Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL ANALISIS JURNAL

“THE QUALITY OF NURSING CARE DURING INTRADIALYTIC FLUID REMOVAL IN


HAEMODIALYSIS: TIME TO CHANGE PRACTICE? ”

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kelompok


Stase Praktek Peminatan Hemodialisa
Periode 08 Oktober – 08 Desember 2018

Disusun oleh:
Eni Yulianti 17/420965/KU/20150
Laras Bekti Permatasari 17/420983/KU/20168

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akumulasi pengetahuan dalam ilmu keperawatan digabungkan dengan kemajuan
teknologi telah meningkatkan kemungkinan dengan menyediakan perawatan yang
berkualitas tinggi dan aman bagi pasien yang menjalani hemodialisis (Davenport
2011). Hemodialisis adalah cara menghilangkan cairan yang tertahan (oleh
ultrafiltrasi), elektrolit dan produk limbah pada orang yang menderita tahap akhir
penyakit ginjal. Satu tujuan dalam hemodialisis adalah untuk memastikannya
penghilangan cairan optimal dan tidak rumit yaitu tanpa hipotensi intradialisis (IH),
kram atau sinkop. IH adalah diamati dalam satu dari empat perawatan dialisis
meskipun sangat tergantung pada kondisi pasien dan klinis pola latihan. Faktor-faktor
risiko yang dikenal untuk IH termasuk komorbid seperti diabetes, lama dialisis,
akurasi dari berat kering yang ditentukan, dan pola latihan seperti natrium dialisat dan
suhu dialisat. Menyesuaikan UFR adalah intervensi keperawatan umum untuk
mencegah samping efek (Sands et al. 2014). Namun, bukti empiris menunjukkan
bahwa penghilangan cairan yang cepat mempengaruhi hasil pasien negatif dalam hal
morbiditas kardiovaskular dan mortalitas (Flythe & Brunelli 2011). Sampai saat ini
latihan hemodialisis telah didefinisikan oleh clearance molekul kecil (Kt / V) (Flythe
& Brunelli 2011) berdasarkan internasional tolok ukur didefinisikan sebagai; izin (K,
dalam ml / menit) dari urea dikalikan dengan durasi perawatan dialisis (t, dalam
menit) dibagi dengan volume distribusi urea di tubuh (V, dalam mL), yang kira-kira
sama dengan jumlah total air tubuh. Penyesuaian total urea penghapusan (Kt) untuk
volume distribusi adalah penting. Di sebuah pasien besar, tingkat kehilangan urea
yang diberikan mewakili yang lebih rendah tingkat pengangkatan beban total tubuh
urea (dan sebelum termasuk racun uraemic kecil lainnya). Menurut internasional
pedoman praktik klinis (misalnya National Penyakit Ginjal Ginjal Hasil Kualitas
Kualitas Ini- tiative), Kt / V harus selalu sama dengan atau di atas 1 atau 2.
Kebanyakan unit hemodialisis tidak memiliki nefrologis di tempat dan perawatan
diberikan oleh perawat; perawatan hemodialisis keperawatan dengan demikian
memiliki dampak yang cukup besar pada hasil pasien. Itu UFR telah disarankan untuk
menjadi potensial keperawatan-sensitif indikator proses, didefinisikan sebagai
eksplisit dan terukur item mengacu pada struktur, proses atau hasil dari peduli, untuk
memperkirakan kualitas keperawatan nefrologi (Lindberg & Ludvigsen 2012); tingkat
seharusnya tidak melebihi 10 ml / jam / kg (Flythe & Brunelli 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
P : Nursing intervention
I : Ultrafiltration Rate
C :-
O : Excessive fluid patient
Dengan pertanyaan klinis “Bagaimana keefektifan intervensi keperawatan nefrologi
yang dilakukan pada pasien hemodialisis untuk mengurangi kelebihan volume cairan
?”

Langkah-langkah pencarian jurnal:


1. Mencari jurnal melalui www.schoolar google.scom
2. Memasukkan kata kunci “Patient haemodialytic AND ultrafiltration rate AND
intradialytic hypotension”
3. Ditemukan 211 literatur dari rentang tahun 2014-2018
4. Dari jurnal tersebut terpilih 3 jurnal yang relevan dengan PICO yang telah
disusun, diantaranya:
1. The quality of nursing care during intradialytic fluid removal in
haemodialysis: time to change practice?
2. Effect of Nursing Intervention of Intradialytic Hypotension among
Hemodialysis Patients
3. Prevalence of intradialytic hypotension, clinical symptons and nursing
interventions-a three months, prospective study of 3818 haemodialysis sessions
5. Mengkonsultasikan jurnal yang telah dipilih kepada dosen pembimbing.
Terpilihlah satu jurnal yang akan dianalisis yakni The quality of nursing care
during intradialytic fluid removal in haemodialysis: time to change practice?
6. Menganalisi jurnal sesuai pilihan pembimbing
C. TUJUAN
Untuk mengetahui keefektifan intervensi keperawatan nefrologi yang dilakukan
pada pasien hemodialisis untuk mengurangi kelebihan volume cairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemodialisis
1. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi
darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan
menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk
terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) dan hanya menggantikan
sebagian dari fungsi ekskresi ginjal (Daugirdas, et al., 2007). Pasien hemodialisis
dirawat di rumah sakit atau unit hemodialisis dimana mereka menjadi pasien
rawat jalan. Pasien membutuhkan waktu 12-15 jam hemodialisis setiap
minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung
selama 3-6 jam. Hemodialisis akan berlangsung terus menerus seumur hidup
kecuali pasien tersebut melakukan transplantasi ginjal (Brunner & Suddart, 2001).
2. Indikasi Hemodialisis
Menurut pedoman NKF K/DOQI, hemodialisis dialakukan jika GFR <15
ml/menit atau dijumpai salah satu atau lebih dari hal berikut:
1) Gejala klinis uremia yang nyata, meliputi: letargi, anoreksia, nausea, mual dan
muntah; 2) Kalium serum < 6 mEq/L; 3) Ureum darah >200mg/dL; 3) pH
darah <7,1 ; 4) Anuria berkepanjangan (>5hari), 5) Fluid overloaded .
3. Prinsip Kerja
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah; 2)
kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah
dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu,
kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi
proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik,
selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi
dalam dialiser (Daugirdas, et al., 2007).
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodilaisis, yaitu: difusi, osmosis,
dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melalui
proses difusi dengan cara berpindah dari darah yang memiliki konsentrasi
tinggi ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat
berisi elekterolit dengan konsetrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah
dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat (dialysate bath) secara
tepat (Brunner & Suddart, 2001).
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan dengan menciptakan gradien
tekanan. Air berpindah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh
pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatatif yang dikenal sebagai
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif pada mesin dialisis merupakan
kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena
pasien tidak dapat mengekskresikan air, tekanan negative diperlukan untuk
mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan)
(Brunner & Suddart, 2001).
Sistem penyangga (buffer system) dalam tubuh dipertahankan dengan
penambahan asetat yang akan berdifusi cairan dialisat ke dalam darah pasien
dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah
dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena
pasien (Brunner & Suddart, 2001).

4. Komplikasi Hemodialisa
Tindakan hemodialisis saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat,
namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani
hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk
mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi
pada pasien saat menjalani hemodilaisis adalah gangguan hemodinamik
(Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik
adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa
hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis (Grange et al., 2013).

B. Ultrafiltration
1. Definisi Ultrafiltration
Proses Ultrafiltrasi terdiri dari ultrafiltrasi hidrostatik dan osmotik. Ultra
filtrasi hidrostatik adalah pergerakan air yang terjadi dari kompartemen
bertekanan hidrostatik tinggike kompartemen yang bertekanan hidrostatik
rendah. Ultrafiltrasi hidrostatik tergantung pada tekanan transmembran
dankoefisien ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi osmotik adalah perpindahan air yang
terjadi dari kompartemen yang bertekanan osmotik rendah ke kompartemen
yang bertekanan osmotik tinggi sampai tercapai keadaan seimbang antara
tekanann osmotik di dalam ke dua kompartemen (Ficheux, 2011).
Perpindahan air (fluid removal) pada proses ultrafiltrasi sangat penting untuk
mencapai keseimbangan cairan pada tubuh pasien sehingga mengurangi
komplikasi intradialitik yang dapat timbul. Preskripsi untuk fluid removal
ditentukan berdasarkan target berat badankering pasien (Dougindas, 2007).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. IDENTITAS JURNAL
Judul : The Quality Of Nursing Care During Intradialytic Fluid Removal In
Haemodialysis: Time To Change Practice?
Tahun terbit : 2014
Penulis : Ludvigsen, et al
DOI : 10.1111/jocn.12735
Penerbit : Journal of Clinical Nursing

B. HASIL PENELITIAN
1. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan desain cross
sectional. Melakukan audit secara internasional merupakan suatu cara untuk
mengevaluasi praktik. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengumpulan data rutin dari pusat hemodialisis Scandinavian. Proses terapi
hemodialisa di pusat ini secara otomatis terdookumentasikan dalam Therapy Data
Management System (TDMS). Selama dilakukan penelitian, terdapat 220 pasien
yang menjalani terapi hemodialisa baik akut maupun kronik.
Kriteri inklusi penelitian ini adalah semua pasien sudah tidak ada urine output,
menjalani hemodialisa kurang lebih tuga kali dalam seminggu, dan membutuhkan
ultrafiltrasi. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara convenience
sampling procedure. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 104 pasien. Data
mengenai berat badan pre HD, tekanan darah sebelum dan sesudah HD, kadar
natrium dan Na dialisat, suhu dialisat dan volume relatif darah diambil dari
TDMS. Selain itu, data berat badan kering, volume ultrafiltrasi dan waktu terapi
dihitung dengan UFR (Ultrafiltration Rate). Perawat secara rutin
mendokumentasikan terjadinya hipotensi intradialisis, cram, dan pingsan.
Hipotensi intradialisis merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 20 mmHg atau penurunan MAP 10 mmHg
(Agarwal, 2012). Kram adalah kontraksi otot yang tidak disadari. Sedangkan
pingsan adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran. Data dalam penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan IBM SPSS versi 20.0.
2. Hasil penelitian
Pengukuran cross sectional menyatakan bahwa empat dari sepuluh pasien
mempunyai UFR lebih dari 10 ml/jam/kg. Rata-rata UFR adalah 9,3 ml/jam/kg
dan variabilitas antara 3,7 – 18,5 ml/jam/kg.

Tabel 1. Karakteristik responden

Berdasarkan tabel hasil penelitian di atas, ada hubungan antara usia yang lebih
muda dan berat badan yang lebih rendah dengan kehilangan cairan yang lebih
cepat (p=0,012; p=0,01). Volume darah yang rendah juga berkaitan dengan
kehilangan cairan yang terlalu cepat (p= 0,0001). Beberapa variabel lain dalam
tabel di atas tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tingkat
kehilangan cairan. Kejadian IH (Intradialytic Hypotension) dari kedua grup sama
yaitu sebanyak 38 responden penelitian mengalami hipotensi selama dialysis.
Gambar 1. Distribusi UFR berdasarkan usia responden

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa UFR dilihat dari usia
responden memiliki perbedaan. Usia yang lebih muda cenderung mempunyai
UFR yang lebih tinggi.

Gambar 2. Distribusi UFR berdasarkan berat badan responden

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa UFR dilihat dari berat
badan responden memiliki perbedaan. Berat badan yang lebih rendah cenderung
mempunyai UFR yang lebih tinggi. Dan semakin banyak berat badan cenderung
mempunyai UFR yang lebih rendah.
C. PEMBAHASAN
Salah satu tujuan dasar dari asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
selama hemodialisis adalah untuk memastikan bahwa cairan yang tertahan
dihilangkan secara optimal dan tidak rumit. Menyesuaikan kecepatan penghilangan
cairan dengan mengubah laju ultrafiltrasi (UFR) adalah salah satu intervensi
keperawatan umum untuk mencegah efek samping hemodialysis seperti hipotensi
intradialitik, kram ataupun pingsan (Sands et al. 2014). Karena UFR adalah aspek
modifikasi dari penghilangan cairan
prosedur, telah disarankan sebagai kualitas keperawatan-sensitif
indikator yang mencerminkan proses pengiriman perawatan di hemodialisis
(Lindberg & Ludvigsen 2012).
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

Berdasarkan jurnal tersebut dapat diambil beberapa implikasi keperawatan, yaitu:


1. Perawat dapat mengatur dan menentukan target volume yang ditarik selama
proses hemodialisis dengan tepat
2. Perawat dapat mengatur waktu atau lamanya proses hemodialisis dengan tepat
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis jurnal ini adalah :

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk memberikan asuhan
berupa pengaturan jumlah volume yang ditarik danlamanya waktu yang
dibutuhkan selama hemodialisa
Selain itu, perawat dapat memperbarui ilmu dengan membaca jurnal terkait untuk
dapat meningkatkan kemampuan praktik profesional.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat
DAFTAR PUSTAKA

Arora, S., Vatsa, M., Dadhwal, V., 2008. A comparison of cabbage leaves vs. hot and cold
compresses in the treatment of breast engorgement. Indian J. Community Med. 33 (3),
160–162. http://dx.doi.org/10.4103/0970-0218.42053.

Astuti, Yuni. 2016. Efektivitas Kompres Kubis dan Kubis Tumbuk terhadap Penurunan
Pembengkakan Payudara Ibu Post Partum Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang.
Magister thesis. Universitas Gadjah Mada.

Boyce, S., 2009. Ice/cryotherapy and management of soft tissue injuries. Emerg. Med. J.26
(1) 76–76.

Joy, J., 2013. A Study to Evaluate the Effectiveness of Chilled Cabbage Leaves Application
for Relief of Breast Engorgement in Volunteered Postnatal Mothers Who are Admitted
in Maternity Ward of Selected Hospital in Belgium. KLE University (Masters' thesis).

Karjantin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Maternitas. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Marmi. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Nilnakara, S., Chiewchan, N., Devahastin, S., 2009. Production of antioxidant dietary fibre
powder from cabbage outer leaves. Food Bioprod. Process. 87 (4), 301–307.
http://dx.doi.org/10.1016/j.fbp.2008.12.004.

Wong, B.B., 2016. The Effectiveness of Cold Cabbage Leaves and Cold Gel Packs
Application for Mothers with Breast Engorgement: a Randomised Controlled Trial.
National University of Singapore, Singapore (PhD thesis).

Zuhana, N. 2014. Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea var
Capitata) dengan Perawatan Payudara dalam Mengurangi Pembengkakan Payudara
(Breast Engorgement) di Kabupaten Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai