Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PERI OPERATIF KATARAK PADA PASIEN NY. R


DI RSUD PRABUMULIH

DISUSUN OLEH :

NAMA : M. Yuda Saputra

NIM : PO.71.20.2.19.061

TINGKAT: III.B

DOSEN PEMBIMBING : SURYANDA S.pd,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK PADA PASIEN NY.R

DI WILAYAH KERJA RSUD PRABUMULIH

Telah di Sah kan dan Disetujui Pada :

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh :

Pembimbing Lahan Mahasiswa

Dosen Pembimbing
BAB I
LANDASAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian Katarak

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-
duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000 : 62).

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai
keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008) Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang
berkabut (opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul
pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002). Katarak merupakan
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan
(Admin,2009).

B. Etiologi

Katarak Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000) :

a. Usia lanjut dan proses penuaan


b. Congenital atau bisa diturunkan
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
d. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic (misalnya diabetes) dan obat-
obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
e. Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
f. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
g. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/ gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
h. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
i. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
j. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

2. Gejala objektif biasanya meliputi:


a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayanganterfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Penglihatanseakan-akan
melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
3. Gejala umum gangguan katarak meliputi:

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Gangguan penglihatan bisa berupa:
1) Peka terhadap sinar atau cahaya.
2) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
4. Gejala lainya adalah :
a. Sering berganti kaca mata
b. Penglihatan sering pada salah satu mata.

D. Klasifikasi Katarak

Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.


2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a) Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun)
b) Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun
c) Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun.
d) Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakan proses degenerative (kemunduran) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
a. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal,
bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
b. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih .
c. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh
penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur,
dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
d. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bias menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
E.Patofisiologis

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan.Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol,
merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

F.Pathway Katarak

Usia lanjut dan congenital atau cedera mata penyakit metabolik

Proses penuaan bisa diturunkan ( misalnya DM)

DEFISIENSI Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


PENGETAHUAN Coklat kekuningan

Tidak Perubahan fisik ( perubahan pada serabut halus multiple (zunula)

mengenal Yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa ) kurang terpapar

sumberinformasi Terhadap informasi tentang

Hilangnya transparansi lensa prosedur tindakan

Pembedahan

Perubahan kimia dalam protein lensa

RESIKO CEMAS / ANSIETAS

CIDERA Koagulasi

gangguan Mengabutkan pandangan

penerimaan

sensori Terputusnya protein lensa disertai influsi air Prosedure invasive

organ Pengangkatan katarak

indera Usia meningkat

RESIKO INFEKSI

menurunya ketajaman Penurunan enzin menurun

penglihatan

Degenerasi pada lensa

GANGGUAN PERSEPSI

SENSORI PERSEPTUAL KATARAK

PENGLIHATAN

POST OP NYERI AKUT

G.Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis, glaukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma .
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

H. Penatalaksanaan

1. Pencegahan

Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung


vitamin C, vitamin B2, vitamin A dan vitamin E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar
matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat
keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur
ini meliputi pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa
fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui
insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah
nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspires melalui alat
yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler

Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa
diangkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika
cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.
Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan. Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata. Koreksi optikal yang dapat
dilakukan diantaranya:

1. Kaca Mata Apikal


Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran
25% - 30% menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan
kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-benda Nampak jauh lebih dekat
dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. Memerlukan waktu penyesuaian yang lama
ampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman
dengan medan pandang yang terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini memberikan
rehabilitasi visual yang hamper sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara
memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa
kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan,
sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata.
Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu
menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95% IOL di pasang di kamera posterior,
sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani
ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur
ekstrakapsuler.

I. KOMPLIKASI

1. Glaucoma

2. Uveitis

3. Kerusakan endotel kornea

4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid

6. Endoftalmitis

7. Fistula luka operasi

8. Pelepasan koroid

9. Bleeding

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Anamnesa

Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :


1)    Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya pada usia lanjut
dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia >
40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung atau Pada
pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-
X, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.

2)    Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :

·         Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).

·         Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.

·         Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.

·         Perubahan daya lihat warna.

·         Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.

·         Lampu dan matahari sangat mengganggu.

·         Sering meminta ganti resep kaca mata.

·         Lihat ganda.

·         Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).

·         Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.

3)    Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :

·         DM
·         Hipertensi

·         Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.

4)    Aktifitas istirahat

Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.

5)    Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau
mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)

6)    Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

7)    Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata
melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan
pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil
terjadi pada katarak matur.

c.    Pemeriksaan Diagnostik

1)  Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan):
mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau
jalan optic.

2)  Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng


optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.

3)  Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.

4)  EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.

5)  Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

B.    Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana perawat secara
kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam, 2001).

Diagnosa yang bisa diambil:


1) Ansietas b.d kekwatiran mengalami kegagalan dalam pre op(rencana operasi)
2) Resiko infeksi b.d luka insisi
3) nyeri akut b.d agen pencendera fisik (prosedur operasi)
C. Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi
atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi(Nursalam,2001). Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:

Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi:

- identifikasi saat tingkat ansietas berubah

- pahami situasi yang membuat ansietas

- Latih teknik relaksasi

- kolaborasi pemberian obat antiansietas

Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi:
- Sterilkan kamar operasi
-Sterilkan instrumen operasi
-cuci tangan steril
-Disenfeksi daerah operasi S & B &U sesudah operasi D & qxaq betadine dan
alkohol
- Tutup luka dengan kasa dan plester
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi:
- Indentifikasi lokasi, karekteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri

- Kolaborasi pemberian analgetik

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahas I Made Kariasa.
Jakarta : EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI \ Smeltzer, Suzanne C.
2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai