PENDAHULUAN
lapisan superfisial kornea dan biasanya timbul dengan adanya inflamasi. Ulkus
kornea jarang terjadi pada mata sehat dan normal. Berdasarkan lokasinya ulkus
kornea dibagi menjadi sentral dan perifer, dimana ulkus dikatakan sentral apabila
berada dalam radius 6mm dari apex kornea dan perifer bila berada 6mm diluar
Ulkus mooren pertama kali ditemukan oleh Bowman pada tahun 1894
kemudian oleh Mc.Kenzie pada tahun 1854 yang dikenal dengan chronic
serpiginous ulcer atau ulkus roden pada kornea. Ulkus mooren adalah penyakit
autoimmun yang jarang ditemukan. Penyakit ini ditandai dengan adanya ulkus
bagian sentral. Penyebab dari ulkus mooren sendiri masih belum diketahui, akan
tetapi terdapat beberapa hal yang dapat menjadi faktor pencetus untuk terjadinya
ulkus mooren, seperti trauma, operasi, atau terkena infeksi parasit. Gejala dari
ulkus mooren sendiri ialah nyeri yang dapat menjadi hebat, adanya fotofobia,
terapi, dikenal dengan step-wise therapy, termasuk terapi lokal, sistemik dan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kornea terletak di bagian tengah anterior bola mata. Kornea dewasa rata-
perifer kornea lebih tebal dibandingkan bagian sentral, dimana bagian perifer
mempunyai ketebalan 1 mm dan bagian sentral 0,5 mm. Limbus, yang membatasi
precorneal tear film, yang terdiri dari 3 lapisan: superficial oily layer yang
diproduksi oleh kelenjar meibom; middle aqueous layer yang diproduksi oleh
kelenjar lakrimal utama dan aksesori; dan deep mucin layer yang berasal dari sel
2
goblet konjungtiva. Peranan precorneal tear film ini sangat vital bagi fungsi
normal kornea. Selain untuk lubrikasi permukaan kornea dan konjungtiva, tear
dioptri. Jika terjadi edema kornea karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak
sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat
3
1. Lapisan epitel
Lapisan ini mempunyai lima atau enam lapis sel dan berbatasan dengan
a. Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
c. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
2. Lapisan Bowman
bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak
3. Stroma
Lapisan ini menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun
atas jalinan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-250 µm dan tinggi
1-2 µm yang mencakup hampir seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan
4
sejajar dengan dengan permukaan kornea, dan karena ukuran dan kerapatannya
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
4. Membran Descemet
tebalnya sekitar 3 µm dan terus menebal selama hidup mencapai 10-12 µm.
5. Lapisan endotel
besar 20-40 nm. Endotel melekat pada membran Descemet melalui hemidosom
dan zonula okluden. Memiliki satu lapis sel yang berperan dalam
trauma dan kehilangan sel-selnya seiring dengan penuaan. Reparasi endotel terjadi
hanya dalam wujud pembesaran dan pergeseran sel, dengan sedikit pembelahan
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, nervus V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
5
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.1
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
2.2 Definisi
Ulkus Mooren atau yang dikenal dengan chronic serpiginious ulcer atau
ulkus roden merupakan ulserasi pada daerah perifer kornea yang sangat nyeri
dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini umumnya dimulai dengan
berwarna abu-abu yang menyebar dengan luas sampai mengenai sepertiga bagian
superfisial dari kornea dan kemudian membentuk seperti bulan sabit atau
pada dasar tepi ulkus. Lesi ulkus biasanya dapat mengenai stroma kornea dan
tidak terlihat pada sklera sampai ulkus perifer serta tidak mengenai membran
sedangkan endotelium dan epitelium tetap intak. Bagian sentral dari ulkus dapat
