Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN KETEPATAN TRIAGE DENGAN KEPUASAN

PASIEN DI IGD RUMAH SAKIT UMUM MOKOPIDO


TOLI-TOLI

PROPOSAL

REGINA V. BUANGSAMPUHI
201601131

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYANSANTARA PALU
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) unit pelayanan yang dirikan oleh rumah
sakit untuk memberikan pelayanan gawat darurat sekaligus merupakan gerbang
utama masuknya pasien yang akan mendapatkan tindakan pelayanan baik
gawat darurat maupun tindakan pelayan gawat tidak darurat 1. Pelayanan rumah
sakit memberikan pelayanan pertama pada pasien yang dengan ancaman,
kecatatan dengan melibatkan berbagai multidisplin. IGD melayani semua kasus
dalam pelayanan keperawatan rumah sakit dan sebagai ujung tombak yang
masuk kerumah sakit dan melayani dengan jam oprasional selama 24 jam.
Menurut WHO2, pada setiap tahun antara 5,7-8,4 juta sekitar 15% secara
keseluruhan orang meninggal karena kualitas pelayanan keperawatan yang
sangat buruk terutama di negara-negara yang mempunyai penghasilan yang
rendah atau menegah. Kualitas layanan kesehatan sangat penting untuk
mencapai cangkupan universal yang efektif oleh karena itu semua negara
berkomitmen mencapai derajat kesehatan yang optimal untuk semua warga
negaranya serta memastikan leyanan kesehatan yang diberikan efektif, aman,
dan berpusat pada pasien.
Menurut Kemenkes3, mengatakan banyak pasien yang dengan kasus gawat
darurat masuk dirumah sakit yang memerlukan tindakan pertolongan segera
mungkin. Karena kegawatdaruratan dari penyakit akan menyebabkan masalah
diseluruh dunia termasuk di negara Asean. Sehingga kunjugan pasien ke
Instalasi Gawat Darurat setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan
terjadi sekitar 30% seluruh Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit dunia,
berdasarkan data kunjungan pasien yang dirawat di ruangan gawat darurat di
indonesia sebanyak 4.402.205 pasien (13,3%), total dari kunjungan di RSU.
dengan jumlah kunjungan 12% dari Instalasi Gawat Darurat yang berasal dari
rujukan.

1
Data di Provinsi Sulawesi Tengah ditemukan bahwa jumlah kunjungan
pasien di IGD RSD Madani selama tiga tahun berakhir dimana pada tahun
2018 berjumlah 2.175 pasien, pada tahun 2019 berjumlah 1.047 pasien. Dan
pada tahun 2020 berjumlah 1.567 pasien serta periode pada bulan januari
sampai maret 2021 berjumlah 465 kunjungan pasien sehingga jumlah pasien
mengalami sedikit penurunan4.
Kunjungan IGD didunia naik hampir 2 kali lipat dibandingkan kenaikan
populasi di united state of Amerika (USH), pada tahun 2019 Nation Health
Service (NHS) inggris melaporkan bahwa jumlah kunjungan di IGD meningkat
sebesar 20%, dan kunjungan pasien ke IGD setiap tahunnya terus meningkat
serta peningkatan terjadi sekitar 30% diseluruh IGD Rumah Sakit dunia5.
Perawat yang bertugas di IGD dituntut pempunyai kemampuan lebih
dibandingkan dengan perawat yang melayani pasien di unit lain. Kasus dan
jumlah pasien yang telah datang ke IGD tidak bisa diprediksi karena bencana
dan kejadian kegawatan bisa terjadi kapan saja, dimana, dan bisa menimpa
siapa saja serta bersifat mendadak sehingga tuntutan pelayanan perawat harus
tepat dan cepat sehingga di butuhkan triage sebagai langkah awalnya
penanganan pasien di Instalasi Gawat Darurat. Ketepatan dan kecepatan adalah
standar pelayanan yang harus dicapai oleh khusnya petugas perawat di IGD6.
Selain dari itu pengetahuan pengalaman kerja yang bertahun-tahun serta
perawat yang melalui tingkat pendidikan yang tinggi dan terampil dalam
melaksanakan triage. Sehingga triage sangat diperlukan untuk tujuan
memprioritaskan dan menggolongkan pasien yang membutuhkan pertolongan
pertama. Fenomena sering terjadi di IGD yaitu triage belum dilakukan secara
maksimal sehingga banyak pasien yang belum memperoleh penangan yang
tepat dan cepat sesuai dengan kondisi pasien7.

2
3

Data hasil survei yang telah dilakukan Jayanti8, di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Umum Anutapura tahun 2017, telah terdapat data dari beberapa
perawat pelaksana di IGD, bahwa rumah sakit tersebut sudah menggunakan
metode triage dengan memilah-milahkan pasien dari jenis warna untuk
memilahan, pada triase di bagikan dalam 4 warna yaitu, Merah, kuning, hijau,
serta hitam, diruangan Instalasi Gawat Darurat mempunyai beberapa ruagan
sepert ruagan risusutasi bedah, non bedah serta observasi yang telah dipakai
untuk memilaan pasien.
Perawat yang menanggani pasien berlandaskan cedera dan beratnya,
sehingga disebabkan banyak pasien yang masuk dengan kondisi yang sangat
memerlukan penanganan sesegera mungkin, serta membuat perawat terkadang
tidak melakukan sesuai dengan prosedur kerja. Karena terbatasnya
keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan triage sehingga
dapat menyebabkan penundaan pada pasien yang membutuhkan tindakan
pertolongan pertama9. Berdasarkan hasil data dari RSUD Mokopido Tolitoli
bahwa jumlah kunjungan pasien ke IGD dari tahun 2020-2022 ialah berjumlah
sebanyak 71,964 jiwa.
Perawat yang melakukan triage merupakan unsur dalam keberhasilannya
pertolongan pada korban yang mengalami kondisi gawat darurat. Mengatakan
tidak akuratnya triage bisa mengakibatkan hasil klinis yang sangat buruk,
menyebabkan untuk waktu diagnosa, waktu perawatan, ketidak efektifan
pemakaian sumber daya dan fasilitas, serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Pengurangan penilaian skala triage atau ketidaksesuaian triage akan
memperpanjang waktu penanganan seharusnya yang akan diterima oleh pasien
yang sama dengan kondisi klinisnya, sehingga kemungkinan akan beresiko
terjadi penurunan jumlah angka pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien10.
Perawat yang berdinas di ruangan Instalasi Gawat Darurat ialah perawat
yang mempunyai sertifikat sebagai perawat gawat darurat serta mempunyai
pengalaman kerja yang baik di Instalasi Gawat Darurat. Keterampilan dan
pengetahuan perawat pada saat penanganan pasien merupakan salah satu faktor
keberhasilan dalam penangana kasus- kasus kegawatan dan dapat mencegah
kematian atau kecatatan pada pasien11.
4

Semakin baik tingkat pengetahuan perawat maka akan semakin terampil


juga dalam melakukan tindakan triage, pengetahuan merupakan bagian yang
sangat penting untuk membentuk perilaku atau tindakan seorang perawat,
karena pengalaman yang berdasarkan dengan pengetahuan baik akan
mendasari pengetahuan yang baik juga, oleh karena itu pengetahuan yang
terkait tugas setiap perawat merupakan hal yang sangat penting bagi semua
perawat dalam memberikan tindakan pelayanan kesehatan pada pasien12.
Triage ialah tingkat penggolongan pasien berdasarkan dengan tingkat
kegawatdaruratan dan memprioritaskan tindakan gangguan pada Airway,
Breathing, dan Circulation. Triage harus berproses tepat, cepat, dan singkat,
dengan tujuan yaitu agar korban meneriman penilaian triage awal dalam waktu
5 menit dari waktu tiba di IGD. Apa bila perawat triage telah menemukan
masalah yang mengancam nyawa, Airway, Breating, Circulation, maka
perawat akan segera melakukan tindakan yang diperlukan sehingga pasien
dipindakan ke ruangan perawatan13.
Peran triage dibutuhkan keterampilan penilaian klinis sangat tinggi, dan
mempunyai dasar pengetahuan yang spesifik sehingga membedakan keluhan
yang tidak mendesak dari kondisi yang bisa mengancam jiwa disekitar
pekerjaan dan membuat stres14. Korban yang mengalami kondisi yang gawat
darurat pertama kali akan dilakukan pemilaan triage. Triage berfungsi dalam
menentukan setiap kondisi korban dan triage diklasifikaskan dalam kondisi
gawat dan darurat (Merah), gawat dan tidak darurat (Kuning), gawat tidak
darurat (Hijau), death (Hitam). Merah harus diatasi dalam 10 menit, kuning 30
menit, dan hijau 60 menit. Setiap warna mempunyai masing-masing kriteria
untuk penilaian yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
di miliki rumah sakit15.
Faktor yang sering timbul dalam ketepatan triage dan dalam pelaksana
triase dipengaruhi dalam berbagai faktor antara lain pengetahuan mengenai
triage, beban kerja, dalam melakukan tindakan ketepatan triage dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain pengetahun tentang perawat mengenai triage,
pengetahuan ini menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam ketepatan
melakukan triage. Masalah yang sering terjadi saat triage adalah kesalahan
5

dalam menentukan pasien yang harusnya berlebel merah tapi diberi lebel
kuning hal ini terjadi dikarenakan kurangnya akurat data motivasi kerja dan
beban kerja perawat dimana pelayanan gawatdarurat dikatakan terlambat
apabila pelayanan terhadap pasien gawat atau darurat dilayani oleh petugas
IGD rumah sakit >15 menit sehingga mengakibatkan kualitas pelayanan
kesehatan sangat buruk16.
Berdasarkan hasil penelitian dari Syarifah, Siti, (2018), dalam melaksanakan
triage sering terjadi kesalahan terutama pada kunjungan pasien yang banyak
akan tetapi kesalahan tersebut langsung dilakukan triage, melakukan triage
yang maksimal dapat dilihat dari segi kualitas perawat yang pernah mengikuti
PPGD, dan BTCLS, dan faktor perlengkapan berhubungan dengan melakukan
triage yang optimal dan tersedia sarana dan prasarana dengan baik17.
Ketepatan ialah suatu kemampuan untuk memberikan tindakan sesuai
dengan priorotas masalah dan memberi pelayanan dan penanganan yang cepat.
Ketepatan penilaian triage sangat menentukan tingkat ketepatan serta
kecepatan dalam pengambilan keputusan tindakan yang diperlukan. Ketepatan
pengembilan keputusan sangat mempengaruhi terhadap kecepatan penanganan,
perawatan serta pengobatan yang sangat diperlukan oleh pasien, serta
kecepatan penangan sangat mempengaruhi keberhasilan untuk pasien18.
Kepuasan keluarga pasien ialah dimana semakin baik suasana pelayanan
yang ada di IGD maka akan meningkatkan kepuasan keluarga pasien,
sebaliknya apabilah suasana di IGD tidak baik maka keluarga pasien tidak akan
merasa puas, karena bagi pasien dan keluarga pasien sangat memerlukan
suasana yang mendukung untuk kesembuhan pasien. Maka dari itu perawat
yang di IGD perlu menciptakan suasana yang nyaman dan tenang bagi pasien
meskipun situasi digawat darurat tidak bisa diduga karena suasana yang
nyaman, tenang sangat mempengaruhi kepuasan pasien19.
Kepuasan pasien adalah salah satu model untuk mendapatkan pasien yang
lebih banyak lagi serta mendapatkan pasien yang setia atau loyal. Kepuasan
pasien ialah suatu tinggkat dari perasaan pasien yang timbul akibat dari kenerja
pelayanan kesehatan yang diberikan, kepuasan pasien dipengaruhi dari
pelayanan kesehatan serta pelayanan perawat di IGD, yang cepat, ramah, sopan
6

dengan pelayanan yang terbaik. Pelayanan terhadap pasien merupakan hal yang
sangat penting karena merupakan salah satu bagian kenerja dari rumah sakit.
Tindakan memberikan pelayanan keperawatan yang cepat dan tanggap sangat
diperlukan untuk kualitas kepuasan yang dirasakan oleh pasien 9. Berdasarkan
hasil survey yang didapatkan di RSUD Mokopido Tolitoli, hasil menunjukan
bahwa sekitar 58% pasien tidak merasa puas dengan pelayanan di RSUD
Mokopido Tolitoli di karenakan kinerja perawat yang masih kurang serta
keramahan dan sikap dari perawat yang masih kurang memberikan informasi
kepada keluarga.
Berdasarkan observasi diruangan gawat darurat dan melakukan wawancara
di IGD RSUD Mokopido Tolitoli didapatkan 4 dari 13 pasien menyatakan
kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan dengan alasan perawat
melakukan tindakan medis tanpa berkoordinasi dengan keluarga, informasi
yang disampaikan kurang dipahami dan perawat tidak senyum. Masalah yang
terpenting untuk diteliti bedasarkan penyebab masalah yang didapat di
lapangan membuktikaan bahwa masih kurangnya perhatian perawat saat
melakukan triage pada pasien, maka banyak pasien yang tidak ditangani sesuai
dengan prioritasnya sehingga dapat menyebabkan terancamnya nyawa pasien
itu sendiri. Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penilitian “ Hubungan ketepatan triage dengan kepuasan pasien di IGD Rumah
Sakit Umum Mokopido Tolitoli”. Sehingga nyawa dan keselamatan
masyarakat terutama untuk pasien yang dengan kondisi kegawatdaruratan
dapat tertolong sesuai dengan prioritas dan prosedur kerja yang mempunyai
Satuan Prosedur Operasinasional (SOP).

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka akan dirumuskan masalah yaitu “


apakah ada hubungan antara ketepatan triage dengan kepuasan pasien di IGD
Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli”?.
7

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum
Tujuan umun dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada
hubungan ketepatan triage dengan kepuasan pasien di IGD Rumah Sakit
Umum Mokopido Tolitoli.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi ketepatan triage pada perawat di IGD Rumah Sakit
Umum Mokopido Tolitoli.
b. Mengidentifikasi kepuasan pasien di IGD Rumah sakit Umum
Mokopido Tolitoli.
c. Untuk menganalisis hubungan ketepatan triage dengan kepuasan
pasien di IGD Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli.

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi pendidikan STIKes Widya Nusantara Palu.


Penelitian di harapkan dapat memberikan informasi sebagai referensi
bagi mahasiswa yang boleh digunakan bahan bacaan guna menambahakan
pengetahuan menganai hubungan ketepatan triase dengan kepuasan pasien
di IGD Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli.
2. Bagi Perawat.
Penelitian ini mampu digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan
masukan yang khususnya pada perawat yang memberikan pelayan
kesehatan sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang telah
diberikan.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli.
Penelitian diharapkan mampu dapat memberikan masukan bagi tenaga
kesehatan, pemerintah dan serta pihak yang tersangkut dengan adanya
pengalaman agar mereka dapat memberikan pelayanan bagi pasien
khusunya pada masyarakat serta sebagai bahan evaluasi agar lebih
mengembangkan mutu pelayanan keperawatan serta memberi perhatian
yang semaksimal khususnya mengenai adanya prosedur kerja perawat
mengenai ketepatan triase di IGD. Dengan pelayanan ketepatan triage
8

untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan


penatalaksanakan manajemen standar prosedur kerja yang ditetapkan oleh
rumah sakit sehingga membuat pasien merasa puas dengan hasil
pelayanan yang diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tiori

1. Tinjauan Umum tentang Triage

a. Definisi Triage
Triage adalah bentuk pemilaan pada pasien serta menentukan tingkat
kegawadaruratan dan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien. Triage
ialah tingakat penggolongan pasien berdasarkan dengan tingkat
kegawatdaruratannya dan memprioritaskan tindakan gangguan pada
Airway, Breathing, dan Circulation. Triage harus berproses tepat, cepat,
dengan tujuan yaitu agar korban menerima pemilaian triase awal dalam
waktu 5 menit dari waktu tiba di IGD. Tahap pemilaan triage pada pasien
sesuai dengan keadaan kegawatdaruratan menggunakan parameter tingkat
kesadaran, status pernapasan, serta status tingkat sirkulasi pasien. Triae
bertujuan membantu tenaga kesehatan untuk mengidentifikasikan keadaan
yang mengancam nyawa melakukan pemilaan tepat waktu serta
memprioritaskan penatalaksanaan yang sesuai dengan tinggkat keparahan
pada pasien20.
Salah satu cara untuk menentukan triage adalah menggunakan
Australian Triage Scale (ATS) dimana algoritma triage gawat darurat yang
terdiri dari lima tingkat yang terus dikembangkan di Australia, dimana
sistem ini dibagi menjadi label merah untuk pasien kategori ATS 1&2,
label kuning untuk pasien kategori ATS 3&4, label hijau untuk pasien
kategori 5, dan ditambahkan label hitam untuk pasien yang telah
meninggal21.
Instalasi Gawat Darurat (IGD), merupakan titik masuk yang sangat
penting untuk pelayanan kesehatan bagi semua pasien yang membutuhkan
pertolongan dan perawatan yang medesak, IGD mempuyai tujuan agar
tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien secara cepat dan
tepat dalam pengamatan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu
mencegah terjadinya kecatatan dan kematian22.

9
b. Fungsi dan Kewajiban perawat di Ruangan IGD
Ada beberapa fungsi peran perawat diruangan Gawar Darurat
(IGD)23, sebagai berikut :
1) Menganalisis dan memberikan asuhan keperawatan terhadap
semua individu maupun masyarakat tampa melihat golongan,
umur, serta social dan ekonomi.
2) Melakukan triage menentukan prioritas utama dalam
kegawatdaruratan sesuai dengan keadaan klinis dan berbagai
situasi dalam keadaan gawat darurat baik kondisi kronis maupun
yang mengancam nyawa, perawat triage adalah perawat
keperawatan darurat yang bersefitifikat sesuai kebijakan
kepemimpinan rumah sakit.
3) Mengatur waktu seefisien mungkin walaupun informasi terbatas.
4) Memberi dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarga.
5) Memberi dukungan spiritual.
6) Konfirmasi informasi tentang layanan yang akan diberikan dan
yang akan disediakan untuk perawatan lanjutan.
7) Mengkoordinasikan tes diangnostik yang berbeda dan
menyediakan layanan multidisiplin.
8) Melakukan pendokumentasian yang telah dilakukan.
9) Mendapatkan rujukan untuk memecahkahkan masalah darurat.
10) Membantu individu beradaptasi dengan kesehatan mereka yang
dapat berubah secara tiba-tiba.
11) Menggunakan sumber daya lokal untuk menfasiliitasi perawatan
lanjutan.
12) Memastikan bahwa pasien dipulangkan dengan aman dan
memberikan pendidikan dengan benar tentang kesehatan mereka.
13) Transmisi dan pelaporan peristiwa yang dapat dilaporkan ke
institusi misalnya, kejadian kriminal, kecelakaan lalulintas,
bencana, demam berdarah, diaere dan lain-lain.
14) Jika terjadi bencana atau wabah, mengkoordinasi dengan seluruh
tim ruangan gawat darurat pada layanan pra rumah sakit

