Anda di halaman 1dari 17

Perawatan Luka

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok perkuliahan topik limabelas

Dosen Pembimbing : Ns. Sidaria, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Kelas 3A

Amelia Fransisca Yalani 2011313004

Jofarell Al Ghifary 2011311045

Rahmadoni Saputra 201311012

Refni Oktaviani 2011313013

Reni Wahyuni 2011311033

Rinne Febriani 2011312049

Ultri Jafriami Putri 2011313016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang Perawatan Luka
Bersih dan Luka Kotor pada pasien. Makalah ini kami susun untuk salah satu syarat
dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu atas bimbingannya dan
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga
akhir.

Padang, 22 November 2020

Penyusun

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan Makalah.........................................................................2

1.3 Manfaat.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Konsep Luka...............................................................................................3

2.2 Mekanisme Terjadinya Luka................................................................4

2.3 Prinsip Perawatan Luka........................................................................4

2.4 Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi...............................................6

2.5 Luka Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya.........................................7

2.6 Pemilihan Balutan Luka........................................................................7

2.7 Tahap Penyembuhan Luka....................................................................8

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

3.1 Kesimpulan.................................................................................................11

3.2 Saran...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka merupakan rusak atau hilangnya suatu komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi yang rusak atau hilang (Gitarja, 2008). Prevalesi luka terus meningkat dari
tahun ke tahun, baik luka akut maupun luka kronis. Asosiasi luka di Amerika melakukan
penelitian tentang kejadian luka didunia berdasarkan penyebab penyakit. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa prevalensi luka bedah 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus,
luka lecet 20.40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus
vena 12.50 juta kasus, ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi 0.20 juta pertahun
(Diligence, 2009).
Menurut Bryant (2007) Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk merawat luka supaya mencegah terjadinya trauma pada kulit, membran mukosa, dan
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka, mengganti
balutan, memasang balutan, pengisian luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa
nyaman yang meliputi membersihkan kulit pada daerah drainase, irigasi luka, pembuangan
drainase, dan pemasangan perban.
Salah satu rangkaian kegiatan perawatan luka adalah irigasi luka. Irigasi luka merupakan
tindakan pembersihan luka untuk menghilangkan jaringan debris, benda asing atau eksudat
menggunakan larutan isotonik dengan flabot. Kesulitan dari irigasi luka adalah bagaimana
caranya untuk memakai larutan pembersih dengan tekanan yang cukup sehingga dapat
meluruhkan debris tanpa merusak jaringan yang ada dibawahnya (Westaby 1985; Marison,
2003).
Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase inflamasi
(berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi (berlangsung 3-24 hari), fase
maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan memerlukan waktu lebih dari 1
tahun (Perry & Potter, 2006). Jika lama hari rawatan pasien post laparatomi memanjang,
maka akan timbul berbagai komplikasi yang paling serius adalah infeksi dan dehiscence luka.
Infeksi luka bedah merupakan bentuk infeksi nosokomial yang besar, dan paling diperhatikan
karena dapat meningkatkan angka kematian. Dari beberapa laporan menunjukkan angka
kematian setinggi 44% (Abbot, 2007).

2
1.2 Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian luka
2. Mengetahui penyebab-penyebab luka
3. Memahami jenis-jenis luka
4. Mengetahui jenis-jenis perawatan terhadap luka
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan luka serta proses
perawatan luka
6. Mengetahui alat dan bahan serta prosedur tindakan jenis-jenis perawatan luka
1.3 Manfaat Makalah
Makalah ini di buat dengan manfaat agar kita dapat mengetahui dan memahami apa itu
yang dimaksud dengan luka dan cara perawatan luka, penyebab dan jenis luka serta cara
atau prosedur perawatan luka yang di berikan sehingga kita benar-benar paham dan
mengerti tentang perawatan luka secara mendalam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Luka

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada
kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan
tulang atau organ tubuh lain(Kozier, 1995).

Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pasca operatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini
mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan
luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi.
Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005)

Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak
sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan (Kozier, 2009).
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang
rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ


2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

2.2 Mekanisme Terjadinya Luka


1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang t
erjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

2
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakter
istikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yan
g biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pis
au yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca at
au oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasany
a pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya l
ukanya akan melebar.
7. Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan tubuh terbakar.
8. Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagia
n luka.
9. Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan listrik.

2.3 Prinsi Perawatan Luka

Tujuan dari perawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan, mencegah infeksi,
menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan luka.

 Menghentikan perdarahan

o Tekanan langsung pada luka akan menghentikan perdarahan (lihat gambar di


bawah).

o Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam waktu yang singkat (< 10
menit) dengan menggunakan manset sfigmomanometer yang dipasang pada
bagian proksimal pembuluh arteri.

o Penggunaan torniket yang terlalu lama bisa merusak ekstremitas.

 Mencegah infeksi

o Membersihkan luka merupakan faktor yang paling penting dalam pencegahan


infeksi luka. Sebagian besar luka terkontaminasi saat pertama datang. Luka

2
tersebut dapat mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati atau rusak dan
mungkin benda asing.

o Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau
larutan antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.

o Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada benda asing
dan bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka
besar memerlukan anestesi umum.

o Antibiotik biasanya tidak diperlukan jika luka dibersihkan dengan hati-hati.


Namun demikian, beberapa luka tetap harus diobati dengan antibiotik, yaitu:

 Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah terinfeksi).

 Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus


disayat/dilebarkan untuk membunuh bakteri anaerob.

 Profilaksis tetanus

o Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS efektif bila
diberikan sebelum 24 jam luka

o Jika telah mendapatkan vaksinasi tetanus, beri ulangan TT jika sudah


waktunya.