6
membentung tepi dengan atau tanpa opasifikasi dan neovaskularisasi kornea dapat
Ulkus mooren dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu primer dan
diketahui, sedangkan ulkus mooren sekunder disebabkan oleh hal-hal yang dapat
pada kornea, infeksi herpes zooster, sifilis, dan tuberkulosis. Walaupun etiologi
ulkus Mooren masih tidak diketahui, ada teori yang membuktikan bahwa dasar
dari penyakit ini autoimun.10 Terdapat teori yang menyebutkan keterlibatan reaksi
membuktikan bahwa gangguan ini merupakan hasil dari respon tubuh terkait
7
stroma kornea.6 Molekul ini juga dapat ditemukan pada sel polimorfonuklear
2.4 Epidemiologi
menunjukkan insiden penyakit ini hanya 0,03% di China.2 Penyakit ini lebih
umum ditemukan pada Asia Selatan khususnya India dan Afrika Tengah yang
geografik.5
dengan rasio 5 : 1. Sebuah studi di India Selatan dan China menunjukkan bahwa
8
pada populasi yang berbeda di setiap negara. Di Nigeria, penyakit ini kebanyakan
2.5 Patofisiologi
biasanya akan muncul setelah trauma atau infeksi pada kornea. Biasanya antigen
ini muncul secara alami pada orang tua. Hal ini dihipotesiskan dengan antigen-
HLA tipe II ke sel T. APC juga muncul pada antigen helmintik yang bereaksi
sama.5
MHC kelas II, sebuah refleksi dari tingkat inflamasi yang dimediasi kekebalan
spesifik kornea dapat berperan dalam patogenesis gangguan ini, dan mekanisme
kekebalan yang dimediasi oleh sel humoral mungkin terlibat dalam inisiasi dan
infeksi parasit berperan dalam patogenesis. Kejadian ulkus Mooren sangat tinggi
utama adalah bahwa peradangan yang terkait dengan cedera atau infeksi
9
sebelumnya dapat mengubah ekspresi antigen kornea atau konjungtiva atau
reaktivitas silang terjadi antara efektor normal yang dihasilkan sebagai respons
terhadap infeksi dan autoantigen. Kehadiran simultan beberapa jenis sel inflamasi
mengeluarkan antigen kornea semakin banyak. Kornea akan hancur secara terus-
peningkatan IgG pada serum pasien. Penelitian lainnya juga menemukan antibodi
dan komplemen yang terikat pada epitelial konjungtiva dan peningkatan IgA.4
2.6 Diagnosis
okular oleh bakteri dan virus atau penyakit reumatologik sistemik yang
tiga pola ulserasi pada ulkus Mooren yaitu periferal parsial, periferal total dan
ulserasi kornea total (Gambar 2.4). Pada ulserasi periferal total, penyakit ini
mengenai kornea perifer dan memiliki tampakan seperti pulau akibat hancurnya
seluruh kornea perifer yang biasanya teropasifikasi. Pada ulserasi total kornea,
stroma kornea telah digantikan secara total oleh membran fibrovaskular. Lokasi
10
ulserasi periferal parsial dapat dibagi menjadi nasal, temporal, superior dan
sering ditemukan.3
Menurut Wood dan Kaufman, terdapat dua tipe ulkus mooren primer. Tipe
pertama adalah ulkus mooren primer terbatas yaitu tipe pasien ulkus Mooren
dengan populasi yang lebih tua , unilateral dan respon dengan terapi sedangkan
tipe kedua adalah tipe ulkus mooren yang leih resisten pada imunosupresi
sistemik yang melibatkan golongan yang lebih muda, bilateral, nyeri, dan
tipe berdasarkan gejala klinis, tampakan fluoresens angiografi dan respon terapi.1
Tipe pertama adalah ulserasi Mooren unilateral yang sangat nyeri dan muncul
pada usia tua (lebih dari 60 tahun). Mata yang terkena terlihat merah dan
kongestif tetapi inflamasi tidak meluas lebih dari 3 mm dari limbus. Vaskularisasi
meninggalkan bekas yang tebal dan opak pada kornea sentral. Stroma kornea
sentral biasanya dapat dihilangkan dan lapisan jaringan parut intak pada
menghilang, nyeri akan muncul. Jika jaringan parut meretraksi titik yang
11
Gambar 2.4 Ulkus Mooren (A) tipe perifer parsial (B) tipe perifer total.4
banyaknya pembuluh darah dari limbus dan dasar ulkus. Selain itu, obliterasi
unilateral.
