Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok perkuliahan topik limabelas
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Kelas 3A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tentang Perawatan Luka
Bersih dan Luka Kotor pada pasien. Makalah ini kami susun untuk salah satu syarat
dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu atas bimbingannya dan
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga
akhir.
Penyusun
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka merupakan rusak atau hilangnya suatu komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi yang rusak atau hilang (Gitarja, 2008). Prevalesi luka terus meningkat dari
tahun ke tahun, baik luka akut maupun luka kronis. Asosiasi luka di Amerika melakukan
penelitian tentang kejadian luka didunia berdasarkan penyebab penyakit. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa prevalensi luka bedah 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta kasus,
luka lecet 20.40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus
vena 12.50 juta kasus, ulkus diabetik 13.50 juta kasus, amputasi 0.20 juta pertahun
(Diligence, 2009).
Menurut Bryant (2007) Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk merawat luka supaya mencegah terjadinya trauma pada kulit, membran mukosa, dan
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka, mengganti
balutan, memasang balutan, pengisian luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa
nyaman yang meliputi membersihkan kulit pada daerah drainase, irigasi luka, pembuangan
drainase, dan pemasangan perban.
Salah satu rangkaian kegiatan perawatan luka adalah irigasi luka. Irigasi luka merupakan
tindakan pembersihan luka untuk menghilangkan jaringan debris, benda asing atau eksudat
menggunakan larutan isotonik dengan flabot. Kesulitan dari irigasi luka adalah bagaimana
caranya untuk memakai larutan pembersih dengan tekanan yang cukup sehingga dapat
meluruhkan debris tanpa merusak jaringan yang ada dibawahnya (Westaby 1985; Marison,
2003).
Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase inflamasi
(berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi (berlangsung 3-24 hari), fase
maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan memerlukan waktu lebih dari 1
tahun (Perry & Potter, 2006). Jika lama hari rawatan pasien post laparatomi memanjang,
maka akan timbul berbagai komplikasi yang paling serius adalah infeksi dan dehiscence luka.
Infeksi luka bedah merupakan bentuk infeksi nosokomial yang besar, dan paling diperhatikan
karena dapat meningkatkan angka kematian. Dari beberapa laporan menunjukkan angka
kematian setinggi 44% (Abbot, 2007).
2
1.2 Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian luka
2. Mengetahui penyebab-penyebab luka
3. Memahami jenis-jenis luka
4. Mengetahui jenis-jenis perawatan terhadap luka
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan luka serta proses
perawatan luka
6. Mengetahui alat dan bahan serta prosedur tindakan jenis-jenis perawatan luka
1.3 Manfaat Makalah
Makalah ini di buat dengan manfaat agar kita dapat mengetahui dan memahami apa itu
yang dimaksud dengan luka dan cara perawatan luka, penyebab dan jenis luka serta cara
atau prosedur perawatan luka yang di berikan sehingga kita benar-benar paham dan
mengerti tentang perawatan luka secara mendalam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997). Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada
kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan
tulang atau organ tubuh lain(Kozier, 1995).
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan
infeksi pasca operatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini
mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan
luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi.
Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005)
Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak
sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan (Kozier, 2009).
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang
rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
2
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakter
istikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yan
g biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pis
au yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca at
au oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasany
a pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya l
ukanya akan melebar.
7. Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan tubuh terbakar.
8. Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagia
n luka.
9. Luka non mekanik : luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan listrik.
Tujuan dari perawatan luka adalah untuk menghentikan perdarahan, mencegah infeksi,
menilai kerusakan yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan luka.
Menghentikan perdarahan
o Perdarahan pada anggota badan dapat diatasi dalam waktu yang singkat (< 10
menit) dengan menggunakan manset sfigmomanometer yang dipasang pada
bagian proksimal pembuluh arteri.
Mencegah infeksi
2
tersebut dapat mengandung darah beku, kotoran, jaringan mati atau rusak dan
mungkin benda asing.
o Bersihkan kulit sekitar luka secara menyeluruh dengan sabun dan air atau
larutan antiseptik. Air dan larutan antiseptik harus dituangkan ke dalam luka.
o Setelah memberikan anestesi lokal, periksa hati-hati apakah ada benda asing
dan bersihkan jaringan yang mati. Pastikan kerusakan apa yang terjadi. Luka
besar memerlukan anestesi umum.
Luka yang lebih dari 12 jam (luka ini biasanya telah terinfeksi).
Profilaksis tetanus
o Jika belum divaksinasi tetanus, beri ATS dan TT. Pemberian ATS efektif bila
diberikan sebelum 24 jam luka
Menutup luka
o Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan seksama,
luka dapat benar-benar ditutup/dijahit (penutupan luka primer).
o Luka tidak boleh ditutup bila: telah lebih dari 24 jam, luka sangat kotor atau
terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.
o Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan luka tersebut dengan
menggunakan kasa lembap.
o Luka yang tidak ditutup dengan penutupan primer, harus tetap ditutup ringan
dengan kasa lembap. Jika luka bersih dalam waktu 48 jam berikutnya, luka
dapat benar-benar ditutup (penutupan luka primer yang tertunda).
o Jika luka terinfeksi, tutup ringan luka dan biarkan sembuh dengan sendirinya.
2
Infeksi luka
o Tatalaksana
Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap hari, lebih
sering bila perlu
2
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawata
n kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratu
m corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat ter
bentuk dalam lingkungan yang lembab.
Proses penyembuhan luka terjadi sesuai dengan tahapan yang spesifik di mana bisa terjadi
tumpang tindih. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut. Proses/tahapan penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi,
proliferasi atau epitelisasi dan maturasi atau remodeling.
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka yang diderita tersebut akan menyebabkan
perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikannya dengan cara
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis.
Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan
bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh
darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan
serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi
cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan
pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan
karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah
(diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik
yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian
muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini
disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya
dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Terjadi pada hari ke-0 sampai ke-5
2
Respon segera setelah terjadi luka atau pembekuan darah atau untuk mencegah kehila
ngan darah.
Karakteristiknya adalah terjadi tanda-tanda seperti adanya tumor, rubor, dolor, kolor, f
unctio lase (tanda-tanda inflamasi)
Fase awal terjadinya hemostasis dan fase akhir terjadinya fagositosis
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
2
Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis p
ada tepian luka, sedangkan pad aluka insisi epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama
2
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang
terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis
luka yang tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika
mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan
tanda-tanda infeksi.
2
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan luka merupakan suatu tindakan keperawatan untuk merasa luka. Perawatan luka
ini ada perawatan luka bersih dan perawatan luka basah. Setiap perawatan luka itu berbeda
beda. Sebelum melakukan perawatan luka kita terlebih dahulu melakukan tahapan asuhan
keperawatan secara berurutan itu. Setelah itu baru melakukan perawatan luka. Dan dalam
perawatan luka ini harus sesuai dengan klinis yang sebenarnya agar tidak terjadi kesalahan
atau kegagalan dala perawatan luka.
3.2 Saran
2
Dengan penjabaran perawatan luka diatas diharapkan untuk pembaca atau untuk yang
menjadi tenaga kesehatan bisa memahami,mempelajari, dan mengaplikasikan tindakan
perawatan luka itu dengan benar. Dan sebaiknya tindakannya dilakukan sebaik mungkin serta
menggunakan perlengkapan dan prosedur yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
https://askep-net.blogspot.com/2012/06/fase-penyembuhan-luka.html
https://gustinerz.com/proses-tahapan-penyembuhan-luka/
2
2