10
15) Cepat tanggap dan menfasilitasi terjadinya peristiwa bencana di
masyarakat dan organisasi.
Respon time (waktu tanggap) adalah kecepatan dalam penanganan
pasien dihitung sejak pasien tiba di IGD sampai dengan dilakukan
penanganan, dalam melakukan penganan kegawatan pada pasien yang
mengalami kondisi yang gawat dan darurat (label merah) diatasi dalam
waktu 10 menit, gawat dan tidak darurat (label kuning) diatasi dalam waktu
30 menit, serta yang tidak gawat dan tidak darurat (label hijau) diatasi
dalam waktu 60 menit, dan death (label hitam). Respon time yang
memanjang dalam penanganan pasien gawat darurat dapat menurunkan
usaha penyelamatan pada pasien, sehingga pelaksanaan sangat
mempengaruhi ketepatan triage jika perawat tidak melakukan triage dengan
tepat dan cepat maka akan memperhambat waktu tanggap respon time dan
dapat mengakibatkan akan terjadinya resiko kerusakan organ atau kecatatan
dan bisa samapi pada kematian pasien24.
Ketepatan penilaian triage ini menentukan kecepatan dimana
keputusan dibuat tentang tindakan apa yang diperlukan. Ketepatan
pengembilan keputusan sangat mempengaruhi kecepatan penangan,
perawatan, pengobatan yang sangat diperlukan oleh pasien, serta kecepatan
penangan sangat mempengaruhi keberhasilan untuk pasien25.
c.Prinsip Triage
1) Triage wajib dilaksanakan dengan cepat dan tepat.
2) Mampu untuk menilai serta merespon dengan cepat.
3) Pengkajian patut dilakukan secara akurat dan adekurat.
4) Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
5) Intrvensi dilakukan berdasarkan kondisi yang adekuat pasen.
6) Tercapai kepuasan pasien
d. Prioritas triage
1) Prioritas utama (Merah)
Pasien membutuhkan pertolongan sesegera dalam keadaan kritis
akan tetapi masih mempunyai harapan untuk diselamatkan atau masi
dapat diatasi seperti :

11
a) Trauma kepala dengan pupil anisokor
b) Syok untuk berbagai kuasa
c) Pendarahan ekstrenal massi
d) Tension pneumothorax
e) Penurunan respon
f) Pendarahan internal vasa besar
g) Distress pernapasan <30x/ menit
2) Prioritas kedua (Kuning)
Pasien memerlukan pertolongan serta pengawasan, akan tetapi
perawatan masi boleh ditunda sementara selama 10 menit, dan tidak ada
ancaman nyawa seperti :
a) Multiple fraktur
b) Luka bakar tampa gangguan jalan napas korban dengan resiko syok
Korban dalam keadaan yang seperti ini harus segera diberikan
perawatan serta pengawasan sehingga tidak menyebabkan
timbulnya komplikasi.
3) Prioritas ketiga (Hijau).
Pasien yang masih mampu berjalan dengan pemberian pengobatan
masih boleh ditunggu selama 60 menit, atau tidak memerlukan
pengobatan seperti :
a) Luka minor atau luka baka minor
b) Fraktur minor
Korban dengan keadaan ini setelah diberikan perawatan luka serta
imobilisasi dan fiksasi sudah boleh dipinndahkan pada akhir operasi
lapang.
4) Prioritas keempat (Hitam).
Kemungkinan besar untuk hidup sangaat kecil dan luka yang
sangat parah, sehingga hanya perlu terapi suportif, seperti trauma
kepala dan jantung kritis.

12
e. Kategori Triage
1) Triage dua tingkat
Didalam sistem triage terdapat dua tingkat seperti pasien dibagi
menjadi tingkat sakit dan tidak sakit, pasien yang sakit sangat
mengharapakan perawatan darurat dengan keadaan yang
membahayakan nyawa, organ serta tubuh. Sedangkan pasien yang
tidak sakit yaitu pasien yang tidak memperlihatkan tanda-tanda yang
serius serta masi bisa menunggu sedikit untuk mendapatkan
perawatan.
2) Triage tiga tingkat
Triage tiga tingkat telah banyak dipakai di Amerika serikat, dapat
dikategorikan berdasarkan warna merah, kuning, hijau, atau dengan
memberi nomor ketegori 1, 2, dan 3 sebagai berikut:
a) Gawat Darurat
Dimana pasien memerlukan pertolongan yang secepatnya
mungkin, dengan keluhan utama yaitu berdasarkan ancaman yang
sangat serius terutama pada nyawa, organ, serta tubuh, misalnya:
pada trauma berat, serangan jantung, dan gagal napas. Respon
pasien terus dipantau serta perlu diberikan observasi terus-menerus.
b) Gawat
Dimana pasien memerlukan tindakan segera akan tetapi
pasien mungkin dapat menunggu beberapa jam jika mampu,
misalnya: fraktur, batu ginjal, serta nyeri abdomen dan tindakan ini
disarankan untuk dilakukan observasi setiap 30 menit.
c) Biasa
Sesudah pasien dilakukan pengkajian dikarenakan kondisi
pasien tidak kritis, sehingga pasien dapat menunggu, misalnya:
gangguan pada bagian tenggorokan, kulit, dan konjungtiva, serta
tindakan observasi setiap 1-2 jam.