12
Ulkus Mooren bilateral yang agresif muncul pada pasien dengan usia
muda (diantara 14-20 tahun) dan muncul dengan nyeri yang lebih ringan daripada
ulkus Mooren unilateral. Pasien dengan ulkus Mooren tipe ini biasanya datang
dengan ulkus pada satu mata dan injeksi konjungtiva pada mata lainnya yang akan
menjadi gray patches pada stroma kornea sekita 2 mm dari tepi limbus. Hal ini
yang akan berkembang menjadi ulkus Mooren tipikal yang melingkar pada kornea.
baru yang mencapai dasar ulkus. Angiografi juga dapat menunjukkan perubahan
karakteristik pembuluh darah episklera dan blokade yang akan memecah limbus.
Pleksus pembuluh darah superfisial akan tetap dapat perfusi walaupun berdilatasi.
Tipe ketiga dari ulkus Mooren adalah ulkus Mooren yang indolent
bilateral yang muncul pada usia pertengahan (sekitar 50 tahun) yang menunjukkan
guttering pada kornea di kedua mata dengan sedikit inflamasi. Walaupun kedua
mata terkena ulkus, penyakit ini biasanya lebih parah pada satu mata dan pasien
progresif tetapi beberapa dapat sembuh sendiri. Beberapa kasus tersebut dapat
teraktivasi kembali dalam jangka waktu yang lama. Struktur pembuluh darah pada
tipe ini biasanya normal kecuali pada pembuluh darah baru yang mungkin akan
Pasien biasanya mengalami nyeri yang sangat sakit, fotofobia dan epifora
disertai mata merah pada mata yang sakit. Pada sepertiga kasus ditemukan
ulserasi pada kedua mata.9 Pada pemeriksaan slit lamp biasanya akan terlihat
13
ulkus perifer berbentuk bulan sabit yang dalam pada bagian tengahnya. Defek
epitel berbentuk garis mungkin dapat ditemukan pada batas tengah diikuti dengan
kerusakan stroma yang progresif. Ulkus biasanya meluas secara sirkuferensial dan
Inflamasi episklera dan konjungtiva mungkin dapat terlihat, tetapi tidak mengenai
sklera. Penurunan visus dapat muncul secara sekunder jika telah muncul iritis,
circulating immune complexes, LFT, VDRL, BUN dan kreatinin serta urinalisis.4
Kultur juga dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab yang mungkin berasal
dari bakteri.
gejala klinis yang khas meliputi tidak nyeri dan penipisan kornea tidak disertai
ulserasi. Degenerasi Terrien juga biasanya muncul dari kornea superior dan
meluas secara sirkumferensial tetapi tidak secara sentral. Daerah yang bersih dari
Reumatoid artritis juga dapat menimbulkan ulkus kornea perifer yang akan
ada perfusi dan limbus yang disrupted dengan neovaskularisasi yang mencapai
14
dasar gutter. Skleritis juga dapat ditemukan ketika ulkus Mooren mencapai sklera.
dari ulkus Mooren. Penyakit ini ditandai dengan disintegrasi stroma kornea sentral
yang dapat dilihat pada pasien yang sudah lama mengidap reumatoid artritis.
Selain itu, penyakit kolagen lain seperti Wegener granulomatosis dan poliarteritis
2.9 Penatalaksanaan
prednisolon asetat atau prednisolon fosfat 1% tiap jam disertai dengan pemakaian
akan terjadi dalam 2-3 hari, frekuensi penggunaan steroid topikal dapat
dapat dipertimbangkan jika pengobatan dengan steroid topikal tidak efektif dalam
7-10 hari atau pada beberapa kasus dimana penggunaan steroid menjadi
kontraindikasi. Penggunaan lensa kontak dan patching pada mata yang sakit
15
2.9.2 Reseksi konjungtiva
mm dari arah sisi perifer ulkus dan sekitar 4 mm ke arah posterior dari
korneoskleral limbus dan sejajar dengan ulkus. Penggunaan lensa kontak setelah
Penyembuhan konjungtiva dan ulkus tersebut dapat terjadi beberapa hari sampai
konjungtiva di daerah limbus juga dapat memberikan hasil yang sama. Reseksi
menunjukkan hasil yang menjanjikan pada kasus-kasus ulkus Mooren. Foster dan
16
2.10 Prognosis
Ulkus Mooren dapat terjadi pada kasus ringan yang unilateral dan tidak
mengancam visus sampai dengan kasus bilateral dan mengancam visus. Oleh
karena ulkus Mooren merupakan kasus yang jarang terjadi maka pengetahuan
yang lebih terperinci sulit didapatkan. Beberapa studi telah mencoba mencari
hubungan antara jenis kelamin, umur dan ras namun tidak ada lagi penelitian lebih
2.11 Komplikasi
katarak dan perforasi.4 Uveitis anterior muncul pada 6,8% kasus dan dapat
kasus. Rasio perforasi sangat bervariasi dan tergantung pada daerah geografis
yang meneliti. Perforasi biasanya muncul pada limbus diikuti dengan bagian
perifer dan sentral dari kornea.2 Sebuah studi di India Selatan menunjukkan rasio
perforasi sebanyak 11% dari total kasus.3 Perforasi lebih banyak ditemukan pada
pasien dengan usia dibawah 60 tahun yang melibatkan ulkus di bagian perifer
kornea.
17
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Nama : Ny. M
Umur : 28 tahun
3.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
2017 seorang pasien dengan keluhan utama yaitu mata kanan terasa kabur
Mata kanan terasa kabur sejak 13 tahun yang lalu. Penglihatan kabur
Kedua mata merah disertai rasa nyeri berdenyut. Mata kanan lebih merah
Sebelumnya kedua mata pasien sudah dirasakan merah sejak tahun 1995.
Awalnya pada tahun 1995 tersebut, mata kanan kemasukan odol. Sejak
18
Terdapat gambaran lesi bewarna putih pada sekeliling perifer kornea mata
kanan, sedangkan pada mata kiri hanya bagian perifer atas saja seperti
bulan sabit.
Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan keluhan yang
dialami sekarang.
dikoreksi.
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan mata kabur
e. Riwayat Pengobatan
Saat usia 5 th pasca kemasukan odol, pasien diberi obat tetes mata xytol
Pasien pernah diresepkan kaca mata oleh dokter pada tahun 2004, akan
19
3.3 Pemeriksaan Fisik
Suhu : afebris
Status Opthalmikus OD OS
20
Poliosis (-) Poliosis (-)
Normal Normal
Aparatus lakrimalis
Epifora (-) Epifora (-)
21
Ulkus (+) di perifer Ulkus (+) di
Coklat Coklat
Iris
Rugae (+) Rugae (+)
Bulat Bulat
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Funduskopi :
22
Gerakan bulbus okuli Bebas Bebas
Vit C 3x250 mg
23
Slit Lamp
OD
OS
24
BAB IV
DISKUSI
2004 dengan keluhan tersebut dirasakan lebih berat pada mata kanan. Selain itu
pasien juga mengeluhkan nyeri dan mata merah pada kedua mata. Pasien sudah
kontrol yang kedua kalinya di RSUP M. Djamil. Pemeriksaan fisik dan penunjang
adanya lesi perifer kornea di okuli dekstra sinistra. Dari pemeriksaan funduskopi
topikal dan oral. Reseksi konjungtiva dan terapi operatif berupa Lamellar
progresifitas penyakit terus berlanjut. Pada kasus ini ulkus tidak aktif sehingga
pasien cukup diberikan antibiotik, tear film, repitheal dan vitamin. Edukasi
mengenai prognosis penyakit kepada pasien meupakan hal yang penting dalam
25
DAFTAR PUSTAKA
3): p. 349-56.
2. Chen, J., et al., Mooren's ulcer in China: a study of clinical characteristics and
4. Sangwan, V.S., P. Zafirakis, and C.S. Foster, Mooren's ulcer: current concepts
84(1): p. 72-5.
7. Liang, C.K., et al., Association of HLA type and Mooren's Ulcer in Chinese in
8. Zelefsky, J.R., et al., Hookworm infestation as a risk factor for Mooren's ulcer
9. Zegans, M.E., et al., Mooren ulcer in South India: serology and clinical risk
10. Yanoff, M. & Duker, J.S. Ophthalmology. 4th ed. Philadelphia: Saunders, 2014.
11. Schanzlin DJ. Mooren’s Ulceration. Foster CS , Azar DT, Dohlman CH,
editors. Smolin and Thoft’ The Cornea Scientific Fundations and Clinical
26
12. AAO American Academy of Opthalmology Basic and Clinical Course 2011-
27