Manifestasi klinis artritis gout bervariasi bergantung pada stadium yang sedang terjadi:
1. Hiperurisemia Asimptomatik14
Stadium ini ditandai dengan adanya peningkatan kadar asam urat dalam darah diatas nilai
normal tanpa disertai manifestasi klinis, hiperurisemia bisanya dimulai pada masa pubertas
pada pria yang mempunyai risiko tinggi terjadinya gout tetapi pada wanita fase ini biasanya
mulai setelah menopouse. Nilai normal asam urat dalam darah untuk pria adalah 2 – 7,5 mg/dL,
Fase ini merupakan manifestasi klinis yang paling sering dijumpai. Gambaran klinis sangat
khas sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan mudah. Biasanya menyerang sendi
metatarsofalangeal I (MTP I), selain itu pada pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari
Serangan artritis gout ditandai adanya nyeri yang cepat yang mempengaruhi persendian
dan diikuti panas, bengkak, kemerahan dan sangat nyeri. Nyeri biasanya menyerang satu
persendian (monoartikuler 90%). Kecuali pada wanita yang bersifat poliartikuler. Nyeri pada
artritis gout disebabkan deposit kristal asam urat di dalam jaringan sendi. Bila tidak diobati
Serangan artritis gout ini dapat dicetuskan oleh adanya stres, trauma, infeksi, dehidrasi,
operasi, starvasi, alkohol, obat-obatan, penurunan berat badan, dan makan makanan tertentu
yang berlebihan, selain itu juga ada perubahan profil lipid pada saat serangan artritis gout.
Serangan artritis gout dapat dicegah bila level asam urat serum < 6,0 mg/dl yaitu dengan
cara mempertahankan intake cairan yang adekuat, penurunan berat badan, perubahan diet,
3. Interkritikal Gout
Merupakan fase antara satu serangan akut gout dengan serangan berikutnya pada stadium
awal periode ini biasanya tanpa gejala dan tanpa kelainan pemeriksaan meskipun pada periode
ini bersifat asimtomatik, tetapi kristal MSU dapat ditemukan pada cairan sendi yang terlibat.
Stadium ini dimulai dengan ditemukan adanya topus di sendi atau sekitar sendi. Timbulnya
topus bervariasi antara 3 sampai 42 tahun, kebanyakan setelah 10 tahun dan terjadinya topus
berkorelasi dengan derajat dan lamanya hiperurisemia. Pada kadar asam urat > 11mg/dl
Topus juga dikatakan bahwa makin muda umur dan makin lama menderita artritis gout,
topus dapat ditemukan di daerah kartilago, membran sinovial tendon, jaringan lunak, dan
berbagai tempat seperti telinga, jari-hari tangan, tangan, siku, lutut atau kaki. Topus dapat
single atau multiple, berukuran kecil sampai merupakan gumpalan besar sangat menganggu
pergerakan sendi, sering disertai dengan adanya luka yang mengeluarkan cairan berwarna
keputih-putihan berisi kristal berbentuk jarum. Pada topus kecil yang sukar dibedakan dengan
nodul rematik yang lain. Maka aspirasi sendi atau kristal topus dapat digunakan untuk
memastikan diagnosis.
Apabila tidak ditatalaksana dengan baik serangan artritis gout akan berlangsung lebih
sering, mengenai banyak sendi (poliartikuler), semakin berat dan semakin lama serta gejala
Diagnosis artritis gout akut ditegakan berdasarkan gejala klinis, laboratorium dan
radiologis. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk melihat adanya 3ristal MSU dari
aspirasi cairan sendi dengan mikroskop polarisasi dan pengukuran kadar asam urat darah.