13
3) Triage empat tingkat
Triage empat tingkat ini dilaksanakan dengan penambahan
status ancaman nyawa (life threatening), selain status gawat darurat,
darurat,serta biasa.
4) Triage lima tingkat
Berdasarkan kebijakan yang disepakati antara American College
Of Emergency Physicians (ACEP) di Amerika serikat telah
diperbolehkan secara nasional untuk penggunaan system triage limah
tingkat.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi triage
Proses triage sebaiknya dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai pengalaman, dokter dan perawat perlu memperhatikan beberapa
hal yang sangat mempengaruhi proses triage, adapun beberapa factor-faktor
yang mempengaruhi triase diantatanya :
1) Derajat ancaman hidup.
2) Kemungkinan hidup.
3) Beratnya cedera.
4) Waktu.
5) Informasi mungkin yang tidak lengkap.
6) Sumber-sumber logistik serta kemampuan SDM.
7) Keputusan yang mungkin berbeda.
8) Cegah jangan sampai tidak ada keputusan.
9) Menggunakan semua data yang mungkin dapat, kadang-kadang didapat dari
pengamatan jarak jauh.
2. Teori Kepuasan
a. Definisi kepuasan pasien
Kepuasan merupakan indikator kualitas pelayanan yang telah di berikan,
kepuasan pasien dan keluarga dirasakan pada terpenuhinya harapan pasien dan
keluarga. Apabila pelayan tidak sesuai dengan harapan maka akan timbul
ketidak puasan serta rasa kepercayaan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
dirumah sakit dan dapat mengakibatkan menurunnya jumlah pasien yang akan
datang untuk berobat. Sebaliknya jika pelayanan yang dirasakan pasien lebih

14
besar dari yang diharapkan maka pasien dan keluarga akan merasa lebih puas.
Kepuasan pasien ialah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja yang dia rasakan di bandingkan dengan harapannya. Akan tetapi
ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabilah kinerja
layanan kesehatan yang diperoleh itu tidak sesuai dengan harapannya26.
Kepuasan menurut kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang
yang berasal dari perbandingan antara kesenangan aktifitas serta suatu produk
yang sesuai dengan harapannya. Kepuasan keluarga pasien berkaitan erat
dengan pelayanan keperawatan serta kecepatan memberikan pelayanan untuk
menunjang tingkat kepuasan keluarga pasien, kepuasan dimulai dari
penerimaan pasien pertama kali datang sampai dengan mendapatkan pelayanan
dimana pelayanan dibentuk berdasarkan lima prinsip service quality yaitu
ketepatan, kecepatan, keramahan, keamanan serta kenyamanan keluarga
pasien27.
Pelayanan keperawatan berkualitas apabila pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Kepuasan pasien ialah
keinginan untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik sehingga
pasien akan merasa sangat puas yang diliat dari responsive, rasa empati, dan
bukti nyata. Kepuasan pasien tidak hanya memberikan dampak yang positif
sebagai penerima pelayanan keperawatan akan tetapi dapat memberikan
dampak yang positif pada rumah sakit sebagai pemberi layanan, kepuasan akan
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan serta perawatan26.
Tenaga Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dengan diwujudkan
sikap caring, yaitu salah satu sikap peduli, bertanggung jawab, ramah, serta
empati dalam pelayanan kesehatan. Perilaku caring sangat penting menentukan
kepuasan pasien, kepuasan pasien ialah salah satu elemen yang penting dalam
mengevaluasi layanan dimana dilihat respon pasien setelah menerima jasa.
Kepuasan pasien ialah perasaan yang senang dan puas secara individu karena
terpenuhinya keinginan atau harapan dalam menerima jasa pelayanan
kesehatan28.

15
Pasien akan merasakan kepuasan dalam pelayanan dikarenakan tenaga
kesehatan sesuai dengan apa yang diharapkan pasien. Kepuasan merupakan
presepsi terhadap jasa atau produk yang telah memenuhi harapannya, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu kualitas jasa atau
produk dimana pasien akan merasa puas apabila jasa yang didapat sangat
sesuai dengan keinginan klien dan keluarga29.
Adapun indikator kepuasan keperawatan bagi pasien yaitu, sikap perawat
dan pendekatan, sehingga baik buruknya pelayanan keperawatan bisa dilihat
dari pelayanan keperawatan yang diberikan oleh petugas rumah sakit itu
sendriri terhadap respon pasien dan keluarga30.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam mengevaluasi kualitas/mutu
produk atau jasa untuk mencapai kepuasan yaitu sebagai berikut:
1) Bukti langsung (tangible), melalui perlengkapan perawat, sifat fisik, dan
komunikasi yang baik antara pasien dan perawat.
2) Kesigapan (realibity), meliputi reaksi cepat perawat dalam memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan sigap, serta mencurahkan semua
kemampuan sehingga hasilnya sangat memuaskan.
3) Daya tanggap (responsivness), yakni perawat dengan tanggap/cepat
membantu pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.
4) Jaminan (assurance), dimana kemampuan perawat dalam memberikan
layanan
5) Tampa keraguan serta meyakinkan sehingga dapat dipercya oleh pasien
empati dimana kempuan berpenampilan serta komunikasi petugas saat
memberikan pelayanan kesehatan sehingga memahami keinginan pasien31.

