MULIANY JAYA
K111 10 021
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Makassar, Mei 2014
MULIANY JAYA
PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN DI PULAU LUMULUMU KOTA MAKASSAR
(x + 89 halaman + 15 tabel + 2 grafik + 4 gambar + 9 lampiran)
Pulau Lumu-Lumu merupakan salah satu pulau kecil, yang berjarak 27,54 km
dari Kota Makassar. Letaknya yang terpencil dan belum terjangkau oleh transportasi
laut regular membuat pulau ini rentan terhadap risiko kesehatan lingkungan. Kurang
tersedianya air bersih, minimnya ketersediaan makanan yang bergizi dan terbatasnya
pelayanan kesehatan dari sektor publik, sanitasi yang masih buruk, merupakan
masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat di pulau kecil. Penilaian risiko
kesehatan lingkungan adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan
perilaku-perilaku yang berisiko pada kesehatan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran risiko kesehatan
lingkungan di Pulau Lumu-Lumu yang di tampilkan melalui pemetaan sebaran risiko.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan cara observasi terhadap seluruh rumah
tangga di Pulau Lumu-Lumu yaitu sebanyak 187 rumah tangga atau dilakukan secara
exhaustive sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahaya kesehatan lingkungan yang
teridentifikasi yaitu sumber air rumah tangga, air limbah domestik dan tempat
sampah rumah tangga. Sedangkan peluang terjadinya bahaya kesehatan lingkungan
yang teridentifikasi yaitu perilaku tidak sehat, yang mencakup perilaku CTPS,
perilaku BABS, pengolahan sampah, pengelolaan sampah dan perilaku pengolahan
air minum. Penilaian risiko kesehatan lingkungan di bagi berdasarkan RT yaitu RT 2
masuk dalam kategori kurang berisiko, RT 4 kategori risiko tinggi dan RT 1 dan 3
masuk dalam kategori risiko sangat tinggi.
Penelitian ini menyarankan kepada masyarakat agar mengubah peluang
terjadinya bahaya kesehatan lingkungan seperti melakukan perilaku CTPS, perilaku
mengolah dan mengelolah sampah, perilaku mengolah air minum dan tidak
melakukan perilaku BABS.
Jumlah Pustaka
Kata kunci
: 46 (1998-2013)
: Penilaian risiko kesehatan lingkungan, Pulau Lumu-Lumu.
KATA PENGANTAR
Salam Sejahterah bagi kita semua...
Aku hendak bersyukur kepadaMu selama-lamanya, sebab Engkau yang
bertindak. Mzm 52:11, Tuhanlah yang memampukan saya untuk menyelesaikan
skripsi dengan judul Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Di Pulau Lumu-Lumu
Kota Makassar sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin.
Dengan segala rasa hormat dan cinta saya persembahkan skripsi ini khusus
sebagai wujud bakti dan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua
tercinta Ayahanda Petrus Amba Bunga, SH dan Ibunda Bertha Tangke Salu, atas
kasih sayang, perhatian, doa, dukungan, semangat yang tiada henti-hentinya diberikan
kepada saya.
Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya dan penghargaan kepada:
1.
Bapak Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel, M.Kes selaku pembimbing 1, serta
Bapak Ruslan, SKM, MPH sebagai pembimbing 2, yang telah memberi arahan,
bimbingan, ilmu-ilmu serta dukungan kepada penulis hingga menyelesaikan
skripsi ini.
2.
Bapak dr. Makmur Selomo, MS, Bapak dr. Furqaan Naiem, M.Sc. PhD dan
Ibu Shanti Riskiyani, SKM, M.Kes sebagai tim penguji atas saran dan
masukannya demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
3.
4.
5.
Ibu lurah Barang Caddi, Bapak RW dan masyarakat Pulau Lumu-Lumu yang
telah memberikan izin penelitian beserta bantuannya selama penulis melakukan
penelitian sehubungan dengan judul skripsi di Pulau Lumu-Lumu.
6.
7.
Saudari Marwah yang telah menjadi rekan penelitian, Wisfer, Arni dan Kak Ak
atas dukungan, doa serta bantuan selama penelitian ini.
8.
9.
Mereka yang selalu ada, teman-teman Jurusan Kesling 2010 Arni, Cida, Mey,
Mewe, Ai, Kiki, Mage, Dilla, Ani, Mangampe, Arman, Upe, Rica, Reni, Lang,
Ugo, Abid, Uci, Dayat, Idris, Asman, Ato, Amar, kakak-kakak tubel: abang Ali,
Kak Rini, Kak Marmi, Kak Wahyu, Bunda, Kak Rahmat, Kak Ramla, sahabat
sejak maba hingga status mahasiswa ini akan kulepas dan berharap sampai
selama-lamamanya akan menjadi sahabatku Wisfer, dan untuk semua teman-
teman siapapun dan dimanapun terima kasih telah ada bersamaku di setiap
perjuangan, kebersamaannya, canda tawa, marah, kekhwatiran dan doa, kalian
memberi warna dalam setiap hariku di kampus. Perjuangan kita tidak sampai
disini dan sukses untuk kita semua.
10. Sandri, Kurni, Asry dan Jeane atas kebersamaan dan bahagia ketika kita bersama.
11. Teman-teman seangkatan Kanibal, teman-teman PBL Posko Tammua, temanteman KKN Gelombang 85 Desa Malewong Kec. Larompong Selatan Kab.
Luwu, Kakak-kakak di Malaria Center Hal-Sel atas kekompakan, doa, canda
tawa dan pengalaman yang menyenangkan selama kita bersama.
12. Teman-teman FORKOM KL-UH yang telah memberi dukungan dan pengalaman
dalam berorganisasi.
Dengan hasil karya ini semoga dapat mengacu mahasiswa lain untuk
menghasilkan karya ilmiah dalam hal ini skripsi yang lebih baik lagi khususnya
dalam bidang ilmu kesehatan lingkungan. Semoga usaha keras ini akan mendapat
imbalan sebagai ilmu yang bermanfaat.
Akhir kata semoga jasa, pengorbanan, dan budi baik Bapak, Ibu dan rekanrekan serta segenap keluarga berkenan di hadiratNya dan membawa berkat bagi kita
semua. Amin. Tuhan memberkati.
Makassar, Mei 2014
Muliany Jaya
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Tabel 5.13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 3.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1
Grafik 5.2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia memiliki banyak pulau-pulau kecil yang
dihuni oleh masyarakat yang kehidupan sehari-harinya sangat tergantung kepada
laut. Jumlah desa di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau besar diperkirakan ada
sebanyak 40.000 ribu pulau (Pratomosunu, 2008 dalam Massie, 2013). Batasan
pengertian dan kriteria pulau-pulau kecil, sampai saat ini masih beragam. Sebagai
perbandingan tentang pengertian dan kriteria pulau-pulau kecil, dapat dirujuk
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yaitu pulau kecil adalah pulau
dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan
ekosistemnya.
Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil kehidupan sehari-hari mereka
terpapar dengan risiko kesehatan antara lain kurangnya tersedia air bersih dan
berkualitas untuk dapat diminum, minimnya ketersediaan makanan yang bergizi
dan terbatasnya pelayanan kesehatan dari sektor publik terutama pada saat musim
badai. Kondisi perumahan yang padat dan kurang memenuhi syarat kesehatan
sehingga mudah terinfeksi dengan vektor dan agen penyakit yang berkembang,
dan menambah kebutuhan akan kesehatan.
bagi pulau-pulau kecil, sehingga perlu dilakukan sebuah studi tentang penilaian
risiko kesehatan lingkungan.
Penilaian resiko kesehatan lingkungan atau yang juga dikenal dengan
Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami
kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang berisiko pada kesehatan
masyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air bersih (SAB),
fasilitas jamban yang sehat, tempat sampah rumah tangga, dan saluran
pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga. Untuk perilaku, yang dipelajari
adalah perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan perilaku pemilahan sampah
dan buang air besar sembarangan, pada penelitian ini juga akan dilakukan seberan
atau pemetaan risiko kesehatan lingkungan (ISSDP, 2007).
EHRA sendiri telah dilaksanakan secara nasional dan telah dilaksanakan
di beberapa tempat salah satunya adalah di Blitar, Kabupaten Pesisir Selatan,
Makassar, dll. Dari hasil survei EHRA masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan
variabel yang dinilai adalah sumber air, SPAL, jamban, CPTS, pemilikan tempat
sampah, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 74,53% rumah
tangga di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2011 memiliki sumber air minum yang
relatif aman. Sekitar 26,47% yang diidentifikasi memiliki sumber yang relatif
tidak aman antara lain sumur yang tidak terlindungi, mata air yang tidak
terlindungi, sungai dan waduk/danau. Hasilnya menunjukan membuang sampah
dengan cara di bakar yaitu sebanyak 66%, kemudian yang dibuang ke sungai
sebanyak 13,2% dan yang dibuang ke lahan kosong sebanyak 9,5%. Selanjutnya
yang dibuang dan dikubur dilobang sebanyak 4,3%, sedangkan yang dibiarkan
saja sebanyak 1,1%. Untuk kepemilikan jamban, berdasarkan hasil Studi EHRA
jumlah keluarga yang memilliki jamban septik di Kabupaten Pesisir Selatan
hanya 31,5%. Dari data seperti diatas maka pemerintah dapat mengambil tindakan
yang tepat untuk penanganan masalah kesehatan lingkungan dan masalah
kesehatan masyarakat yang berbasis lingkungan khususnya di pulau-pulau kecil
yang notabene jauh dari akses dan letaknya yang terpencil.
Pulau Lumu-Lumu merupakan salah satu pulau kecil, yang berjarak 27,54
km dari Kota Makassar yang merupakan pulau ke 2 terluar. Letaknya yang
terpencil dan belum terjangkau oleh transportasi laut regular membuat pulau ini
rentan terhadap risiko kesehatan lingkungan. Luas Pulau Lumu-Lumu hanya 3,75
ha, atau hampir setengah dari luas Pulau Lanjukang yang merupakan pulau terluar
dari kepulauan spermonde Kota Makassar, namun jumlah penduduknya mencapai
984 jiwa atau 30 kali dari Pulau Lanjukang. Pulau ini merupakan pulau terpadat
penduduknya dengan tingkat kepadatan 262 jiwa setiap ha dan tersebar merata di
seluruh pulau (Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan dan Pertanian, 2012).
Dengan luas pulau hanya 3,75 ha dan dihuni oleh 984 jiwa kemungkinan masalah
kesehatan dan masalah lingkungan sangat banyak di pulau ini. Prioritas persoalan
lingkungan yang ada di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk Pulau
Lumu-Lumu, seperti: keseimbangan antara jumlah penghuni dan sumber daya
alamnya, dapat menjadi masalah serius di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat
dikemukakan adalah:
1. Bagaimana bahaya kesehatan lingkungan di Pulau Lumu-Lumu?
2. Bagaimana peluang terjadinya bahaya kesehatan lingkungan dalam bentuk
perilaku rumah tengga di Pulau Lumu-Lumu?
3. Bagaimana penilaian risiko kesehatan lingkungan bagi masyarakat di Pulau
Lumu-Lumu?
4. Bagaimana pemetaan risiko kesehatan lingkungan di Pulau Lumu-Lumu?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapat gambaran risiko kesehatan lingkungan di Pulau Lumu-Lumu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi bahaya kesehatan lingkungan di Pulau Lumu-Lumu.
b. Mengidentifikasi peluang terjadinya bahaya kesehatan lingkungan dalam
bentuk perilaku rumah tangga di Pulau Lumu-Lumu.
c. Menilaian risiko kesehatan lingkungan bagi masyarakat di Pulau LumuLumu.
d. Membuat peta sebaran risiko kesehatan lingkungan untuk mengetahui
daerah-daerah rawan kesehatan lingkungan di Pulau Lumu-Lumu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil
penelitian ini
diharapkan
dapat
memperkaya
khasanah ilmu
pengetahuan dan menjadi bahan informasi dan pembanding bagi penelitianpenelitian berikutnya.
2. Manfaat Institusi
Menjadi salah satu sumber informasi yang penting bagi Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya dan pihak Puskesmas pada
khususnya dalam upaya untuk meningkatkan sanitasi dasar kaitannya dengan
penyakit berbasis lingkungan.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat khususnya pada wilayah
pesisir untuk dapat menambah pengetahuan sehingga lebih memperhatikan
tentang sanitasi dasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ini, keseimbangan air alami dapat berubah secara dramatis dan mengakibatkan
efek-efek negatif.
2. Pembuangan limbah padat
Seiring pertumbuhan penduduk dan pariwisata, beberapa masalah
lingkungan telah menjadi ancaman bagi pembangunan berkelanjutan di
wilayah pulau-pulau kecil. Salah satunya adalah limbah padat yang bukan
hanya masalah manajemen yang serius, tetapi juga masalah lingkungan dan
ekologi yang serius. Semakin kecil pulau, semakin sulit masalah terkait
pembuangan limbah padat. Pengumpulan dan pembuangan limbah cukup
mahal dalam skala kecil, dua hal yang sering terjadi antara lain limbah yang
tidak dikumpulkan, atau pengelolaan lokasi pembuangan yang tidak tepat,
mengakibatkan masalah-masalah kesehatan dan pencemaran (UNEP, 1998).
Sebuah buku yang berjudul UNEP dan negara-negara berkembang
berbasis Pulau Kecil: 1994-2004, menunjukkan bahwa masalah sampah dan
pembuangan sampah adalah bagian dari krisis limbah yang lebih luas dan
memperkirakan bahwa sejak awal 1990-an tingkat limbah plastik di pulau
kecil yang sedang berkembang, telah meningkat lima kali lipat. Sebagai
contoh, 90% dari air limbah dibuang tanpa diolah terlebih dahulu dari pulaupulau di Karibia. Di bagian utara-timur Pasifik, tingkat limbah yang tidak
diolah sekitar 98% (UNEP, 2004).
Wilayah pulau-pulau kecil dengan segala spesifikasinya, seperti
ukurannya yang kecil dengan invansi populasi dan pariwisata, menciptakan
kumuh yang padat di biasanya berada di daerah dataran rendah seperti sungai,
wilayah pesisir dan rawa dibandingkan masyarakat di wilayah jarang
penduduk di daerah pedesaan (Navarro, 2011).
Sanitasi yang buruk, terutama di daerah padat penduduk, berarti paparan
lingkungan yang tidak menyenangkan dan risiko penyebaran penyakit
menular melalui: kontak dengan air, masuk ke dalam rantai makanan dan
tempat berkembang biak bagi serangga. Kurangnya sanitasi juga dapat
mengancam keseimbangan ekologi lingkungan ketika spesies lain datang ke
dalam kontak dengan air yang terkontaminasi (UNESCO, 2008).
Di pulau-pulau kecil yang sensitif secara ekologis, sanitasi dan
pembuangan limbah yang aman terkait erat dengan masalah pasokan air.
Seiring peningkatan populasi, begitu juga masalah pasokan air dan
pembuangan limbah, jika pasokan air tawar terbatas, terutama pada pulau
sarana
sanitasi
untuk
membuang
limbah
manusia,
dan defisiensi
mikronutrien dan kondisi lain, khususnya di kalangan perempuan dan anakanak. Konsekuensi lebih lanjut mungkin ketidakmampuan bagi masyarakat
yang kurang mampu untuk membeli makanan sehat, memaksa mereka untuk
membeli produk-produk berkualitas rendah, yang dapat berdampak negatif
akan mengubah pola diet, dan meningkatkan beban penyakit tidak menular
(WHO, 2008).
5. Tekanan-tekanan lainnya
Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara
kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host
kemudian berpindah kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga
kebersihan lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit
berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi
lingkungan yang buruk seperti ISPA, diare, DBD, Malaria dan penyakit kulit
(Depkes RI, 2002).
risiko kesehatan, sedangkan risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai
risiko ekologi.
Menurut Royal Society Study Group (1992), penilaian risiko dapat
membandingkan hasil identifikasi dan penilaian dari besarnya akibat dan
kemungkinan dari hasil. Tambahan dari dilakukannya evaluasi resiko
menyempurnakan proses dari penilaian resiko.
Penilaian risiko merupakan proses memperkirakan potensi dampak dari
kimia, fisik, mikrobiologi atau bahaya psikososial pada populasi manusia tertentu
atau sistem ekologi di bawah sekumpulan kondisi yang spesifik dan untuk jangka
waktu tertentu. Ruang lingkup risiko kesehatan lingkungan (EHRA) dapat
menutupi dampak kesehatan dari:
1. Polutan kimia dan kontaminan di udara, air, tanah dan makanan
2. Mikrobiologi patogen kontaminan dalam makanan dan air
3. Sumber radiasi
4. Medan elektromagnetik (EMFs)
5. Perubahan iklim dan iklim (enhealth, 2012)
EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko
Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi
fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan
warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan
pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Sementara,
perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara
lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan
pemilahan sampah rumah tangga.
The European Chemical Industry Council (2007), mendefenisikan istilah
yang sama terkait dengan istilah risiko sebagai berikut: bahaya adalah kondisi
dimana suatu objek atau situasi dapat menyebabkan kerusakan. Bahaya
sebenarnya akan terjadi ketika suatu objek atau situasi memiliki kemampuan
untuk menyebabkan efek buruk.
Paparan adalah sejauh mana penerima kemungkinan bahaya akan terkena
atau dapat dipengaruhi oleh bahaya tersebut. Sehingga kehadiran target potensial
dan jarak dari bahaya akan menentukan tingkat risiko. Misalnya, kebakaran atau
ledakan dapat menyebabkan kerusakan terhadap bangunan yang dekat dengan
tempat kejadian, tetapi tidak akan merugikan orang jika tidak ada orang yang
hadir pada saat kejadian tersebut berlangsung. Sehingga defenisi risiko diartikan
sebagai kesempatan yang merugikan atau efek berbahaya yang akan benar-benar
terjadi, akan tetapi risiko dapat diabaikan dan diperkecil ataupun risiko bisa tinggi
bergantung pada faktor yang mempengaruhinya.
Istilah lain yang penting untuk membedakan risiko adalah kata
"kerentanan". Orang dan sumber daya yang berada dalam area risiko bisa
dianggap rentan dan tidak rentan terhadap dampak bahaya (National Oceanic &
Atmospheric Administration/NOAA, 2008). Oleh karena itu, defenisi tentang
risiko memiliki unsur subjektivitas, tergantung pada sifat risiko itu sendiri.
Chicken & Posner (1998) mengatakan bahwa semua defenisi risiko itu benar
namun, dua hal yang menjadi inti dari risiko adalah risiko ada karena ada bahaya
(hazard) dan peluang terjadinya bahaya (exposure).
Risk = Hazard x Exposure
Tabel 2.1
Klasifikasi Bahaya Kesehatan Lingkungan
Kategori
Contoh-Contoh
Risiko
Bahaya
Kesehatan
Diare
dan
penyakit
Polusi Air Permukaan gastro-intestinal, tetapi
dapat juga mengandung
racun kimia
Bahaya-bahaya terkait
dengan air
Penyakit gastro-intestinal
Kontaminasi Air
dan penyakit saluran
Minum
kencing.
Penyebaran
penyakit
sistem
pencernaan.
Kontaminasi Biologi
Bahaya makanan
Penyakit pencernaan dan
Kontaminasi Kimia
saluran kencing
Vektor yang
Penyakit infeksi dan
berhubungan dengan air penyakit akibat parasit
Bahaya vektor
Vektor yang
Penyakit infeksi dan
berhubungan dengan
penyakit akibat parasit
binatang
Infeksi dan penyakit
akibat parasit, penyakit
Sanitasi
sistem pencernaan dan
saluran kencing
Bahaya Rumah
Tangga
Infeksi dan penyakit
akibat parasit, penyakit
Pengelolaan Sampah
sistem pencernaan dan
saluran kencing
Sumber : (Briggs, 2000)
Penggambaran risiko adalah langkah akhir dalam proses penilaian mengenai
paparan untuk menjelaskan alam, luas dan tingkat keparahan dari efek yang
merugikan terhadap kesehatan serta memberikan evaluasi akan kualitas
keseluruhan dari pemeriksaan dan perkiraan besar/tingkat resiko (enhealth, 2006).
usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang
diperkirakan menimbulkan atau akan menimbulkan hal-hal yang merugikan
perkembangan fisik kesehatan ataupun kelangsungan hidupnya (Nurhaedah,
2006). Sedangkan menurut Daud (2007) sanitasi lingkungan adalah usaha
mengendalikan dari semua faktor-faktor
fisik
manusia
yang mungkin
menjadi persolaan dari sumur gali di pulau-pulau kecil adalah kualitas air
yang tidak memenuhi syarat, misalanya jika pasang maka air sumur gali akan
menjadi air payau. Hal itu jika terus menurus dibiarkan akan menjadi masalah
kesehatan dan akan mempengaruhi jumlah konsumsi air minum masyarakat di
pulau-pulau kecil khususnya yang terpencil.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama
hidupnya selalu memerlukan air. Ketersediaan air di pulau-pulau kecil
berbeda kondisinya dengan yang di daratan atau kota. Dengan demikian
semakin naik jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula
laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat yang semakin meningkat diperlukan industrialisasi yang
dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta beban
penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga akan bertambah
cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini sumber
air minum dan air bersih semakin langka (enheath, 2002).
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan
air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan
dan kebiasaan masyarakat. Banyak dari masyarakat di pulau-pulau kecil yang
kebutuhan air minumnya setiap hari tidak memenuhi syarat yaitu berkisar
150-200 liter. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni
(enheath, 2012).
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area
pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari
segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan
masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia
(feses) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (ISSDP,
2011).
Pengelolaan pembuangan tinja pada manusia bertujuan untuk
mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan. Pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban
yang sehat (Notoatmodjo, 2002). Jamban yang memenuhi syarat kesehatan
menurut Ehler dan Steel (Entjang, 1997) :
a. Tidak mengotori tanah permukaan.
b. Tidak mengotori air permukaan.
c. Tidak mengontaminasi air dalam tanah.
d. Kotoran
tidak
terbuka
sehingga
lalat
dapat
bertelur
atau
tinja yang bagus adalah ketika penampungan tersebut tidak pernah penuh. Jika
dianalisis penampungan yang tidak pernah penuh menunjukkan adanya
kebocoran pada penampuangan tinja tersebut. Penempungan tinja yang tidak
baik akan menimbulkan permasalahan kesehatan lingkungan yang berujung
pada kesehatan masyarakat, seperti akan mencemari tanah dan sumber air
bersih.
Porositas yang tinggi di daerah pulau membuat tanah tidak maksimal
untuk menampunga air. Jika di daerah yang normal jarak antara penampungan
tinja dan sumber air 10 meter, maka hal itu berbeda dengan yang berada di
daerah pesisir atau di pulau. Jarak antara penampungan tinja dan sumber air
bias mencapai 2 kali lipat dari keadaan normal atau lebih dari 10 meter.
3. Tempat Sampah Rumah Tangga dan Pengolahan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam
suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat
membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (ISSDP, 2011).
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit
(bacteri pathogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar
penyakit (Notoatmodjo, 2002). Di banyak Kabupaten di Indonesia,
Kabupaten,
banyak
pihak
mulai
melihat
pentingnya
paling
cost-effective
jika
dibanding
dengan
hasil
yang
diperolehnya.
Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan,
yaitu saat-saat sebagai berikut: sebelum makan, sebelum menyiapkan
makanan, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, setelah
memegang unggas atau hewan.
Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci
tangan pakai sabun, yaitu antara lain :
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan,
b. Mencegah penularan penyakit seperti typus, disentri,flu burung, flu babi,
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
seperlunya,
b. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan
dari
Kemungkinan
dan
Penilaian
Konsekuensi
Signifikan
Hampir Pasti
Kemungkinan
Besar
Moderat
Mungkin
Langka
Keterangan:
E
: Extreme Risk
: Moderate Risk
: High Risk
: Low Risk
BAB III
KERANGKA KONSEP
Bahaya kesehatan
lingkungan:
1. Ketersediaan air bersih
2. Fasilitas jamban yang
tidak layak
3. Tempat sampah rumah
tangga
4. Kontruksi SPAL
Risiko
kesehatan
lingkungan
Pulau LumuLumu
Peluang Keterpaparan
bahaya.
Perilaku:
1. Tidak cuci tangan pakai
sabun
2. Tidak mengolah sampah
3. Buang air besar
sembarangan
4. Tidak mengolahan air
minum
Pemetaan
Risiko
Kesehatan
Lingkunga
n di Pulau
LumuLumu
G. Definisi Operasional
1. Risiko kesehatan lingkungan adalah tingkat kondisi atau keadaan lingkungan
yang berpotensi menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan (bahaya
kesehatan lingkungan) yang disertai oleh keterpaparan terhadap bahaya
tersebut (perilaku tidak sehat).
Kriteria Objektif:
a. Risiko rendah diberikan skor 1 (warna hijau)
b. Risiko sedang diberikan skor 2 (warna biru)
c. Risiko tinggi diberikan skor 3 (warna kuning)
d. Risiko sangat tinggi diberikan skor 4 (warna merah)
2. Bahaya Kesehatan Lingkungan
Bahaya diartikan sebagai kondisi atau keadaan lingkungan yang berpotensi
untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang meliputi penyediaan air bersih
(kualitas dan kuantitas), fasilitas jamban yang tidak layak, ketersediaan tempat
sampah rumah tangga dan kondisi SPAL.
a. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih adalah kondisi ketersediaan air bersih yang meliputi
kualitas fisik (tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa), dan
kuantitas (kelangkaan air bersih).
b. Fasilitas jamban yang tidak layak
Fasilitas jamban adalah tempat yang digunakan oleh responden setiap kali
buang air besar.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi dengan pendekatan
deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi fasilitas sanitasi dan
perilaku yang berisiko pada kesehatan masyarakat di Pulau Lumu-Lumu.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Pulau Lumu-Lumu Kelurahan Barrang Caddi
Kecamatan Ujung Tanah, penelitian dilakukan pada 13 Februari-23 Maret 2014.
Pulau Lumu-Lumu berjarak 27,54 km dari Kota Makassar, Pulau Lumu-Lumu
dapat dijangkau menggunakan perahu dengan waktu tempuh tiga setengah jam.
Luas Pulau Lumu-Lumu 3,75 ha, jumlah penduduk mencapai 984 jiwa dan
terdapat 187 rumah tangga yang terbagi menjadi 4 RT dan 1 RW. Pulau ini
merupakan pulau terpadat penduduknya dengan tingkat kepadatan 262 jiwa setiap
ha dan tersebar merata di seluruh pulau. Sarana pendidikan hanya terdapat 1
sekolah yaitu SD, fasilitas lainnya berupa 1 mesjid, 1 pustu dan 1 posyandu.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di
Pulau Lumu-Lumu.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di Pulau LumuLumu. Sedangkan responden pada penelitian ini yaitu anggota rumah tangga
ditemukan saat melakukan penelitian yang memungkinkan untuk dilakukan
wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara exhaustive sampling yaitu
187 rumah.
D. Istrumen Penelitian
Istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penelitian dan
lembar observasi
E. Metode Pengumpulan Data
1. Data primer
Diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap responden dengan
menggunakan kuesioner dan pengamatan terhadap sampel rumah tangga
dengan menggunakan lembar observasi. Pada pengambilan data, peneliti
dibantu oleh 9 teman untuk melakukan wawancara dan pengamatan. Cara
pengambilan sampelnya yaitu rumah diurutkan berdasarkan nomor rumah
tangga atau menyesuaikan pola permukiman yang ada.
2. Data Sekunder
Diperoleh dari Puskesmas Barrang Lompo, Pustu Lumu-Lumu, informasi
mengenai masyarakta Pulau Lumu-Lumu juga diperoleh dari Kelurahan
Barang Caddi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Lumu-Lumu Kelurahan Barang Caddi
Kecamatan Ujung Tanah. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan
observasi dengan menggunakan instrumen checklist.
Pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 13 Februari-23 Maret
2014. Penelitian ini dilakukan untuk menilai terkait risiko kesehatan lingkungan
di Pulau Lumu-Lumu. Sebanyak 187 rumah diambil sebagai unit sampel primer
dengan cara exhaustive sampling. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel
dan peta disertai dengan narasi atau penjelasan serta penilaian risiko kesehatan
lingkungan Pulau Lumu-Lumu. Bagian akhir bab ini disajikan pembahasan
terhadap temuan dari penelitian ini dan keterbatasan dari penelitian ini.
1.
Tabel 5.1
Jumlah Rumah Tangga Setiap RT
Di Pualu Lumu-Lumu
Nama RT
RT 1
RT 2
RT 3
RT 4
Total
Sumber: Data Primer, 2014
Jumlah
n
%
(187)
40
21,4
51
27,3
57
30,5
39
187
20,9
100
01
%
03
%
1
6
8
15
2
8
2,5
15
20
37,5
5
20
0
1
13
19
12
6
0
2
25,4
37,2
23,5
11,8
0
7
13
15
15
7
0
12,3
22,8
26,3
26,3
12,3
1
4
6
16
11
1
13
27
32,5
67,5
36
15
70,6
29,4
15
42
26,3
7,7
4
32
1
2
1
10
80
2,5
5
2,5
2
48
1
0
0
4
94,1
1,9
0
0
21
35
1
0
0
1
18
9
0
1
1
6
4
2,5
45
22,5
0
2,5
2,5
15
10
0
15
33
0
0
0
2
1
0
29,4
64,7
0
0
0
3,9
1,9
9
6
25
40
22,5
15
62,5
100
6
18
27
51
12
35,2
53
100
Karakteristik Responden
Umur (tahun)
<15
18-25
26-35
36-45
46-55
>55
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tingkat Pendidikan
Tidak Pernah Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Guru mengaji
IRT
Nelayan
Pencari rumput laut
PNS
Tukang
Wiraswasta
Tidak bekerja
Jumlah Penghuni Rumah
<4 Orang
4 Orang
> 4 Oarang
Total
Sumber: Data Primer, 2014
02
%
04
%
Jumlah
n
2,5
10,2
15,3
41
28,2
2,5
2
18
40
65
40
22
1,0
9,6
21,3
34,7
21,3
11,7
29
10
74,3
25,6
93
94
49,7
50,2
37
61,4
1,7
0
0
2
36
1
0
0
5,1
92,3
2,5
0
0
29
151
4
2
1
15,5
80,8
2,1
1,1
0,5
0
32
16
1
0
0
7
1
0
56,1
28,1
1,7
0
0
12,2
1,7
0
6
29
0
2
0
0
2
0
15,3
74,3
0
5,1
0
0
5,1
1
71
87
1
3
1
15
8
0.5
38
46,6
0,5
1,7
0,5
8,0
4,3
9
15
33
57
15,8
26,3
57,9
100
5
10
24
39
12,8
25,6
61,5
100
29
49
109
187
15,5
26,2
58,3
100
Tidak
Balita
Bukan
Balita
43
38
26
25
19
15
13
8
RT 1 (n=40)
RT 2 (n=51)
RT 3 (n=57)
RT 4 (n=39)
Grafik 5.1
Distribusi Balita Setiap RT Di Pulau Lumu-Lumu
Sumber: Data Primer, 2014
Tembok
Kayu/Papan
Seng
RT
01
n
02
03
Jumlah
04
34
1
5
85
2.5
12.5
51
0
0
100
0
0
55
0
2
96,5
0
3,5
36
0
3
92,3
0
7,7
176
1
10
94,2
0,5
5,3
9
31
22,5
77,5
14
37
27,4
72,5
12
45
21
79
8
31
20,5
79,5
43
144
23
77
6
24
10
15
60
25
9
17
25
17,6
33,3
49
8
24
25
14
42,1
43,9
7
26
6
17,9
66,7
15,4
30
91
66
16,0
48,7
35,3
20
12,5
62,5
5
100
7
12
30
2
51
13,7
23,5
58,8
3,9
100
14
8
34
1
57
24,6
14
59,6
1,7
100
4
7
28
0
39
10,2
18
71,8
0
100
33
32
117
5
187
17,7
17,1
62,6
2,6
100
Tabel 5.4
Distribusi Sumber Air Bersih Dan Pengolahan Air Minum Setiap RT
Di Pulau Lumu-Lumu
Sumber Air Bersih Dan
Pengolahan air Minum
Mencuci Dan Mandi
Air sumur gali tidak terlindungi
Air hujan
Minum
Air hujan
Air ledeng
Masak
Air hujan
Air ledeng
Jarak Sumber Air
0m
10 m
11-100 m
Waktu Mengambil Air
0 menit
5 menit
6-30 menit
Cara Mengambil Air
Jalan kaki
Gerobak
Langsung ambil
Jarak SGL Dari Sumber
Pencemar
< 10 m
10 m
Tidak tahu
Pengolahan Air Minum
Dimasak
Air isi ulang
Tidak dimasak
Menggunakan obat penjerni
Perilaku Penyimpanan Air
Minum
Tidak disimpan
Di simpan dalam panci terbuka
Di simpan dalam panci tertutup
Di simpan dalam ceret
Di simpan di termos
Di simpan di galon
Lainnya
Tidak tahu
Total
RT
01
n
40
0
100
0
36
4
02
n
03
Jumlah
04
46
5
90,2
9,8
57
0
100
0
39
0
100
0
182
5
97,3
2,7
90
10
40
11
78,4
21,6
45
12
26,3
7,7
39
0
100
0
160
27
85,6
14,4
38
2
95
5
41
10
80,41
19,6
45
12
26,3
7,7
39
0
100
0
163
24
87,2
12,8
13
23
4
32,5
57,5
10
27
8
16
52,9
15,7
31,4
26
22
9
45,6
38,6
15,8
21
7
11
53,8
17,9
28,2
87
60
40
46,5
32,1
21,4
13
23
4
32,5
57,5
10
27
8
16
52,9
15,7
31,4
26
22
9
45,6
38,6
15,8
32
7
0
82,1
17,9
0
98
60
29
52,4
32,1
15,5
27
0
13
67,5
0
32,5
21
3
27
41,1
5,9
52,9
31
0
26
54,4
0
45,6
8
0
31
69,2
0
33,3
87
3
97
46,5
1,6
51,9
29
10
1
72,5
25
2,5
28
9
14
54,9
17,6
27,4
36
8
13
63,2
14
22,8
38
1
0
97,4
2,6
0
131
28
28
70
15
15
21
0
19
0
52,5
0
47,5
0
41
0
10
0
80,4
0
19,6
0
22
1
33
1
38,6
1,7
57,9
1,7
24
0
15
0
61,5
0
38,5
0
108
1
77
1
57,7
0,5
41,2
0,5
1
0
6
16
0
0
17
0
40
2,5
0
15
40
0
0
42,5
0
100
6
2
15
4
3
14
7
0
51
11,8
3,9
29,4
7,8
5,9
27,4
13,7
0
100
1
0
13
15
2
0
25
1
57
1,7
0
23
26,3
3,5
0
43,8
1,7
100
1
0
4
9
2
11
12
0
39
2,6
0
10,3
23
5,1
28,2
30,8
0
100
9
2
38
44
7
25
61
1
187
4,8
1,1
20,3
23,5
3,7
13,4
32,6
0,5
100
memiliki kebiasaan atau perilaku menyimpan air minum, dari 187 total
responden sebanyak 32,6% yang menyimpan air minum di jergen,
gentong tertutup dan ember tertutup.
Berikut adalah grafik yang akan menggambarkan distribusi
kualitas fisik air pada setiap RT di Pulau Lumu-Lumu:
RT 1
25
20
15
10
5
0
20
RT 2
RT 3
RT 4
18
12
8
0 0 0 0
Berwarna
Berasa
1 1 1 2
0 0
2 2
0 0 1 1
Berbusa
Berlumut
Berjentik
Grafik 5.2
Distribusi Kualitas Fisik Air Setiap RT
Di Pulau Lumu-Lumu
Sumber: Data Primer, 2014
Dari grafik 5.2 dapat dilihat bahwa dari lima penilaian kualitas
fisik air, untuk setiap RT air bersih yang digunakan masih berasa pada RT
3 terdapat 20 responden, RT 4 terdapat 18, RT 2 sebanyak 12 dan RT 1
sebanyak 8 responden. Berbusa RT 1, 2 dan 3 terdapat 1 responden
sedangkan RT 4 terdapat 2 responden, berlumut hanya terdapat pada RT 3
dan 4 masing-masing 2 responden dan berjentik terdapat pada RT 3 dan 4
masing-masing 1 responden.
b. Fasilitas Jamban Keluarga Dan Perilaku Buang Air Besar Sembarang
Karakteristik Rumah
Responden
Kepemilikan Jamban
Ya
Tidak
Tempat Buang Air Besar
Jamban sendiri
Jamban tetangga
Dilaut
Di pekarangan
Jenis Jamban
01
N
02
03
Jumlah
04
18
22
45
55
38
13
74,5
25,5
14
43
24,6
75,4
15
24
38,5
61,5
86
101
46
54
18
0
22
0
45
0
55
0
38
2
11
0
74,5
3,9
21,6
0
14
0
42
1
24,6
0
73,7
1,7
15
4
20
0
38,5
10,2
51,3
0
86
8
92
1
46
4,3
49,2
0,5
18
0
0
22
45
0
0
25
35
2
1
13
68,6
3,9
2
25,5
14
0
0
43
24,6
0
0
75,4
15
0
0
24
38,5
0
0
61,5
82
3
1
101
43,8
1,6
0,5
54
13
5
22
32,5 9
12,5 29
55
13
17,6
56,9
25,5
8
6
43
14
10,5
75,4
9
6
24
23
15,4
61,5
39
47
101
20,9
25,1
54
5
6
2
12,5 1
15
1
5
7
2
2
13,7
2
2
4
3,5
3,5
7
1
6
2
2,6
15,4
5,1
9
15
15
4,8
8
8
27
67,5 42
82,3
49
86
30
76,9
148
79,1
7
5
3
17,5
12,5
7,5
62,5
13,7
1,9
0
84,3
17
2
0
29,8
3,5
0
66,7
11
1
1
28,2
2,6
2,6
66,7
100
26
39
22,4
4,8
2,1
70,6
100
38
57
42
9
4
132
100
187
100
Tangki septik
Laut
Tidak punya kloset
Letak tangki Septik
Di bawah lantai ruang
Di pekarangan belakang
Di
pekarangan
depan/samping
Tidak punya kloset dan
tangki
Kebiasaan BABS Balita
Ya, sangat sering
Ya, kadang-kadang
Tidak
Tidak ada balita
Total
Sumber: Data Primer, 2014
25
40
100
7
1
0
43
51
Tabel 5.6
Distribusi Kepemilikan Tempat Sampah Dan Pengolahannya Setiap RT
Di Pulau Lumu-Lumu
Tempat Sampah Dan
Pengolahan
Kepemilikan Tempat
Sampah
Ya
Tidak
Pemilahan Sampah
Ya
Tidak
Tempat Pembuangan
Akhir Sampah
Dibiarkan saja
Ke laut
RT
01
02
03
Jumlah
04
16
24
40
60
18
33
35,3
64,7
36
21
63,2
19
20
48,7
51,3
89
98
47,6
36,8
0
40
0
100
15
36
29,4
70,6
2
55
3,5
96,5
0
39
0
100
17
170
9,1
90,9
0
40
0
0
100
0
0
50
1
0
98
0
57
0
0
100
0
1
38
0
2,6
97,4
0
1
185
1
0,5
98,9
0,5
97,5
2,5
0
100
45
6
0
51
88,2
11,8
0
100
56
0
1
57
98,2
0
1,7
100
36
2
1
39
92,3
5,1
2,6
100
176
9
2
187
94,1
4,8
1,1
100
52,4
Dibakar
Intensitas Membuang
Sampah
Setiap hari
39
Beberapa kali seinggu 1
Seminggu sekali
0
Total
40
Sumber: Data Primer, 2014
01
02
03
Jumlah
04
4
22
14
10
55
35
10
39
2
19,6
76,5
3,9
9
39
9
15,8
68,4
15,8
2
25
12
5,1
64,1
30,8
25
125
37
13,4
66,8
19,8
100
51
100
57
100
39
100
187
100
Total
40
Sumber: Data Primer, 2014
Tabel 5.8
Distribusi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Setiap RT
Di Pulau Lumu-Lumu
RT
CTPS
01
n
Perilaku CTPS
Ya
Tidak
29
11
02
03
72,5
27,5
37
14
72,5
27,5
41
16
Jumlah
04
%
71,9
27
12
69,2
30,8
134
53
71,7
28,1
Waktu CTPS
Tidak CTPS 5 waktu
CTPS 5 waktu
34
6
85
15
46
5
90,2
9,8
51
7
89,5
12,3
28,3
26
13
66,7
157
31
84
16
187
100
33,3
Total
40
Sumber: Data Primer, 2014
100
40
100
57
100
39
100
Tabel 5.8 diatas menunjukan bahwa dari 187 total responden yang
melakukan CTPS yaitu sebanyak 134 atau 71,7% dan yang melakukan
CTPS 5 waktu penting seperti setelah BAB, setelah menceboki bayi,
sebelum makan, sebelum menyuapi anak dan sebelum menyiapi makanan
yaitu 31 atau 16%.
3. Risiko Kesehatan Lingkungan Di Pulau Lumu-Lumu
Risiko kesehatan lingkungan adalah tingkat kondisi atau keadaan
lingkungan yang berpotensi menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan
yang disertai oleh keterpaparan terhadap bahaya tersebut (perilaku tidak
sehat). Untuk sampai pada kategori risiko kesehatan lingkungan terlebih
dahulu dilakukan beberapa perhitungan seperti di bawah ini.
a. Indeks Risiko Kesehatan Lingkungan
Jawab
an
1
n
(40)
Ya
2
%
n
(51)
40
100
Ya
40
Sulit
3
%
n
(57)
46
90,2
100
51
10
Ya
29
4
%
n
(39)
57
100
39
100
100
57
100
39
100
16
31,4
15,8
11
28,2
72,5
28
54,9
36
63,2
38
97,4
Sumber Air
1.
2.
3.
4.
1.
Ya
22
55
13
25,5
43
75,4
24
61,5
1.
Ya
40
100
51
100
57
100
39
100
Ya
22
55
39
76,5
39
68,4
25
64,1
Ya
24
60
33
64,7
21
36,8
20
51,3
2.
1.
Ya
34
85
46
90,2
51
89,5
26
66,7
2.
Perilaku BABS
Ya
22
55
11
21,6
43
75,4
20
51,3
3.
Pengolahan Sampah
Tidak
40
100
36
70,6
55
96,5
39
100
4.
Pengelolaan Sampah
Tidak
40
100
50
98
57
100
38
97,4
Ya
19
47,5
10
19,6
33
57,9
15
38,5
5.
Tidak Mengolah/Tidak
Memasak Air Minum
Sumber : Data Primer, 2014
Bobot (%)
82
80
80
88
Sumber Air
1. Penggunaan Sumber Air Tidak
Terlindungi
2. Kelangkaan Air Bersih
15%
15
14
15
15
50%
50
50
50
50
3.
15%
20%
15
11
13
19
69
66
81
74
33%
33%
18
25
20
33
33
33
33
33%
18
25
23
21
60
65
37
51
60
65
37
51
70
51
79
62
4.
2.
3.
100%
25%
21
23
22
17
2.
Perilaku BABS
30%
17
23
15
3.
Pengolahan sampah
10%
10
10
10
4.
Pengelolaan sampah
10%
10
10
10
10
25%
12
14
10
5.
Tidak mengolah/tidak
memasak air minum
Sumber : Data Primer, 2014
indeks
risiko
kesehatan
lingkungan
adalah
RT
1
Sumber Air
82
80
80
88
69
66
81
74
60
65
37
51
70
51
79
62
281
262
277
275
Total
Sumber : Data Primer, 2014
281
262
Interval
Keterangan
Batas Bawah
Batas Atas
1.
Kurang Berisiko
262
266
2.
Berisiko Sedang
267
271
3.
Risiko Tinggi
272
276
277
281
Tabel 5.13
Skoring Risiko Kesehatan Lingkungan
Di Pulau Lumu-Lumu
RT
Nilai IRKL
Kategori Risiko
281
262
277
275
4
Sumber : Data Primer, 2014
B. Pembahasan
Luas Pulau Lumu-Lumu adalah 3,75 ha dengan jumlah penduduk yang
cukup padat yaitu mencapai 984 jiwa. Pulau Lumu-Lumu merupakan pulau
terluar ke dua di kepulauan spermonde Kota Makassar, dengan luas Pulau sebesar
3,75 ha maka Pulau Lumu-Lumu termasuk pulau kecil. Letak pulaunya yang
sangat jauh yaitu sekitar tiga setengah jam dengan menggunakan kapal untuk tiba
di pulau ini. Berdasarkan fakta tersebut maka Pulau Lumu-Lumu rentan terhadap
risiko kesehatan lingkungan, susahnya sumber air tawar juga merupakan salah
satu masalah penting di pulau ini, masyarakat yang belum berperilaku sehat dapat
menambah peluang terjadinya bahaya risiko kesehatan lingkungan.
Pulau Lumu-Lumu merupakan bagian dari Kelurahan Barang Caddi.
Pulau Lumu-Lumu merupakan RW 04 yang terdiri dari 4 RT. Jumlah responden
dalam penelitian ini adalah 187 responden atau rumah tangga. Pada setiap RT
memiliki jumlah penduduk yang berbeda-beda, RT 1 terdiri dari 40 rumah tangga,
RT 2 terdiri dari 51 rumah tangga, RT 3 terdiri dari 57 rumah tangga dan RT 4
terdiri dari 39 rumah tangga.
