Disusun oleh :
Kelompok 4
C. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katara
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usi
a 40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. . Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis kat
arak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering
ditemukan
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata ma
sih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa
. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gang
guan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsu
ng dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluh
an yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah k
esulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melaku
kan aktifitas sehari-hari.
4) 4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah me
rembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada stru
ktur mata yang lainya.
D. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan.
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabete
s) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/ganggua
n metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.
PATHWAY
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK
Post op Nyeri
F. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3. Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan t
ampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan t
erfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif
Gejala Umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
Gejala lainnya adalah :
1) Sering berganti kacamata
2) Penglihatan sering pada salah satu mata.
G. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, p
englihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri
11. Pemeriksaan lampu slit
12. A-scan ultrasound (echography)
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
I. Penatalaksaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar
matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam
dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior
dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason
frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel
yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula di
pisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsu
la lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara l
embut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal
yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi
spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah
garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama
sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak,
dan berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini m
emberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang m
ampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa konta
k. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena keba
nyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien me
merlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dal
am mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran nor
mal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekita
r 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior. Len
sa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi intraka
psuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prose
dur ekstrakapsuler.
I. Pengkajian
Hari/Tanggal pengkajian :
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. AN
Umur : 4 bulan
Diagnosa Medis : Katarak Kongenital
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan terdapat bintik putih ditengah mata anaknya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
TTV : TD = -
N = -
RR =-
S =-
SP02 = - %
Antropometri : BB = Kg
TB = Cm
2. Kulit
Keadaan pasien normal, tidak ada tampak kemerahan pada kulit.
3. Kepala dan Leher
Keadaan umun kepala pasien bersih, tidak ada lesi dan bentuk
kepala simetris.
4. Penglihatan dan Mata
Keadaan mata pasien terlihat pada pupil leocokornea sentral,
reaksi anak terhadap cahaya tidak begitu merespon.
E. DATA FOKUS
1. Data Subjektif
a. Ibu pasien mengatakan terdapat bintik putih pada bagian mata
b. Ibu pasien mengatakan riwayat kehamilannya pada saat trismester
II pernah tertular penyakit campak german
2. Data Objektif
a. pasien tampak terdapat katarak pada pupil leocokornea sentral
b. reaksi anak terhadap cahaya tidak begitu merespon
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
III. PERENCANAAN