Anda di halaman 1dari 11

TELAAH JURNAL

PENGARUH TERAPIMUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DENGAR DI RSJ
TAMPAN PROVINSI RIAU

Disusun Oleh:
RIZA SULASTRI
G3A016243

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukursayapanjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan telaah jurnaldengan
judul “Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
Pada Pasien Halusinasi Dengar”. Yang ditempuh sebagai salah satu tugas praktik
klinik di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo Ruang 8 (Irawan) Keperawatan Stase
Jiwa pada Program PendidikanProfesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Dengan terselesainya makalah ini, maka saya mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu sehingga
tugas telaah jurnal ini terselesaikan, terutama padapembimbing Stase Jiwa.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan telaah jurnal ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, demi kesempurnaan telaah jurnal ini saya
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.
Semoga makalah telaah jurnal ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah respon maladaptif dari lingkungan internal dan
eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma lokal atau budaya setempat dan menganganggu fungsi sosial,
pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2005). Pengertian ini menjelaskan klien
dengan gangguan jiwa akan menunjukan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma masyarakat dimana perilaku tersebut mengganggu fungsi sosialnya.
Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa insidennya masih cukup tinggi.
Gangguan jiwa di Indonesia menjadi masalah yang cukup serius.
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia tahun 2007 sebesar 4,6%, sedangkan di
Jawa Tengah 3,3% (Balitbangkes 2013).Data dari WHO pada tahun 2006,
terdapat 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka gangguan jiwa di Indonesia
mencapai 12% - 16% dari populasi penduduk.
Salah satu diagnosis gangguan jiwa yang sering dijumpai adalah
Skizofrenia, penderita skizofrenia akan mengalami gejala gangguan realitas
seperti waham dan halusinasi(Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Halusinasi
adalah perasaan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas dari luar
diri klien terhadap panca indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau
bangun (Azizah, 2011). Halusinasi terbagi dalam 5 jenis, yaitu halusinasi
penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan,
dan halusinasi pendengaran (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2012).
Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang paling sering dialami oleh
penderita gangguan mental, misalnya mendengar suara melengking, mendesir,
bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. (Baihaqi, Sunardi, Riksma, &
Euis, 2005).
Terapi musik merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang
digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam
gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologi. Musik
memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang.Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat
meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spritual (Aldridge, 2008).
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk menganalisis jurnal
Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada
Pasien Halusinasi Dengar.
B. TUJUAN
Tujuan dari analisis jurnal ini adalah mahasiswa dapat menganalisis
pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat halusinasi pada
pasien halusinasi pendengaran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. JURNAL KEPERAWATAN JIWA


Jurnal keperawatan jiwa yang utama digunakan dalam analisis jurnal ini
adalah Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Dengar di RSJ Tampan Provinsi
RiauJurnal ini diterbitkan pada tahun 2014.
Penulis jurnal ada tiga orang yaitu Rafina Damayanti, Jumaini, Sri
Utami. Penulis-penulis tersebut tergabung dalam Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau.
B. DASAR TEORI YANG RELEVAN
Halusinasiadalahperasaantanpaadanyasuaturangsangan (objek) yang
jelasdariluardiriklienterhadappancainderapadasaatkliendalamkeadaansadaratau
bangun (Azizah, 2011).Halusinasiterbagidalam 5 jenis,
yaituhalusinasipenglihatan, halusinasipenghidu, halusinasipengecapan,
halusinasiperabaan, danhalusinasipendengaran (Keliat, Akemat, Helena,
&Nurhaeni, 2012).Halusinasipendengaranadalahhalusinasi yang paling
seringdialamiolehpenderitagangguan mental,
misalnyamendengarsuaramelengking, mendesir, bising, dandalambentuk kata-
kata ataukalimat.Individumerasasuaraitutertujupadanya,
sehinggapenderitaseringterlihatbertengkaratauberbicaradengansuara yang
didengarnya (Baihaqi, Sunardi, Riksma, &Euis, 2005).Salah
satuterapinonfarmakologi yang
efektifadalahmendengarkanmusik.Musikmemilikikekuatanuntukmengobatipen
yakitdanmeningkatkankemampuanpikiranseseorang.Ketikamusikditerapkanme
njadisebuahterapi, musikdapatmeningkatkan, memulihkan,
danmemeliharakesehatanfisik, mental, emosional, sosialdanspritual (Aldridge,
2008).
Terapimusiksangatmudahditerima organ
pendengarandankemudianmelaluisarafpendengarandisalurkankebagianotak
yang memprosesemosiyaitusistemlimbik (Aldridge,
2008).MenurutWilliamsdan Wilkins (2005) padasistemlimbik di
dalamotakterdapat neurotransmitter yang mengaturmengenaistres, ansietas,
danbeberapagangguanterkaitansietas. PenelitianO’Sullivan (1991,
dalamRusdi&Isnawati, 2009)
menemukanbahwamusikdapatmempengaruhiimajinasi, intelegensi,
danmemori, sertadapatmempengaruhihipofisis di
otakuntukmelepaskanendorfin.
Musikdibagiatas 2 jenisyaitumusik “acid” (asam) dan “alkaline”
(basa).Musik yang menghasilkan acid adalahmusik hard rock danrapp yang
membuatseseorangmenjadimarah, bingung, mudahterkejutdantidakfokus.
Musik yang menghasilkan alkaline adalahmusikklasik yang lembut, musik
instrumental, musikmeditatifdanmusik yang
dapatmembuatrileksdantenangsepertimusikklasik (Mucci&Mucci, 2002).
Musikklasik (Haydn dan Mozart) mampumemperbaikikonsentrasi,
ingatandanpresepsispasial.Padagelombangotak,
gelombangalfamencirikanperasaanketenangandankesadaran yang
gelombangnyamulai 8 hingga 13 hertz.Semakinlambatgelombangotak,
semakinsantai, puas, dandamailahperasaankita,
jikaseseorangmelamunataumerasadirinyaberadadalamsuasanahati yang
emosionalatautidakterfokus,
musikklasikdapatmembantumemperkuatkesadarandanmeningkatkanorganisasi
metal seseorangjikadidengarkanselamasepuluhhingga lima belasmenit
(Campbell, 2001).
BAB III
TELAAH JURNAL

