DISUSUN OLEH :
NIM : PO.71.20.2.19.061
TINGKAT: III.B
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
BAB I
LANDASAN TEORITIS
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-
duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000 : 62).
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai
keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008) Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang
berkabut (opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul
pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002). Katarak merupakan
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan
(Admin,2009).
B. Etiologi
Katarak Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000) :
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
D. Klasifikasi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan.Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influx air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol,
merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
F.Pathway Katarak
mengenal Yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa ) kurang terpapar
Pembedahan
CIDERA Koagulasi
penerimaan
RESIKO INFEKSI
penglihatan
GANGGUAN PERSEPSI
PENGLIHATAN
G.Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis, glaukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma .
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa
diangkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika
cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.
Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan. Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata. Koreksi optikal yang dapat
dilakukan diantaranya:
I. KOMPLIKASI
1. Glaucoma
2. Uveitis
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
BAB II
A. Pengkajian
a. Anamnesa
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya pada usia lanjut
dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia >
40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung atau Pada
pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-
X, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
· Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
· Lihat ganda.
· DM
· Hipertensi
· Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau
mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)
6) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata
melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan
pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil
terjadi pada katarak matur.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan):
mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau
jalan optic.
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana perawat secara
kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001).
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi:
- Sterilkan kamar operasi
-Sterilkan instrumen operasi
-cuci tangan steril
-Disenfeksi daerah operasi S & B &U sesudah operasi D & qxaq betadine dan
alkohol
- Tutup luka dengan kasa dan plester
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi:
- Indentifikasi lokasi, karekteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahas I Made Kariasa.
Jakarta : EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI \ Smeltzer, Suzanne C.
2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo.
Jakarta: EGC.