Anda di halaman 1dari 24

RFERAT

“LOW VISSION”

Oleh:
Naafi Sabbah
Rio Nizal Ivani
Shinta Dewi Trianggrainy
Adiningtyas kurniawati
Ratu Hanny Anggorowati 201910401011101

O32

PEMBIMBING :
dr. Alfa Sylvetris , Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus stase Mata dengan topik

“Low Vission”.

Laporan ini disusun dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik bagian

Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Malang. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini, terutama kepada dr. Alfa

sylvetris, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan

kepada penulis dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan kasus ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dalam bidang

kedokteran khususnya Mata.

Kediri, 14 Juli 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata
manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari
gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan penglihatan dan
kebutaan perlu mendapatkan perhatian. Penglihatan adalah salah satu faktor yang
sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan, apabila terdapat gangguan pada
penglihatan seperti low vision, ini dapat menyebabkan efek negatif terhadap
proses pembelajaran dan interaksi sosial sehingga dapat mempengaruhi
perkembangan alamiah dari intelegensi maupun kemampuan akademis, profesi
dan sosial. Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan
tindakan optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih
buram (kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik
1,2
fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Angka
kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia mengalami
gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami visual
impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, sedikitnya
13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana prevalensi tertinggi
terjadi di Asia Tenggara.3 Vision 2020 merupakan inisiatif global yang bertujuan
untuk menghilangkan kebutaan pada tahun 2020. Tujuan jangka panjangnya
adalah untuk memastikan vision terbaik bagi semua orang dan dengan demikian
dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang ( Programme of World Health
Organitation).

Berdasarkan survei kebutaan tahun 1993, angka kebutaan Indonesia


mencapai 1,5% dari seluruh populasi. Pada tahun 2003 telah dilaporkan melalui
sebuah penelitian di Sumatera bahwa angka kebutaan pada kedua mata sebesar
2,2%.5 Dan pada tahun 2007 sebuah survei di Purwakarta Jawa Barat
mengemukakan angka kebutaan 1,67%.6 Angka kebutaan yang besar ini
menempatkan angka kebutaan di Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di dunia
setelah Ethiopia, dilaporkan pada pertemuan Asia Pacific Academy of
Ophthalmology di Sydney 2010 (lampiran).7 Dengan angka kebutaan Indonesia
yang di atas 1% menjadikan kebutaan di Indonesia tidak hanya menjadi masalah
kesehatan tetapi sudah menjadi masalah sosial. Hasil kebutaan dan gangguan
penglihatan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 maupun 2013 oleh
kalangan profesi kesehatan mata dinilai tidak menunjukkan gambaran kebutaan
dan gangguan penglihatan di Indonesia karena beberapa hal, antara lain
kemampuan enumerator yang tidak memadai untuk mendeteksi kebutaan dan
gangguan penglihatan beserta penyebabnya. Hal ini diakui pada hasil Riskesdas
2013 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa hasil
penilaian enumerator untuk menilai kebutaan dan gangguan kesehatan tidak valid.
Hal ini juga diperkuat dengan validasi penilaian enumerator Riskesdas 2013 yang
dilakukan oleh Perdami yang mendapatkan hasil kappa 0,3 (penilaian enumerator
dianggap valid apabila kappa ≥0,6). Hal tersebut juga disertai keterbatasan dalam
pengumpulan data visus yaitu tidak dilakukannya koreksi visus, tetapi dilakukan
pemeriksaan visus tanpa pin-hole dan jika visus tidak normal (kurang dari 6/6 atau
20/20) dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan pin-hole, seperti yang dilakukan
saat Riskesdas 2007. Deteksi dini gangguan penglihatan yang terjadi pada anak
dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan permasalahan yang diakibatkan
menjadi lebih berat lagi

1.2.Tujuan

Untuk menambah wawasan dan mengetahui lebih lanjut mengenai low vision
serta dapat membantu mendiagnosis secara cepat dan tepat.

s
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi 6,7,8,9

2.1 Anatomi mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Walaupun


secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya
tidak bulat sempurna. Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya
terdapat bola mata, otot-otot ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah.
Tiap-tiap tulang orbita berbentuk menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya
meruncing pada daerah apeks dan optik kanal. Mata terbagi atas dua segmen yaitu
segmen anterior yang transparan dan merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen
posterior yang merupakan 5/6 bagian bola mata. Struktur yang terdapat pada mata
yaitu dari anterior ke posterior yaitu konjungtiva, kornea, sklera, iris, aquous
humor, lensa, uvea, badan siliar, vitreous humor, koroid, retina, dan saraf optik.
2.2. Refraksi 7,10

Refraksi adalah suatu fenomena fisika berupa penyerapan sinar yang


melalui media transparan yang berbeda. Sebagai suatu contoh proses refraksi saat
sebuah pensil diletakkan di dalam gelas yang berisi air, maka akan tampak
gambaran pensil di udara tidak lurus dengan yang tampak pada air. Hasil
pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang
normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata
demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan
dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata
emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada
keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Punctum Proksimum yang
merupakan titik terdekat di mana seseorang masih dapat melihat dengan jelas.
Punctum Remotum adalah titik terjauh di mana seseorang masih dapat melihat
dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan
retina atau foveola bila mata istirahat.

2.3. Media Refraksi 8,9,10,11,12

2.3 Struktur mata

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiriatas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous ( badan
kaca). Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang
bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

2.4. Fisiologi Refraksi 6,12

2.2 Proses Melihat

Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam


untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan
suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas
cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan
kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda. 12 Dua
faktor penting dalam refraksi yaitu densitas komparatif antara 2 media (semakin
besar perbedaan densitas maka semakin besar derajat pembelokan) dan sudut
jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut maka semakin
besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif
mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui
cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam refraktif
total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada
perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan
refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah
berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan
mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat atau jauh.

Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya


terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus
sebelum bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum mencapai retina,
bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda
dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-berkas dari sumber
jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)
dieanggap sejajar saat mencapai mata. Untuk kekuatan refraktif mata tertentu,
sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar
dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber
cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu,
jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh
dan dekat terfokus di retina (dalam yang sama) harus dipergunakan lensa yang
lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses
akomodasi.

2.5 Definisi

Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan
optimal seperti pengobatan, operasi dan koreksi kacamata tetapi penglihatan
masih buram (kurang dari 6/18) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari
titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Low
vision tidak sama dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang mengalami
kebutaan, seseorang yang mengalami low vision masih dapat mempergunakan
penglihatannya. Namun, low vision biasanya mempengaruhi kegiatan atau
aktifitas sehari-hari seperti membaca dan menyetir. Seseorang dengan low vision
mungkin tidak dapat mengenali gambar pada kejauhan atau kesulitan
membedakan warna yang hampir serupa. 1,2,13

Dari pengertian WHO diatas mengenai low vision, dapat disimpulkan hal

sebagai berikut :
- Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan

pada fungsi penglihatnnya.

- Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.

- Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.

- Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa penglihatannya


dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari-hari.

Walaupun low vision dapat terjadi di segala usia, low vision terutama
lebih banyak terjadi pada usia lanjut. Low vision bukan bagian dari proses
penuaan. Penyebab utama visual impairment dan low vision pada dewasa antara
lain :

- Usia yang berhubungan dengan degenerasi makula

- Glaukoma

- Katarak

- Retinopati diabetes 2,13,14

Apabila visual impairment diketahui lebih cepat, penatalaksanaan dapat

lebih efektif.
2.5.3. Klasifikasi 1,8

- Penglihatan normal

o Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat. Sistem desimal
Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

- Penglihatan hampir normal

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebab
mungkin suatu penyakit yang masih dapat diperbaiki.

- Low vision sedang

o Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

- Low vision berat

o Yang dinyatakan buta di Amerika Serikat

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan

Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran
pada lalu lintas dan melihat nomor mobil Untuk membaca diperlukan lensa
pembesar kuat. Membaca menjadi lambat.

- Low vision nyata


o Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi

Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat
masih mungkin membaca dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan braille,
radio, pustaka kaset.

- Hampir buta

Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak


bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

- Buta total

Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada alat
indera lainnya atau tidak mata. Penglihatan akan memberikan hambatan tertentu.
Pada setiap hambatan diperlukan alat bantu sehingga terdapat kemudahan dalam
penyesuaian dengan kehidupan normal.

Dikenal nilai penglihatan kurang dengan hambatan dan alat bantu yang

diperlukan sebagai berikut :

Cacat penglihatan, low vision, dibagi atas 2 kelompok : ringan dan berat.

