OLEH :
Sulistianingsi
K1A1 1 045
PEMBIMBING
dr. Melvin Manuel Philips, Sp.M
1
Oklusi Vena Retina
Sulistianingsi, Melvin Manuel Philips
Pendahuluan
Diperkirakan terdapat 2,5 juta kasus oklusi vena retina sentral dari seluruh
dunia. Insiden oklusi vena retina sentral dilaporkan berkisar antara 0.1-0.7 % di
beberapa studi populasi dan mencapai 1.3 % pada orang berusia 65 tahun ke atas2.
Oklusi vena retina sentral diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu tipe iskemik
dan non iskemik berdasarkan perfusi jaringan retina. Tipe iskemik berkaitan dengan
gangguan penglihatan serta komplikasi yang lebih berat akibat peningkatan anti
retinopati radiasi dan penyakit pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko
terbesar dari oklusi vena retina sentral. Biasanya penyumbatan terletak dimana saja
pada retina, akan tetapi lebih sering terletak didepan lamina kribosa. Penyumbatan
vena retina dapat terjadi pada suatu cabang kecil ataupun pembuluh darah utama
(vena retina sentral), sehingga daerah yang terlibat member gejala sesuai dengan
daerah yang diperdarahi. Suatu penyumbatan cabang vena retina lebih sering terdapat
2
Perdarahan pada oklusi vena retina sentral juga dapat terjadi didepan retina
papilla dan ini dapat memasuki badan kaca dan menjadi perdarahan bada kaca.
Edema dan perdarahan retina dapat diserap kembali dan hal ini dapat menyebabkan
perbaikan visus1.
Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf semi transparan yang mengandung
reseptor yang berfungsi menerima cahaya dan multi lapis yang melapisi bagian dalam
duapertiga posterior dinding bola mata. Retina membentang kedepan hamper sama
jauhnya dengan korpus siliar dan berakhir di tepi ora serata. Permukaan luar retina
sensorik bertumpuk dengan lapisan berpigmen epitel retina sehingga bertumbuk juga
dengan membrane Bruch, koroid dan sclera. Sebagian besar tempat epithelium
pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk ruang subretina seperti yang terjadi
pada ablasio retina, tetapi pada diskus optikus dan ora serota, retina dan epithelium
pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi perluasan cairan subretina
pada ablasio retina. Retina mempunyai ketebalan 0,1 mm pada ora serota dan 0,23
3
Gambar 1. Anatomi Mata
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas
lapisan:1
a. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang yang
c. Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolism dari kapiler koroid
d. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupak tempat sinapsis sel
4
e. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar dan sel horizontal dan sel
f. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler tempat sinapsis sel bipolar, sel
g. Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel dari pada neuron kedua
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju kea rah saraf
optic. Di dalam laipsan-lapisan ini terletak sebagian besar pem uluh darah retina
i. Membrane limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan
kaca
5
Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan mata yang paling kompleks. Sel-sel batang dan kerucut
yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke
terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di
fovea sentralis, terdapat hubungan hamper 1:1 antar fotoreseptor kerucut, sel
ganglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penghilatan yang
ke sel ganglion yang sama, dan deperlukan system pemancar yang lebih kompleks.
Akibat dari susunan sperti it adalah macula yang digunakan terutama untuk
penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya,
yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk
lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penglihatan skotopik diperantai
oleh fotoreseptor sel batang. Pada bentuk penglihatan adapatsi gelap ini, terlihat
6
Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotorseptor kerucut,, senjakala oleh
kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang3.
Definisi
Oklusi vena retina adalah oklusi pada pembuluh darah vena baik vena sentral
atau cabangnya. Vena retina membawa darah dari retina. Jika vena terblok darah
kembali akan menyebabkan perdarahan kecil, area akan membengkak dan tekanan
merusak bagian pada retina yang lokasinya berada didekat blok pembuluh darah. Hal
ini menyebabkan minimal atau banyak kehilangan penglihatan yang dapat merusak
terjadi pada cabang kecil ataupun pembuluh vena utama (vena retina sentral)1.
funduskopi pada mata dan termasuk ke dalam tiga grup utama tergantung letak lokasi
oklusi vena, yakni: oklusi vena retina cabang (BRVO), oklusi vena retina sentral
(CRVO), dan oklusi vena hemiretinal (HRVO). BRVO terjadi ketika vena pada
bagian distal sistem vena retina mengalami oklusi, yang menyebabkan terjadinya
perdarahan di sepanjang distribusi pembuluh darah kecil pada retina. CRVO terjadi
akibat adanya trombus di dalam vena retina sentral pada bagian lamina cribrosa pada
saraf optik, yang menyebabkan keterlibatan seluruh retina. HRVO terjadi ketika
7
blokade dari vena yang mengalirkan darah dari hemiretina superior maupun inferior,
Epidemiologi
Diperkirakan terdapat 2.5 juta kasus CRVO dari seluruh dunia. Insidens
CRVO dilaporkan berkisar antara 0.1-0.7% di beberapa studi populasi dan mencapai
1.3% pada orang berusia 65 tahun ke atas. Kebutaan akibat CRVO paling sering
neovaskular2.
Klasifikasi
8
Merupakan tipe OVRS bentuk ringan yang terkadang mengacu pada keadaan
parsial, perfusi atau retinopati vena statis. OVRS tipe non iskemik dicirikan
dengan dilatasi ringan dari semua cabang vena retina sentral, dengan bercak
ringan atau mungkin bisa tidak ada. Neovaskular segmen anterior jarang
Pada beberapa kasus ditemukan sel-sel viterus yang lunak yang bisa
9
b. Oklusi vena retina sentral tipe iskemik
dari perfusi kapiler retinal pada gambaran kutub posterior dan juga dikenal
yang lebih banyak dan udem retina. Pada udem retina dan macula ditemukan
perdarahan.
Etiologi
Biasanya penyumbatan terletak dimana saja pada retina, akan tetapi lebih
sering terletak didepan lamina kribrosa. Penyumbatan vena retina dapat terjadi padu
suatu cabang kecil ataupun pembuluh darah utama (vena retina sentral) sehingga
daerah yang terlibat memberi gejala sesuai dengan daerah yang dipengaruhi. Suatu
10
penyumbatan cabang vena retina lebih sering terdapat di daerah temporal atas dan
temporal bawah.
Penyumbatan vena retina sentral mudah terjadi pada pasien dengan glaucoma.
radiasi dan penyakit pembuluh darah. Thrombosis dapat terjadi akibat endoflebitis1.
1. Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada
2. Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti fibrosklerosis atau
endoflebitis.
3. Akibat hambatan aliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang terdapat
pada kelainan viskositas darah, diksrasia darah, atau spasme arteri retina yang
berhubungan.
4. Akibat dari glaucoma sudut terbuka kronis disebabkan karena terjadi obstruksi
vena retina
Patomekanisme
Patogenesis dari CRVO masih belum diketahui secara pasti. Ada banyak
faktor lokal dan sistemik yang berperan dalam penutupan patologis vena retina
sentral. Arteri dan vena retina sentral berjalan bersama-sama pada jalur keluar dari
nervus optikus dan melewati pembukaan lamina kribrosa yang sempit. Karena tempat
yang sempit tersebut mengakibatkan hanya ada keterbatasan tempat bila terjadi
11
trombus pada vena retina sentral dengan berbagai faktor, di antaranya perlambatan
aliran darah, perubahan pada dinding pembuluh darah, dan perubahan dari darah itu
sendiri.
menjadi kaku dan mengenai/ bergeser dengan vena sentral yang lunak, hal ini
arteri dengan CRVO, tapi hubungan tersebut masih belum bisa dibuktikan secara
konsisten.
Oklusi trombosis vena retina sentral dapat terjadi karena berbagai kerusakan
Oklusi vena retina sentral menyebabkan akumulasi darah di sistem vena retina
dan menyebabkan peningkatan resistensi aliran darah vena. Peningkatan resistensi ini
menyebabkan stagnasi darah dan kerusakan iskemik pada retina. Hal ini akan
VEGF menstimulasi neovaskularisasi dari segmen anterior dan posterior. VEGF juga
Gejala Klinis
12
memburuk sampai hanya tinggal persepsi cahaya. Tidak terdapat rasa sakit. Dan
Diagnosis
1. Anamnesis
sampai hanya tinggal persepsi cahaya. Tidak terdapat rasa saki dan hanya
2. Pemeriksaan Mata
penglihatan, reflex pupil, pemeriksaan slit lamp segmen anterior dan posterior
b. Reflex pupil bisa normal dan mungkin ada dengan refklex pupil aferen
relative. Jika iris memiliki pembuluh darah abnormal maka pupil dapat tidak
bereaksi.
dan retina dan perdarahan berupa titik terutama bila terdapat penyumbatan
13
vena yang tidak sempurna. Perdarahan retina dapat terjadi pada keempat
kuadran retina. Perdarahan bisa superficial dot dan blot dan atau dalam.
