Patogenesis
Ablasio Retina Rhegmatogen
Ablasio retina regmatogenosa dapat diklasifikasikan berdasarkan patogenesis,
morfologi dan lokasi.
Berdasarkan patogenesisnya, dibagi menjadi; (1) Tears, disebabkan oleh traksi
vitreoretina dinamik dan memiliki predileksi di superior dan lebih sering di temporal
daripada nasal.(2) Holes, disebabkan oleh atrofi kronik dari lapisan sensori retina, dengan
predileksi di daerah temporal dan lebih sering di superior daripada inferior, dan lebih
berbahaya dari tears (Sidarta I. 2002).
Berdasarkan morfologi, dibagi menjadi; (1) U-tearsm, terdapat flap yang menempel
pada retina di bagian dasarnya, (2) incomplete U-tears, dapat berbentuk L atau J, (3)
operculated tears, seluruh flap robek dari retina, (4) dialyses: robekan sirkumferensial
sepanjang ora serata, (5) giant tears (Sidarta I. 2002).
Black curtain, defek lapang penglihatan dirasakan oleh pasien mulai dari perifer yang
lama-lama hingga ke sentral. Karena cairan eksudat bergerak mencari tempat yang rendah,
maka penderita merasakan seolah-olah melihat suatu tirai yang bergerak ke suatu arah. Arah
munculnya defek membantu dalam menentukan lokasi dari robekan retina. Bila terjadi
dibagian temporal dimana terdapat macula dan lutea, maka visus sentral hilang. Sedangkan
bila terdapat di bagian nasal, maka visus sentral lebih lambat terganggu. Semakin lama tirai
tersebut akan terlihat makin turun menutupi lapangan penglihatan hingga terjadi ablasio
retina total, hingga akhirnya presepsi cahaya menjadi 0 (nol) (AAO, 2011).Keluhan ini dapat
saja tidak muncul di pagi hari karena cairan subretina diabsorbsi secara spontan pada saat
malam hari.
3. Diagnosis
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
Pemeriksaan subjektif retina yang dapat dilakukan adalah tajam penglihatan, penglihatan
warna, dan lapangan pandang. Sedangkan pemeriksaan objektif retina adalah
elektroretinograf (ERG), elektrookulograf (EOG) dan visual evoked respons (VER) (Ilyas, S.
2011).
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina:
1. Oftalmoskopi direk dan indirek
2. Ketajaman penglihatan
3. Tes refraksi
4. Respon refleks pupil
5. Gangguan pengenalan warna
6. Pemeriksaan slitlamp
7. Tekanan intraokuler
8. USG mata
9. Angiografi flouresensi
10. Elektroretinogram
Pemeriksaan oftalmologis utama untuk menegakkan diagnosa ablasio retina adalah
dengan menggunakan oftalmoskop. Pada pemeriksaan oftalmoskop ditemukan adanya retina
yang berwarna abu-abu dengan banyak lipatan berwarna putih (Gambar 4). Gambaran koroid
yang normal tidak tampak. Terlihat retina yang berlipat-lipat, dan berubah-ubah bentuknya
jika kepala penderita digerakkan. Pembuluh darah akan terlihat lebih gelap, berkelok-kelok
dan tampak tidak sejajar. Pada beberapa kasus ablasio retina non regmatogen yang rata, tidak
akan tampak retina yang bergelombang, yang terlihat hanya sedikit berubah warna menjadi
abu-abu seperti awan, kadang-kadang gambaran koroid masih terlihat. Pembuluh darahnya
berwarna lebih gelap dan berkelok-kelok, dan refleks cahaya (-) (Ilyas, S. 2001).