1. Penglihatan kurang ringan dimana terdapat gangguan penglihatan


ringan dengan tajam penglihatan kurang 0,3 (< 5/15, 6/18 atau 6/20,
20/80 atau 20/70).
2. Penglihatan kurang berat yang pada negara tertentu dimasukkan ke
dalam golongan buta, dimana terdapat gangguan penglihatan berat,
tajam penglihatan kurang dari 0,12 (5/40, 6/48, atau 20/160).

The International Classification of Diseases , Revisi ke-9, Clinical

Modification (ICD-9-CM) membagi low vision menjadi 5 kategori yaitu : 1


- Moderate visual impairment . Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat
dikoreksi yaitu kurang dari 20/60 to 20/160

- Severe visual impairment . Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat dikoreksi


yaitu kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapangan pandang kurang
lebih 20°.

- Profound visual impairment . Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat


dikoreksi yaitu kurang dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter lapangan
pandang kurang lebih 10°.

- Near-total vision loss. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat dikoreksi yaitu
kurang dari sama dengan 20/1250.

- Total blindness. No light perception.

2.5.4. Etiologi dan Gejala

Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi


mata dan sistem visual. Kelainan – kelainan ini dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) bagian besar yang dapat membantu dalam memahami
kesulitan dan keluhan pasien serta memilih dan mengimplementasikan
strategi untuk rehabilitasinya.6

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan

yaitu :2,13,14,15

- Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat
kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous).

- Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer


normal, khas pada oedem makula.

- Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi


dan kelainan-kelainan nervus optikus.
- Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa
dan gangguan retina perifer lainnya. Adapun ciri-ciri umum penderita low
vision yaitu sebagai berikut :2,13,16,17

- Menulis dan membaca dalam jarak dekat.

- Hanya dapat membaca huruf berukuran besar.

- Memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya


yang terang.

- Terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu.

- Kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih

padabagian luar.

2.5.5. Diagnosis dan Penatalaksanaan

2.5.5.1. Anamnesa

Pemeriksaan low vision dapat dimulai dengan anamnesa yang lengkap.

Mengidentifikasi pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka


penting di dalam pencegahan, terapi medis dan pembedahan. 6 Pasien-pasien
harus ditanyai mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan penglihatan.
Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus dibahas
secara spesifik. Gejala awal dari penderita ini biasanya yang bersangkutan
mengalami kesulitan untuk :16

1. Mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya.

2.Membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di


sekitarnya.

3. Melakukan aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup.

4. Membaca rambu-rambu lalu-lintas, bis dan nama toko.

5. Memilih dan mencocokkan warna baju.


2.5.5.2. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan

Penilaian fungsi penglihatan merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana


menjadi penujuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi penglihatan melalui
18
latihan-latihan dan penggunaan alat-alat bantu. Pemeriksaan terhadap pasien
low vision berbeda dari pemeriksaan ophthalmologi yang lazim diterapkan.12

- Pemeriksaan Tajam Penglihatan 2

Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi penglihatan. Ketajaman


penglihatan menunjukkan pengenalan gambaran yang berbeda dengan
kemampuan pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan
pengenalan detil seperti pengenalan wajah dan mengidentifikasi uang.18 Untuk
pemeriksaan pasien low vision, snellen chart sering tidak memuaskan sehingga
tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan menggunakan The Early
Treatment Retinopaty Charts (ETDRS), colenbrander 1-m chart, Bailey-Lovie
Chart, LEA chart.18

Gambar 2.4 LEA chart

Ketajaman penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4 m, 2


m atau 1 m dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris (masing-masing dengan
lima huruf). Jarak pemeriksaan 4 m digunakan untuk ketajaman penglihatan yang
kurang dari 20/200 dan jarak pemeriksaan 1 m untuk ketajaman penglihatan yang
kurang dari 20/400.11,15,18 Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan
yang sangat bervariasi sehingga tidak spesifik t erhadap suatu gangguan.18

- Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca

Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan


pengukuran ketajaman pengukuran penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat
perbedaan jarak standar baca. Beberapa menggunakan 33 cm dan yang lain
menggunakan 14 inchi atau 40 cm. Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jarak baca pasien low vision. 18

Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan
ukuran-ukuran huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran symbol lebih
disukai karena dilengkapi dengan perhitungan. Kartu yang memenuhi standar
diatas adalah The Minnesota Low Vision Reading Test (MNReadtest), dimana
setiap kalimat disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrander 1-m chart juga
mempunyai segmen-segmen pembacaan yang sama. Rangkaian – rangkaian ini
mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca ketepatan didalam
hubungannya dengan ukuran huruf.18