Terdapat keterlambatan pengisian arteri retina dan biasanya pada fase arteri-
14
g. Elektroretinography (ERG) memperlihatkan amplitude gelombang-a yang
CRVO. Pada pasien muda, pemeriksaan laboratorium tergantung pada temuan tiap
pasien termasuk diantaranya: hitung darah lengkap, tes toleransi glukosa, profil lipid,
cabang vena retina yang berliku-liku branches dan terdapat perdarahan dot dan flame
pada seluruh kuadran retina. Edema macula dengan adanya penurunan tajam
penglihatan dan pembengkakan discus optikus bisa juga muncul. Jika edema discus
terlihat jelas pada pasien muda, kemungkinan terdapat kombinasi inflamasi dan
menunjukkan adanya perpanjangan dari waktu sirkulasi retina dengan kerusakan dari
15
Gambar 6. A. CRVO ringan, noniskemia, terperfusi, pada mata dengan visus
20/40. Dilatasi vena retina dan perdarahan retina terlihat jelas. B. Fluorescein
afferent papillary defect dan central scotoma yang tebal. Dilatasi vena yang
menyolok, perdarahn 4 kuadran yang lebih ejstensif, edema retina dan sejumlah
cotton-wool spot dapat ditemukan pada kasus ini. Perdarahan dapat terjadi pada
16
Gambar 7. A. CRVO berat, iskemia pada mata dengan visus 1/300. Vena
corakan warna kuning pada dasar penampakan fundus dan mengaburkan refleks
Penatalaksanaan
hasi tes negative pada factor-faktor risiko CRVO di atas, maka dpertimbangkan
17
Pengobatan terutama ditujukan kepada mencari penyebab dan mengobatinya,
penglihatan karena pada beberapa kasus, dapat terjadi progresifitas penyakit dari
digunakan untuk penanganan edema macula yang tidak responsive dengan laser.
Dua hinga empat milligram (0.05 atau 0.1 ml) dari triamcinolone acetonide
kondisi steril pada pasien rawat jalan. Terapi trombolitik yang diberikan secara
macula dalam usaha untuk meningkatkan tajam penglihatan. Diseksi dari tunika
adventitia dengan pemisahan arteri dari vena pada persimpangan tersebut di mana
oklusi vena retina cabang terjadi dapat mengembalikan aliran darah vena disertai
18
penurunan edema macula. Arteriovenous sheathotomy menimbulkan adanya
perbaikan sementara dari aliran darah retina dan cukup efektif dalam menurunkan
edema macula. Pembuluh kolateral pada oklusi vena retina cabang memiliki efek
Komplikasi
Penyulit oklusi vena retina sentral berupa perdarahan massif ke dalam retina
terutama pada lapis serabut saraf retina dan tanda iskemik retina. Pada penyumbatan
vena retina sentral, perdarahan juga dapat terjadi di depan papilla dan ini dapat
memasuki badan kaca menjadi perdarahan badan kaca. Oklusi vena retina sentral
dapat menimbulkan terjadinya pembuluh darah baru yang dapat ditemukan di sekitar
papil, iris, dan retina (rubeosis iridis). Rubeosis iridis dapat mengakibatkan terjadinya
glaucoma sekunder, dan hal ini dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan. Penyulit yang
Prognosis
Penglihatan biasanya sangat berkurang pada oklusi vena sentral, dan sering
pada oklusi vena cabang dan biasanya tidak membaik. Keadaan pasien muda dapat
penderita oklusi vena retina sentral amat bervariasi, dan ketajaman penglihatan saat
19
Prognosis yang baik dapat diperkirakan pada pasien dengan riwayat oklusi alami tipe
non-iskemik. Enam puluh lima persen pasien dengan ketajaman penglihatan 20/40
akan mendapatkan ketajaman yang sama atau lebih baik pada evaluasi akhir. Pada
sekitar 50 % pasien, ketajaman penglihatan dapat mencapai 20/200 atau lebih buruk
semula tanpa adanya komplikasi pada sekitar 10 % kasus. Sepertiga pasien dapat
berlanjut ke tipe iskemik, umumnya 6-12 bulan pertama setelah terjadinya tanda dan
gejala. Pada lebih 90 % pasien dengan oklusi vena retina sentral iskemik, tajam
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Yulianti, SR. 2017. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Penerbit Fakultas
3. Eva, PR, Whitcher, JP. 2013. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology Edisi
6. Pangesti, CA. 2015. Oklusi Vena Retina Sentral. Fakultas Kedoketran Universitas
Trisakti: Jakarta
2011
8. Hykin, P. 2015. Retinal Vein Occlusion (RVO) Guidelines. The Royal College of
Ophthalmology
21