Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Ischemic optic neuropathy terbagi menjadi dua tipe berdasarkan lokasi


terjadinya iskemik yaitu, anterior dan posterior.1 Anterior ischemic optic neuropathy
(AION) adalah penyebab kehilangan penglihatan permanen karena kerusakan nervus
optikus kedua terbanyak setelah glaucoma,2 yang dintandai dengan adanya edema
disk nervus optikus yang dikarenakan iskemia pada anterior nervus optikus yang
diperdarahi oleh arteri siliaris posterior. AION terbagi menjadi dua tipe yaitu,
arteritic anterior ischemic neuropathy (AAION) dan non arteritic anterior ischemic
neuropathy (NAION). AAION penyakit inflamasi sekunder pada pembuluh darah
salah satunya yaitu vaskulitis, sedangkan NAION penyakit non-inflamasi pada
pembuluh darah kecil. Inflamasi kronik pada AAION menyebabkan penebalan,
thrombosis, dan oklusi pada arteri siliaris posterior yang memperdarahi bagian
laminar dan retro laminar nervus optikus bagian anterior, sedangkan pada NAION
terjadi kerusakan nervus optikus yang dikarenakan proses iskemia non-inflamasi yang
dapat disebabkan oleh berbagai penyebab yang akhirnya menyebabkan terjadinya
iskemik pada retro laminar nervus optikus bagian anterior.1

Non-arteritic anterior ischemic optic neuropathy adalah bentuk yang terserig,


yaitu sekitar 95% dari kasus AION dan merupakan penyebab utama neuropati optic
akut pada usia di atas 50 tahun.1 NAION umumnya terjadi pada usia 55-70 tahun,
namun ternyata penyakit ini dapat berkembang pada usia berapapun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa 11-23% pasien yang didiagnosis mengalami NAION
di departemen neuroopthalmic di layanan primer adalah berusia kurang dari 50
tahun.3 resiko pada pria sama dengan wanita. Pada tahun 2010, di USA, insiden NA-
AION diperkirakan mencapai 2.310.3 per 100.000 penduduk lebih sering terjadi
pada orang berkulit putih (95%) daripada orang berkulit hitam (2%).4

NAION sering bersifat idiopatik meskipun banyak kelainan sistemik


termasuk sistem okuler yang menjadi faktor resiko. Kelainan sitemik yang menjadi
faktor resiko diantaranya hipotensi nocturnal, hipertensi, diabetes melitus,
hiperlipidemia, dan merokok. Sedangkan kelainan okuler yang terpenting adalah
terganggunya nervus optikus. NAION terjadi karena insufisiensi pada pembuluh
darah kecil dalam memberikan suplai darah ke nervus optic, yang ditandai dengan
adanya kehilangan penglihatan mendadak dan tidak nyeri yang bersifat unilateral,
dalam hitungan jam atau hari. Visus dapat berkisar antara 20/40 hingga tidak adanya
persepsi cahaya. Penurunan penglihatan pada NAION biasanya tidak seberat AION.1

Tatalaksana NAION sampai saat ini masih kontroversial.1 Beberapa ahli


meneliti metode penatalaksanaan NAION dengan operasi, pemberian obat topical,
intravitreal injeksi, dan obat-obatan sistemik seperti kortikosteroid, levodopa, aspirin,
perbaikan sleep apnea, dll, serta dengan transcorneal electrical stimulation via
elektroda corneal.1,5 Kebanyakan pasien mengalami stabilisasi fungsi visual dalam 2
minggu setelah onset NAION, meskipun jarang kehilangan penglihatan dapat
berlanjut sampai edema cakram optik sembuh dan digantikan oleh atrofi. Sekitar 41-
43% pasien dengan NAION akan mengalami perbaikan dalam ketajaman penglihatan
sentral mereka enam bulan, meskipun defisit medan visual dapat bertahan. Namun,
lebih dari 50% pasien NAION membawa prognosis yang lebih buruk dengan
ketajaman penglihatan lebih buruk dari 20/200 dan dengan bidang visual yang
terbatas. Kekambuhan NAION adalah mata yang sama rendah, diperkirakan terjadi
hanya pada 35% kasus.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Nervus Optik

Secara anatomis, nervus optikus bermula pada diskus optik tetapi secara
fisiologis bermula dari dalam lapisan sel ganglion retina. Nervus optikus memasuki
ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai
hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan menjadi satu berkas membentuk kiasma
optikum. Nervus optikus diselubungi oleh selubung piamater, arachnoideamater, dan
duramater. Berjalan ke depan dan lateral di dalam kerucut Mm.Rectus dan menembus
sklera pada suatu titik di medial polus posterior bola mata. Disini, meninges menyatu
dengan sklera, sehingga spatium subarachnoideum yang berisi liquor serebrospinalis
meluas ke depan fossa cranii media, di sekitar nervus optikus, dan melalui canalis
opticus sampai ke bola mata. Karena itu peningkatan tekanan liquor serebrospinalis di
dalam rongga cranium diteruskan ke bagian belakang bola mata dan bisa
meningkatkan perubahan dalam diskus optik yang bisa terlihat pada papail edema.6,7

Nervus Optikus terdiri dari 1 juta akson yang dimulai dari lapisan sel
ganglion retina dan memnjang kearah korteks oksipital. Saraf optik mempunyai
panjang 35 sampai 55 mm dengan rata-rata 40 mm. Nervus optikus dibagi ke dalam 4
daerah topografik yaitu: bagian intraocular, intraorbital, intracanalicular, dan
intracranial.8
Permukaan anterior nervus optik dapat dilihat secara oftalmoskopik sebagai
optic nerve head atau optic disc. Diskus optik berbentuk oval dan berukuran kira-kira
1,5 mm secara horizontal dan 1,75 mm secara vertikal dengan terdapat bagian depresi
berbentuk cup, dimana cup fisiologis secara umum berlokasi sedikit ke arah temporal
terhadap titik pusat geometriknya.9
Diskus optik terbagi menjadi 4 yaitu superficial nerve fibre layer, prelaminar,
laminar dan retrolaminar. Bagian yang secara anatomi disebut sebagai anterior optic
nerve adalah superficial nerve fibre layer, prelaminar, dan laminar yang diperdarahi
oleh arteri siliaris posterior dan arteriole retinal.8

Gambar 1. Skema suplai darah (A) optic nerve head dan (B) nervus optik.

Keterangan: A = arachnoid; C = choroid; CRA = arteri retina sentralis; Col. Br. =


cabang kolateral; CRV =vena retina sentralis; D = duramater; LC = lamina kribrosa;
NFL = surface nerve fiber layer of the disc; OD = diskus optik; ON = nervus optik; P
= piamater; PCA = arteri siliaris posterior; PR and PLR = regio prelaminar; R =
retina; RA = arteriol retina; S = sclera; SAS = spatium subarachn
2.2 Epidemiologi

Meskipun NAION biasanya mempengaruhi individu berusia antara 55-70


dengan usia rata-rata onset antara 57-67 tahun, kondisi dapat berkembang pada usia
berapapun. Telah dicatat bahwa 11-23% pasien NAION yang mengacu pada
perawatan neuro-optalmologi pada layanan tersier berusia di bawah 50 tahun. Tidak
ada predileksi seks untuk NAION. Sehubungan dengan ras, orang kulit putih
tampaknya lebih cenderung terkena, mungkin karena faktor risiko yang terkait
dengan morfologi cakram optik.

Studi sebelumnya memperkirakan kejadian NAION tahunan di Amerika


Serikat menjadi 2,3-10,3 per 100.000 dengan sekitar 5.700 kasus baru per tahun pada
populasi kulit putih berusia di atas 50 tahun. Sangat sedikit data yang ada pada
kejadian NAION di negara lain selain Amerika Serikat. Di Beijing, China
diperkirakan kejadian tahunan NAION pada populasi China berusia 40 tahun atau
lebih menjadi sekitar 1 per 16.000, atau 6,25 per 100.000 penduduk. Sebuah studi
retrospektif yang dilakukan di Kroasia menemukan kejadian tahunan NAION
menjadi 2,9 per 100.000 pada pria dan 2,5 per 100.000 pada wanita.

Anda mungkin juga menyukai