Jenis uji baca lain adalah papper visual skills fir reading test, the Morgan Low
Vision Reading Comprehension Assesment.18

- Pengukuran Sensitivitas Kontras 18

Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-masalah yang bervariasi


di dalam sistem penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan kemampuan
mendeteksi benda pada kontras yang rendah. Pasien akan mengalami kesulitan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti mengendarai kendaraan di saat
hujan atau kabut, menuruni tangga, menuangkan susu kedalam mangkuk putih.
Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras tinggi saat
membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada pasien dengan
edema makula.
Pelli-Robson chart dan LE A l ow – con tr ast ch art memberikan huruf-huruf atau
symbol-simbol yang besar dengan penurunan kontras. Alternatif lain yaitu Bailey-
Lovie chart.

Gambar 2.5 Bailey-Lovie Chart

Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang mengkombinasikan
efek-efek kontras dengan iluminasi rendah. Pada salah satu sisi mempunyai huruf-
huruf regular (huruf berwarna hitam dengan latar belakang putih), sisi yang
lainnya mempunyai kontras yang rendah, low luminance chart (huruf berwarna
hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).

- Pemeriksaan lapangan pandang

Perimetri makular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari


aspek-aspek penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan). Skotoma
makular memberikan dampak mayor didalam aktivitas sehari-hari dan terjadi pada
83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral menimbulkan masalah
didalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan pada tajam penglihatan.18

Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan


menentukan posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat
apakah distorsi yang dilihat pasien b erkurang pada penglihatan binokular atau
monokular. Apabila dengan penglihatan binokular distorsinya kurang maka pasien
mungkin calon untuk penggunaan lensa baca mengoreksi kedua mata
dari pada penggunaan lensa monokular biasa. Skotoma sentralis juga dapat
digrafikkan pada layar singgung.15 Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid
dan perimetri lainnya tidak sensitive untuk mendeteksi skotoma monokular yang
kecil dan tidak akurat dalam menentukan perluasan skotoma. Scanning Laser
Ophthalmoscope (SLO) adalah instumen yang lebih disukai tetapi harganya
mahal.18

Tangent screen dapat memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh perimetrist
yang ahli dan sesuai dengan protokol pengujian. Perimetri makular paling baik
dilakukan dengan teknik hybrid dimana menggunakan intesitas stimulus yang
tunggak untuk seluruh lokasi uji, seperti perimetri kinetik, tatapi target berada
pada lokasi retina yang spesifik, seperti perimetri statik.18 Untuk pasien retinitis
pigmentosa, lapangan pandang perifer sebaiknya diperiksa pada layar singgung
dan untuk pasien glaukoma dan defisit neurologik pada perimetri Goldmann.11,15

2.5.6. Alat Bantu Low Vision

Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu pasien

menggunakan sisa penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup pasien serta

mengurangi ketergantungan pasien kepada orang lain. 2,6,11,16

- Jenis alat bantu optik untuk low vision :

o Kacamata

Visus kedua mata sama

Jarak fokus

Binokular dan monokular

o Kaca pembesar

Membaca spot
Tangkai pegang dan kaki penyangga

o Teleskop

Melihat jauh

Penampilan kurang baik

Lapangan pandang sempit

Gangguan tata nilai ruang

Perlu latihan khusus

Galilean dan kaplerian

Gambar 3. Autofokus teleskop

Gambar 4. Teleskop kaplerian

Gambar 5. Teleskop galilean

- Jenis alat bantu non optik untuk low vision :

o Alat bantu tulis

Gambar 6. Buku bergaris tebal dan alat bantu menulis garis tebal

o Lampu penerangan

Kontras ditingkatkan

Lampu pijar 60 Watt atau lampu neon 11 Watt

Gambar 7. Lampu pijar

o Video pembesar
Kamera dan monitor

Pembesaran 140 kali

Menggerakkan kamera atau objek

o Perangkat lunak komputer

Zoom Text dan Jaws

Tampilkan di monitor lebih besar (visual)

Suara (non visual)