A. PAPARAN HASIL PENELITIAN


Pada jurnal yang berjudul Efektifitas Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Dengar
di RSJ Tampan Provinsi RiauJurnal yang diterbitkan pada tahun 2014
menyebutkan bahwa adanya penurunan tingkat halusinasi pada kelompok
eksperimen yang telah diberikan terapi musik klasik.
B. PEMBAHASAN
1. Latar belakang penelitian
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial (Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni, 2012). Gangguan
jiwa diklasifikasikan dalam bentuk penggolongan diagnosis.
Penggolongan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia menggunakan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ). Salah
satu diagnosis gangguan jiwa yang sering dijumpai adalah Skizofrenia
(Keliat, Wiyono, & Susanti, 2011). Keliat, Wiyono dan Susanti (2011)
menyatakan penderita skizofrenia akan mengalami gejala gangguan
realitas seperti waham dan halusinasi.Gangguan halusinasi dapat
diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi (Keliat,
Wiyono, & Susanti, 2011). Terapi nonfarmakologi lebih aman
digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti obatobatan,
karena terapi nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis (Zikria,
2012). Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif adalah
mendengarkan musik.
2. Tujuanpenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
terapi musik klasik terhadap tingkat halusinasi pada pasien
denganpendengaran halusinasi di RSJ Tampan provinsi Riau.
3. Metodepenelitian
a. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen quasy
dengan desain pretest-posttest dengan kelompok kontrol yang
dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Partisipan
Sampel penelitian ini adalah 34 orangdenganrentanumur 18-40
tahunyang terbagi menjadi 17 orang sebagai kelompok
exsperimental dan 17 orang sebagai kelompok kontrol dengan
menggunakan purposive sampling teknik sampling.
c. Instrumen
Instrumen yang digunakanberupakuisionerLelono (2011)
dengan 12 pernyataan yang telahdiujivaliditasdanreliabilitas di
ruangSebayang RSJ TampanProvinsi
Riau.Kelompokeksperimendiberikanterapimusiksebanyak 5 kali
selama 5 haridengandurasi 10-15 menit, sedangkanuntukkelompok
control tidakdiberikanperlakukan.
d. Analisis data
Analisa yang
digunakanadalahanalisaunivariatdigunakanuntukmendapatkangam
barantentangkarakteristikresponden,
mendeskripsikantingkathalusinasidengarkelompokeksperimendank
elompokkontrolsebelumdansesudahdilakukanterapimusikdananalis
abivariatdigunakanuntukmelihatpengaruhterapimusikklasikterhada
ptingkathalusinasipadapasienhalusinasidengardanmelihathomogeni
taskeduakelompok data (Hastono, 2007).Denganmenggunakanuji
Wilcoxon dan mean- witney test.
e. Hasildaripenelitian
Ujiwilcoxon yang
dilakukandidapatkanhasiladapengaruhsebelum (pretest)
dansesudah (posttest)
dilakukanterapimusikklasikpadakelompokeksperimenterhadappenu
runantingkathalusinasidengar.Nilai median pretest dan posttest
padakelompokeksperimenmengalamipenurunandari 3 menjadi 2
dengannilai p value = 0,003 < α (0,05) sehingga Ho ditolak.
Hasilujipadapadakelompokkontroldidapatkantidakadapengaruhseb
elum (pretest) dansesudah (posttest)
diberikanterapimusikklasikterhadappenurunantingkathalusinasiden
gar.Nilai median pretest dan posttest
padakelompokkontroltidakmengalamiperubahan, yaitu 3
dengannilai p value= 0,414 > α (0,05) sehingga Ho gagalditolak.
f. Kesimpulan
