
 1. Efek prismatik
 2. Perbedaan image obyek di retina
 3. Perbedaan ketebalan lensa (kosmetik)

Perbedaan ukuran kekuatan lensa dianggap


siqnifikan ketika terjadi perbedaan sebesar
1.00 D ke atas.
Anisometropia
 Kasus Anisometropia, bisa menjadi masalah
yang serius apabila terjadi pada anak2 usia
pertumbuhan penglihatan karena apabila
tidak tertangani dengan baik bisa
mengakibatkan terjadinya ambliopia.
 Yang biasanya diawali terganggunya
penglihatan binocular ketika terjadi
perbedaan bayangan 3% - 5% antara mata
kiri dan mata kanan.
ANISOMETROPIA
 Kesalahan yang sering terjadi pada
kasus Anisometropia adalah
memutuskan resep kacamata, tanpa
melakukan uji test WFDT, untuk melihat
fungsi fusi pasien. Untuk anisometropia,
sebelum memutuskan resep kacamata
hasil refraksi, apabila ada perbedaan
yang signifikan adalah melakukan test
WFDT (Worth Four Dot Test).
ANISOMETROPIA
 Contoh Kasus
 Anak usia 15 tahun
 Hasil Refraksi monocular

R. -2.00 Visus 1.0


L. -6.00 Visus 1.0
PD. 62
 Hasil test WFDT pasien melihat 4 gambar,
artinya pasien masih memiliki fusi, dimana
kedua mata pasien masih dapat melebur
bayangan di retina menjadi satu.
ANISOMETROPIA
 Dengan masih adanya fusi maka binocular
pasien masih positif, sehingga resep
kacamata yang diberikan adalah dengan
perbedaan maksimal 3 Dioptree, atau
dengan kata lain tidak bisa diberikan full
koreksi, agar tidak terjadi perbedaan image
lebih dari 5%. Untuk kacamata harian.
 Dan satu kacamata dengan occlusi/milk
glass dengan mata kiri full koreksi.
ANISOMETROPIA
 Sebagai upaya preventif untuk menjaga
fungsional penglihatannya.
 Jadi pada kasus Anisometropia pasien
pada usia pertumbuhan harus membeli
2 kacamata.
ANISOMETROPIA
 Pasien usia 51 tahun
 R. -1.50
L. - 5.50
ADD. 2.25 PD.63/60
 Hasil WFDT pasien menyatakan melihat
4 gambar,
 Lensa apakah yang paling tepat untuk
pasien tersebut?
AMBLIOPIA
 Ambliopia adalah gangguan mata berupa
penurunan tajam penglihatan akibat adanya
gangguan perkembangan selama masa
pertumbuhan.
 Penyebabnya dari kasus ambioplia adalah
 Kelainan refraksi
 Ansiometropia
 Mata Juling
 Hambatan masuknya cahaya ke dalam mata
(kelopak mata /ptosis, Katarak, Kekeruhan kornea)
ASTHENOPIA
 Asthenopia adalah gejala keluhan yang
diakibatkan oleh upaya yang berlebihan
dari sistem penglihatan yang berada
dalam kondisi kurang sempurna untuk
memperoleh ketajaman penglihatan
yang maksimal.
ASTENHOPIA
Beberapa jenis asthenopia

 1. Asthenopia refraktif
Tidak terkoreksinya kelainan mata secara baik dan tepat.
 2. Asthenopia Akomodativa

Diakibatkan karena aktifitas dekat yang berlangsung lama,


akomodasi yang terus menerus.
 3. Asthenopia Muscular

Karena tidak berfungsinya otot mata secara sempurna


(heterophoria, CI)
 4. Asthenopia Faktor Lingkungan

karena faktor lingkungan kelembaban udara, ergonomis,


pencahayaan.
ASTHENOPIA
 Asthenopia - Keluhan Karena Faktor
Intenal Penglihatan Mata.
1. Sakit Kepala
2. Mata Tegang
3. Diplopia/double vision
4. Blur / kabur
5. Nyeri pada bagian dalam/belakang mata
6. Mual
Asthenopia

Refraktif Muscular

Symptoms Symptoms
persist Patch test
gone

Refraktif Muscular
Asthenopia asthenopia

Do refraktif Convergency
heterophoria insufficiency

Chek NPA abnormaly


Intemitent
normal Presbiophia heterophoria
AI
Correct refraction if
Combine
presentent and
CI+AI
significan
ASTHENOPIA AKOMODATIVA
 Kesalahan:
 Seringkali tidak ditemukan kasus
asthenopia akomoditva karena kurang
detailnya pertanyaan pada pasien saat
anamnesa dan mengabaikan keluhan
pasien.
Data Penelitian Universitas Trisakti
Fak Kedokteran - Spesialis Mata
Etiology Of Asthenophia n %
Refractive Anomaly
Myopia 15 21.7
Astigmatisme 2 2.9
Compound Myopic Astigmatism 3 4.3
Combination of AI dan CI 11 15.9
Accomodative Insufficiency 35 50.7
Mascular Anomalis
Heteropia 0 0
Intermittens Heteropia 0 0
Convergency Insufficiency 3 4.3

Penelitian dilakukan pada tahun 2007 (Mey – Agustus)


Subyek penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia. Usia obyek penelitian 21 s/d 36 tahun.
Penelitian Universitas Maranatha
Asthenopia Accomodative
 Umur (tahun) NAa NAb Delta
28-30
1 4,44 3,73 0,73 NAa : Nilai amplitudo
2 4,08 3,85 0,23 akomodasi dalam dioptri
3 4,84 4,16 0,68
4 5,55 5,05 0,50 sebelum kerja.
5 5,00 4,28 0,72
31-33
1 4,25 3,79 0,46 Nab : Nilai amplitudo
34-36 akomodasi dalam dioptri
1 6,67 3,79 2,88
2 5,40 4,28 1,12 sesudah bekerja.
3 4,65 4,05 0,60
4 3,95 3,60 0,35
37-39 Delta : Selisih dari nilai
1 4,51 3,95 0,56 amplitudo akomodasi
2 4,25 3,97 0,28
3 5,55 3,97 1,58 sebelum bekerja dan
4 4,19 3,77 0,42 sesudah
5 4,25 3,77 0,48
6 4,22 3,70 0,52 bekerja.
7 4,72 4,28 0,44
8 3,95 3,57 0,38

Rata-rata 4,70 3,98 0,72


AKIBAT SALAH REFRAKSI
OPTIK PASIEN
1. BIAYA PENGELUARAN 1. ASTHENOPIA REFRAKTIF
BERTAMBAH
2. BRAND IMAGE TURUN 2. HILANGNYA
PENGLIHATAN BINOCULAR
(ANISOMETROPHIA)
3. MENGHASILKAN 3. AMBLYOPIA
REKOMENDASI NEGATIF (ANISOMETROPHIA,
STRABISMUS)
4. HILANGNYA KESEMPATAN 4. PASIEN TIDAK
MEMPERTAHANKAN LOYAL MENDAPATKAN PRODUK
PELANGGAN LENSA SESUAI KEBUTUHAN.
MATUR NUWUN
MUGIO PARING MANFAAT

PRESENTASI INI DISAJIKAN DARI MERAMU MATERI


BEBEREPA SUMBER.

Anda mungkin juga menyukai