 Menutup luka

o Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan seksama,
luka dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka primer).

o Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat kotor atau
terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.

o Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan luka tersebut dengan
menggunakan kasa lembap.

o Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap ditutup ringan
dengan kasa lembap. Jika luka bersih dalam waktu 48 jam berikutnya, luka
dapat benar-benar ditutup (penutupan luka primer yang tertunda).

o Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh dengan sendirinya.

2
 Infeksi luka

o Tanda klinis: nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, terasa panas dan


mengeluarkan nanah.

o Tatalaksana

 Buka luka jika dicurigai terdapat nanah

 Bersihkan luka dengan cairan desinfektan

 Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap hari, lebih
sering bila perlu

 Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh (biasanya


dalam waktu 5 hari).

 Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari)


karena sebagian besar luka biasanya
mengandung Staphylococus.

 Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari),


gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) dan
metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika dicurigai
terjadi pertumbuhan bakteri saluran cerna.

2.4 Luka Berdasarkan tingkat kontaminasi


a. Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c. Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada kategori ini juga
2
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% – 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2.5 Luka Berdasarkan kedalaman dan luasnya
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
2.6 Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini d
imulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada
tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yan
g optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori
perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil
dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pe
mbentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.     
3. Menurunkan resiko infeksi

2
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawata
n kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratu
m corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat ter
bentuk dalam lingkungan yang lembab.

2.7 Tahap Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka terjadi sesuai dengan tahapan yang spesifik di mana bisa terjadi
tumpang tindih. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut. Proses/tahapan penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi,
proliferasi atau epitelisasi dan maturasi atau remodeling.

1. Fase inflamasi
Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka yang diderita tersebut akan menyebabkan
perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikannya dengan cara
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis.
Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan
bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh
darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan
serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi
cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan
pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan
karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah
(diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik
yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian
muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini
disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya
dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
 Terjadi pada hari ke-0 sampai ke-5

2
 Respon segera setelah terjadi luka atau pembekuan darah atau untuk mencegah kehila
ngan darah.
 Karakteristiknya adalah terjadi tanda-tanda seperti adanya tumor, rubor, dolor, kolor, f
unctio lase (tanda-tanda inflamasi)
 Fase awal terjadinya hemostasis dan fase akhir terjadinya fagositosis
 Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

2. Fase proliferasi atau epitelisasi


Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir
minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar
kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan
tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil
miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan
luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat
kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. Pada fase fibroplasia ini,
luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan
dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka
yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.
Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat
bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh
dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses
fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses
pematangan dalam fase penyudahan.
 Terjadi pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-14
 Disebut juga sebagai fase granulasi (adanya pembentukan jaringan granulasi) atau na
mpah merah segear dan mengkilat
 Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi antara fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh d
arah yang abru, fibronektin dan hyularonic acid

2
 Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis p
ada tepian luka, sedangkan pad aluka insisi epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama

3. Fase maturasi atau remodeling


Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan
yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir
kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang
menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Odema dan sel radang diserap, sel muda
menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap
dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan
jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat
pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan
regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan
setelah penyembuhan.
 Berlangsung dari beberapa minggu hingga 2 tahun.
 Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan keku
atan jaringan.
 Terbentuknya jaringan parut (scar tissue) sekitar 50-80% sama kuatnya dengan jaring
an sebelumnya.
 Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringa
n yang mengalami perbaikan.

Tahapan penyembuhan luka juga dapat dipengaruhi oleh status imunologi,


kadar gula darah, hidrasi, nutrisi, kadar almbumin darah, suplai oksigen dan
vaskularisasi, nyeri dan kortikosteroid. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu
insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian
internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung
mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya. 

2
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang
terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis
luka yang tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika
mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan
tanda-tanda infeksi.

2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1.    Status Imunologi
2.    Kadar gula darah (impaired white cell function)
3.    Hidrasi (slows metabolism)
4.    Nutrisi
5.  Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oede
ma)
6.    Suplai oksigen dan vaskularisasi
7.    Nyeri (causes vasoconstriction)
8.    Corticosteroids (depress immune function)

2
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawatan luka merupakan suatu tindakan keperawatan untuk merasa luka. Perawatan luka
ini ada perawatan luka bersih dan perawatan luka basah. Setiap perawatan luka itu berbeda
beda. Sebelum melakukan perawatan luka kita terlebih dahulu melakukan tahapan asuhan
keperawatan secara berurutan itu. Setelah itu baru melakukan perawatan luka. Dan dalam
perawatan luka ini harus sesuai dengan klinis yang sebenarnya agar tidak terjadi kesalahan
atau kegagalan dala perawatan luka.

3.2 Saran

2
Dengan penjabaran perawatan luka diatas diharapkan untuk pembaca atau untuk yang
menjadi tenaga kesehatan bisa memahami,mempelajari, dan mengaplikasikan tindakan
perawatan luka itu dengan benar. Dan sebaiknya tindakannya dilakukan sebaik mungkin serta
menggunakan perlengkapan dan prosedur yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Fauziyyah. (2017). BAB I Pendahuluan. Retrieved from Unissula Repository:


http://repository.unissula.ac.id/7262/5/BAB%20I.pdf

Trisari, C. (2006). BAB 1 Pendahuluan. Retrieved from Eprints Undip:


http://eprints.undip.ac.id/29346/2/Bab_1.pdf

https://askep-net.blogspot.com/2012/06/fase-penyembuhan-luka.html
https://gustinerz.com/proses-tahapan-penyembuhan-luka/

2
2

Anda mungkin juga menyukai