Berdasarkan kelompok umur terbanyak adalah mereka yang usianya
antara 36-45 tahun yag mencakup sekitar 34,7%. Umur responden merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi jawaban yang ditanyakan menyangkut
kondisi rumah. Dominan responden berada pada tingkat pendidikan tamatan SD
yaitu 80,8%, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku higinitas atau
Penyakit yang timbul akibat air tercemar antara lain kolera, hepatitis,
polymearitis, typoid, disentrin trachoma dan penyakit kecacingan. Menurut
data Kementerian Kesehatan (2011), dari 5.798 kasus diare, 94 orang
meninggal.
Setelah mengkompilasi data, pada penelitian ini menemukan
mayoritas rumah tangga memanfaatkan air sumur gali tidak terlindungi untuk
kebutuhan mandi dan mencuci yaitu 97,3%. Pada saat data ini diambil
bertepatan dengan musim hujan sehingga masyarakat menampung air hujan
sebagai air minum yaitu sebanyak 85,6%. Sudirman (2010) dalam jurnalnya
menyatakan bahwa air hujan atau air atmosfir merupakan air yang bersih
namun karena adanya pencemaran udara yang disebabkan oleh debu dan lain
sebagainya, sehingga jika ingin dikonsumsi sebaiknya menampung air hujan
jangan dimulai saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung
kotoran. Akan menambah risiko kesehatan masyarakat jika air hujan yang
ditampung melalaui atap rumah atau seng yang berkarat.
Hasil
penelitian
menunjukan
ada
14,4%
masyarakat
yang
menggunakan air ledeng untuk kebutuhan air minum, air ledeng tersebut
dipasok dari Kota Makassar dengan harga Rp 5.000/jergen 20 liter. Dari dua
sumber air utama yang digunakan oleh masyarakat Pulau Lumu-Lumu yaitu
sumur air gali tidak terlindungi dan air hujan maka dapat dikategorikan bahwa
sumber air yang digunakan relatif tidak aman dan dapat memberi peluang
risiko kesehatan yang tinggi. Hal itu karena sumur gali yang terdapat di Pulau
Lumu-Lumu masuk dalam kategori sumur dangkal yang tidak terlindungi dan
sangat mudah untuk tercemar.
Aspek lain yang sangat penting terkait sumber air adalah kelangkaan
air. Kelangkaan air adalah tidak tersedianya atau tidak bisa digunakannya
sumber air minum dan air bersih utama paling tidak satu hari satu malam
(ISSDP, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh 100% penduduk Pulau
Lumu-Lumu mengalami kesulitan air minum pada saat musim kemarau
karena sumber air minum utama yang digunakan oleh masyarakat Pulau
Lumu-Lumu adalah air hujan. Jika musim kemarau tiba masyarakat
menggunakan air ledeng yang dipasok dari Kota Makassar untuk kebutuhan
air minum karena air sumur gali yang ada sangat payau dan tidak dapat
dikonsumsi.
Air ledeng yang dipasok dari Kota Makassar dapat dikategorikan
sebagai sumber air yang aman untuk digunakan, namun jika ditinjau dari segi
keterbatasan kuantitas, para pakar higinitas global melihat bahwa suplai air
yang memadai sebagai salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena
penyakit yang berhubungan dengan penyakit diare. Sejumlah studi
memperlihatkan bahwa mereka yang memiliki suplai yang memadai akan
cenderung lebih mudah melakukan kegiatan higinitas (ISSDP, 2008). Jadi jika
pemasokan/suplai air ledeng dari Kota Makassar tidak memadai maka
masyarakat Pulau Lumu-Lumu sulit untuk melakukan kegiatan higinitas dan
kebutuhan air berkurang karena harus melakukan penghematan air.
Gambar 5.2
Konstruksi sumur gali tidak terlindungi
Hal tersebut sangat memberi peluang untuk terjadi pencemaran air
sumur gali, selain itu masih banyak rumah tangga yang belum memiliki
jamban pribadi, sehingga kebiasaan buang air besar sembarang dalam hal ini
buang air besar di laut masih menjadi gaya hidup masyarakat di Pulau LumuLumu. Menjadi krusial untuk mengamati kondisi sumber air warga yang
menggunakan sumur air dangkal atau sumur air gali tidak terlindungi
mengingat bahwa Pulau Lumu-Lumu adalah pulau atol atau batu kapur
dengan tekstur tanah yang memiliki porositas tinggi.
Berdasarkan data yang peroleh, sebanyak 57,7% rumah tangga yang
memasak air sebelum dikonsumsi dan yang tidak dimasak sebanyak 41,2%
rumah tangga. Kebiasaan memasak air sebelum mengkonsumsinya sangat
baik karena dapat mengurangi atau membunuh bakteri patogen yang dapat
menjadi sumber penyakit misalnya penyakit diare. Kebiasaan menyimpan air
minum pada wadah yang terbuka merupakan salah satu faktor peluang
terjadinya risiko kesehatan. Dari data diperoleh 1,1% responden yang
pekarangan belakang dan depan/ samping rumah yaitu 8%, sedangkan yang
letak tangki septiknya berada dibawah lantai rumah sebanyak 4,8%. Penelitian
yang dilakukan Siruddin (2006) pada masyarakat di Desa Batu Putih
Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros, bahwa dari 53 reponden yang terkena
diare, sebanyak 37 (69.82%) memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa peluang terjadinya
pencemaran semakin besar jika letak tangki septik berada di bawah rumah.
Karena akan semakin dekat dengan sumber air. Masyarakat Pulau LumuLumu masih memiliki perilaku hidup buang air besar sembarangan mulai
anak-anak sampai orang dewasa, tidak memandang jenis kelamin, semuanya
masih buang air besar di laut. Adapun data yang diperoleh 22,4% balita yang
masih sangat sering BABS dan 4,8% yang kadang-kadang BABS. Sedangkan
untuk orang dewasa menurut data yang diperoleh terdapat 49,2% yang buang
air besar di laut. Soeparman dan Suparmin (2002) menyatakan bahwa tinja
yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan
berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja
(faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran
manusia yang terbuka, lalat hinggap di kotoran manusia kemudian hinggap
pada makanan manusia.
3. Tempat Sampah Rumah Tangga Dan Pengolahan Sampah
Masing-masing
poin
akan
diberi
bobot
berdasarkan
tingkat
bobot
pada
setiap
kategori
dilakukan
berdasarkan
meter) akan berakibat fatal bagi yang menggunakan air karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh patogen atau fecal coli.
Bobot yang diberi untuk variabel air limbah domestik sama pada setiap
kategori penilaiannya. Terdapat 3 kategori yaitu tidak memiliki jamban, tidak
memiliki SPAL, limbah rumah tangga di alirkan ke halaman dari 3 kategori
tersebut masing-masing diberi 33% hal ini dengan pertimbangan bahwa ke 3
kategori ini memiliki peluang yang sama untuk meningkatkan risiko kesehatan
lingkungan di Pulau Lumu-Lumu.
Variabel tempat sampah rumah tangga hanya memiliki 1 kategori
penilaian dan diberi bobot 100%. Penilaian dasar untuk sanitasi atau kebersihan
lingkungan rumah yaitu kepemilikan tempat sampah sebagai sarana atau wadah
untuk menampung sampah rumah tangga. Jika suatu rumah tidak memiliki tempat
sampah maka dapat meningkatkan risiko kesehatan karena tidak ada tempat untuk
menampung sampah.
Peluang adalah besarnya peluang terjadinya bahaya kesehatan lingkungan
yang dapat dilihat dari perilaku yang tidak sehat seperti tidak CTPS, BABS,
Pengolahan dan pengelolaan sampah dan tidak mengelola air minum. Dari
masing-masing kategori memiliki bobot yang berbeda. Perilaku BABS memiliki
bobot paling tinggi yaitu 30%, karena perilaku BABS dapat mencemari banyak
hal, mulai dari tanah, sumber air, ekosistem, biota laut dan merusak keindahan
serta menimbulkan bau busuk di lingkungan. Sedangkan perilaku tidak CTPS
lima waktu penting dan tidak memasak air minum diberi bobot 25%, dengan
perilaku seperti itu dapat meningkatkan risiko kesehatan lingkungan, seperti dapat
meningkatkan kejadian diare. Pengolahan sampah yang dimaksud dalam variabel
ini adalah perilaku masyarakat dalam memilah sampah, sedangkan pengelolaan
sampah dimaksud adalah cara masyarakat mengelolah sampah setelah di
pisahkan. Pada 2 kategori ini diberi bobot yang sama yaitu 10%.
Hasil kumulasi pada setiap RT maka di peroleh RT 1 memperoleh nilai
281, RT 2 memperoleh nilai 262, RT 3 memperoleh nilai 277 dan RT 4
memperoleh nilai 275. Dari nilai tersebut maka didapati 4 kategori area berisiko
yaitu kategori kurang berisiko masuk pada rentan nilai antara 262-266, kategori
berisiko sedang rentan nilai antara 267-271, kategori risiko tinggi ada pada nilai
272-276 dan yang terakhir risiko sangat tinggi berada antara nilai 277-281.
Jika ditinjau secara keseluruhan maka gambaran risiko yang ada di Pulau
Lumu-Lumu adalah risiko sangat tinggi, hal itu jelas terlihat pada data yang ada
bahwa sanitasi dan perilaku masih rendah, namun penelitian ini akan
menggamarkan risiko kesehatan lingkungan berdasarkan RT. Terdapat 4 kategori
yang ada, berdasarkan kumulasi maka RT 1 dan 3 merupan RT yang masuk pada
kategori risiko sangat tinggi, RT 4 masuk pada kategori risiko tinggi dan RT 2
masuk pada kategori kurang berisiko. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa RT
1 dengan jumlah responden 40 yang merupakan jumlah responden terbanyak ke 3
namun masuk pada kategori risiko sangat tinggi, sedangkan RT 2 dengan jumlah
responden 51 yang merupakan jumlah responden terbanyak ke 2 namun berada
pada kategori risiko kurang berisiko. Jadi banyak penduduk dalam satu wilayah
tidak menjamin akan risiko yang tinggi atau kurang berisiko, melainkan
bergantung pada perilaku masyarakat. Jika perilaku masyarakat baik maka dapat
mengurangi bahaya kesehatan lingkungan.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah belum adanya standar
pembobotan untuk setiap jenis bahaya dan peluang terjadinya bahaya khususnya
pulau-pulau kecil.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahaya kesehatan lingkungan yang teridentifikasi di Pulau Lumu-Lumu yaitu:
a. Sumber air rumah tangga.
b. air limbah domestik.
c. tempat sampah rumah tangga.
2. Peluang terjadinya bahaya kesehatan lingkungan yang teridentifikasi adalah
perilaku rumah tangga yaitu:
a. perilaku tidak cuci tangan pakai sabun (CTPS).
b. perilaku buang air besar sembarangan (BABS).
c. pengolahan dan pengelolaan sampah.
d. perilaku pengolahan air minum.
3. Risiko kesehatan lingkungan dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. kategori kurang berisiko yaitu terdapat pada RT 2 dengan indeks risiko
262-266;
b. kategori risiko sedang dengan indeks risiko 267-271 tidak ada RT yang
masuk pada kategori ini;
c. kategori risiko tinggi terdapat di RT 4 dengan indeks risiko 272-276;
d. kategori risiko sangat tinggi terdapat pada RT 1 dan 3 dengan indeks
risikonya 277-281.
B. Saran
1. Melalui skripsi ini menyarankan kepada pihak pemerintah yaitu Kecamatan
Ujung Tanah dan Kelurahan Barang Caddi agar memperhatikan masyarakat
yang berada di pulau-pulau kecil dan terpincil seperti Pulau Lumu-Lumu
misalnya memberi bantuan fasilitas umum seperti membangun WC umum,
tempat sampah umum yang sederhana serta fasilitas kesehatan seperti pustu
dan posyandu lebih diaktifkan.
2. Melalui skripsi ini menyarankan kepada masyarakat Pulau Lumu-Lumu,
pengendalian risiko kesehatan lingkungan dengan cara mengubah peluang
terjadinya bahaya kesehatan lingkungan seperti berperilaku CTPS, perilaku
mengolah dan mengelolah sampah, perilaku mengolah air minum dan perilaku
tidak BABS.
DAFTAR PUSTAKA
Mimura et.all. 2007. Small Island, Climate Change 2007: impacts, Adaptation and
vulnerability. Contribution of Working Group IInto the Fourth Assessment
Report of the intergovermental Panel on Climate Change, Parry, M.L.,
Canziani, O.F., Palutik, J.P., va der Linden, P.J. and Hanson, C.E., Eds.
Cambridge, UK: CambridgeUniversity Press. Ch.16.
Navarro, R. G. 2011. Improving sanitation in coastal communities with special
reference to Puerto Princesa, Palawan Province, Philippines. Student
Research. School of Architecture. [Online] Montreal: McGill University.
Available at: http://www.mcgill.ca/mchg/student/sanitation/. (Diakses 2
Februari 2014).
National Ocpanic and Atmospheric Administration (NOAA). 2008. Risk and
Vulnarebility Assessment Tool. U.S Coastal Service Cente, National
Oceonicand Atmospheric Administration. [Online]. Available at:
http://www.csc.noaa.gov/rvat/hazardEdd.html. [Diakses 8 Februari 2014].
Nurhaedah. 2006. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dan Hygiene Perorangan
Dengan Kejadian Kecacingan Pada Murid SD Al-Akhyar Di Pesantren
Pondok Madinah Sudiang Makassar. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Notoatmodjo, S. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineke Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/IX/1991. Standar Kualitas Air
Bersih.
Rahma, S. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan
Pada Anak SD Di SD Bustanul Islamiyah. Tesis. Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Robson, M. & Ellerbusch, F. 2007. Introduction to Risk Assessment in Public Health.
In Robson, M.G., & Toscano, W.A., eds. Risk Assessment for
Environmental Health. USA: John Wiley & Sons, Inc. Ch.1.
Royal Society. 1992. Risk: Analysis, Perception and Management. London: Report of
a Royal Society Study Group. The Royal Society.
Siregar, CN. 2012. Analisis Potensi Daerah Pulau-Pulau Terpencil Dalam Rangka
Meningkatkan Ketahanan, Keamanan Nasional, Dan Keutuhan Wilayah
NKRI
Di
nunukan
Kalimantan
Timur.
[Online].
http://journal.fsrd.itb.ac.id/jurnal-desain/pdf_dir/issue_3_7_13_3.pdf.
(Diakses 4 Februari 2014).
Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta.
Sudirman. 2010. Kualitas Air Bersih, Air Minum dan Kualitas Fisik Air Rumah
tangga di Kecamatan Bilang Mangat Kota Lhokseumawe. [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana
Universitas
Sumatera
Utara.
[Online].
http://wiretes.wordpress.co/2010/01/14/kualitas.air.pdf. (Diakses 2 Mei
2014)
Suhana. 2008. An understanding of archipelagos and the availability of food.
[internet].
20
Februari.
Available
at:
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/20/opi01.html. (Diakses 2
Februari 2014).
Siruddin. 2006. Studi tentang sanitasi lingkungan dengan kejadian diare dan ISPA
anak balita pada masyarakat di Desa Batu Putih Kecamatan Mallawa
Kabupaten Maros. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Hasanuddin.
The European Chemical Industry Council. 2007. Risk and Hazard -how they differ.
Document on the World Wide Web [Online]. avalaible at:
http://www.cefic.be/Files/Publications/Risk%20&%20Hazard2.pdf.
(Diakses 6 Februari 2014).
Umiati. 2009. Hubungan Antara Sanitasi Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian
Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
[Online].
publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/.../5.%20UMIATI.pdf.
(Diakses 4 April 2014)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27. 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: UUD RI.
UNEP. 1998. Problems in the Small Islands Environment. UN System-Wide
Earthwatch. Document on the World Wide Web. [Online]. Available at:
http://www.gdrc.org/oceans/sin-problems.html. (Diakses 3 Februari
2014).
UNEP. 2004. Small island states awash in a sea of trash. UNEP News Release.
Document on the World Wide Web. [Online]. Available at:
http://www.ens-newswire.com/ens/mar2004/2004-03-30-05.asp. (Diakses
1 Februari 2014).
UNEP. 2005. Water shortages and global warming risks for indian ocean islands.
UNEP News Release. Document on the World Wide Web. [Online].
Available
at:
http://www.unep.org/Documents.Multilingual/Default.asp?DocumentID=
421&ArticleID=4697&l=en. (Diakses 1 Februari 2014).
UNESCO. 2008. Hydrology and water resources of small islands: a practical guide.
Study and Report on Hydrology No. 49.
World Health Organization (WHO). 2004. El Nio and Health. Doc.No.
WHO/SDE/PHE/99.4. Geneva.
World Health Organization (WHO). 2008. Health impacts of the global food security
crisis. Official Web Site of WHO [Online]. Available at:
http://www.who.int/food_crisis/en/. (Diakses 3 Februari 2014).
World
Health
Organization
(WHO).
2013.
Sanitation.
[Online].
http://www.who.int/topics/sanitation/en/. (Diakses 5 Februari 2014).
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN
PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN DI PULAU LUMU-LUMU
No Kuesioner
Responden
Nama Pewawancara
Tanggal Wawancara
Musim saat pengambilan data
No. Telpon Responden
: ________________
: 1) Laki-laki
2) Perempuan
: ________________
: ____ Maret 2014
: 1) Hujan 2) Kemarau
:__________________________
INFORMASI LOKASI
1. KOTA/KABUPATEN: MAKASSAR 2. KECAMATAN: UJUNG TANAH 3.
KELURAHAN/DESA: BARANG CADI
4. RW/RT: _____/_____ 5. NOMOR RUMAH: __________ 6. TITIK KORDINAT:_________
7. NAMA KEPALA KELUARGA: _________________________________
INFORMED CONSENT HARUS DIBACAKAN
Selamatpagi/siang/sore. Saya SEBUT NAMA bekerja di NAMA KAMPUS, saat ini sedang melakukan
survei rumah tangga. Kami ingin menanyakan dan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan. Nantinya, informasi yang kami dapatkan akan dijadikan bahan untuk penilaian
risiko kesehatan lingkungan di pulau ini. Informasi dari Ibu / Bapak akan dijaga kerahasiannya dan
hanya akan digunakan untuk keperluan studi. Lama wawancara sekitar 15 menit. Wawancara ini
bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan kami tidak membawa bantuan apapun. Apakah Ibu/ Bapak
bersedia diwawancara?