Adanya perbedaan tingkat halusinasi setelah dilakukan
intervensi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dengan nilai p 0,000 (<0,05). Pada tingkat kesimpulan kelompok
eksperimen halusinasi lebih rendah dari kelompok kontrol setelah
diberi intervensi. Hasilnya diharapkan terapi musik menjadi salah
satu intervensi keperawatan untuk menurunkan tingkat halusinasi
dengan pendengaran halusinasi.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Padakelompokeksperimendidapatkanadaperbedaanantarapretestdanp
osttestdanterjadipenurunannilai rata-rata
sehinggadapatdisimpulkanbahwaadanyapenurunantingkathalusinasipadake
lompokeksperimen yang
telahdiberikanterapimusikklasik.Hasilujipadakelompokkontrol yang
tidakdiberikanterapimusikklasikdidapatkantidakadaperbedaan yang
signifikanantarapretestdanposttestpadakelompokkontrol.Hal
iniditunjukkantidakadanyaperubahannilairatarataantarapretestdanposttestp
adakelompokkontrol,
dapatdisimpulkanbahwatidakadapenurunantingkathalusinasipadakelompok
kontrol.Perbedaantingkathalusinasiposttestpadakelompokeksperimendanke
lompokkontrolmenunjukkanbahwaadanyapengaruhpenurunantingkathalusi
nasisetelahdiberikanterapi music klasik.
B. SARAN
Saran bagi peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini
hendaknya menambah frekuensi, tidak ada perbedaan durasi pemberian
terapi musik klasik musik klasik pada responden, instrumen yang
digunakan teruji validitas dan reliabilitas secara keseluruhan dan mencoba
terapi musik klasik pada pasien gangguan jiwa dengan diagnosa
keperawatan lain seperti pada pasien perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge, D. (2008). Melody in music therapy: a therapeutic narrative analysis.
London: Jessica Kingsley Publisher.
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan jiwa aplikasi praktik klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI.(2013).
Baihaqi, M., Sunardi., Rinalti, R., & Heryati, E. (2005). Psikiatri konsep dasar dan
gangguan-gangguan. Bandung: Refika Aditama.
Campbell, D. (2001). Efek mozart memanfaatkan kekuatan musik untuk
mempertajam pikiran, meningkatkan Kreativitas, dan menyehatkan
Tubuh(Hermaya, Penerjemah.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM UI.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan
kesehatan jiwa komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC
Keliat, B. A., Wiyono, A.P., & Susanti, H. (2011). Manajemen kasus gangguan
jiwa: CMHN(intermediate course). Jakarta: EGC.
Lelono, S. K. (2011). Efektifitas cognitive behaviour therapy dan rational
emotivebehaviour therapy terhadap klien perilaku kekerasan, halusinasi dan
harga diri rendah di RSMM Bogor
Mucci, K., & Mucci, R. (2002). The healing sound of music: manfaat musik untuk
kesembuhan, kesehatan, dan kebahagiaan hidup(Prakoso, Penerjemah.).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rusdi & Isnawati, N. (2009). Awas! anda bisa mati cepat akibat hipertensi dan
diabetes. Jogjakarta: Power Book
Townsend, M.C. (2005). Essentials Of Psychiatric Mental Health Nursing. Third
Ediion. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Williams, L., & Wilkins. (2005). Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa
dan Psikiatrik, Edisi: 3(Rahayuningsih, D.P, penerjemah.). Jakarta: EGC
Zikria, S. (2012). Pengaruh terapi music terhadap intensitas nyeri anak usia
sekolah yang dilakukan prosedur invasif di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai