Definisi
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. Miopia berasal dari
bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia
merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
“nearsightedness.1,5
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam
mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi
sebuah garis. Astigmat merupakan kelainan pembiasan mata yang
menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang
berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan
ke retina di dua garis titik api yang saling tegak lurus.2,6
Astigmat Myopicus Compositus yaitu dimana sinar-sinar sejajar
yang masuk ke bola mata dibiaskan oleh media refrakta dalam sumbu
orbital akan terbentuk fokus bayangan dua titik di depan retina semua.
Astigmatisme jenis ini, titik fokus dari daya bias terkuat berada di depan
retina, sedangkan titik fokus dari daya bias terlemah berada di antara titik A
dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X
Cyl -Y.3,7
A. Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta
sampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati
urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan
2
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
3
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
4
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
5
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit
cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat
mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih
tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru berfungsi saat ada cukup
cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang menyalakan lampu
yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan kita detil-
detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima sel-sel rod
dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta
sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian mengartikan informasi
tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf optik. 8
Penglihatan binokular adalah kesinkronan penglihatan dengan kedua
mata. Penglihatan binokular ini lebih bersifat stereoskopis dan 3-dimensi.
Banyak faktor juga turut mempengaruhi bagaimana seorang manusia
mempersepsikan apa yang dilihatnya. Misalnya ukuran benda, cahaya di
sekitarnya, intervensi cahaya lain, panjang dan ukuran bayangan, aspek
perspektif, sudut pandang, akomodasi mata, dan usaha konvergensi
penglihatan (agar benda yang dilihat tampak jelas).
Faal penglihatan yang optimal dicapai seseorang apabila benda yang
dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam-tajamnya oleh kedua fovea,
kemudian secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal
seperti tersebut di atas, yang terjadi pada semua arah penglihatan disebut
sebagai penglihatan binokular yang normal.2
Faal penglihatan yang normal dapat membedakan bentuk, warna dan
intensitas cahaya. Visus yang normal dapat terjadi apabila disertai fiksasi
dan proyeksi yang normal pula. Seorang bayi yang baru lahir, hanya dapat
membedakan gelap dan terang, belum ada daya fiksasi. Perkembangan
fovea sentralis terbaik terdapat pada umur 3-6 bulan setelah lahir. Bila
setelah berumur 6 bulan bayi masih terdapat kelainan deviasi, harus segera
diberi tindakan dengan maksud untuk mendapat pembentukan visus yang
6
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
C. Penyebab
1. Miopia
Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis myopia, yaitu:
• Myopia aksial, adalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita
yang lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam
hal ini, panjang fokus media refrakta adalah normal (± 22,6 mm)
sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
Myopia aksial disebabkan oleh beberapa faktor seperti;
1. Menurut Plempius (1632), memanjangnya sumbu bolamata
tersebut disebabkan oleh adanya kelainan anatomis.
7
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
8
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
2. Astigmat
Penyebab terjadinya astigmatismus adalah :
a. Kornea
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling
besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea
serta akibat pembedahan kornea.3
b. Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi
lensa kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa
kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan
astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada lensa
kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.3
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi Miopia
• Menurut perjalanan myopia:
1. Myopia stasioner, myopia simpleks, myopia fisiologis
Myopia yang menetap setelah dewasa.
2. Myopia progresif
Myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
3. Myopia maligna, myopia pernisiosa, myopia degenerative
Myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina atau kebutaan.2
9
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
• Menurut klinis:
1. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh
dimensi bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea
maupun lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.
2. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada
saat kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik
jauh mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang
ada. Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang
membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya,
sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.
3. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang
berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi
kekejangan pada otot – otot siliar yang memegang lensa
kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena
memang sifat myopia ini hanya sementara sampai kekejangan
akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh
buru – buru memberikan lensa koreksi.
4. Degenerative myopia: disebut juga malignant,
pathological, atau progressive myopia. Biasanya merupakan
myopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah
normal meskipun telah mendapat koreksi. Myopia jenis ini
bertambah buruk dari waktu ke waktu.
5. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang
diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar
gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan
sebagainya.5
10
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
• Menurut umur 2
1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
2. Youth-onset myopia (< 20 tahun)
3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun)
4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun).
11
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
12
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
13
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
5. Astigmatismus Mixtus.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.
14
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Astigmatisme Simetris.
Astigmatisme ini, kedua bolamata memiliki meredian utama yang
deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenali
adalah axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan
bernilai 180° (toleransi sampai 15°), misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan
kiri Cyl -0,75X135°.
2. Astigmatisme Asimetris.
Jenis astigmatisme ini meredian utama kedua bolamatanya tidak memiliki
hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan Cyl
-0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X100°.
3. Astigmatisme Oblique.
Adalah astigmatisme yang meredian utama kedua bolamatanya cenderung
searah dan sama - sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian
horisontal atau vertikal. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl
-0,75X55°.
b. Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian - meredian utama bolamatanya
tidak saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan
15
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
oleh ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga
bisa disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam
bolamata atau pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal).
Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau
lensa kontak lunak (softlens). Meskipun bisa, biasanya tidak akan
memberikan hasil akhir yang setara dengan tajam penglihatan normal.
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh
ketidakberaturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi
dengan optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak
kaku (hard contact lens) atau dengan tindakan operasi (LASIK,
keratotomy).
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini
sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
F. Gejala Klinis
1. Miopia 1
16
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
Gejala subyektif:
• Kabur bila melihat jauh.
• Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
• Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai
dengan akomodasi), astenovergens.
Gejala obyektif:
Myopia simpleks:
• Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil
yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak
menonjol.
• Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal
atau dapat disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di
sekitar papil syaraf optik.
• Myopia patologik:
• Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks
• Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada:
1. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan
atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda
yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan
ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan
keadaan myopia.
2. Papil syaraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen
myopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian
temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil,
sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi
dan pigmentasi yang tidak teratur
3. Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
17
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
3
2. Astigmat
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan
gejala-gejala sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
tinggi.
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
G. Diagnosis
Pemeriksaan Untuk Kelainan Refraksi
• Uji pinhole
18
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
• Uji Refraksi
Refraksi Subyektif:
- Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu
dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
penglihatan masing-masing mata.10
Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan
lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6,
atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila
dengan pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan
kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam
penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia.10
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).11
19
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
P=-0,5 D
Kacamata yang dipakai berkekuatan/daya -0,5 Dioptri
• Refraksi Obyektif
- Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. 9 Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6
20
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
- Streak Retinoskop
Yaitu dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop
(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif
sampai tercapai netralisasi.11
-Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan4
1. Keratometer mengukur 4 titik pada permukaan
kornea parasentral tanpa mengindahkan kornea bagian sentral dan
perifer.
2. Keratometer menilai secara rata-rata dan simetris
pada titik-titik pada permukaan kornea semimeridien 180 yang ber-
lawanan.
3. Hasil pengukuran keratometer sangat tergantung
pada zona permukaan kornea mempunyai nilai radius dan kekuatan
refraksi yang berbeda (zona diameter 4 mm mempunyai kekuatan 36
D dan 2.88 mm berkekuatan 50 D).
4. Ketepatan ukuran keratometer akan berkurang
pada permukaan kornea sangat landai (flat) dan sangat besar pada
kornea yang sangat lengkung (steep).
21
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
• Uji Pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90
derajat yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa
silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan
kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi
astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau
semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan
yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan
perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.10
22
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
Gambar 7
Kipas astigmat
http://www.aoa.org/
23
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
setelah dikoreksi. 1
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan
dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.3
- Obat -obatan
Beberapa penilitian melaporkan penggunaan atropine dan siklopentolat
setiap hari secara topikal dapat menurunkan progresifitas dari myopia pada
anak-anak usia kurang 20 tahun. 1
- Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa
kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi
datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan
sesuai dengan standar. Tergantung dari respon individu dalam
orthokeratology yang sesekali beruba-ubah, penurunan myopia sampai
dengan 3.00 dioptri pada beberapa pasien, dan rata-rata penurunan yang
dilaporkan dalam penelitian adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari
penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama dari program orthokeratology,
kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki beberapa pemikiran dalam
keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea secara menyeluruh. Dengan
followup yang cermat, orthokeratology akan aman dengan prosedur yang
efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali pada level dasar, pemakaian
lensa tambahan pada beberapa orang dalam beberapa jam sehari adalah
umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki refraksi. 1
Beberapa lensa kontak yang didesain secara khusus untuk mengubah
secara maksimal sesuai standarnya. Kekakuan lensa pada kelengkungan
kornea lebih tinggi dari pada permukaan kornea. Hasil yang didapatkan dapat
menurunkan myopia hingga 2.00 dioptri. Orthokeratology dengan beberapa
lensa seragam, dapat mengurangi permukaan kornea yang tidak rata.
24
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
25
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
Gambar 11
Perbedaan soft contact lens dan RGP
http://www.allaboutvision.com/contacts/
26
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
Gambar 12
soft contact lens
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm
Gambar 13
Lensa kontak bifokus
http://www.allaboutvision.com/
27
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
Gambar 14
Lensa kontak toric
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm
3. Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft
contact lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni
lebih mudah dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.
Gambar 15
Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP
http://ads.allaboutvision.com/
28
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
- Bedah Refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:
• Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di
parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat
rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik, angka dan
kedalaman dari insisi. Meskipun pengalaman beberapa orang menjalani
radial keratotomy menunjukan penurunan myopia, sebagian besar pasien
sepertinya menyukai dengan hasilnya. Dimana dapat menurunkan
pengguanaan lensa kontak.5
Komplikasi yang dilaporkan pada bedah radial keratotomy seperti
variasi diurnal dari refraksi dan ketajaman penglihatan, silau, penglihatan
ganda pada satu mata, kadang-kadang penurunan permanen dalam koreksi
tajam penglihatan dari yang terbaik, meningkatnya astigmatisma,
astigmatisma irregular, anisometropia, dan perubahan secara pelan-pelan
menjadi hiperopia yang berlanjut pada beberapa bulan atau tahun, setelah
tindakan pembedahan. Perubahan menjadi hiperopia dapat muncul lebih
awal dari pada gejala presbiopia. Radial keratotomy mungkin juga menekan
struktur dari bola mata. 5
29
Haniah BSA- 04053100012- FK UNSRI
keratectomy refraksi menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada
radial keratotomy. 5
30