Pemeriksaan radiologis pada sendi yang terkena tidak menunjukan suatu gambaran yang
jika:
c. Arthritis monoartikuler
i. Hiperurisemia
Pada pemeriksaan lab yang dilakukan pada penderita gout didapatkan kadar asam urat
yang tinggi dalam darah ( >6 mg% ). Kadar asam urat normal dalam serum pria 8 mg% dan
pada wanita 7mg%. Sampai saat ini, pemeriksaan kadar asam urat terbaik dilakukan dengan
cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dan LED yang meninggi
sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga tinggi (500mg%/liter per 24jam). Pemeriksaan
radiografi pada serangan artritis gout pertama adalah non spesifik. Kelainan utama radiografi
pada long standing adalah inflamasi asimetri, arthritis erosive yang kadang-kadang disertai
Selain pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan
diagnosis. Cairan tofi merupakan cairan yang berwarna putih seperti susu dan kental sekali.
Diagnosis dapat dikatakan pasti apabila diperoleh gambaran kristal asam urat (berbentuk lidi)
Foto polos juga dapat digunakan untuk mengevaluasi gout, namun, temuan umumnya baru
muncul setelah minimal 1 tahun penyakit yang tidak terkontrol. Pada fase awal dapat
ditemukan pembengkakan asimetris dan edema jaringan lunak sekitar sendi, dengan daerah
yang berawan peningkatan opasitas yang terlihat pada foto polos. Pada tahap berikutnya,
terlihat gambaran lesi punch-out, yang dapat berkembang menjadi sklerotik karena
peningkatan ukuran.18
DIAGNOSA BANDING
1. Rheumatoid arthritis
sendi dan termasuk gangguan auto-imun (hipersensitivitas tipe III). Proses inflamasi ini
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
3. Kekakuan pagi hari, selama lebih dari satu jam: dapat bersifat generalisata tetapi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
4. Artritis erosif: merupakan ciri khas dari penyakit ini pada gambaran radiologik.
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dan subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olecranon (sendi siku) atau sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan. Walaupun demikan, nodul-nodul ini dapat juga timbul pada
tempat lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan petunjuk dari suatu
2. Osteoartritis
kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering
terkena OA.15
Gambaran klinis umunya berupa nyeri sendi terutama apabila bergerak atau
menanggung beban. Dapat pula terjadi kekauan sendi jika sendi bergerak lama, tetapi
akan hilang setelah sendi digerakkan. Kekakuan dipagi hari, tetapi hanya bertahan
sendi yang terganggu adalah sumber nyeri.3 Pada sebagian pasien OA lanjut , nyeri
fagositosis shard tulang rawan dan tulang permukaan sendi yang mengalami abrasi,
proteoglikan dari tulang rawan. Efusi sinovium, bila ada biasanya tidak besar, pada
asimetris.16,17,18
Gambaran lain adalah keterbatasan dalam gerak, nyeri tekan local, pembesaran
tulang disekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi sebagai akibat pergesekan
permukaaan yang terpajan. Perubahan yang khas adalah nodus Heberden pada sendi
Perubahan yang khas juga terjadi pada tulang belakang yang akan menjadi nyeri,
kaku, dan akan mengalami keterbatasan dalam bergerak. Pertumbuhan tulang yang
berlebihan atau spur dapat mengiritasi radiks yang keluar dari tulang vertebra. Hal ini
gerak. Ada penderita yang mengeluh sakit kepala sebagai akibat langsung dari OA
Secara umum penanganan artritis gout dilakukan dalam 3 langkah yaitu: (1) mengobati
serangan akut, (2) melakukan profilaksis untuk mencegah peradangan akut berulang dan, (3)
menurunkan kadar asam urat yang berlebihan untuk mencegah peradangan dan penimbunan
kristal asam urat di jaringan. Langkah-langkah tersebut dapat berupa pemberian edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak
Kondisi yang terkait dengan hiperurisemia adalah diet kaya purin, obesitas, serta sering
meminum alkohol. Purin merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat
dalam tubuh, sehingga diet purin merupakan cara terbaik dalam pengobatan asam urat.
(Juandy, 2007). Penanganan gout arthritis secara non medikamentosa adalah memberikan
edukasi, pengaturan diet dan istirahat sendi. Pengaturan diet seharusnya rendah lemak dan
protein. Sebuah penelitian pada tahun 2004 menjelaskan bahwa daging sapid dan seafood
sangat meningkatkan resiko terjadinya gout. Namun sayur-sayuran tinggi purin seperti
asparagus, blumkol, bayam tidak meningkatkan resiko gout. Susu dan keju dapat
menurunkan secara signifikan kemungkinan terjadinya gout. Konsumsi dua atau lebih
softdrink tiap harinya mempunyai resiko 85% lebih tinggi terjadi gout dibandingkan
dengan yang minum satu kaleng tiap bulan. Ini karena softdrink mengandung kadar
pemanis yang tinggi (Fructose corn syrup), yang akan mengakibatkan hiperurikemi dalam
darah.
2. Terapi Medikamentosa
Pengobatan artritis gout akut bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri dan
peradangan dengan kolkisin, OAINS, kortikosteroid, atau hormon ACTH. Obat penurun
asam urat seperti allopurinol atau obat urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut,
namun pada pasien yang telah rutin mendapat obat penurun asam urat sebaiknya tetap
diberikan. 11
Sebagai aturan umum, penderita hiperurisemia yang asimptomatis tidak perlu diterapi,
meskipun pada pemeriksaan USG menunjukkan adanya timbunan kristal asam urat dalam
jaringan lunak pada sebagian kecil pasien.12,13 Namun pasien dengan kadar asam urat lebih
dari 11mg/dl yang mengeskresikan asam urat berlebihan lewat urin beresiko tinggi terkena
batu ginjal dan gangguan fungsi ginjal, sehingga perlu dilakukan pemantauan fungsi
ginjal.10
Tofus sebaiknya tidak dilakukan pembedahan kecuali jika berada di lokasi yang kritis.
Pembedahan baru diindikasikan bila terdapat komplikasi dari topus meliputi infeksi,
deformitas sendi, penekanan (seperti penekanan pada spinal cord ataupu cauda ekuina oleh
topus) dan nyeri yang tidak teratasi sebagai akibat erosi topus. Pada 50% pasien yang
Terapi pada serangan akut lebih diarahkan pada menghilangkan rasa nyeri dan
peradangan. Pilihan terapi untuk serangan akut yaitu NSAID, kortikosteroid, kolkisin dan
ACTH.13 NSAID diberikan full dose selama 2-5 hari, bila perbaikan, dosis dikurangi
hingga kira-kira setengah hingga seperempatnya. Pada dasarnya, NSAID yang digunakan
sebaiknya merupakan inhibitor yang selektif terhadap COX-2.13 Akan tetapi, di Indonesia
sering digunakan indometasin dengan dosis150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan 75-100
mg/hari untuk minggu berikutnya atau sampai nyeri dan peradangan berkurang. Dapat juga
diberikan Naproxen 3x750 mg selama 2-3 hari kemudian dilanjutkan 3x250 mg atau
sodium diklofenak 3x50 mg. Adapun dosis kolkisin adalah 1,2 mg inisial diikuti oleh 0,6
mg per jam hingga dosis total 4,8 mg dalam waktu 6 jam. Di amerika, kolkisin sudah
jarang digunakan. Kortikosteroid dan ACTH diberikan apabila pemberian kolkisin dan
Jika pasien tidak menunjukkan respon yang adekuat terhadap terapi inisial dengan obat
tunggal, ACR menyarankan untuk menambahkan obat kedua sebagai terapi kombinasi.
Selain itu, penggunaan terapi kombinasi dari awal juga sangat tepat untuk serangan akut
gout yang berat, khususnya bila menyerang banyak sendi besar (poliartikular). Regimen
Kolkisin + NSAIDS
Pada stadium interkritik dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan
kadar asam urat hingga normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat allopurinol bersama
Berikut ini adalah golongan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi
hiperurisemia :
b. Golongan urikosurik20
Obat-obat golongan ini dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan
ekskresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu, fungsi ginjal yang baik sangat
golongan obat ini memerlukan asupan cairan minimal 1500 ml/hari untuk
meningkatkan ekskresi asam urat (Price dan Wilson, 2005). Obat-obat urikosurik
diantaranya adalah :
i. Probenesid
Probenesid biasanya dimulai pada dosis 0,5 mg secara oral setiap hari dalam
tidak diinginkan.
ii. Sulfinpirazon
Sulfinpirazon dimulai pada dosis oral 200 mg sehari, meningkat sampai 400-
800 mg sehari. Harus diberikan dalam dosis terbagi bersama makanan untuk
menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Allopurinol juga menurunkan
allopurinol cukup diberikan satu kali sehari. Dosis awal untuk allopurinol adalah
100 mg sehari, dosis allopurinol dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari tergantung
pada respon kadar asam urat. Efek samping pada pemakaian allopurinol yaitu
terjadi gangguan gastrointestinal termasuk mual, muntah dan diare, terjadi reaksi
alergi, toksisitas hati, neuritis perifer dan lain-lain (Katzung, 2002). Mekanisme
inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol (Katzung, 2002)
KOMPLIKASI
Komplikasi pada gout berhubungan dengan hiperurikemia kronis. Pada arthritis gout
kronis dapat terjadi kerusakan sendi, bahkan dapat menyebabkan deformitas. Gout juga dapat
menimbulkan nefrolithiasis yang diakibatkan oleh nefropati urat sehingga dapat timbul gagal
ginjal kronis.21
PROGNOSIS
1. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit
3. Andreoli TE. Bennett JC, carpenter CCJ. Plum F. Hyperuricemia and Gout. In Cecil
2008
2010;44:1090–6.
7. Choi HK, Mount DB, Reginato AM. Pathogenesis of gout. Annals of Internal Medicine
2011;143: 499-515.
8. Pope RM, Tschopp J. The Role of Interleukin-1 and the inflammasome in gout:
10. Sumariyono. Diagnosis dan tatalaksana artritis gout akut. In:Gustaviani R, Mansjoer A,
Rinaldi I eds. Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 2007. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
12. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. 2008. Estimates of the prevalence of
arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part II. Arthritis Rheum.
58(1):26–35.
13. Rothschild BM. Gout and Pseudogout Treatment & Management. Emedicine online. 2015.
14. De Miguel E, Puig JG, Castillo C, Peiteado D, Torres RJ, Martín-Mola E. Diagnosis of
gout in patients with asymptomatic hyperuricaemia: a pilot ultrasound study. Ann Rheum
15. Soeroso, Joewono.Isbagio, Harry.dkk.Osteoartritis. Dalam: Sudoyo, Aru W.dkk. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta. Penerbit InternaPublishing. 2009. Hal:
2538-2548.
16. Burns, Dennis K. Penyakit Sendi. Dalam: Hartanto, Huriawati. Robbins: Buku Ajar
Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2007. Hal: 862-864.
17. Carter, Michael A. Osteoartritis. Dalam: Hartanto, Huriawati. Patofisiologi: Konsep Klinis
EGC.2006.Hal:1380-1383.
19. Kasmir, Yoga. 2009. Penatalaksanaan Osteoartritis. Sub-bagian Reumatologi, Bagian Ilmu
20. Katzung, B.G. (2002). Farmakologi: Dasar dan Klinik. Jilid 3. Diterjemahkan oleh: Bagian
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI Jakarta, 2006. Hal 1218-1220.
22. Mansjoer,A., dkk, 2004. Reumatologi. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1
Cetakan Keenam. Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI, Jakarta. Hal 542-546.