Gabungan visual - non visual

2.5.6.1. Low Vision Aids

Low vision aids diperlukan bila kacamata, pembedahan dan obat-obatan

tidak dapat menolong dalam waktu yang lama. Al at yang sudah tersedia dari yang

sederhana sampai yang elektronik dengan berbagai pembesaran, kekuatan, dan

kegunaan yang berbeda. Alat-alat seperti ini biasanya dipakai untuk melihat dekat,

membaca surat, membaca koran, menonton televisi dan film, membaca menu

restoran dan membaca label produk makanan ataupun minuman dan lain-lain,

seperti : sistem pembesaran video, mesin baca elektronik, kacamata baca

mikroskopik, teleskopik baca, kacamata teleskopik, teleskop tangan, kacamata

autofokus, teknologi akses untuk internet dan komputer, lampu untuk penerangan

dan pembesaran, aplikasi suara untuk program komputer dan alat pembesaran/

magnifiers yang terdiri dari handheld magnifier dan stand magnifier.11,13,16,19


- Handheld Magnifier (kaca pembesar yang dipegang)

o Kegunaan :

Membaca tanda, label, atau harga buku

Mengenali uang

Mengamati benda seperti tanaman atau serangga

Menulis

o Kelebihan :

Mudah dibawa

Tersedia kekuatan rendah sampai tinggi

Murah

Dapat dipakai pada posisi dan sudut apapun

Memungkinkan memantulkan sinar ke tulisan atau benda

o Kekurangan :

Sulit untuk menentukan jarak yang sesuai

Memerlukan tangan untuk memegangnya

Sulit dipegang dengan tetap

Sulit untuk menulis


Jarak baca dapat berubah-ubah

Gambar 8. Handheld magnifier

- Stand Magnifier (kaca pembesar dengan kaki)

o Kegunaan :

Membaca surat kabar atau buku

Melihat diagram atau gambar

o Kelebihan:

Memiliki jarak yang tetap untuk setiap gerakan

Mudah dipakai

Tersedia dari kekuatan rendah sampai tinggi

Memungkinkan sinar mengenai tulisan jika kaki-kaki kecil

dan sempit

Dapat memakai alat bantu lain

o Kekurangan:

Memerlukan tangan untuk memegangnya

Tidak terpakai untuk suatu aktifitas, seperti menulis

Tidak kelihatan normal

Harganya mahal
Perlu penyangga buku

Gambar. Stand magnifier

Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi

pasien yang benar. Peresapan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada

50% kasus, sedangkan dengan instruksi angka keberhasilannya meningkat sampai

90%. 6,18

Pasien menggunakan alat di bawah pengawasan seorang instruktur terlatih

sampai tercapai kecakapan dan efikasi. Dilakukan pembahasan tentang mekanika

alat-alat bantu, semua pertanyaan pasien dijawab, tujuan pemakaian alat diperjelas

dan pasien diberi cukup waktu dalam keadaan tenang untuk mencoba ketrampilan

yang baru mereka peroleh. Hal ini mungkin berlangsung dalam satu sesi atau

lebih karena sebagian pasien memerlukan percobaan pemakaian alat bantu di

rumah atau pekerjaan sebelum mereka yakin.15

Dokter harus terbiasa dengan alat-alat yang tersedia serta keunggulan dan

kekurangan masing-masing alat agar dapat memberi petunjuk yang sesuai bagi

instruktur bagaimana gejala penyakit dan ketajaman penglihatan mempengaruhi

indikasi pemakaian kacamata, lensa kontak, teleskop, lensa intraokular dan


alatalat

bantu low vision. 15

2.5.7. Terapi dan Rehabilitasi 2,13,17

Terapi low vision adalah suatu sistem yang menggunakan alat – alat optikal

dan non optikal, dengan intstruksi dan rehabilitasi, untuk membantu seseorang
menggunakan penglihatan yang tersisa untuk memperbaiki kualitas hidupnya.

Terapi low vision menganjurkan seseorang untuk membaca, menonton

televisi, menyetir dan mengenali wajah seseorang. Ini bukanlah tindakan

pembedahan, terapi low vision menggunakan kombinasi dari lensa-lensa, prisma,

dan teknik pencahayaan agar bagian-bagian dari retina masih dapat berfungsi. Hal

ini dapat membuat potensi penglihatan terbaik seseorang. Retina dan otak dilatih

ulang untuk melihat.

Pengembangan di bidang rehabilitasi low vision dapat menolong

seseorang mempergunakan penglihatan mereka yang masih tersisa.

Apabila penurunan visus tidak dapat terkoreksi oleh pengobatan dan

pembedahan, rehabilitasi penglihatan dapat membantu. Rehabilitasi penglihatan

dapat membekali penderita low vision yang telah ikut serta dengan keterampilan

dan strategi-strategi untuk menolong penderita low vision agar bebas dan aktif di

segala usia.

Anda mungkin juga menyukai