LANJUTKAN HANYA BILA JAWABANNYA YA
LEMBAR PERTANYAAN UMUM
a.
b.
c.
Lingkari pilihan jawaban dan tuliskan pilihannya pada kotak yang tersedia
Khusus untuk pertanyaan dengan pilihan ganda/jawaban lebih dari satu (A, B, C, D, dst), berikan
kode jawaban 0 = Tidak dan 1 = Ya, dan lingkari pilihan jawabannya
Semuajawaban dari responden harusdicatat oleh Enumerator !
A.
INFORMASI RESPONDEN
A1
A2
A3
KODE
A4
A5
A6
A7
A8
Jenis dinding
A9
Jenis lantai
Orang
1. kurang dari 2 tahun : _______
orang
2. 2-5 tahun
: _______
orang
3. 6-12 tahun
: _______
orang
4. lebih dari 12 tahun : _______
orang
1. milik sendiri
2. rumah dinas
3. berbagi dengan keluarga lain
4. sewa
5. kontrak
6. milik orang tua/anak/saudara
7. lainnya,
sebutkan__________________
1.rumah bukan panggung
2.ruamh panggung
1.tembok
2.kayu/papan/tripleks
3.bambu
4.seng
5.Lainnya____________________
1.keramik
2.semen
3.papan /bambu
4.tanah
B2
KODE
B3
B4
B5
1.
2.
3.
4.
5.
8.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
a.
b.
c.
d.
e.
Minum
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
Masak
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
Cuci piring
0 dan gelas
1
0
1
0 gelas1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
Tidak pernah
Beberapa jam saja
Satu sampai beberapa hari
Seminggu
Lebih dari satu minggu
Tidak tahu
Ya (________________________)
Tidak
Cuci
pakaian
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
Gosok gigi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
Keruh
Berwarna
Berasa
Berbusa
Berbau
B6
1. Sama saja
2. Lebih Buruk
3. Lebih baik
B7
B8
1.
2.
3.
4.
5.
8.
a.
b.
c.
d.
e.
B9
1. Sama saja
2. Lebih Buruk
3. Lebih baik
B10
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
Direbus
Ditambahkan kaporit
Menggunakan filter keramik
Air isi ulang
Lainnya, sebutkan ____________________
Tidak tahu
Keruh
Berwarna
Berasa
Berbusa
Berbau
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
Tidak disimpan
Ya, dalam panci terbuka
Ya, dalam panci tertutup
Ya, dalam teko/ketel/ceret
Ya, dalam botol/termos
Ya, dalam galon
Lainya, sebutkan ___________________
Tidak tahu
C1
C2
1.setiap hari
2.beberapa kali dalam seminggu
3.sekali dalam seminggu
4.beberapa kali dalam sebulan
5.lainnya (sebutkan)_________________________
KODE
8.tidak tahu
C3
C4
1. Ya
D.
2. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
D1
1. Ya
2. Tidak
D2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Jamban pribadi
MCK/WC Umum
Ke laut
Ke kebun/pekarangan rumah
Ke selokan/parit/got
Ke lubang galian
Lainnya, sebutkan ____________________
D3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
KODE
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
0. Tidak
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
1. Ya
D4
D5
D6
BILA MEMILIKI
TANGKI SEPTIK.
Dimana letak tangki septik
untuk tinja itu?
D7
D8
D9
E.
E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
SPAL
KODE
1. Ya
2. Tidak
Dapur
Kamar
Mandi
Tempat
cuci
pakaian
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
A. Ke laut
0
1
0
1
B. Ke jalan, halaman, kebun
0
1
0
1
C. Saluran terbuja
0
1
0
1
D. Saluran tertutup
0
1
0
1
E. Lubang galian
0
1
0
1
F. Pipa saluran pembuangan
0
1
0
1
G. Pipa IPAL Sanimas
0
1
0
1
H. Tidak tahu
0
1
0
1
Apakah rumah yang ditempati saat ini 1. Tidak pernah
atau lingkungan dan jalan di sekitar 2. Sekali dalam setahun
rumah pernah terkena banjir/air pasang?
3. Beberapa kali dalam setahun
4. Sekali atau beberapa kali dalam sebulan
8. Tidak tahu
Apakah banjir /air
pasang biasa terjadi
secar a rutin?
Pada saat banjir/air pasang terakhir,
apakah air memasuki rumah?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
Wastafel
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
F.
F1
1. Ya
2. Tidak
3. sesekali
F2
1. Ya
2. Tidak
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Selesai sudah wawancaranya. Terimakasih atas partisipasinya. Mohon izin untuk melihat atau
melakukan survey jamban dan lingkungan disekitar.
KODE
No.
1.
: ________________
: 1) Laki-laki
2) Perempuan
: ________________
: ________________
: 1) Hujan 2) Kemarau
Ya
Tidak
HASIL ANALISIS
/ RT :
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
40
21.4
21.4
21.4
51
27.3
27.3
48.7
57
30.5
30.5
79.1
39
20.9
20.9
100.0
187
100.0
100.0
Total
kategori umur
<15
/ RT :
18-25
26-35
36-45
46-55
>55
Total
15
40
13
19
12
51
13
15
15
57
16
11
39
18
40
65
40
22
187
Total
32
40
48
51
21
35
57
36
39
29
151
187
Jumlah orang
<4
Total
Total
Total
/ RT :
>4
Total
25
40
27
18
51
33
15
57
24
10
39
29
109
49
187
Perempuan
Total
13
27
40
36
15
51
15
42
57
29
10
39
93
94
187
Total
PENCARI
mengaji
/ RT :
IRT
tidak
PNS
Wiraswa
bekerja
Total
18
40
15
33
51
32
16
57
29
39
71
87
15
187
Total
sta
Total
/ RT :
Tukang
Total
34
40
51
51
55
57
36
39
176
10
187
SUMBER AIR
B1d Cuci pakaian
Total
40
40
46
51
57
57
39
39
182
187
Total
8
40
40
RT 2
46
51
57
57
39
39
182
187
Total
B1b Masak
:
:
8
Total
36
40
40
11
51
45
12
57
39
39
160
27
187
Total
Total
B1a Minum
/ RT :
/ RT :
Tota
9
38
40
41
10
51
45
12
57
39
39
163
24
187
Total
Total
/ RT : 1
40
40
51
51
57
57
39
39
187
187
Total
B8a Jarak :
1
/ RT :
Total
Total
13
23
40
27
16
51
26
22
57
32
39
98
60
29
187
B8b Waktu :
1
/ RT :
Total
13
23
40
27
16
51
26
22
57
32
39
98
60
29
187
Total
Total
29
10
40
28
14
51
36
13
57
38
39
131
28
28
187
Total
Total
30
40
42
51
43
57
37
39
25
152
10
187
Total
Total
21
19
40
41
10
51
22
34
57
4
Total
24
15
39
108
78
187
JAMBAN
D1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air
besar (BAB)? :
1
/ RT :
Total
18
20
40
38
11
51
14
42
57
15
20
39
85
93
187
Total
Total
18
22
40
35
13
51
14
43
57
15
24
39
82
102
187
Total
Total
Total
13
15
15
39
D9 Apakah anak umur 0-5 tahun di rumah ini masih terbiasa BAB di
lantai, kebun,
1
/ RT :
Total
25
40
43
51
17
38
57
11
26
39
42
132
187
Total
SPAL
E1 Apakah ibu/bapak memiliki SPAL? :
Tidak
/ RT :
Total
40
40
51
51
57
57
39
39
187
187
Total
Total
22
14
40
40
51
39
57
25
12
39
24
126
37
187
Total
TEMPAT SAMPAH
C1 Apakah ibu/bapak memiliki tempat sampah?
Tidak
/ RT :
Ya
Total
24
16
40
28
23
51
38
19
57
32
39
Ya
Total
24
16
40
28
23
51
38
19
57
32
39
122
65
187
Total
Ya
Total
/ RT : 1
40
40
36
15
51
55
57
39
39
170
17
187
Total
Total
10
15
12
17
Total
Total
/ RT 2
13
15
15
17
Total
Total
40
40
50
51
57
57
38
39
185
187
Total
Total
34
40
48
51
50
57
22
13
39
154
28
187
Total
CPTS
H2a Apakah saat cuci tangamenggunakan sabun?
Ya
/ RT :
Tidak
Total
26
14
40
35
16
51
35
22
57
22
17
39
118
69
187
Total
Tidak
Total
21
26
35
35
11
24
35
18
23
Tidak
21
26
35
35
11
24
35
18
23
21
98
119
Total
Tidak
Total
13
13
26
22
13
35
30
35
18
22
83
35
118
Total
:
Tidak
26
26
31
35
27
35
22
22
106
12
118
Total
Total
Total
/ RT :
Total
:
Tidak
Total
25
26
23
12
35
34
35
21
22
103
15
118
Tidak
Total
20
26
34
35
32
35
10
12
22
20
98
118
Total
Total
Tidak
Total
18
26
28
35
29
35
11
11
22
32
86
118
Nama
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Kebangsaan
Suku
Agama
Alamat di Makassar
Alamat Asal
Email
Riwayat Pendidikan
: Muliany Jaya
: Perempuan
: Dili, 28 Mei 1992
: Indonesia
: Toraja
: Katolik
: Ramsis Unhas III Blok E.109
: Lembang Maroson, Kecamatan Rembon Tana Toraja
: eldamuli@gmail.com
: