Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

OLEH:

GREGORIUS GELU

181111052

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021
1.1 PENGERTIAN
A. Pengertian Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa,umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun.Katarak sering terjadi secara bilateral, tetapi tiap katarak
mengalami kemajuan secaraindependen. Pembedahan biasanya dilakukan pada
pasien rawat jalan; namun tinggalsemalam mungkin perlu sehubungan dengan adanya
kondisi medik lain. (Doenges, 1999). Katarak dapat didefinisikansebagai segala jenis
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata.(Chris Tanto, 2014)
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1.Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2.Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3.Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DMdapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang
akan menimbulkankatarak komplikata.
4.Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika
lahir (sudahterlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di
bawah usia40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarakinimerupakan pros es degeneratif ( kemunduran ) dan
yang paling s ering ditemukan.
e. Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1)Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa
mata masihsangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa.Kekeruhan lensa berbentuk
bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.P enderita pada
s tadium ini s eringkali tidak meras akan keluhan
atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2)Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3)Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsungdan bertambah sampai menyeluruh pada bagian
lensa sehingga keluhanyang sering disampaikan oleh
penderita katarak pada saat ini adalah k e s u l i t a n s a a t
membaca, penglihatan menjadi kabur, dan
k e s u l i t a n melakukan aktifitas sehari-hari.
4)K a t a r a k hipermatur : terdapat bagian permukaan
l e n s a y a n g s u d a h merembes melalui kapsul lensa dan bisa
menyebabkan perdangan padastruktur mata yang lainya.

C. TANDA DAN GEJALAH

Manifestasi Klinis Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1.Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silauserta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatantadi.
2.Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3.Gejala objektif biasanya meliputi:
a.Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina takakan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajammenjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandanganmenjadi kabur
atau redup.
b.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan
akan bertambah putih.
C Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar- benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1.Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2.Gangguan penglihatan bisa berupa:
3.Peka terhadap sinar atau cahaya.
4.Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5.Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6.Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau
vitreus humor, kesalahan refraksi,  atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.
2.      Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada
hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3.      Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler (TIO) (NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup
glaukoma.
4.      Test provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
5.      Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi
lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan
pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
6.      Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan anemia sistemik/ infeksi.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
arterosklerosis, PAK.
7.      Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan adanya/kontrol diabetes.

E. KOMPLIKASI
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma dan uveitis.
Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang menyebabkan atrofi
saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges, 2000). Uveitis adalah inflamasi
salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer, 2002).
F. PATOFISIOLOGI
 Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun,
dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga
diakibatkan oleh kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan
protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha
mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum
berhasil dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir – akhir ini, peran
radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil,
tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah
yang spanjan g tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat
pada usia 65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet
memang mempengaruhi efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 – 56 )
PATWEY KATARAK

 Penyakit
metabolik(misalny
a DM)
 Cedra mata
 Usia lanjut dan
proses penuaan

Nukleus mengalami
perubahan warna menjadi
choklat kekuningan Kurang terpapar terhadap
MK. DEFISIENSI informasi tentang prosedur
PENGETAHUAN Perubahan fisik (perubahan pada serabut tindakan pembedahan
halus multiple (zunula) yang memangjang dari
badan siler kesekitar daerah lensa
MK. ANSIETAS

Tidak mengenal Hilangnya tranpalansi lensa


sumber informasi

Prubahan kimia dalam


protein lensa

koagulasi
Gangguan penerimaan Prosedur invasive
sensor pengangkatan
Penggabutan katarak
pandangan

MK. RISIKO INFEKSI


Terputusnya protein lensa disertai influks
Menurunnya ketajaman air kedalam lensa
penglihatan

Degenerasi lensa
MK. RESIKO JATUH
KATARAK
G. PENATAKALSANAAN
POST operasi
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu
MK. NYERI AKUT dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.    Tindakan
operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak
semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3
struktur:
 Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
 Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga
mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga
mata bisa fokus pada objek jauh
 Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada
iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan
katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a.       Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
b.      Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c.       Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/6
2.1 ASUHAN KEPRAWATAN KATARAK
A. PENGKAJIAN
1.      Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a.       Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan
keterangan lain mengenai identitas pasien.
b.      Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
·      Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) .
·      Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
·      Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
·      Perubahan daya lihat warna
·      Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata
·      Lampu dan matahari sangat mengganggu
·      Sering meminta ganti resep kaca mata
·      Lihat ganda
·      Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
·      Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
c.       Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
·      DM
·      hipertensi
·      pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu
resiko katarak.
·      Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
·      ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid / toksisitas fenotiazin.
·      Kaji riwayat alergi
d.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress.

2.      Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat
lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop
sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros
mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,
sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
B.       Data Dasar Pengkajian
1.      Aktifitas/istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.      Makanan/cairan
Gejala : muntah/mual (glaukoma akut).
3.      Neurosensori
·       Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/
merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/
pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut). Perubahan
kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
·      Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat). Peningkatan air mata.
4.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).
5.      Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi,
gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

C.      Diagnosa Keperawatan


    Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan/pengobatan
    Resiko terhadap cedera dan yang berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan.
D.      Intervensi
  Diagnosa 1
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan/pengobatan
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
Intervensi
1.      Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur lensa
2.      Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
3.      Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung, penggunaan sprey, bedak bubuk,
merokok
4.      Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan atau
penutup padaa malam
5.      Anjurkan pasien tidur telentang mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca
mata gelap bila keluar atau dalam ruangan terang, batuk dengan mulut atau mata
terbuka

Diagnosa 2
Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan.
Tujuan : pencegahan cedera.
Intervensi
1.      Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil dan
mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Ingat bahwa balutan
bilateral menjadikan pasien tak dapat melihat, mengunakan tekhnik bimbingan
penglihatan.
2.      Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataaan meja-kursi tanpa
pasien diorentasi terlebih dahulu.
3.      Orientasikan pasien pada ruangan.
4.      Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan.
5.      Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
6.      Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
DAFTAR PUSTAKA

 Sherwood Lauralee.2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

 Staifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika

Anas Tamsuri,  2011, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC

Sidarta llyas, 2003, Ilmu Penyakit Mata Jakarta FKUI

Dongoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan  Keperawatan. Edisi 3. ( I Made  


        Kariasa, dkk, penerjemah). Jakarta : EGC.

stiqomah, Indriyana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC.

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata.  Jakarta :  CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai