PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar
dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu
titik tetapi lebih dari satu titik. Astigmatisme mencegah berkas cahaya jatuh
sebagai suatu fokus titik di retina karena perbedaan derajat refraksi di berbagai
meridian kornea atau lensa kristalina.2
B. Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai
2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan
pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di
Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.2,3
Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal
umur, negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor
lainnya. Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis,
hingga mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths
2
Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat
bervariasi antara 30%-70%.2,3
1. Media Refraksi
3
2. Fisiologi Refraksi
4
antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea
seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah.
Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah
kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.1
D. Etiologi
5
2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin
bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami
kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus.
E. Klasifikasi
1. Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya
dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada
salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang
lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang
tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika
tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme
regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Astigmatisme With the Rule (astigmat lazim)
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada
bidang horizontal. Sering ditemukan pada anak-anak dan orang muda.
2) Astigmatisme Against the Rule (astigmat tidak lazim)
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang vertikal. Sering ditemukan pada orang tua.
2. Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
6
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias
terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau
Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.
7
Gambar 6. Astigmatisme Miopia Kompositus
5. Astigmatisme Mixtus
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak
dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y
menjadi sama - sama + atau -.
8
Gambar 8. Astigmatisme Mixtus
9
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
4. Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
G. Diagnosis
Adapun untuk menegakkan diagnosis astigmatisma berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Karena astigmatisma adalah suatu kondisi
dimana bias permukaan kornea tidak bulat, dapat menurunkan ketajaman visual
dengan membentuk gambar yang terdistorsi karena gambar cahaya fokus pada
2 titik terpisah di mata.9 Maka manifestasi klinis astigmatisma adalah
penglihatan yang kabur. Gejala lain yang umum adalah fenomena streak atau
sinar di sekitar titik sumber cahaya, yang paling nyata dalam lingkungan gelap.
Jika besarnya astigmatisma tinggi, hal itu dapat membayangi atau mencoreng
tulisan; dalam jumlah yang sangat tinggi, dapat menyebabkan diplopia.18
Pasien dengan astigmatisma, melihat segala sesuatu terdistorsi. Upaya untuk
mengimbangi kesalahan bias oleh akomodasi dapat menyebabkan gejala
asthenopic seperti sensasi terbakar di mata atau sakit kepala.12
Selain dari anamnesis, diagnosis astigmatisme dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya :
1. Uji refraksi
a. Subjektif
10
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu
dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan
lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan
membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan
menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif
menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis
negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak
tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai
kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan
(fogging technique).5,6
Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau
kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila
ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada
pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.5
b. Objektif
1) Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor,
cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur.
Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi
dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.5,17
11
2) Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan
sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.5,17
2. Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90
yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau
lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan
lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat
vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua
juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang
ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-
lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.7
12
3. Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan
astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien.
Pada astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada
astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.7,8
4. Javal ophtalmometer
Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea,
dia aman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8
H. Diagnosis Banding
1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Katarak
4. Age Related Macular Degeneration (ARMD)
I. Terapi
a. Koreksi lensa
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan
dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan
bertambah jelas.17
Pada astigmatisma yang sudah terdapat pada anak-anak, koreksi dini
sangatlah penting untuk mencegah terjadinya ambliopia karena gambar
yang tajam tidak diproyeksikan tepat pada retina. Pada astigmatisma
regular, tujuan koreksi adalah untuk membawa garis focus dari dua meridian
utama bersama di satu titik. Untuk memperoleh tajam penglihatan terbaik,
dipergunakan lensa silinder. Sinar dalam bidang melalui sumbu lensa
silinder tidak terbias. Sinar dalam bidang tegak lurus terhadap sumbu, dibias
seperti lensa sferis positif. Jadi pada lensa silinder baik positif maupun
negatif, terdapat dua daya pembiasan utama, yaitu daya pembiasan pada
bidang yang melalui sumbu (tidak dibias) dan pada bidang tegak lurus
13
terhadap sumbu (dibias secara positif atau negatif). Agar kelainan refraksi
demikian dapat diperoleh tajam penglihatan terbaik, diusahakan supaya
semua titik-titik pembiasan jatuh pada macula lutea.12,13,14
Pada astigmatisma regular, diberikan kacamata sesuai kelainan yang
didapatkan, yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan
atau tanpa kombinasi lensa sferis. Astigmatisme With the Rule (astigmat
lazim) diperlukan lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat untuk
memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi. Astigmatisme againts the rule
(astigmat tidak lazim) memerlukan koreksi dengan silinder negatif dengan
sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu
horizontal (30-150 derajat).16
Pada astigmatisma ireguler, bila derajat ringan bisa dikoreksi
dengan lensa kontak keras, tetapi bila berat, maka dilakukan transplantasi
kornea.14,15
b. Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa
kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi
datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan
sesuai dengan standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi
pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan
depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan
memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan
terisi oleh film air mata.14,15
c. Bedah refraksi
Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9
a. Radial keratotomy (RK)
Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di
parasentral. Bagian yang lemah dan curam pada permukaan kornea
dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung pada ukuran zona optik,
angka dan kedalaman dari insisi.
14
Gambar 10. Radial Keratotomy
15
refraksi, seperti miopia, hiperopia, dan astigmatisma. Pada LASIK,
dibuat sebuah flap pada bagian tengah kornea dengan menggunakan alat
mikrokeratome atau laser. Kemudian flap tersebut diangkat, sejumlah
kecil jaringan kornea diangkat untuk membentuk kornea,
dan flap diposisikan kembali. Kornea akan pulih dalam waktu beberapa
hari. LASIK hanya menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman pada saat dan
setelah pembedahan. Perbaikan penglihatan cepat terjadi dan seseorang
dapat kembali bekerja dalam waktu 1-3 hari setelah pembedahan.
Namun, tidak semua orang dapat dilakukan LASIK, orang-orang yang
memiliki kornea yang tipis atau permukaan kornea yang longgar bukan
kandidat yang baik untuk LASIK.9
J. KOMPLIKASI
Astigmatisme yang tidak dirawat pada orang dewasa dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, mata menjadi penat dan terkadang
sakit kepala. Rabun pada anak-anak memerlukan perhatian khusus dan
16
penjagaan mata benar. Hal ini disebabkan karena apabila mata tidak dirawat
dengan benar dapat menyebabkan terjadinya ambliopia (mata malas).10,11
K. PROGNOSIS
Sekitar 30 % dari semua orang memiliki Silindris . Dalam sebagian
besar kasus, kondisi tidak berubah banyak setelah usia 25 tahun. Astigmatisme
progresif dapat terjadi pada trauma kornea , infeksi berulang dari kornea, dan
penyakit degeneratif seperti keratoconus.10,11
17
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat 2 etiologi, yaitu kelainan pada lensa dan kelainan pada kornea.
Adapun gejala klinis dari astigmatisme adalah penglihatan kabur atau terjadi
distorsi. Pasien juga sering mengeluhkan penglihatan mendua atau melihat objek
berbayang-bayang. Sebahagian juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri pada
mata.
Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain lensa
terdapat juga pilihan bedah yaitu dengan LASIK, Radial keratotomy (RK) dan
Photorefractive keratectomy (PRK).
18