Anda di halaman 1dari 7

2.

9 Manifestasi Klinis Katarak Traumatika

Gambaran klinis yang dapat ditemui antara lain adalah:p


1. Penurunan ketajaman visus
Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan signifikan pada
ketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya akan ditemui penurunan
tajam penglihatan dekat signifikan dibanding penglihatan jauh, mungkin disebabkan
oleh miosis akomodatif. Jenis katarak yang berbeda memiliki tajam penglihatan yang
berbeda pula. Pada katarak subkapsuler posterior dapat sangat mengurangi
ketajaman penglihatan dekat menurun daripada penglihatan jauh. Sebaliknya katarak
nuklear dikaitkan dengan tajam penglihatan dekat yang tetap baik dan tajam
penglihatan jauh yang buruk. Penderita dengan katarak kortikal cenderung
memperoleh tajam penglihatan yang baik.
2. Silau
Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan sinar langsung.
Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak subkapsuler posterior dan juga katarak
kortikal. Jarang pada katarak nuklearis
3. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan signifikan
dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan pemeriksaan Snellen.
Pada pasien katarak akan sulit membedakan ketajaman gambar, kecerahan, dan jarak
ruang sehingga menunjukkan adanya gangguan penglihatan.
4. Pergeseran miopia
Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat akan
mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi lagi dan tidak
membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien yang tidak menggunakan
kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa penglihatan jauhnya kabur sehingga ia akan
meminta dibuatkan kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran miopia atau
penglihatan sekunder, namun keadaan ini bersifat sementara dan terkait dengan
stadium katarak yang sedang dialaminya.
5. Diplopia monokuler
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia lihat, ini
dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks refraksi berbeda
akibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan menggunakan retinoskopi
atau oftalmoskopi langsung, akan ditemui perbedaan area refleks merah yang jelas
terlihat dan tidak terlalu jelas.

2.10 Diagnosis Katarak Traumatika


2.10.1 Anamnesis

Keluhan utama pasien bervariasi tergantung dari mekanisme terjadinya


trauma. Pada trauma tumpul biasanya pasien mengeluh berkurangnya
penglihatan yang terjadi secara progresif sedangkan pada trauma tajam
penglihatan pasien berkurang secara tiba-tiba. Pada anamnesis penting untuk
menanyakan onset, durasi dan mekanisme trauma ataupun penyebab trauma.
Selain itu juga perlu menanyakan apakah ada penglihatan ganda atau diplopia,
riwayat operasi mata maupun penyakit glaukoma.p,q

2.10.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menyeluruh perlu dilakukan termasuk


pemeriksaan saraf kranialis, khususnya pada kasus yang berhubungan dengan
onset akut diplopia. Penting juga untuk melakukan prosedur ABC (Airway,
Breathing, Circulation) pada kasus dengan trauma multipel.q

Pemeriksaan fisik pada mata yang dilakukan yaitu:q

a. Visus : visus yang bisa dikoreksi maupun tidak bisa membantu untuk
merencanakan terapi apa yang dibutuhkan terutama pada onset awal
terjadinya katarak. Penting juga untuk melihat proyeksi pantulan cahaya pada
retina karena dapat menilai ada atau tidaknya komplikasi pada segmen
posterior dari trauma tumpul seperti retinal detachment.
b. Bola mata: deviasi okular dan pergerakan uniocular maupun binokular perlua
diperiksa.

c. Palpebra: dapat ditemukan adanya laserasi ataupun jaringan parut atau scar,
pada bola mata perlu menilai pergerakan dan ada tidaknya deviasi.

d. Konjungtiva: menilai ada tidaknya subconjunctival hemorrhage, kemosis


ataupun scar.

e. Kornea: pada pemeriksaan menggunakan slit lamp penting untuk menilai ada
tidaknya cornea clouding/edema, perforasi, scar, sutura pada perforasi yang
sudah sembuh dan korpus alienum di daerah intrastromal.

f. Sklera: menilai ada tidaknya perforasi ataupun scar.

g. Kamera okuli anterior: menilai ada tidaknya flare maupun hifema dan
kelainan pada vitreous ataupun lensa.

h. Iris: menilai adanya iridonesis, iridodialisis, sinekia posterior ataupun atrofi


dari iris.

i. Pupil: menilai adanya robekan sfingter, pupil eccentric atau traumatic


mydriasis, bentuk bulat, oval atau irregular, reflex cahaya langsung maupun
tidak langsung juga perlu dinilai. Adanya pupil relative afferent pathway
defect (RAPD) mengindikasikan adanya komplikasi pada segmen posterior
seperti retinal detachment atau neuropati optik traumatika.

j. Lensa: dinilai tipe dan tingkat kekeruhan lensa, kapsul anterior intak atau
rupture. Pada pasien usia muda opasitas biasanya terlokaliksasi dan dimulai
di daerah subkapsular dan akhirnya terletak sangat dalam karena
pembentukan serat lensa yang baru. Pada pasien usia lanjut, biasanya katarak
lebih difus dan progresif karena proses degenerasi katarak senilis.

Kasifikasi katarak traumatik berdasarkan bentuknya yang disebabkan oleh


trauma tumpul:

a. Vossius Ring
Vossius ring adalah deposisi pigmen iris pada epikapsular lensa. Cincin
berwarna merah kecoklatan, terletak berhubungan dengan lubang pupil
lebarnya kurang lebih 1 mm, terbentuk karena miosis yang ekstrim pada
saat trauma. Cincin juga terkadang terbagi dalam segmen karena
kontriksi permukaan iris posterior. Pada beberapa waktu, dapat
ditemukan cincin ganda karena kontriksi pupil yang tiba-tiba lalu
didilanjutkan dengan dilatasi pupil.

Gambar 2.10 Vossius Ringq

b. Localized Subcapsular Opacities

- Disseminated subepithelial opacity: opasitas kecil, seperti serpihan


pada subkapsular anterior. Dapat juga tampak opasitas yang luas,
bulat, dan berlapis disebut juga Cataract Nodiformis.

- Cobweb opacity: tampak opasitas yang difus pada subkapsular, banyak


pada pasien usia muda.

- Zonular (Lamellar) opacity: muncul sebagai hasil opasitas yang


tersebar luas di atas lensa. Densitas berbeda-beda dengan batas
ireguler.

- Early Rosette cataract: terjadi dalam waktu singkat setelah trauma


(beberapa jam sampai beberapa minggu), terlihat droplet yang
terbentuk diantara serat lensa yang kemudian membentuk sinar pararel
yang memancar dari garis sutura yang gelap. Pada cedera yang ringan,
tampak translusen dan menghilang dalam beberapa hari.

- Late Rosette cataract: muncul beberapa tahun setelah trauma. Terletak


dalam di korteks atau nukleus yang disebabkan karena
kerusakanminimal pada serat subkapsular. Sutura tampak diantara
kelopak yang dibentuk oleh potongan cahaya dari dua sutura yang
berdampingan.

Gambar 2.10 Rosette cataractq

2.10.3 Pemeriksaan Penunjang Katarak Traumatika

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:y

a. Funduskopi: Dialisis retinal, robekan retina raksasa dengan retinal


detachment dan lubang pada makula dapat terjadi akibat trauma.
Oftalmoskopi indirek dengan indentasi perifer harus dilakukan. Dapat pula
ditemukan commotio retinar, avulsi diksus optikus, atau nerupati optik
traumatika.

b. Tekanan Intra Okular: dapat meningkat karena reseksi atau subluksasi atau
kerusakan pada trabecular, tekanan intraocular juga dapat menurun pada
perforasi dari bola mata atau hilangnya vitreous humor. Pada kasus trauma
akut biasanya tekanan intraocular rendah karena syok silier.
c. Gonioskopi: reseksi sudut, pigmentasi, siklodialisis, dialisis zonular dan
trabekular dapat tampak.

d. Ultrasonografi : untuk menilai segmen posterior bila mata

e. X-ray orbita: untuk melihat cedara orbital ataupun fraktur tulang orbita.

2.11. Diagnosis Banding Katarak Traumatika

a. Katarak Uveitik

Katarak adalah salah satu komplikasi pada pasien dengan uveitis. Pembentukan
katarak pada uveitis biasanya disebabkan oleh inflamasi yang tidak terkontrol dan
penggunakan kortikosteroid baik topikal maupun sistemik.r

b. Glaucomafleckens

Glaucomaflecken adalah epitel putih keabuan dan opasitas korteks lensa anterior
yang terjaid setelah episode meningkatnya TIO yang bermakna, seperti pada
glaukoma akut sudut tertutup. Secara histopatologi, glaucomflecken terdiri dari
sel epitelial lensa yang nekrosis dan korteks subepiteliat yang mengalami
degenerasi.s

c. Drug Induced Cataract

Drug induced lens cataract merupakan katarak atau kekeruhan lensa mata yang
disebabkan oleh karena penggunaan obat tertentu. Dalam kondisi ini, obat yang
paling banyak ditemukan memiliki risiko besar untuk menginduksi timbulnya
katarak adalah obat-obatan golongan steroid. Biasanya kekeruhan mengenai
kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama.t
DAFTAR PUSTAKA

p. Sitorus RS, et al. (Ed). Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: BP FKUI. 2018
q. Singha D, Falera R, Kaur M. “Traumatic Cataract” in Maharana PK, Sharma N, Kumar A (Eds).
Ophthalmology Clinics for Postgraduates. Medical Publisher Jaypee Brothers: 2017
r. Garcia AR, et al.Uveitis Cataract. American Association of Ophthalmology. December 16th
2015.
S. American Academy of Ophthalmology. Glaukomflecken. AAO.2018
T. T.Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta: EGC;

2010.

Anda mungkin juga menyukai