Anda di halaman 1dari 54

OPTIK DAN REFRAKSI

OPTIK
CAHAYA
Cahaya adalah bagian yang terlihat dari spektrum radiasi elektromagnetik. Terletak di antara
ultraviolet dan bagian dari inframerah, dari 400 nm di akhir violet pada spektrum hingga 700
nm pada akhir yang merah. Cahaya putih terdiri dari tujuh warna yang disebut dengan
VIBGYOR(violet, nila, biru, hijau, kuning, oranye dan merah).
Sinar cahaya adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan radius pada konsentris
berbentuk gelombang. Sekelompok sinar paralel pada cahaya disebut seberkas cahaya.
Fakta penting yang harus diingat tentang sinar cahaya adalah:

Media pada mata permeabel terhadap sinar yang terlihat antara 600 nm dan 390 nm.

Kornea menyerap sinar lebih pendek dari 295 nm.Oleh karena itu, sinar antara 600
nm dan 295 nm hanyadapat mencapai lensa.

Lensa menyerap sinar lebih pendek dari 350 nm. Karena itu,sinar antara 600 dan 350
nm dapat mencapai retina pada mata phakic; dan yang di antara 600 nm dan 295 nm
pada mata aphakic.

OPTIK GEOMETRIKAL
Perilaku sinar cahaya ditentukan oleh sinar optik. Sinar cahaya merupakan sebuah
garis lurus yang diikuti oleh cahaya yang berjalan dari satu titik ke titik lainnya. Oleh karena
itu, sinar optik menggunakan geometri pada garis lurus untuk menjelaskan fenomena
makroskopik seperti propagasi bujur sangkar, refleksi dan refraksi. Itu lah mengapa sinar
optik bisa juga disebut optik geometris.
Pengetahuan mengenai optik geometris penting untuk memahami optik pada mata,
kesalahan pada refraksi, serta koreksinya. Oleh karena itu, beberapa aspek yang penting akan
dijelaskan dalam teks berikut.
Refleksi cahaya
Refleksi cahaya adalah fenomena perubahan pada jalan sinar cahaya tanpa perubahan apapun
pada medium(Gambar. 3.1). Sinar cahaya yang jatuh pada permukaan yang memantul disebut
sebagai sinar insiden, sedangkan yang tercermin itu disebut sebagai sinar refleksi. Garis yang
tergambar pada sudut kanan permukaan disebut sebagai bagian yang normal.
1

Hukum refleksi (gambar 3.1):


1. Sinar kejadian, sinar refleksi, dan bagian yang normal pada titik kejadian, seluruhnya
terletak di tempat yang sama.
2. Sudut kejadian sama dengan sudutrefleksi

Gambar 3.1. Hukum refleksi

Cermin
Permukaan yang halus dan dipoles dengan sangat baik yang mencerminkan sebagian besar
cahaya yang jatuh dengan teratur disebut cermin .
Jenis cermin
Cermin dapat berbentuk rata atau bulat .
1. Cermin rata. Fitur yang terdapat pada gambar dibentuk oleh cermin rata ( Gambar
3.2) adalah: ( i ) Ukurannya sama seperti Objek; ( ii ) terletak pada jarak yang sama di
belakang cermin sebagai objek di depan ; ( iii ) lateral terbalik; dan ( iv ) gambaran
maya .

Gambar 3.2 Bentuk gambar dengan cermin rata

2. Cermin Bulat
Sebuah cermin bulat ( Gambar . 3.3 ) merupakan bagian dari bola berongga yang
pada satu sisi diperakkan dan sisi lainnya dipoles . Kedua jeniscermin bulat adalah: cermin
cekung ( yangmencerminkan permukaan ke arah pusat bola )dan cermin cembung ( yang
mencerminkan permukaan jauhdari pusat bola) .
Data kardinal sebuah cermin ( Gambar . 3.3 )

Pusat kelengkungan ( C ) dan jari-jarikelengkungan ( R ) dari cermin bulat adalah


sebuah pusatdan jari-jari , masing-masing, pada bola dimana cermin membentuk
bagiannya.Normal

pada

cermin

bulat

pada

setiap

titik

adalahgaris

yang

menghubungkan titik tersebut ke pusat kelengkungan ( C ) pada cermin.

Tiang dari cermin ( P ) adalah pusat pada permukaan yang memantul.

Sumbu utama cermin adalah garis lurus yang bergabung dengan tiang dan pusat
kelengkungan pada cermin bulat dan diperpanjang pada kedua sisi.

Gambar 3.3. titik kardinal pada cermin bulat

Fokus utama ( F ) dari cermin bulat adalah titikpada sumbu utama cermin di mana ,
sinar Insiden di cermin dalam arah sejajar dengansumbu utama benar-benar bertemu
( di cermin cekung ) atautampak berbeda ( seperti dalam cermin cembung )
setelahrefleksi dari cermin .

Panjang fokus (f ) dari cermin adalah jarak fokus utama dari tiang pada cermin bulat.

Gambar yang dibentuk oleh cermin cekung


Sebagai ringkasan , Tabel 3.1 memberikan posisi , ukuran dansifat gambar yang dibentuk
oleh cermin cekung untuk posisi yang berbeda pada objek. Gambar 3.4 a, b , c , d ,
e dan f menggambarkan berbagai macam situasi .

Pembiasan cahaya
Pembiasan cahaya adalah fenomena perubahan pada arah jalan cahaya, yang berjalan
melewati satu medium ke medium yang lain. Penyebab dasar dari pembiasan adalah
perubahan kecepatan cahaya dari satu media ke media yang lainnya.
Hukum pembiasan yaitu (Gambar 3.5.):
1. Sinar datang dan sinar yang biaskan berlawanan dengan sisi normal dan ketiganya berada
di tempat yang sama.
2. Rasio sinus pada sudut yang datang terhadap sinus dari sudut bias konstan terhadap bagian
darimedia dalam kontak. Konstan ini dilambangkan dengan huruf n dan disebut sebagai
'indeks bias' dari media 2 di mana sinar yang dibiaskan terletak berhubungan dengan media 1
(di mana sinar datang diletakkan), yaitu,(sin i/sin r = 1n2). Ketika media 1 adalah udara(atau
vakum), maka n disebut sebagai indeks bias dari medium 2. Hukum ini disebut juga hukum
refraksi snell.

Gambar 3.5. Hukum refraksi, N1 dan N2 (normal); I (sinar yang datang), R (sinar bias, membelok kearah yang
normal); r (sudut bias); E (sinar yang muncul, membelok dari arah yang normal)

Refleksi internal total


Ketika sinar pada cahaya yang berjalan dari media optikal yang lebih padat ke media optik
yang lebih kosong datang padasudut yang lebih besar daripada sudut kritis pada kedua media
kontak, maka sinar seluruhnya akan dipantulkan kembali ke dalammedia padat (Gambar.
3.6). Fenomena ini disebutrefleksi internal total.
Sudut kritis mengacu pada sudut datang yang berada di dalam media padat , sesuai dengan
dimana sudut refraksi di media yang lebih kosongsebesar 90 . Hal ini diwakilioleh C dan
nilainya tergantung pada sifat media dikontak.
Prinsip refleksi internal total digunakan di banyak peralatan optik ; seperti lampu
fibroptic ,applanation tonometer , dan gonioscope .

Gambar 3.6. Refraksi cahaya (1-1), arah jalan sinar bias pada sudut kritikal, c (2-2), dan refleksi internal total
(3-3)

Prisma
Prisma adalah sebuah media pembiasan , memiliki dua permukaan , cenderung pada bagian
sudut. Semakin besar sudutdibentuk oleh dua permukaan di apex , maka semakin kuatefek
prismatik . Prisma menghasilkan perpindahan dari benda yang terlihat melalui arah puncak
(jauh dari basis) ( Gambar . 3.7 ) . Kekuatan prisma diukur dari dioptri prisma . Satu dioptri
prisma ( ) menghasilkanperpindahan dari suatu obyek sebesar 1 cm ketika ditahan pada
jarak satu meter . Dua prisma dioptri pada perpindahan kira-kira sama dengan satu
derajatbusur.

Gambar 3.7. Refraksi oleh prisma

Fungsi. Dalam oftalmologi , prisma digunakan untuk :


1. Pengukuran objektif pada sudut deviasi ( Prism bar cover test , tes Krimsky ) .
2. Pengukuran cadangan fusional dan diagnosis pada microtropia .
3.

Prisma

juga

digunakan

dalam

banyak

peralatan

optik

seperti

gonioscope,

keratometer,applanation tonometer .
4. Terapeutik , prisma yang diresepkan pada pasien dengan phorias dan diplopia.
Lensa
Lensa adalah media pembiasan transparan , dibatasioleh dua permukaan yang membentuk
bagian dari sebuah bola( lensa bulat ) atau silinder ( lensa toric atau silinder ).
Data kardinal pada lensa ( Gambar . 3.8 )
1. Pusat kelengkungan ( C ) dari lensa bulat adalahpusat pada bola dimana permukaan lensa
bias merupakansebuah bagian.
2. Radius kelengkungan lensa bulat adalah jari-jari bola dimanapermukaan bias merupakan
sebuah bagian.
6

Gambar 3.8. Titik kardinal pada lensa bulat; Pusat optik(O); fokus utama (F); pusat lekukan (C); dan Sumbu
utama (AB).

3. Sumbu utama ( AB ) dari lensa adalah garis yang bergabung dengan pusat-pusat lekukan
pada permukaan nya.
4. Pusat Optical ( O ) lensa sesuai dengan titik nodal pada lensa tebal . Ini adalah titik pada
sumbu utama dalam lensa , sinar lewat dari tempat di mana tidak terdapatnya penyimpangan.
Padalensa meniskus, pusat optik terletak di luar lensa .
5. Fokus utama ( F ) pada lensa adalah sebuah titik pada sumbu utama dimana terdapat
paralel cahaya , setelahmelewati lensa , maka akan berkumpul ( pada lensa cembung) atau
tampak berbeda ( pada lensa cekung ) .
6. Panjang fokus ( f ) pada lensa adalah jarakantara pusat optik dan fokus utama .
7. Kekuatan lensa ( P ) didefinisikan sebagai kemampuan lensa untuk mengumpulkan
seberkas cahaya yang jatuh padalensa. Untuk lensa yang berkumpul ( cembung )
kekuatannyadinilai sebagai yang positif dan untuk kekuatan lensa divergen ( cekung )
kekuatan lensa dinilai sebagai yang negatif . Hal ini diukursebagai timbal balik dari panjang
fokus dan dihitung dalam meter. Misalnya P= 1 / f . Satuan daya adalah dioptri ( D ) . Satu
dioptri adalah kekuatan lensa pada panjang fokus satumeter.
Jenis lensa
Lensa terdiri dari dua jenis : Lensa silinder( toric atau astigmatic ) dan lensa bulat.
1. Lensa Bulat . Lensa bulat dibatasi olehdua permukaan bola, dan terutama dua jenis,
yaitu:cembung dan cekung .
(i) Lensa Cembungatau plus adalah lensa konvergen . Jenisnya mungkin bikonveks , Planoconvex atau concavo convex ( meniskus ) ( Gambar . 3.9 ).

Gambar 3.8. Bentuk dasar pada lensa cembung; (A) biconvex ; (B) plano-convex ; (C) Convaco-convex

Identifikasi lensa cembung. (i) lensa cembung adalah lensa yang tebal di tengah dan tipis di
pinggirnya (ii) Sebuah objek didekatkan dengan lensa, dan menjadi tampak lebih besar.
(iii)Ketika lensa cembung dipindahkan, objek terlihat bergerak melewati arah yang
berlawanan terhadap lensa.
Penggunaan lensa cembung. Hal ini digunakan (i) untuk koreksihipermetropia, aphakia dan
presbiopia; (ii) pada pemeriksaan pencahayaan yang miring (kaca pembesar dan lensa), pada
oftalmoskopi yang tidak langsung, sebagai lensa pembesar dan pada banyakperalatan lainnya.
Pembentukan gambar dengan lensa cembung. Tabel 3.2 dan Gambar.3.10 memberikan
rincian mengenai posisi, ukuran dansifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.
(ii) Lensa cekung atau lensa minus adalah lensa divergen. Ada tiga jenis: biconcave, planoconcave dan convexo-concave (meniskus) (Gambar. 3.11).
Identifikasi lensa cekung. (i) Bentuk lensa ini tipis di bagian tengahnya dan tebal di bagian
pinggir. (ii) Objek yang terlihat melalui lensa ini tampak mengecil. (iii) Bila lensa ini
bergerak,objek dilihat melalui lensa bergerak dengan arah yang sama dengan lensa.

Gambar 3.12. Gambar terbentuk dari lensa cekung.

2. Lensa silindris. Lensa silindris bekerja hanya pada satu aksis dimana kekuatan diarahkan
dalam satu aksis sahaja, aksis yang satu lagi tidak mempunyai kekuatan. Sebuah lensa
8

silindris dapat berbentuk cembung (Plus) atau cekung (Minus). Lensa silindris cembung
merupakan bagian dari kaca silindris yang dipotong secara parallel terhadap aksisnya.
Sedangkan lensa yang dibentuk dari acuan silindris cembung disebut lensa silindris cekung.
Aksis dari lensa silindris adalah parallel terhadap bagian silindris yang diambil. Lensa
silindris mempunya kekuatan hanya pada arah sudut tegak lurus terhadap aksisnya. Oleh
karena itu, gelombang cahaya tidak terarah ke satu titik fosus tetapi membentuk sebuah garis
fokal.

Gambar 3.13. Lensa Silindris: cembung (A) dan cekung (B)

Gambar 3.14. Cahaya yang dibiaskan melewati lensa silindris

Identifikasi lensa silindris. (i) Jika lensa silindris dirotasi sekitar aksis optiknya, objek yang
dilihat melewati lensa tersebut akan mengalami distorsi. (ii) Lensa silindris hanya bekerja
pada satu aksis, jadi jika lensa tersebut digeser ke atas dan bawah atau kea rah samping, objek
yang dilihat akan kelihatan bergesar bersamaan dengan lensa (pada lensa silindris cekung)
dan bergesar lawan arah (pada lensa silindris cembung) dalam satu arah.
Kegunaan lensa silindris. (i) untuk mengkoreksi astigmatisme (ii) Sebagai lensa silindris
silang untuk memeriksa refraksi secara subjektif.

Gambaran yang terbentuk oleh lensa silindris. Lensa silindris atau astimatik tersedia dalam
bentuk sederhana (melengkung dalam satu arah dalam bentuk cembung atau cekung), bentuk
campuran (melengkung secara tidak sama pada kedua aksis, dalam bentuk cembung atau
cekung. Lensa silindris campuran juga disebut sebagai lensa sferisilindris. Pada lensa silindris
campuran, satu aksis adalah cembung dan satu aksis lagi adalah cekung.
Sturms Conoid
Konfigurasi sinar cahaya yang dibiaskan lewat permukaan toric disebut sebagai Sturms
conoid. Bentuk dari kumpulan sinar cahaya pada titik yang berbeda pada Sturms conoid
adalah seperti berikut:

Pada titik A, sinar vertikal (V) bersifat lebih konvergen dibandingkan sinar horizontal
(H); jadi pada bagian ini terbentul oval horizontal atau elips oblat.

Pada titik B, (fokus pertama) sinar vertikal mencapai suatu fokus, sedangkan sinar
horizontal masih konvergen sampai membentuk garis horizontal

Pada titik C, sinar vertical bersifat divergen namun tidak sebanyak konvergennya
sinar horizontal, membentuk sebuah oval horizontal.

Gambar 3.15. Sturms Conoid

Pada titik D, sinar divergen dari sinar vertical sama dengan konvergen dari sinar
horizontal dari aksis. Pada bagian ini terbentuk gambaran bulat yang juga disebut
sebagai bulatan dengan difusi paling minimal.

10

Pada titik E, divergensi dari sinar vertical adalah lebih dari konvergensi sinar
horizontal, membentuk oval vertical.

Pada titik F, (fokus kedua), sinar horizontal membentuk suatu fokus, sedangkan sinar
vertical masih divergen. Menghasilkan garis vertical.

Melewati titik F, (titik G), kedua sinar horizontal dan vertical bersifat divergen
mnghasilkan oval vertical atau elips prolate.

Jarak antara dua titik fokus (B dan F) disebut interval fokal Sturm.

Optik dari Mata


Sebagai instrumen optic, mata dapat disamakan dengan kamera dimana retina berfungsi
sebagai filem unik. Sistem pemfokusan mata terbentuk dari beberapa struktur refraksi seperti
kornea, aqueous humor, lensa kristalin, dan vitreous humor. Struktur-struktur tersebut
membentuk sistem lensa homosentris yang apabila digabung dapat menghasilkan sistem
refraksi yang kuat dari jarak fokal yang pendek. Diopter total dari mata adalah sekitar +60 D
dimana +44 D adalah berasal dari kornea dan +16 D bersalah dari lensa kristalin.
Titik cardinal dari Mata
Listing dan Gauss menyimpulkan bahwa pada sistem lensa homosentris, terdapat 3 pasang
titik cardinal, antaranya: dua fokus dasar, dua titik dasar dan dua titik nodal yang letaknya
pada aksis dasar dari sistem tersebut. Jadi, mata membentuk sistem lensa homosentirs
kompleks, dan aapabila dianalisa dapat ditemukan 6 titik cardinal. (Skematis mata)

11

Skematis Mata

Gambar 3.16. Titik cardinal

pada skematis mata (A) dan

mata tereduksi (B)

Titik

cardinal

dideskripsikan

pada

skematis

mata

oleh

Gullstrand adalah seperti

berikut:

Kekuatan diopter total adalah +58 D, dimana +43 D berasal dari kornea dan +15 D
berasal dari lensa.

Fokus dasar F1 dan F2 terletak 15,7 mm di depan dan 24,4 mm di belakang kornea.

Titik dasar P1 dan P2 terletak pada anterior chamber, 1,35 mm dan 1,60 mm di
belakang permukaan anterior kornea.

Titik noda N1 dan N2 terletak pada bagian posterior lensa, 7,08 mm dan 7,33 mm di
belakang permukaan anterior kornea.

Mata tereduksi
Mata tereduksi berdasarkan Listing. Optik dari mata adalah kompleks. Namun, untuk mudah
dimengerti, Listing telah menyederhanakan data dengan memilih satu titik dasar dan satu titik
noda yang terletak pada pertengahan antara dua titik dasar dan dua titik noda. Hal ini disebut
sebagai mata tereduksi berdasarkan Listing. Antara data yang disederhanakan Listing:

Kekuatan diopter total +60 D.

Titik dasar (P) terletak 1,5 mm di belakang permukaan anterior kornea.

Titik Noda (N) terletak 7,2 mm di belakang permukan anterior kornea

TItik fokal anterior terletak 15,7 mm di depan dari permukaan anterior kornea.

12

Titik fokal posterior (pada retina) terletak 24,4 mm di belakang permukaan anterior
kornea

Panjang titik fokal anterior adalah 17,2 mm (15,7 + 1,5) dan panjang titik fokal
posterior adalah 22,9 mm (24,4 1,5)

Aksis dan sudut visual mata


Mata mempunyai 3 aksis dan 3 sudut visual.
Aksis mata
1. Aksis optik merupakan garis melewati pertengahan kornea (P), pertengahan lensa (N)
dan retina (R) pada arah nasal dari fovea.
2. Aksis visual merupakan garis gabungan antara titik fiksasi (O), titik noda (N) dan
fovea (F)
3. Aksis fiksasi merupakan garis gabungan titik fiksasi (O) dan pertengahan rotasi (C)

Susut visual
1. Sudut alfa. Merupakan sudut (ONA) terbentuk antara aksis optic (AR) dan aksis
visual (OF) pada titik noda (N)
2. Sudut gamma. Merupakan sudut (OCA) antara aksis optic (AR) dan aksis fiksasi
(OC) pada pertengah rotasi bola mata (C).
3. Sudut kappa. Merupakan sudut (OPA) terbentuk antara aksis aksis visual (OF) dan
garis pupilari (A). Titik P pada pertengahan kornea adalah sama dengan pertengahan
pupil.
Secara praktisnya, sudut kappa dapat diukut dan mempunyai siginifikan klinis. Sudut kappa
positif terbentuk dari pseudo-eksotropia dan sudut kappa negatif terbentuk dari pseudoesotropia.

13

Penyimpangan optic pada mata normal


Mata seperti sistem optik lain yang praktis, adalah tidak sempurna. Kelainan ini disebut
sebagai penyimpangan. Namun, mata mempunyai keterbatasan yang sangat minimal untuk
tujuan fungsional. Penyimpangan fisiologis optik pada mata antaranya:

1. Difraksi cahaya. Difraksi adalah proses pembengkokan dari cahaya diakibatkan oleh
hujung aperture atau tepi lensa. Pola yang terbentuk dari titik gambaran terdifraksi
oleh lensa dengan aperture bulat atau pupil adalah cincin konsentris serial gelap dan
cerah. Pada pertengahan pola tersebut terdapat titik cerah disebut sebagai diskus Airy.
2. Penyimpangan sferis. Penyimpangan sferis terbentuk akibat lensa sferis merefraksi
sinar perifer lebih kuat dibandingkan sinar paraksial, sedangkan lensa cembung
merefraksikan sinar perifer terhadap fokus lebih dekat ke lensa.
Mata manusia, dengan diopter +60 D, dikatakan dapat mengalami beberapa
penyimpangan sferis. Namun, hasil aberoskopi menemukan bahwa penyimpangan
dominan mata manusia adalah penyimpangan coma-like, bukan penyimpangan sferis.
3. Penyimpangan kromatik. Penyimpangan kromatik terbentuk dari perbedaan indeks
refraksi dari medium transparan dengan panjang gelombang insidensi cahaya. Pada
mata manusia, yang berperan sebagai lensa cembung, cahaya biru difokuskan sedikit
di depan cahaya merah. Dengan kata lain, mata emmetropik adalah sedikit
hipermetropis terhadap sinar merah dan sedikit miopis terhadap sinar biru dan hijau.
Hal ini menjadi dasar tes bichrome pada refraksi subyektif.

14

Gambar 3.19. Penyimpangan sferis

Gambar 3.20. Penyimpangan kromatik

4. Decentring. Kornea dan permukaan lensa merubah arah sinar insidensi dan
menyebabkan ianya terfokus ke retina. Permukaan tersebut tidak dipusatkan pada satu
aksis yang sama. Lensa kristalin biasanya sedikit lari dari pusat aksis kornea dan aksis
visual mata. Ditemukan pada suatu laporan bahwa kurvatur dari korea adalah sekitar
0,25 mm di bawah aksis lensa. Namun efek deviasi tersebut biasanya sangat kecil.
5. Penyimpangan oblik. Objek pada lapangan pandang perifer dilihat secara oblik sinar
sempit yang dibatasi pupil. Oleh karena ini, pensil tulis yang terrefraksi menghasilkan
astigmatisme oblik.
6. Koma. Daerah berbeda pada lensa akan membentuk fokus berbeda dari fokus utama.

GANGGUAN REFRAKSI
Emmetropia (mata normal secara optik) didefinisikan sebagai sebuah kondisi refraksi dimana
sinar cahaya parallel difokuskan pada lapisan sensitif retina tanpa akomodasi.
Pada kelahiran, bola mata adalah relatif pendek, +2 sampai +3 hipermetropia. Hal ini
berkurang secara gradual sehingga usia 5-7 tahun, mata menjadi emmetropik sehingga usia
50 tahun. Setelah ini, terdapat kecenderungan terjadinya hipermetropia sekali lagi, yang

15

meningkat secara perlahan sehingga mencapai +2 dan +3 seperti pada awalnya.


Hipermetropia senilis tersebut terjadi akibat perubahan pada lensa kristalin.
Ametropia (gangguan refraksi), didefinisikan sebagai suatu kondisi refraksi dimana sinar
cahaya parallel tanpa akomodasi terfokus di depan atau di belakang lapisan sensitif retina,
pada satu meridian atau lebih. Contoh ametropia antaranya myopia, hipermtropia, dan
astigmatisme. Kondisi berhubungan seperti afakia dan pseudofakia juga didikusikan di sini.
HYPERMETROPIA
Hypermetropia (hyperopia) atau rabun dekat adalah kondisi refraksi mata dimana sinar
cahaya terfokus dibelakang retina tanpa akomodasi. Titik fokal posterior terbentuk di
belakang retina, menghasilkan gambar yang mengaburkan.

Gambar 3.22. Refraksi mata mata hipertropis

Etiologi
Hipermetropia terdapat dalam bentuk aksial, melengkung, indeks, positional dan dapat terjadi
akibat tidak adanya lensa.
1. Hipermetropi aksial. Merupakan yang paling sering ditemukan. Pada kondisi ini,
kekuatan refraktif total mata adalah normal, namun terjadi pemendekaan aksial dari
bola mata. Sekiat 1 mm pemendekan antero-posterior diameter bola mata dapat
menyebebakan hipermetropia 3 diopter.
2. Hipermetropia melekung merupakan kondisi dimana lengkukan kornea, lensa atau
keduanya adalah datar menyebabkan refraksi yang sedikit. Sekitar 1 mm peningkatan
radius lengkukan menghasilkan hipermetropia 6 diopter.
3. Hipermetropia indeks terjadi akibat penurunan indeks refraksi lensa pada usia lanjut.
Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan diabetes juga.
4. Hipermetropia positional terjadi akibat lensa yang letaknya kearah posterior.
16

5. Tidak adanya lensa kristalin secara kongenital atau didapat (misalnya operasi atau
dislokasi) dapat menyebabkan afakia kondisi hipermetropia berat.
Tipe Klinis
1. Hipermetropia simple atau perkembangan, merupakan yang paling sering ditemukan.
Ianya terjadi akibat variasi biologis yang normal dari perkembangan bola mata,
antaranya hipermetropia aksial dan melekung.
2. Hipermetropia patologis terjadi akibat kongenital atau kondisi yang didapat.
-

Hipermetropia indeks (akibat sclerosis kortikal didapat)

Hipermetropia positional (akibat subluksasi lensa)

Afakia (tidak adanya lensa secara kongenital atau didapat)

Hipermetropia konsekutif (akibat operasi, koreksi myopia berlebihan)

3. Hipermetropia fungsional terjadi akibat paralisis dari akomodasi pada pasien dengan
paralise saraf kranial tiga dan opthalmoplegi interna.
Nomenklatur (komponen hipermetropia)
Hipermetropia total adalah refrak total kesalahan, yang diestimasi setelah sikloplegi dengan
atropine. Terdiri dari hipermetropia laten dan hipermetropi manifestasi.
1. Hipermetropia laten menandakan jumlah hipermetropia (sekitar 1 D) yang biasanya
dapat dikoreksi dengan otot siliaris. Tahap hipermetropia laten adalah tinggi pada
anak dan berkurang secara perlahan sesuai usia. Hipermetropia laten ditemukan
apabila refraksi dilakukan setelah menghiiangkan tonus otot siliaris dengan atropine.
2. Hipermetropia manifest adalah sisa dari total hipermetropia yang tidak dapat
dikoreksi dengan tonus siliaris. Terdiri dari dua komponen, fakultatif dan
hipermetropia absolut.
-

Hipermetropia fakultatif dapat dikoreksi dengan upaya akomodasi pasien

Hipermetropia absolut tidak dapat dikoreksi dengan upaya akomodasi pasien

Secara ringkasnya:
Hipermetropia total = laten + manifest (facultative + absolut)
17

Gambaran Klinis
Gejala
Pada pasien dengan hipermetropia, gejalanya tergantung usia pasien dan tingkat keparahan
kesalahan refraksi. Dapat dibagi menjadi:
1. Asimptomatis. Jumlah kesalahan refraktif yang kecil pada pasien muda biasanya
dapat dikoreksi dengan upaya akomodasi yang minimal dapat tidak menimbulkan
gejala,
2. Gejala asthenopik. Hipermetropia yang terkoreksi, namun terjadi akibat upaya
akomodasi pasien yang berterusan sehingga dapat menyebabkan rasa lelah pada mata,
sakit kepala pada daerah frontal atau fronto-temporal, fotofobia ringan. Gejala
tersebut dapat dihubungkan dengan kerja dan meningkat pada sore hari.
3. Defek penglihatan dengan gejala asthenopik. Terjadi apabila hipermetropia tidak
terkoreksi dari upaya akomodasi, dan pasien mengeluhkan gangguan penglihatan pada
jarak dekat, diikuti dengan gejala asthenopik.
4. Gangguan penglihatan sahaja. Terjadi akibat hipermetropia yang terlalu tinggi,
sehingga tidak ada upaya akomodasi pasien. Biasanya pada orang dewasa.
Tanda-tanda
1. Ukuran bola mata yang kecil secara keseluruhannya.
2. Korea lebih kecil dari biasa.
3. Anterior chamber lebih dangkal.
4. Pada pemeriksaan fundus ditemukan diskus optik dengan batas tidak jelas dan dapat
mengstimulasi papilitis (walaupun tidak terjadi pembengkakan diskus, maka disebut
sebagai pseudopapilitis). Retina dapat kelihatan bercahaya akibat refleksi cahaya yang
lebih hebat (shot silk appearance).
5. Ultrasonografi A-scan (biometri) dapat menemukan ukuran antero-posterior bola mata
yang pendek.
Komplikasi

18

Jika hipermetropia tidak dikoreksi pada jangka waktu panjang dapat terjadi komplikasi
antaranya:
1. Kalazia, blepharitis atau styes rekuren dapat terjadi akibat infeksi dari gosokan mata
yang berulang untuk meredakan rasa lelah.
2. Kelipan mata konvergen akomodatif dapat terjadi pada anak-anak (2-3 tahun) akibat
akomodasi yang berlebihan
3. Amblopia dapat terjadi. Antaranya anisometropik (pada hipermetropia unilateral),
strabismik (pada anak-anak dengan kelipan akomodatif) atau ametropic (pada anakanak dengan hipermetropia bilateral berat)
4. Predisposisi terhadap Glaukoma sudut tertutup primer. Mata hipermetropia adalah
relative lecih kecil dan mempunyai anterior chamber yang lebih dangkal. Hal ini
menyebabkan adanya kemungkinan terjadi glaucoma sudut tertutup primer. Hal ini
harus diingat saat memeberikan midriatik pada pasien hipermetropia usia lanjut.
Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan optic. Prinsip dasar penatalaksanaan adalah untuk memberikan lensa
cembung (Plus) supaya sinar cahaya terfokus di retina. Pedoman dasar untuk
meresepkan kaca mata pada hipermetropia antaranya:
1. Jumlah total hipermetropia harus didapatkan dari refraksi sikloplegia.
2. Koreksi sferis yang diberikan harus nyaman terhadap pasien. Namun, pada
astigmatisme, seharusnya dapat dikoreksi sepenuhnya.
3. Peningkatan gradual koreksi sferis setiap 6 bulan sehingga pasien mengalami
hipermetropia manifest.
4. Apabila adanya kelipan mata konvergen akomodatif, koreksi penuh harus
dilakukan pada pertemuan pertama
5. Jika adanya amblyopia, koreksi penuh dengan terapi oklusi harus diinisiasi.

19

Gambar 3.23. Refraksi pada mata hipermetropia dikoreksi dengan lensa cembung

Cara meresepkan lensa cembung.


1. Kaca mata adalah metode paling nyaman dana man untuk mengkoreksi
hipermetropia.
2. Lensa kontak diindikasikan pada hipermetropia unilateral (anisometropia). Untuk
tujuan kosmetik, lensa kontak harus diresepkan jika resep sudah stabil, jika tidak
berarti pasien harus sering merubah resep.

Gambar 3.10. Gambar dibentuk oleh lensa cekung dalam beberapa objek dalam posisi yang berbeda.

20

Gambar 3.11. Bentuk dasar pada lensa cekung; biconcave (A); plano-concave (B); dan convexo-concave (C).

Penggunaan lensa cekung . Lensa ini digunakan ( i ) untuk mengkoreksi myopia; ( ii ) sebagai
lensa Hruby untuk pemeriksaan fundus denganlampu slit.
Pembentukan gambar dengan lensa cekung . Sebuah lensa cekungselalu menghasilkan
gambaran maya , dan gambaran tegak pada objek (Gambar 3.12)

Gambar 3.12. Pembentukan gambar oleh lensa cekung

MIOPIA
Miopia adalah jenis gangguan refraksi di mana sinar cahaya yang masuk sejajar
menghasilkan fokus yang berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan relaksasi.

Gambar. 3.24. refraksi pda mata dengan miopi

Klasifikasi berdasarkan etiologi


1. Axial Myopia, terjadi karena diameter anteroposterior bola mata. Ini adalah bentuk yang
paling umum.
2. Curvatural Myopia, terjadi karena peningkatan kelengkungan kornea, lensa atau
keduanya.
21

3. Positional myopia, dimana letak lensa pindah terlalu depan pada bola mata.
4. Indeks Myopia, terjadi peningkatan indeks refraksi dari lensa yang berhubungan dengan
nuclear sklerosis.
5. Miopia yang terjadi karena akomodasi yang berlebihan pada pasien dengan spasme
akomodasi.
Jenis-jenis klinis dari miopia
1. Miopia kongenital
2. Miopia Simpel
3. Miopia patologis dan degeneratif
4. Miopia yang didapat, seperti (i) pasca-trauma; (ii) pasca-keratitic; (iii) akibat obat, (iv)
pseudomyopia; (v) myopia space; (vii) night miopia; dan (viii) consecutive myopia.
1. Miopia kongenital
Miopia bawaan sejak lahir, namun,biasanya didiagnosis pada usia 2-3 tahun.
Kebanyakan terjadi unilateral dan bermanifestasi sebagai anisometropia. Jarang terjadi
bilateral. Biasanya kelainan ini terjadi sekitar 8 sampai 10 yang sebagian besar menetap.
Anak mungkin mengalami juling yang mengarah kedalam, khusus nya untuk melihat jelas
pada titik yang jauh (yang adalah sekitar 10-12 cm). myopia kongenital mungkin kadangkadang dikaitkan dengan kongenital anomaly lainnya

seperti katarak, microphthalmos,

aniridia, megalocornea, dan penyakit kongenital dengan lepasnya retina. koreksi awal dari
myopia kongenital perlu dilakukan.
2. Miopia Sederhana
Miopia sederhana adalah jenis myopia yang paling umum. Hal ini dianggap sebagai
kelainan fisiologis yang tidak berhubungan dengan penyakit mata. Prevalensi meningkat dari
2% pada usia 5 tahun sampai 14% pada usia 15 tahun. Karena kenaikan paling tajam terjadi
di sekolah dengan usia yakni antara 8 tahun sampai 12 tahun lebih, ia juga disebut miopia
sekolah.
Etiologi. Merupakan proses biologis yang normal dalam pengembangan mata yang
kemungkinan ditentukan secara genetik. Beberapa faktor yang terkait dengan miopia
sederhana adalah sebagai berikut:

22

1. Jenis aksial miopia sederhana mungkin menandakan perubahan fisiologis dari panjang
bola mata atau mungkin terkait dengan pertumbuhan saraf yang terlaulu cepat selama
masa kanak-kanak.
2. Jenis Curvatural miopia sederhana dianggap disebabkan karena terlambatnya
perkembangan pada bola mata.
3. Peran diet pada anak usia dini juga telah dilaporkan namun belum ada bukti yang
jelas.
4. Peran genetika. Genetika memainkan beberapa peran dalam perkembangan biologis
mata, seperti prevelansi miopia lebih tinggi pada anak-anak dengan kedua orang tua
yang rabun (20%) dari anak-anak dengan salah satu orang tua yang rabun (10%) dan
anak-anak tanpa orang tua yang rabun (5%).
5. Teori kerja dekat berlebihan di masa kanak-kanak juga dikemukakan, tetapi tidak
memiliki peran yang penting. Bahkan, tidak ada kebenaran dalam sejarah yang miopia
yang diperburuk oleh kerja dekat, menonton televisi dan dengan tidak menggunakan
kacamata.
Gambaran klinis
Gejala
1. Penurunan penglihatan adalah gejala utama dari miopia.
2. Gejala Asthenopic dapat terjadi pada pasien miopian dengan tingkat kecil.
3. Mata tidak menutup sempurna dapat dikeluhkan oleh orang tua dari anak. Sehingga
anak tidak dapat untuk mencapai kejelasan lebih besar dari visi stenopaeic.
Tanda
1. Bola mata menonjol. Mata rabun biasanya besar dan agak menonjol.
2. Ruang anterior sedikit lebih dalam dari biasanya.
3. pupil agak besar dan agak lamban bereaksi.
4. Fundus normal; jarang dijumpai gambaran myopia crescent,
5. Kelainan refraksi yang tinggi. Miopia sederhana biasanya terjadi antara usia 5 dan 10
tahun dan terus meningkat sampai sekitar usia 18-20 tahun pada tingkat sekitar -0,5
0,30 setiap tahun. Pada miopia sederhana, biasanya kelainan tidak melebihi 6-8.
Diagnosis dikonfirmasi dengan melakukan retinoscopy.

23

1. Miopia patologis
Patologis / degeneratif / progresif miopia,

adalah kelainan progresif cepat yang

dimulai pada masa kanak-kanak di usia 5-10 tahun dan angka kejadian myopia tinggi selama
kehidupan dewasa awal yang biasanya terkait dengan perubahan degeneratif pada mata.
Etiologi. Kelainan ini jelas karena proses patologi dari pertumbuhan aksial yang cepat
dari bola mata yang berada di luar proses perkembangan biologis normal. Untuk menjelaskan
proses yang cepat dalam pertumbuhan aksial ini, berbagai teori telah diajukan. Sejauh ini
tidak ada muncul hipotesis yang

memuaskan untuk menjelaskan etiologi dari miopia

patologis. Namun, pasti berhubungan dengan (i) keturunan dan (ii) proses pertumbuhan pada
umumnya.
1. Peran faktor keturunan. Hal ini menegaskan bahwa faktor genetik yang memainkan peran
utama sebagai etiologi, pada miopia progresif adalah (i) keluarga; (ii) lebih umum pada
ras tertentu seperti Cina, Jepang, Arab dan Yahudi, dan (iii) jarang di antara orang Negro,
Nubia dan Sudan. Hal ini diduga bahwa pertumbuhan heredity-link retina adalah penentu
dalam perkembangan miopia. Distensibilitas sclera mengikuti pertumbuhan retina, namun
koroid mengalami degenerasi akibat peregangan, yang nantinya akan menyebabkan
degenerasi retina.
2. Peran proses pertumbuhan secara umum, meskipun kecil, tidak bisa dipungkiri pada
kemajuan terjadinya miopia. Perpanjangan dari segmen posterior dunia dimulai selama
periode pertumbuhan aktif dan mungkin berakhir dengan penghentian pertumbuhan aktif.
Oleh karena itu, faktor-faktor (seperti kekurangan gizi, penyakit yang melemahkan,
gangguan endokrin dan gangguan kesehatan umum lainnya) yang mempengaruhi proses
pertumbuhan umum juga akan mempengaruhi perkembangan miopia.
Hipotesis etiologi untuk miopia patologis diringkas dalam gambar 3.25:

Gambar 3.25. Hipotesis etiologi untuk miopia patologis.

24

Gambaran klinis
Gejala
1. Gangguan penglihatan. Kegagalan yang cukup besar dalam fungsi visual sebagai
kesalahan biasanya tinggi. Selanjutnya, karena perubahan degeneratif progresif, kerugian
penglihatan yang tidak benar dapat terjadi.
2. Muscae volitantes yaitu, kekeruhan yang mengambang hitam di depan mata juga
dikeluhkan oleh banyak pasien. Ini terjadi karena degenerasi liquefied seperti kaca.
3. Buta malam dapat merupakan keluhan paling banyak dari myopia setelah ditandai dengan
perubahan degeneratif.
Tanda
1. Bola mata menonjol. Mata sering menonjol, muncul memanjang dan bahkan menyerupai
sebuah eksoftalmus, terutama di kasus yang unilateral. Pemanjangan bola mata terutama
mempengaruhi bagian posterior dan daerah sekitarnya; bagian anterior mata pada garis
ekuator mungkin normal. (Gambar. 3.26).
2. Kornea besar.
3. Bilik mata depan dalam.
4. Pupil sedikit membesar dan bereaksi lamban untuk cahaya.

Gambar 3.36. Pemanjangan posterior bola mata pada myopia patologis

5. Pemeriksaan fundus mengungkapkan berikut tanda-tanda karakteristik:


a) Diskus optikus muncul membesar dan pucat dan di bagian tepi sementara terlihat
karakteristik myopia crescent.(Gambar. 3.27). Kadang-kadang peripapiler sabit mungkin
mengelilingi diskus, dimana koroid dan retina terpisah jauh dari tepi diskus. Sebuah
super-traksi sabit (di mana retina ditarik jauh dari tepi diskus) dapat muncul pada sisi
hidung.

25

b) Perubahan degeneratif di retina dan koroid yang umum di miopia progresif (Gambar.
3.28). Ini ditandai dengan penambalan putih yang atrfofi di makula dengan penumpukan
sedikit banyak pigmen di sekitar mereka. Tempat Foster-Fuchs ' (merah gelap patch yang
melingkar karena neovaskularisasi sub-retina dan perdarahan koroid) dapat muncul pada
makula. Degenerasi cystoid dapat dilihat di sekelilingnya. Dalam kasus yang unik, dapat
terjadi total atrofi retina, terutama di daerah pusat.
c) Posterior staphyloma karena ectasia dari sclera di pangkal posterior mungkin terlihat
sebagai penggalian dengan pembuluh yang membengkok dibelakang batas nya.
d) perubahan degeneratif di vitreous meliputi: produksi caira yang berebih, kekeruhan
vitreous, dan lepasnya viterus bagian posterior (PVD) muncul sebagai Weiss 'refleks.

Gambar 3.27. Miopia Crescent

6. Bidang Visual menunjukkan kontraksi dan dalam beberapa kasus cincin skotoma dapat
dilihat.
7. ERG mengungkapkan electroretinogram subnormal karena adanya atrofi chorioretinal.
Komplikasi
(i) ablasio retina; (ii) komplikasi katarak; (iii) perdarahan vitreous; (iv) perdarahan koroid (v)
Strabismus konvergensi fixus.

26

Pengobatan miopia
1. Pengobatan Optical myopia yaitu dengan pemberian resep lensa cekung yang tepat,
sehingga gambar yang jelas terbentuk pada retina (Gbr. 3.29). Aturan dasar mengoreksi
miopia adalah

Gambar 3.28. Perubahan fundus pada myopia patologis

kebalikan dari hipermetropia, yaitu minimum pemakaian lensa dengan penglihatan


maksimum yang harus diresepkan. Bentuk resep lensa cekung yang kacamata dan lensa
kontak. Keuntungan mereka dan kekurangan satu sama lain adalah sama seperti yang
dijelaskan untuk hipermetropia. Lensa kontak secara khusus dibenarkan dalam kasus
miopia tinggi karena dapat menghindari distorsi perifer dan minification yang diproduksi
oleh lensa kacamata cekung yang kuat.

Gambar 3.29. Refraksi pada mata miopi yang sudah dikoreksi dengan lensa cekung

2. Pembedahan miopia menjadi sangat populer sekarang ini.


3. Langkah-langkah Umum empiris diyakini efek kemajuan miopia (belum terbukti
khasiatnya) meliputi diet seimbang kaya vitamin dan protein dan manajemen awal yang
dapat menghindari penyakit lain yang menyertai.
4. Low vision aids (LVA) diindikasikan pada pasien miopia progresif dengan perubahan
degeneratif, di mana penglihatan tidak bisa diperoleh dengan kacamata dan lensa kontak.

27

5. Profilaksis (konseling genetik). Sebagai miopia patologis memiliki dasar genetik yang
kuat, transfer keturunan penyakit mungkin menurun, konseling sebelum menikah
pernikahan antara dua orang dengan miopia progresif. Namun, jika mereka menikah,
mereka tidak seharusnya memiliki anak-anak.
ASTIGMATISMA
Astigmatisma adalah jenis kelainan refraksi dimana refraksi bervariasi di meridian
berbeda. Karena itu, sinar cahaya yang masuk dalam mata tidak bisa bertemu pada titik fokus
tapi membentuk garis-garis fokus . Secara umum, ada dua jenis Astigmatisma yaitu teratur
dan tidak teratur .
a. Astigmatisma regular (teratur)
Disebut Astigmatisma regular ketika kekuatan refraksi mengalami perubahan yang sama
dari satu ke yang lain meridian ( yaitu ada dua meridian utama ) .
Etiologi
1. Astigmatisma kornea adalah hasil dari kelainan kelengkungan kornea . Ini merupakan
Penyebab yang paling umum dari Silindris .
2. Astigmatisma lenticular adalah astigmatisma yang jarang terjadi . Itu mungkin:
i.
ii.

Curvatural akibat kelainan kelengkungan lensa seperti yang terlihat di lenticonus .


Posisi akibat perubahan atau lensa yang berpindah tempat seperti yang terlihat di
subluksasi .

iii.

Indeks Silindris mungkin jarang terjadi karena Indeks refraksi variabel lensa di
meridian berbeda .

3. Astigmatisma retina karena penempatan miringdari makula juga dapat dilihat sesekali .
Jenis Astigmatisma regular
Tergantung pada sumbu dan sudut antaradua meridia utama, Astigmatisma biasa dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis berikut :
1. Astigmatisma with the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian vertical

lebih curam

dari horizontal. Dengan

demikian, koreksi astigmatisme ini akan memerlukan lensa cekung silinder pada 180
20 ataulensa cembung silinder pada 90 20 . Ini disebutwith-the-rule astigmatism,
karena astigmatisma mirip dengan kondisi yang biasanya (meridian vertikalbiasanya
diberikan 0,25 D lebih cembung daripadameridian horizontal dengan tekanan dari
kelopak mata).
28

2. Astigmatisma against the rule


Mengacu pada kondisi astigmatisma di mana meridian horisontallebih melengkung dari
meridian vertikal. Karena itu,koreksi astigmatisme ini akan memerlukankoreksi lensa
silinder cembung pada 180 20 ataulensa silinder cekung pada 90 20 sumbu.
3. Astigmatisma Oblique
Adalah jenis astigmatisma regular dimana dua meridia utama tidak pada horizontal dan
vertikal (misalnya, 45 dan 135 ). Astigmatisma oblique sering ditemukan simetris
(misalnya,lensa silinder diperlukan pada 30 di kedua mata) ataukomplementer
(misalnya, lensa silinder diperlukan pada 30 di satu mata dan pada 150 di mata
lainnya).
4. Bioblique astigmatisme
Jenis astigmatisma regular ini dimanadua meridia utama tidak sama satu sama lain
misalnya, seseorang mungkin berada di 30o dan lainnyapada 100 .
Optik Astigmatisma regular
Seperti telah disebutkan, pada astigmatisme reguler sinar cahaya paralel tidak terfokus
pada satu titik tapi membentuk dua baris fokus. Konfigurasi sinar dibiaskan melalui
permukaan astigmatic (toric permukaan) disebut Sturms conoid dan jarak antara dua garis
fokus dikenal sebagai selang focal dari Sturm. Bentuk bundel sinar di berbagai tingkat
(setelah pembiasan melalui permukaan astigmatic) adalah dijelaskan pada halaman 25.
Jenis-jenis refraksi dari Astigmatisma regular
Tergantung pada posisi dua garis fokus yangberhubungan dengan retina, astigmatisma
regular selanjutnyadiklasifikasikan menjadi tiga jenis:
1. Silindris sederhana, dimana sinar terfokuspada retina dalam satu meridian, baik di
depan(astigmatisme rabun sederhana -. Gambar 3.30a) atau di belakang (sederhana
hypermetropic astigmatisme - 3.30b Gambar.) pada meridian retina lainnya.
2. Compound astigmatisme . Dalam jenis ini sinarcahaya di kedua meridia yang difokuskan
baik di depan ataudi belakang retina dan kondisi ini diberi label sebagaiCompound
myopiaatau compound hypermetropicastigmatisme , masing-masing ( Gambar . 3.30c dan
d).
3. Mixed astigmatisma

mengacu pada kondisi dimanasinar cahaya dalam satu

meridiandifokuskan di depan dandi meridian lain di belakang retina ( Gambar . 3.30e ) .


Demikiandalam satu meridian mata myopia dan pada yang lain hypermetropic . Pasien

29

tersebut memiliki relatif kuranggejala sebagai

'circle of least diffusion'

terbentuk

padaretina ( lihat Gambar . 3.15 ) .


Gejala
Gejala Astigmatisma reguler meliputi: (i) gangguaanpenglihatan; (ii) penglihatan kabur;
(iii) tergantung jenis dan derajat astigmatisme, benda mungkin muncul secara proporsional
memanjang; dan (iv) gejala asthenopic, yang mana ditandai terutama dalam jumlah kecil
pada astigmatisma, terdiri dari rasa nyeri dimata, sakit kepala, kelelahan pada mata dan
kadang -kadang mual dan bahkan mengantuk.
Tanda
1. kekuatan yang berbeda dalam dua meridia terungkap pada retinoscopy atau
autorefractometry.
2. Oval atau disk optik miring dapat dilihat pada oftalmoskopi pada pasien dengan tingkat
tinggi astigmatisme.
3. memiringkan kepala. Para pasien astigmatic mungkin (sangat-sangat) mengembangkan
tortikolis dalam upaya untuk membawa aksis mereka lebih dekat ke horizontal atau
meridian vertikal.
4. Half closure of the lid. Seperti myopes, pasien-pasien astigmatic mungkin setengah
menutup mata untuk mencapai kejelasan yang lebih besar dari visi stenopaeic.
Investigasi
1.

retinoscopy mengungkapkan daya yang berbeda dalam dua sumbu yang berbeda (lihat
halaman 548)

2. keratometry. Keratometry dan komputerisasi topotograpy kornea mengungkapkan


perbedaan kelengkungan kornea di dua meridia yang berbeda pada kornea astigmatisme
(lihat halaman 554)
3. Tes fan astigmatik
4. Jackson's cross cylindertest. Tes ini berguna dalam mengkonfirmasikan kekuatandan
sumbu lensa astigmatisma (lihat halaman 555, 556).

30

Fig. 3.30. Types of astigmatism : simple myopic (A); simplehypermetropic (B); compound
myopic (C); compoundhypermetropic (D); and mixed (E).
Pengobatan
1. pengobatan optik untuk Astigmatisma regular terdiri dari resep lensa silinder yang
tepat,setelah pemeriksaan refraksi yang akurat.

Kacamata dengan koreksi penuh kekuatan silinderdan sumbu yang sesuai harus
digunakan untuk jarakdan penglihatan dekat.

Kontak lensa. Hardlens Mungkin dapat memperbaiki hngga 2-3 dari astigmatisma
reguler, sedangkan softlens dapat memperbaiki hanya sedikit astigmatisme. Untuk
derajat lebih tinggi dari astigmatisma kontak lensa toric dibutuhkan. Dalam rangka
mempertahankan sumbu yang benarlensa toric, ballasting atau pemotongan
diperlukan.
31

2. Koreksi pembedahan pada astigmatisma cukup efektif. Untuk rincian lihat halaman 48.
b. Astigmatisma irreguler
Hal ini ditandai dengan perubahan yang tidak teratur dari kekuatan bias di meridia yang
berbeda. Ada beberapa meridia yang mengakui ada analisis geometris.
Etiologi
1. astigmatisma irreguler Curvatural ditemukan pada pasien dengan bekas luka kornea luas
atau keratoconus.
2. astigmatisma irreguler Indeks karena variabel indeks bias di berbagai belahan kristal
lensa jarang terjadi selama pematangan katarak.
Gejala astigmatisma ireguler meliputi:Gangguan penglihatan, Distorsi objek dan Polyopia.
Investigasi
1. Placido's disc test reveales distorted circles (lihat halaman. 471)
2. Photokerotoscopy dan computerized corneal Topography memberikan catatan fotografi
kelengkungan kornea yang tidak teratur.
Pengobatan
1. pengobatan Optical pada astigmatisma ireguler terdiri darikontak lensa yang
menggantikan permukaan anteriorkornea untuk refraksi.
2. Phototherapeutic keratectomy (PTK) yang dilakukan dengan excimer laser mungkin
membantu pada pasien yang terdapat jaringan parut yang superficial pada kornea sebagai
penyebab terjadinya astigmatisme ireguler.
3. Pembedahan diindikasikan dalam jaringan parut kornea yang luas ( ketika penglihatan
tidak meningkatdengan kontak lensa ) dan terdiri dari penetrasi keratoplasty.
ANISOMETROPIA
Bagian optik dengan refraksi yang sama di kedua mata disebut isometropia. Ketika total
pembiasan dua mata dalam kondisi yang tidak sama ini disebut anisometropia. Tingkat kecil
anisometropia tidak begitu diperhatikan . Perbedaan dari 1 D di dua mata menyebabkan 2
persen perbedaan dalam ukuran dua gambar retina. Perbedaan hingga 5 persen pada gambar
retina dari dua mata ditoleransi dengan baik. Dengan kata lain, sebuah anisometropia hingga
2,5 ditoleransi dengan baik dan antara 2,5 dan 4 D dapat ditoleransi tergantung sensitivitas
individu. Namun, jika lebih dari 4 D, tidak ditoleransi dan merupakan masalah yang
memprihatinkan.

32

Etiologi
1. kongenital dan perkembangan anisometropia terjadi karena diferensial pertumbuhan dua
bola mata.
2. Acquired anisometropia dapat terjadi karena aphakia uniocular setelah penghapusan
cataractous lensa atau karena implantasi IOL dari kemampuan yang salah.
Jenis klinis
1. Simple anisometropi. Dalam hal ini, satu mata normal (emmetropic) dan yang lainnya
myopia (Simple anismotropi myopia) atau hypermetropic (sederhana anisometropia
hypermetropic).
2. Compound anisometropia. Dimana kedua mata yang hypermetropic (compound
hypermetropic anisometropia) atau myopia (compound anisometropia myopia), tapi satu
mata memiliki kelainan bias lebih tinggi dari yang lain.
3. Mixed anisometropia. Dalam hal ini, salah satu mata myopis dan yang lainnya adalah
hypermetropic. Ini juga disebut antimetropia.
4. Simple anisometropia astigmatic. Ketika salah satu mata normal dan lainnya memiliki
myopia sederhana atau astigmatisme hypermetropic.
5. Compound anisometropia astigmatic. Ketika kedua mata astigmatic tapi jenis yang tidak
sama.
Status penglihatan binokular di anisometropia
Tiga kemungkinan yang ada:
1. Binocular single vision, hadir dalam jumlah kecil dari anisometropia (kurang dari 3).
2. Uniocular vision, ketika kelainan bias dalam satu mata dari jumlah yang tinggi, mata
yang ditekan dan mengembangkan terjadinya amblyopia anisometropic. Dengan
demikian, pasien memiliki penglihatan hanya uniocular.
3. Alternated vision terjadi ketika salah satu mata hypermetropic dan lainnya miopi. Mata
hypermetropic digunakan untuk penglihatan jauh dan miopi untuk yang dekat.
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan setelah pemeriksaan retinoscopic pada pasien dengan penglihatan
yang terganggu.

33

Pengobatan
1. Kacamata. Kacamata korektif dapat ditoleransi hingga perbedaan maksimum 4 D. Setelah
itu dapat terjadi diplopia.
2. Lensa kontak disarankan untuk derajat yang lebih tinggi dari anisometropia.
3. Kacamata Aniseikonic juga tersedia, tapi hasil klinis sering mengecewakan.
4. Modalitas lain dari pengobatan termasuk:

Implantasi lensa intraokuler untuk uniocular aphakia.

Operasi refraktif kornea dengan myopia unilateral yang tinggi, silindris dan
hipermetropia.

Menghilangkan lensa kristal yang jelas untuk myopia unilateral yang tinggi
(operasi Fucala).

ANISEIKONIA
Aniseikonia didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana gambar diproyeksikan ke korteks
visual dari dua retina yang normal tidak sama dalam ukuran dan / atau bentuk. Hingga 5
persen aniseikonia ditoleransi dengan baik.
Jenis etiologi
1. Optical aniseikonia dapat terjadi karena anisometropia melekat atau diperoleh yang
tinggi.
2. Retina anisikonia dapat berkembang karena : perpindahan elemen retina terhadap nodul
yang dalam satu titik mata karena adanya peregangan atau edema retina.
3. Kortikal aniseikonia menandakan persepsi simultan yang asimetris meskipun ukuran
gambar yang sama terbentuk pada dua retina.
Jenis klinis
Secara klinis, aniseikonia mungkin dari berbagai jenis (Gambar.3.31)
1. Aniseikonia simetris
(i)

Bulat, gambar dapat diperbesar atau diperkecil sama di kedua meridia (Gambar
3.31A.)

(ii)

Silinder, gambar diperbesar atau diperkecil simetris di satu meridian (Gambar. 3.31
B).

2. Aniseikonia asimetris
34

(i) Prismatik. Perbedaan gambar di dalamnya meningkat progresif dalam satu arah
(Gambar. 3.31C).
(ii) Bantalan (Pinchusion). Distorsi gambar didalamnya meningkat progresif di kedua
arah, seperti yang terlihat dengan koreksi plus yang tinggi di aphakia (Gambar.
3.31D).
(iii)

Barrel distortion. Dalam gambar itu distorsi menurun secara progresif di kedua
arah, seperti terlihat dengan koreksi minus tinggi (Gambar. 3.31 E).

(iv)Oblique distortion. Ukuran gambar didalamnya yang sama, tetapi terjadi bentuk
distorsi miring (Gambar. 3.31F).

Gambar 3.31. Jenis Aniseikonia : A, sfresil; B, silindris; C, prismatic; D, pin-cushion; E, barrel distortion; and F,
oblique distortion.

Gejala
1. Astenopia, yaitu, nyeri pada mata, alis mata dan kelelahan mata.
2. Diplopia karena penglihatan binocular yang sulit ketika perbedaan gambar dua mata lebih
dari 5 persen
3. Kesulitan dalam persepsi yang lebih dalam.

35

Pengobatan
1. Optical aniseikonia dapat dikoreksi oleh kacamata aniseikonic, lensa kontak atau
intraocular lensa tergantung pada situasi.
2. Untuk retina aniseikonia dapat dengan mengobati penyebabnya.
3. Kortikal aniseikonia sangat sulit untuk diobati.
AKOMODASI
Definisi.
Seperti kita ketahui bahwa di mata emmetropic,sinar cahaya paralel yang berasal dari
infinity dibawauntuk fokus pada retina , dengan akomodasi pada keadaan istirahat. Namun,
mata kita telah disediakan denganmekanisme unik dimana kita bahkan dapat fokus pada
divergen sinar yang datang dari benda dekat pada retinadalam upaya untuk melihat dengan
jelas

(Gambar. 3.32).

Mekanisme

inidisebut

akomodasi

. Di

dalamnya

terjadi

peningkatanKekuatan Kristal lensa karena peningkatan dalamkelengkungan permukaannya


( Gambar . 3.33 ). Dalam keadaan beristirahat jari-jari kelengkungan permukaan anteriorlensa
10 mm dan permukaan posterioradalah 6 mm ( Gambar . 3.33A ) . Pada akomodasi,
kelengkungan permukaan posterior tetap hampirsama , tetapi perubahan permukaan anterior ,
sehingga dalam akomodasi kuat jari-jari kelengkunganmenjadi 6 mm ( Gambar . 3.33B ) .

Fig. 3.32. Effect of accommodation on divergent raysentering the eye.

36

Fig. 3.31. Types of aniseikonia : A, spherical; B, cylindrical; C, prismatic; D, pin-cushion; E,


barrel distortion; andF, oblique distortion.
Mekanisme akomodasi
Menurut teori von Helmholtz capsularakomodasi dicapaioleh perubahan bentuk lensa
sebagai berikut :

Fig. 3.33. Changes in the crystalline lens duringaccommodation.

Ketika mata beristirahat ( unaccomodated ), cincin ciliary membesar dan zonules menjadi
tegang.Karena ketegangan zonula lensa dikompresi ( datar ) oleh kapsul ( Gambar . 3.33A
).

Kontraksi otot siliaris menyebabkancincin silia untuk mempersingkat dan dengan


demikian melepaskan ketegangan zonulapada kapsul lensa . Hal ini memungkinkankarena
37

keelastisan kapsul untuk bertindak berlebihan sehingga merusaksubstansi lensa . Lensa


kemudian mengubah bentuknya untukmenjadi lebih cembung atau berbentuk kerucut
( untuk lebihtepat ) ( Gambar . 3.33B ) . Lensa mengasumsikan berbentuk kerucutkarena
konfigurasi kapsul lensa anterioryang tipis di pusat dan tebaldi pinggiran ( Gbr. 3.33 ) .
Titik jauh dan titik dekat
Titik terdekat di mana benda-benda kecil dapat dilihatjelas disebut titik dekat atau
proximum punctumdan jauh (terjauh) titik disebut titik jauhatau punctum remotum.
Titik jauh dan titik dekat mata bervariasi denganrefraksi statis mata (Gambar. 3.34).

Dalam mata emmetropic titik jauh adalah tak terhingga (Gambar.3.34A) dan titik dekat
bervariasi dengan usia.

Pada hypermetropic titik jauh adalah virtual dan ketidaksesuaian di belakang mata
(Gambar. 3.34B).

Pada myopia, nyata dan terletak di depanmata (Gambar. 3.34C).

Rentang dan amplitudo akomodasi


Rentang akomodasi. Jarak antaratitik dekat dan titik jauh disebut rentangakomodasi.
Amplitudo akomodasi. Perbedaanantara kekuatan Dioptric yang diperlukan untuk fokus
pada titik dekat (P) dan titik jauh (R) disebut amplitudoakomodasi (A). Jadi A = P - R.
Anomali Akomodasi
Anomali

akomodasi

yang

tidak

biasa.Ini

termasuk:

(1)

Presbiopia,

(2)

insufisiensiakomodasi, (3) Paralysis akomodasi, dan(4) spasme akomodasi.


1. Presbiopia
Patofisiologi dan penyebabnya
Presbiopia (pandangan mata usia tua) bukan merupakan kelainan dari refraksi tapi kondisi
fisiologisinsufisiensi akomodasi yang mengarah ke penurunan progresif dalam penglihatan
dekat.

38

Fig. 3.34. Far point in emmetropic eye (A); hypermetropiceye (B); and myopic eye (C).
Patofisiologi
Untuk memahami patofisiologi dariPresbiopia, pengetahuan yang wajib dipahami adalah
tentang akomodasi. Seperti kita ketahui, di mata emmetropic titik jauh tak terhinggadan titik
dekat bervariasi sesuai usia (menjadi sekitar 7 cm diusia 10 tahun, 25 cm pada usia 40 tahun
dan33 cm pada usia 45 tahun ). Oleh karena itu, pada usia 10 tahun, amplitudo akomodasi ( A
) =100/7( kekuatan Dioptric diperlukan untuk melihat dengan jelas titik dekat ) - 1 / a
( kekuasaan Dioptric diperlukan untuk melihat dengan jelas pada titik jauh )contoh, A ( pada
usia 10 ) = 14 dioptres ; sama A ( pada usia 40 ) = 100/25 1/ = 4 dioptres.
Kita biasanya membaca buku sekitar 25 cm, sehinggakita dapat membaca dengan nyaman
hingga usia 40 tahun.Setelah usia 40 tahun, biasanya kenyamanan dalam membaca akan
terganggu. Kondisi ini dimana terjadi gangguan dalam penglihatan dekatkarena terkait usia
dalam penurunan amplitudoakomodasi atau peningkatan proximum punctum disebut
presbiopia.
Penyebab
Penurunan kekuatan akomodatif dari kristal lensa dengan bertambahnya usia, yang
menyebabkanpresbiopia, terjadi karena:
1. Hubungan usia dengan perubahan lensa yang meliputi:

Penurunan elastisitas kapsul lensa, dan

39

Progresif, peningkatan ukuran dan kekerasan(sclerosis) dari substansi lensa yang


kurang mudahdibentuk.

2. Hubungan usia dengan penurunan kekuatan otot siliaris mungkin juga berkontribusi
dalam penyebab dari presbiopia.
Penyebab presbiopia dini adalah:

hipermetropia belum dikoreksi.

sclerosis Prematur Kristal lensa.

kelemahan Umum menyebabkan kelemahan pra-pikun dariotot siliaris.

glaukoma kronis sederhana.

Gejala
1. Kesulitan dalam penglihatan dekat. Pasien biasanya datang denganKeluhan kesulitan
dalam membaca tulisan kecil ( awalnya muncul saat malam hari dan saat cahaya redup
dankemudian bahkan saat cahaya yang baik). Keluhan yang lain seperti pasien yang
kesulitan dalam memasukkan benang kedalam jarum penjahit dan lain-lain.
2. Gejala Asthenopic karena kelelahan dari otot silia yang juga dikeluhkan oleh pasien
setelah membaca atau melakukan pekerjaan dekat.
Pengobatan
Pengobatan optik
Pengobatan presbiopia adalah denganresep kacamata cembung sesuai untukmelihat
dekat.Panduan untuk kacamata presbyopic dapat dibuat sesuai usiapasien.

+1 DS diperlukan pada usia 40-45tahun,

+1,5 DS pada usia 45-50 tahun,

+ 2 DS pada usia 50-55 tahun,

+2,5 DS di 55-60 tahun.

Prinsip-prinsip dasar untuk koreksi presbyopic adalah:

Selalu mencari tahu kelainan refraksi dan melakukan koreksi yang tepat

Cari tahu koreksi presbyopic yang dibutuhkan dalamsetiap mata secara terpisah dan
menambahkannya pada koreksi yang jauh.

titik dekat harus diperbaiki dengan pertimbangan untuk profesi pasien.

memilih lensa cembung terlemah yang mana seorang individudapat melihat dengan
jelas di titik dekat, karena overcorrection juga akan menghasilkangejala asthenopic.

Kacamata presbyopic mungkin unifocal, bifocal atauvarifocal (lihat halaman 44)


40

Pengobatan bedah presbiopia masih dalam infancy(lihat halaman 49)


2. Insufisiensi Akomodasi
Istilah dari insufisiensi akomodasi digunakanketika kekuatan akomodatif secara
signifikan kurangdari batas fisiologis normal sesuai usia pasien. Oleh karena itu, tidak harus
bingung padapresbiopia dimana insufisiensi akomodasi fisiologis adalah normal sesuai usia
pasien.
Penyebab
1. sclerosis prematur lensa.
2. Kelemahan otot siliaris karena penyebab sistemik kelelahan otot seperti anemia,
toksemia, malnutrisi, diabetesmellitus, kehamilan, stres dan sebagainya.
3. Kelemahan otot siliaris yang terkait dengan glaukoma primer sudut terbuka.
Gambaran klinis
Semua gejala presbiopia akan muncul, tapiasthenopia akan lebih menonjol dari pada
pandangan yang kabur.
Pengobatan
1. Pengobatan dasar dari penyebab sistemik
2. kacamata dekat dalam bentuk lensa cembung terlemah yang mana memungkinkan
pandangan yang adekuat dan harus diberikan sampai kekuatan akomodasi membaik.
3. Accommodation exercises membantu dalam pemulihan, jika masalah dasar telah
diperbaiki.
3. Paralysis akomodasi
Paralysis akomodasi juga dikenal sebagaiCycloplegia mengacu pada kekurangan
akomodasi.
Penyebab
1. Drug induced karenaefek atropin, homatropin atau lainnyaobat-obat parasympatholytic.
2.

internal oftalmoplegia (kelumpuhan otot siliadan sfingter pupillae) mungkin akibat


darineuritis terkait dengan difteri, sifilis,diabetes, alkoholisme, peradangan meningeal.

3. Paralysis akomodasi pada nervus ketigadapat terjadi karena penyebab intrakranial atau
orbital. Lesi mungkintraumatis, inflamasi atau neoplastik.
Gambaran klinis
1.

kabur pada penglihatan dekat. Ini adalah keluhan utama pada pasien-pasien
yangsebelumnya emmetropic atau hypermetropic. Kabur pada penglihatan dekat tidak
merupakan tanda myopia

41

2. Fotofobia (silau) karena menyertaidilatasi pupil (midriasis) biasanya berhubungandengan


kabur pada penglihatan dekat.
3. Pemeriksaan

mengungkapkan

surut

abnormal

titik

dekat

dan

menurunkan

rentangakomodasi.
Pengobatan
1. Self-recovery terjadi kelumpuhan akibat obatdan dalam kasus difteri (setelah penyakit
sistemikdiperbaiki).
2. Dark-gelasses efektif dalam mengurangi silau.
3. lensa cembung untuk penglihatan dekat mungkin diresepkanjika kelumpuhan permanen.
4. Spasme Akomodasi
Spasme akomodasi mengacu pada tenaga dariakomodasi abnormal yang berlebihan.
Penyebab
1. Drug induced diketahui terjadi setelah penggunaan miotics kuat sepertiechothiophate dan
DFP.
2. kejang spontan akomodasi adalahkadang-kadang ditemukan pada anak-anak yang
mencoba untukmengimbangi anomali refraksi yang merusakpandangan mereka. Ini
biasanya terjadi ketika matadigunakan untuk melihat dekat berlebihan yang tidak
menguntungkankeadaan seperti pencahayaan yang buruk, Posisi membaca, menurunkan
vitalitas, keadaan neurosis,stres mental atau kecemasan.
Gambaran klinis

gangguan penglihatan karena induksi miopia.

Gejala Asthenopic lebih ditandai daripadagejala visual.

Diagnosa
Hal ini dibuat dengan refraksi bawah atropin.
Pengobatan
1. Relaksasi otot siliaris oleh atropin selama beberapaminggu dan larangan melihat dekat
berlebihan memungkinkan cepatpemulihan dari kejang akomodasi .
2. Koreksi faktor penyebab terkait mencegahkekambuhan.
3. asuransi dan jika perlu psikoterapi .

42

KACAMATA DAN LENSA KONTAK


KACAMATA
Lensa yang dipasang dalam bingkai disebut kacamata. Ini adalah metode yang umum, murah
dan

mudah

dari

reseplensa

korektif

pada

pasien

dengan

gangguan

refraksi

danpresbiopia.Beberapa aspek penting dari kacamataadalah sebagai berikut:


Bahan lensa
1. Crown Glasses indeks bias 1,5223paling sering digunakan untuk kacamata. Hal ini
dikarenakan kelengkungan yang tepat dan kemudian menghasilkan pemotongan akhir
yang sesuai dengan frame.
2. Lensa Resin terbuat dari alil diglycol karbonat sebagai alternatif untuk mahkota
kaca.Lensa resinringan, tidak mudah pecah dan anti gores.
3. Lensa plastik mudah disiapkan oleh moulding. Lensa ini tidak mudah pecah dan ringan
namun memilikikelemahan yang mudah tergores danmelengkung.
4. Lensa Triplex juga ringan, bisa pecah namun tidak peca berkeping.
Bentuk lensa
1. Lensa Meniskus digunakan untuk membuat kacamata di tingkat kecil atau sedang pada
kelaina refraksi. Lensa standar melengkung yang dilapisi dengan permukaan posterior
cekung (-1,25 D di Jenis periscopic atau -6,0 D di dalam jenis meniskus) dan koreksi bola
kemudian ditambahkan ke permukaan anterior.
2. Lensa bentuk Lenticular digunakan untuk lensa plus yang tinggi dan lensa minus yang
tinggi. Dalam jenis ini bagian tengah adalah perbaikan dan permukaan perifer sejajar satu
sama lain.
3. Lensa aspheric juga digunakan untuk membuat lensa plus aphakic tinggi dengan
memodifikasi kelengkungan lensa perifer untuk mengurangi penyimpangan dan
memberikan penglihatan tepi yang lebih baik.
Lensa tunggal dibandingan dengan lensa multiple :

43

1. Lensa visi tunggal mengacu lensa memiliki kekuatan korektif yang sama atas seluruh
permukaan. Ini digunakan untuk memperbaiki miopia, hipermetropia, silindris atau
presbiopia.
2. Lensa bifocal memiliki dua kekuatan yang berbeda untuk bagian atas (untuk penglihatan
jauh) dan segmen bawah (untuk penglihatan dekat). Gaya yang berbeda dari lensa bifocal
adalah ditunjukkan pada Gambar. 3.35.
3. Lensa trifocal memiliki tiga bagian, bagian atas (untuk penglihatan jauh), tengah (untuk
penglihatan rentang menengah) dan bawah (untuk penglihatan dekat).
4. Multifocal (varifocal) atau progresif lensa memiliki banyak bagian dari kekuatan yang
juga tersedia berbeda.

Gambar. 3.35Lensa bifokal. (A) two-piece; (B) cemented supplementary wafer; (C) inserted wafer; (D)
fused; (E) solid.

Lensa berwarna
Kacamata berwarna mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan memberikan kenyamanan,
keamanan dan efek kosmetik. Lensa ini terutama diresepkan pada pasien dengan albinisme,
miopia tinggi dan pasien rentan silau. Kacamata berwarna yang baik harus cukup gelap untuk
menyerap 60-80 persen dari insiden ringan di sebagian terlihat spektrum dan hampir semua
ultraviolet dan sinar inframerah.
Lensa Photochromatic mengubah sesuai warna dengan jumlah paparan ultraviolet. Lensa ini
tidak berfungsi secara efisien di dalam ruangan dan di mobil. Berpusat pada sumbu visual
pasien dan pusat optic penglihatan lensa harus sesuai, jika tidak akan muncul efek prismatic.
Jarak antara sumbu visual diukur sebagai interpupillary distentcy (IPD). Pemusatan lensa
ditunjukkan
dimana efek prismatik diperlukan. Satu dioptric primatik dapat yang dihasilkan oleh 1 cm
pemusatan dari lensa 1 D. Kacamata baca tidak harus terpusat oleh sekitar 2,5 mm medial
dan sekitar 6,5 mm ke bawah dari mata diarahkan ke bawah dan di saat membaca.
44

Frame
Frame yang dipilih harus nyaman yaitu tidak ketat atau longgar, ringan dan harus tidak
menempatkan tekanan pada hidung pasien, dan harus ukuran optimal. Pada anak-anak besar
kacamata dianjurkan untuk mencegah melihat lebih dari kacamata. Idealnya, lensa harus
dipakai 15,3 mm dari kornea (bidang fokus anterior mata), seperti pada jarak ini gambar yang
terbentuk pada retina adalah dari ukuran yang sama seperti di emmetropia.
LENSA KONTAK
Lensa kontak adalah perangkat buatan yang permukaan depan sebagai pengganti permukaan
anterior kornea. Oleh karena itu, selain koreksi gangguan refraksi, penyimpangan dari
permukaan depan kornea bisa juga dikoreksi oleh lensa kontak.
Bagian, kurva, dan nomenklatur untuk lensa kontak
Untuk

memahami

spesifikasi

lensa

kontak

berikut

nomenklatur

standar

telah

direkomendasikan(Gambar. 3.36).
1. Diameter lensa adalah sebagai berikut :
i. Keseluruhan diameter ( OD ) dari lensa adalah pengukuran linear dari jarak terbesar di
seluruhbatas-batas fisik lensa . Hal ini dinyatakan dalammilimeter.

Gambar. 3.36. Lensa Kontak

ii. Diameter zona optik (OZ) adalah dimensi pada pusat zona optik pada lensa yang mana
berfungsi untuk mengfokuskan sinar pada retina.
45

2. Kurva dari lensa adalah sebagai berikut:


i. Kurva dasar (BC) atau kurva posterior pusat (CPC)adalah kurva pada permukaan belakang
lensa untuk menyesuaikanpermukaan depan kornea.
ii. Kurva perifer. Konsentris terhadap kurva dasar, termasuk kurva posterior menengah(IPC)
dan kurva posterior perifer (PPC). Maksudnya adalah sebagai reservoir air mata dan untuk
membentuk ski terhadap gerakan lensa.
iii. Kurva Central anterior (CAC) atau kurva depan (FC)adalah kurva pada permukaan
anteriorzona optikal pada lensa. Kelengkungan ini menentukankekuatan pada lensa kontak.
iv. Kurva anterior perifer (PAC) adalah kemiringan padapinggiran permukaan anterior yang
bergerak naikke ujung.
v. Kurva Menengah anterior (IAC) yang dibuathanya pada lensa minus dan lensa plus
berkekuatan tinggi. Kurva ini terletak di antara CAC dan PAC.
3. Ujung lensa. Ini adalah penggabungan yang dipoles dan yang dicampur padabagian
posterior perifer dan kurva anterior pada lensa.
4. Kekuatan lensa. Hal ini diukur pada kekuatan titik posterior dalam dioptris.
5. Ketebalan lensa. Hal ini biasanya diukur didalampusat pada lensa dan bervariasi
tergantung kepada kekuatan titik posterior pada lensa.
6. Tint. Ini adalah warna pada lensa.
Jenis lensa kontak
Tergantung pada sifat bahan yang digunakan dalam pembuatannya, lensa kontak dapat dibagi
menjadi tiga jenis:
1. Hard lenses ( Lensa keras)
2. Rigid gas permeable lenses, dan
3. Soft lenses (Lensa lunak)
1. Hard lenses dibuat dari PMMA (polymethylmethacrylate). PMMA memiliki kualitas optik
yang tinggi, stabil dan ringan, tidak beracun,tahan lama dan murah. Lensa kornea
kerasmemiliki diameter 8,5-10 mm. Saat ini tidak digunakan secara umum.
Kekurangan dari lensa kontak keras PMMA. (i) PMMA secara praktis kedap terhadap O2
sehingga dapat membatasi toleransi. (ii) Mengeras, hal ini dapat menyebabkanlecet pada
kornea. (iii) Menjadi hidrofobik, menahan basah tapi film air mata yang stabil dapat dibentuk
dari sana.

46

Catatan: lensa kontak PMMAsangat hemat digunakan didalampraktek klinis karena dapat
diterima oleh pasien yang kurang mampu.
2. Rigid gas permeable (RGP) lens terbuat daribahan yang permeabel terhadap oksigen. Pada
dasarnyaini juga sulit, tapi entah bagaimana karena merekapermeabilitas terhadap O2,
mereka telah menjadi populer dengan nama lensa semisoft. lensa permeabel gas umumnya
dibuat dari kopolimer PMMAdan silikon yang mengandung monomer vinil. Selulosabutirat
asetat (CAB), bahan kelas termoplastik yang berasal dari selulosa kayu berkelas khusus juga
telah digunakan, namun tidak populer.
3. Soft lens terbuat dari HEMA (hydroxymethymethacrylate).Ini dibuat sekitar 1-2 mm lebih
besardari diameter kornea. Keuntungan: Lembut dan permeabel terhadap oksigen, ini adalah
yang paling nyaman dan dapat ditoleransi dengan baik. Kerugiannya termasuk masalah
pembasahan, deposit protein, menjadi retak, dan limit waktu yang terbatas, kualitas optik
yang rendah, kemungkinan lebih besar untuk terkena infeksi kornea dan tidak dapat
memperbaiki astigmatisma lebih dari 2 dioptris.
Catatan: Dalam praktek klinis lensa lunak adalah lensa yang paling sering diresepkan.
Indikasi penggunaan lensa kontak
1.Indikasi Optical termasuk anisometropia, aphakia unilateral, miopia tinggi, keratoconus
dan Silindris iregular. Secara optikal, dapat digunakan oleh setiap pasien yang memiliki
kelainan refraksidan untuk tujuan kosmetik.
Keuntungan dari lensa kontak dibanding kacamata:
(i)Astigmatisma kornea iregular yang tidak mungkin diperbaiki dengan kacamata dapat
diperbaiki dengan lensa kontak.
(ii)Lensa kontak memberikan penglihatan dengan lapangan pandang yang normal.
(iii)Penyimpangan yang terkait dengan kacamata (seperti penyimpangan perifer dan distorsi
prismatik) dieliminasi.
(iv) vision binokular bisa disimpan pada anisometropia tinggi (misalnya, unilateral aphakia)
karena kurangnya perbesaran pada gambar retina.
(v) Hujan dan kabut tidak mengembun pada kontak lensa seperti yang biasa terjadi pada
kacamata.
(vi) secara kosmetik, lebih dapat diterima terutama oleh perempuan dan semua pasien dengan
kacamata tebal pada kelainan refraksi yang tinggi.
47

2. indikasi Terapi adalah sebagai berikut:


i. Penyakit kornea misalnya, ulkus kornea yang tidak sembuh, keratopati bulosa, keratitis
filamen dan sindrom erosi kornea yang berulang.
ii. Penyakit iris seperti aniridia, koloboma dan albinisme untuk menghindari silau.
iii. pada glaukoma sebagai sarana untuk penyaluran obat.
iv. pada amblyopia, lensa kontak buram digunakan untuk oklusi.
v. lensa kontak lunak perban, digunakan untuk keratoplasty dan perforasi microcorneal
3. Indikasi Pencegahan meliputi :
(i) pencegahan pada symblepharon dan pemulihan forniks pada luka bakar akibat zat kimia;
(ii) keratitis yang terpapar; dan
(iii) trichiasis.
4. indikasi diagnostik termasuk penggunaan selama (i) gonioscopy; (ii) elektroretinografi;
(iii) pemeriksaan fundus pada astigmatisma kornea iregular; (iv) fundus fotografi; (v)
Goldmann (pemeriksaan 3 cermin).
5. indikasi Operatif. Lensa kontak digunakan selama (i) operasi goniotomy untuk glaukoma
kongenital ; (ii) vitrectomy; dan (iii) endocular photocoagulation.
6. Indikasi kosmetik termasuk (i) bekas luka pada kornea (lensa kontak warna); (ii) ptosis
(lensa kontak haptic); dan (iii) lensa skeral kosmetik pada penyakit phthisis bulbi.
7. indikasi Kerja meliputi penggunaan oleh (i)
olahragawan; (ii) pilot; dan (iii) aktor.
Kontraindikasi penggunaan lensa kontak
(i) ketidakmampuan mental, dan motivasi yang buruk; (ii)dakriosistitis kronis; (iii) blepharitis
kronis; (iv) konjungtivitis kronis; (v) dryeyesindrom; (vi) distrofi kornea dan
Degenerasi kornea; dan (vii) penyakit berulang sepertiepiskleritis, skleritis dan iridosiklitis.

48

Prinsip pada ketepatan dan perawatan lensa


Ini di luar lingkup bab ini. Pembaca yang tertarik disarankan untuk melihat beberapa buku
teks lainnya mengenai lensa kontak.
Bedah refraktif
Operasi untuk memperbaiki kelainan refraksi telah menjadi sangatpopuler. Hal ini dapat
dilakukan jika kelainan telah stabil; sebaiknya setelah usia 20 tahun. Berbagaiteknik bedah
dalam mode dijelaskan sebagai berikut:
Bedah refraktif pada miopia
1. keratotomi radial (KR) lebih mengacu kepada penyayatan radial yang mendalam(90
persen dari ketebalan kornea) pada bagian perifer kornea meninggalkan sentral 4 mmzona
optikal (Gambar 3.37). Sayatan tersebut pada penyembuhan;meratakan kornea sentral
sehingga mengurangidaya biasnya. Prosedur ini memberikan koreksi yang sangat baik pada
myopia rendah sampai sedang(2-6 D).
Kekurangan. Catatan: Karena kelemahan ini maka KR tidak dianjurkan saat (i) Kornea
menjadi melemah, sehingga kemungkinan ruptur berikut trauma lebih sering setelah
dilakukan KT daripada setelah KPR. Titik inisangat penting bagi pasien yang berisiko tinggi
trauma tumpul, misalnya, orang yang berolahraga, atletdan personil militer. (ii) Jarang,
penyembuhan yang tidak merata dapat menyebabkan astigmatisma iregular. (iii) Pasien
mungkin merasa silau pada malam hari.
2. keratektomi Photorefractive (KPR). Pada teknik ini, untuk memperbaiki miopia zona
optik pusat pada stroma kornea anteriordi fotoablasi menggunakanexcimer laser ( 193 nm UV
- flash) dan menyebabkan perataan pada kornea sentral ( Gambar . 3.38 ) . Seperti KR , KPR
juga memberikan koreksi yang sangat baik untuk -2 untuk -6 D pada myopia.

Gambar 3.37. Keratotomi radial. (A) konfigurasi pada insisi radial, (B) kedalaman dari insisi

49

Kekurangan . Catatan : Karena kelemahannya, KPR tidak dianjurkan saat :


( i ) penyembuhan pascaoperasi lambat . Penyembuhan dari cacat epitel mungkin mengalami
keterlambatan pada pengembalian penglihatan yang baik dan pasien mungkin mengalami rasa
sakit atau ketidaknyamanan selama beberapa minggu .
( ii ) Mungkin akan tampak kabut kornea residualpada bagian pusat yang mempengaruhi
penglihatan. ( iii ) KPR lebih mahal dari pada KR .
3. Laser in-situ keratomileusis ( LASIK) . Pada teknik ini pertama flap pada 130-160
ketebalan mikron pada jaringan kornea anterior dinaikkan . Setelah menciptakan jaringan
midstromal flap kornea adalah langsung di ablasi dengan menggunakan sinar laser excimer ,
sehingga meratakan kornea( Gambar . 3.39 ) . Saat ini prosedur ini dianggap sebagai bedah
refraktif pilihan untuk miopiahingga - 12 D.

Gambar. 3.38. keratectomi photorefractive (KPR) untuk myopia yang tampak (A) dari depan; (B) melintang

Gambar 3.39. prosedur laser keratomileusis in-situ (LASIK)

Kriteria pemilihan pasien adalah:

Pasien di atas 20 tahun,


50

Refraksi yang stabil selama minimal 12 bulan.

Pasien termotivasi.

Tidak adanya patologi pada kornea. adanya ectasiaatau patologi kornea lain dan
ketebalan kornea yang kurang dari 450 mm adalah kontraindikasi mutlak untuk
LASIK.

Kemajuan LASIK. Baru-baru ini banyak kemajuan yang telah dibuat dalam operasi LASIK.
Beberapa kemajuan penting adalah:

Customized (C) LASIK. C-LASIK didasarkan padateknologi depan gelombang.


Teknik ini, selain untuk koreksi spheris dan silindris, juga mengoreksi penyimpangan
pada mata dan memberikan penglihatandiluar 6/6 yaitu, 6/5 atau 6/4.

Epi- (E) LASIK. Pada teknik ini bukan flap stromal kornea, tetapi hanya lembar epitel
yang dipisahkan secara mekanis dengan penggunaanperangkat yang disesuaikan
(Epiedge Epikeratome). Sebagai prosedur ablasi permukaan yang canggih, hal ini
terjadi tanpa komplikasi yang berhubungan dengan flap stroma kornea.

Keuntungan dari LASIK. (i) meminimalkan atau bahkan tidak ada rasa sakit pascaoperasi
(ii)Pemulihan penglihatan sangat cepat dibandingkan dengan KPR. (iii) tidak ada resiko
perforasi selama operasi dan ruptur dikemudiah hari karena trauma seperti KR.(iv) tidak ada
sisa kabut seperti KPRdimana jaringan parut subepitel dapat terjadi. (v) LASIK efektif dalam
mengoreksi miopia pada - 12 D.
Kekurangan.
1. LASIK jauh lebih mahal.
2. Hal ini membutuhkan keterampilan bedah yang lebih baik dari KR dan KPR.
3. Ada potensi risiko pada flap terkait komplikasiyang meliputi (i) amputasi flap intraoperatif,
(ii) kerut pada bagian flapyang di reposisi, (iii) dislokasi / subluksasi flap pascaoperasi, (iv)
epitelisasi flap-bed antarmuka, dan (v) astigmatisma tidak teratur.
4. Ekstraksi lensa kristal yang jernih (operasi Fucala) dianjurkan untuk miopia dari -16 ke
-18 D, terutama dalam kasus-kasus unilateral. Baru-baru ini, ekstraksi lensa jernih dengan
implansi lensa intraokuler dengan daya yang tepat sedang direkomendasikan sebagaibedah
refraktif untuk miopia yang lebih dari 12 D.
5. lensa intraokuler phakic atau lensa kontak intraokular (ICL). Implantasinya juga sedang
dipertimbangkan untuk mengkoreksi miopia lebih dari 12D. Pada teknik ini, sebuah lensa
51

intraokular jenis khusus tertanam dalam ruang anterior atau ruang posterior secaraanterior
pada lensa kristal alami.
6. Implantasi cincin Intercorneal (ICR) ke dalamkornea perifer di sekitar 2/3 kedalaman
stroma juga sedang dipertimbangkan. Ini mengasilkan efek kubah yangmeratakan kornea
sentral, menurunkan miopia. Prosedur ICR memiliki kegunaan untuk menjadi reversibel.
7. Orthokeratologi.metode reversibel non-bedah yang melakukan molding pada kornea
dengan memakai lensa kontak permeabel rigid gas dalam waktu semalaman, juga
dipertimbangkan untuk koreksi miopia hingga -5D. Bisadigunakan bahkan pada pasien di
bawah usia 18 tahun.
Bedah refraktif untuk hyperopia
Secara umum, bedah refraktif untuk hyperopia tidak seefektif atau dapat diandalkan seperti
yang dilakukan untuk miopia. Namun, berikutprosedur yang digunakan:
1. Holmium Laser thermoplasty telah digunakan untukhyperopia tingkat rendah. pada
teknik ini, titik laserditerapkan dalam sebuah cincin didaerah pinggirnya untuk menghasilkan
steepening central. Efek regresi dan astigmatisma yang terimbas adalah masalah utamanya.
2. KPR hiperopik menggunakan excimer laser juga telah dicoba. Efek regresi
danpenyembuhan epitel yang berkepanjangan adalah masalah utama yang harus dihadapi.
3. LASIK hiperopik efektif dalam mengoreksi hipermetropia hingga + 4D.
4. keratoplasty Konduktif (KK) adalah prosedur non-ablasi dan non-insisonal di mana
kornea dicuram dengan penyusutan kolagen melalui energi radiofrekuensi yang diterapkan
dengan pemasukkan yang halus ke dalamstroma kornea perifer dalam pola cincin. Teknik ini
efektif untuk mengoreksi hyperopia hingga 3D.
Bedah refraktif untuk astigmatisma
Teknik bedah refraktif yang digunakan untuk miopiadapat disesuaikan untuk memperbaiki
astigmatisme itu sendiri ataubersamaan dengan miopia sebagai berikut:
1. keratotomi astigmatic (KA) mengacu pada pembuatan potongan melintang pada
pertengahan pinggiranmeridian kornea yang curam (Gbr. 3.40). KA dapat dilakukan (untuk
astigmatisma saja) atau bersama dengan KR (untukmiopia terkait).
2. Keratotomi refraktif Foto-astigmatic (KRFA)dilakukan dengan menggunakan excimer
laser.
3. prosedur LASIK juga dapat memperbaiki astigmatisma hingga 5D.

52

Gambar 3.40. keratotomi astigmatis. (A) menunjukkan meridian yang merata dan dalam pada kornea; (B)
Sepasang Insisi transversal untuk meratakan meridian yang curam; (C) menunjukkan perbaikan pada
astigmatisma setelah keratotomi astigmatis.

Manajemen astigmatisma pasca-keratoplasty


1. Pelepasan jahitan selektif pada meridian yang curamdapat meningkatkan tingkat yang
bervariasi pada astigmatisma dan harus dicoba pertama kali diantara semuanya.
Catatan : Prosedur lain yang disebutkan di bawah ini harusdilakukan hanya setelah semua
jahitan sudah dilepas danrefraksi sudah stabil .
2. insisi relaxing arkuata pada kornea yang di donorsepanjang meridian yang curam dapat
memperbaiki astigmatismehingga 4-6 D.
3. insisi relaxing dikombinasikan dengan jahitan kompresi dapat memperbaiki astigmatisma
hingga 10 D.
4. Corneal wedge resection dengan penutupan dengan jahitan pada luka dapat dilakukan pada
meridian dataruntuk memperbaiki astigmatisme yang lebih besar dari 10 D.
5. Prosedur LASIK juga dapat diadopsi untuk memperbaiki astigmatisma pasca-keratoplasty.
Bedah refraktif untuk presbiopia
Bedah refraktif untuk presbiopia , masih dalam percobaan ,meliputi :

Monovision LASIK , yaitu , satu mata dikoreksijaraknya dan lainnya dibuat menjadi
agak rabun dekat .

Monovision keratoplasty konduktif ( CK ) dianggapdapat memperbaiki presbiopia di


satu mata. Prinsipnya sama seperti untuk koreksi hipermetropia.

Prosedur ekspansi skleral sedang dicoba,tapi hasilnya kontroversial.

LASIK-Parm yaitu, LASIK denganmetode AvalosRozakis presbiopia adalah teknik


yang masih dalam percobaan di manabentuk kornea tersebut diubah untuk memiliki
dua zona penglihatan konsentris yang membantu pasien presbyopia untuk dapat fokus
pada objek dekat dan jauh.
53

Bifocal atau multifokal atau akomodatif implantasi IOL setelah ekstraksi lensa
terutama pada pasien dengan katarak atau kesalahan refraksi yang tinggidiperbaiki
dengan penglihatan jauh sebaik penglihatan dekat.

Monovision dengan lensa intraokular, yaitu,koreksi pada satu mata untuk penglihatan
jauh dan yang lainnya untuk penglihatanjarak dekat dengan implantasi IOL setelah
ekstraksi katarak bilateral juga berfungsi sebagai solusi untuk koreksi jauh dan dekat.

Sclerotomy siliar anterior (SSA), dengan penghambat jaringan saat ini sedang dalam
percobaan. Dengan hasil awal yang memuaskan, studi klinis multi-situsdirencanakan
pada AS dan Eropa untuk mengevaluasi teknik ini.

54

Anda mungkin juga menyukai