16
c. Skema triage

Dimulai dari anda berdiri saat adegan


panggilann untuk bantuan penentuan keamanan

Memanggil

Berjalan terluka Tidak berjalan


dan tidak terluka
Pernapasan
Minor

Ya Tidak

Dibawah Lebih dari


Posisi jalan
30 menit 30 menit
nafas terlihat
dengarkan
Perfusi Seger dan rasakan
a

Uji pucat Tidak


Radial pulse

Dibawah 2 Lebih dari Reposisi jalan


Tidak hadir Pengkajian
detik 2 detik napas

Segera Tidak
Segera
Status mental

Meninggal

Mengikuti Tidak bisa


perintah mengikuti perintah
sederhanan

Terlambat Segera

Gambar 2.1 Skema triage

17
d. SPO Triage IGD Anutapura Palu
1) Defini triage
Triage Instalasi Gawat Darurat ialah sesuatu proses yang dinamis cepat serta
sistematis dalam pengelompokkan pasien berdasarkan beratnya cedera dan
penyakitnya atau tingkat prioritasnya pasien untuk mendapatkan
penanganan, dengan tujuan efesiensi penggunaan suber daya di instalasi
gawat darurat.
2) Tujuan triage
a) Penilaian serta penentuan cepat terhadap kondisi pasien, mana yang
harus cepat ditangani dan mana yang yang dapat ditunda
penangganannya, dan mana membutuhkan penangganan yang lebih
lanjut.
b) Memberi pelayanan gawat darurat dan kesehtan berdasarkan
prioritasnya
c) Efensiensi sumber daya instalasi gawat darurat
d) Pengalokasian sumber daya sesuai dengan standar atau pedomam yang
susah ditetapkan
e) Memberikam pelayanan kesehatan yang tepat waktu.
3) Kebijakan
Rumah sakit melakukan triage pasien berbasis bukti untuk
memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi dengan tenaga staf
yang terlatih sesuai kebijakan APK dengan SK.
4) Prosedur
1) Pra triage dilakukang oleh tim secity (menayakan keluarga atau pasien
maksud kunjungan ke IGD pasien yang mau ke poliklinik diarahkan
keruangan poliklinik.
2) Triage dilakukan oleh perawat/dokter dengan kategori :
(a) Triage dilakukan <30 menit, nadi radialis tidak teraba, CRT>2
detik, pasien tidak mengikuti perintah, langsung dorong ke ruangan
resusitasi untk di tindaki, waktu respon 0-10 (Merah).

18
(b) Apabila pernapasan >30 menit, nadi radialis teraba, CRT< 2 detik,
pasien mengikuti perintah, pasien didoromg ke ruangan tindakan,
waktu respon 30 memit (Kuning).
(c) Apabilah pasien tidak bernapas, nadi carotis tidak teraba, pupil
melebar, tidak ada tanda-tanda kehidupan, doromg keruangan
jenaza, waktu respon 120 menit (Hitam).
B. Kerangka Konsep
Dalam Penelitian ini Variabel bebas atau variabel independen adalah
ketepatan triage, dan variabel terikat atau variabel dependenya adalah Kepuasan
pasien, sehingga kerangka konseptual ini dapat diuraikan sebai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Ketepatan Triage Kepuasan pasien

Gambar 2.2 Kerangka konsep

: Variabel Independen yang diteliti

: Mencari Hubungan

: Variabel Dependen yang diteliti


C. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara ketepatan triage dengan Kepuasan Pasien
di IGD Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kuantitatif, penelitian
kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematik, terencana, serta terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitian32.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross
sectional. Yaitu penelitian yang dilakukan pada saat bersamaan antara
variabel independen yaitu ketepatan triage dan variabel dependen yaitu
pengambilan kepuasan pasien
B. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian akan dilakukan di IGD Rumah Sakit Umum Mokopido
Tolitoli
2. Waktu
Peneliti akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022.
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data atau subjek penelitian
yang digunakan dalam suatu penelitian33. Populasi yang di IGD Rumah
Sakit Umum Mokopido Tolitoli pada bulan Mei 2022 sebanyak 774
pasien.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian objek dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi, adapun sampel yang di
ambil yaitu pasien yang masuk ke IGD Rumah Sakit Umum Mokopido
Tolitoli.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
accidental sampling, artinya menetapkan suatu jumlah tertentu sebagai
sasaran dan mampu memenuhi dalam

20
21

pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak


terhingga atau tidak jelas).
Menurut Arikunto34 sampel ialah yang mewakili populasi, jika
populasi penelitian kurang dari 100 orang maka sampel yang diambil
adalah semua, tetapi jika populasi penelitian lebih dari 100 orang maka
sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25%.Berdasarkan
keterangan diatas peneliti menggunakan sampel menurut Arikunto,
Karena populasi dalam penelitian ini sebanyak 774, maka dalam
hal ini peneliti mengambil sampelnya 10% dari seluruh jumlah
populasi yaitu : 10/100 x 774 = 77,4 dibulatkan menjadi 77 responden.
Adapun rumusnya yang dimaksud adalah :
10
XP
100

Keterangan :

10: (perwakilan karakteristik populasi penelitian) jika populasi


berjumlah lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil antara 10-
15% atau 20-25%.
P: populasi penelitian
Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah :
1) Kriteria inklusi
1) Pasien yang berada di IGD Rumah Sakit Umum Mokopido
Tolitoli.
2) Pasien yang bersedia jadi responden
3) Pasien yang sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik
2) Kriteria eksklusi
1) Pasien yang mengalami gangguan komunikasi.
2) Pasien yang membutuhkan tindakan segera
mungkin/emergency.
22

D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat ataupun nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang memiliki variasi yang tertentu yang
ditentukanoleh peneliti untuk dipelajari serta ditarik kesimpulannya
peneliti ini menggunakan dua variable, yaitu :
1. Variabel Independen
Variabel independen ialah variabel yang sering di sebut variable
predictor, stimulus, serta antecendent, dalam Bahasa Indonesia sering
dikatakan sebagai variable bebas35. Variabel bebas ialah variabel yang
mempengeruhi variabel dependen atau terikat, variabel independen
dalam penelitian ini ialah ketepatan triage.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen ialah variabel yang sering dikatakan variavel
output, konsekuen, serta kriteria. Dalam Bahasa Indonesia sering
dikatakan variabel terikat, variabel terikat aialah yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas35. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan pasien.
E. Definisi Oprasional
Definisi operasional ialah karakteristik yang akan diteliti dari satu
definisi tersebut, karatekristik yang dipakai untuk diteliti ataupun yang
akan diukur ialah kunci pengertian operasional, dapat juga diteliti artinya
dapat memungkinkan untuk dilakukan observasi atau mengukur secara
cermat terhadap objek yang dapat dipakai oleh orang lain.
1. Ketepatan Triage
Definisi :Yaitu proses memilah pasien berdasarkan beratnya
penyakit serta menentukan prioritas tingkat
kegawatdaruratannya, dimana kecepatan dan ketepatan
pertolongan pertama pada kondisi kegawatdaruratan.
Alat ukur : Lembar observasi
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Tepat : jika melakukan triage skor 4
Tidak tepat : jika melakukan triage skor <3
23

2. Kepuasan pasien
Definisi :Kepuasan pasien yaitu perasaan senang serta
mendapatkan keinginan pelayanan keperawatan
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan pasien
atau keluarga pasien.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Ordinal
Hasil ukur : Puas jiika nilainya 41-60
Cukup puas jika nilai 21-40
Kurang puas jika nilai 1-20
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi
dengan menggunakan SOP Triage. Penilaian dalam lembar observasi yaitu
‘Sesuai” dan “tidak sesuai”. Tujuan dari menggunakan lembar observasi
ketepan triase yaitu apabila dikatakan bila di akhir observasi semua
prosedur dilakukan sesuai dengan kategori triage dalam melakukan
ketepatan triase sesuai dengan tujuan penelitian dan dijabarkan dari
hipotesis. Lembar observasi ketepatan triase telah baku yang di adopsi dari
penelitian jayanti, pada tahun 2017 yang terdiri dari 4 item pernyataan
yang setiap item mengandung SOP Triage36.
Kuesioner kepuasan pasien diadopsi dari NURUL AFNI ANDINI
2019 yang terdiri dari 15 item pernyataan dengan indikator dikatakan
sangat puas =4, puas =3, kurang puas =2, tidak puas =1, pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terstruktur dan berisi
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden37.

G. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data primer dan
sekunder yang merupakan indikasi kuat keabsahannya.
1. Data Primer
Data primer ialah data yang diperoleh langsung dengan cara
mengukur ketepatan triage pada perawat.
24

2. Data Sekunder
Data sekunder ialah data tambahan pelengkap untuk melenkapi
data-data primer sehingga lebih lanjut untuk diteliti, data sekunder
dari penelitian yaitu data pengambilan di IGD Rumah Sakit Umum
Mokopido Tolitoli terkait Kepuasan pasien.

H. Pengolahan Data
Setelah lembar observasi terisi semua diolah dengan langka-lakah
sebagai berikut38 :
1. Editing : Peneliti dapat melakukan pemeriksaan lembar observasi
yang telah diisi, kemudian peneliti akan memeriksa data
atau identitas respon.
2. Coding : Coding cara yang dipakai agar tidak menyebabkan
terjadinya kekeliruan dalam pengisian data dengan
menggunakan pengkodea.
3. Tabulating : Tabulating ialah penyusunan informasi kedalam master
table dan dijumlah serta diberikan juga kerangan.
4. Entry Data : Entry data ialah memasukkan data ke computer
5. Cleaning : Setelah semua data diperoleh dari semua responden
peniliti akan melakukan kembali pengecekkan untuk
melihat kemungkinan terjadi kesalahan.
6. Describing : Setelah semua data-data diperoleh dari responden peneliti
melakukan kembali pengecekkan untuk melihat
kemungkinan terdapat kesalahan

I. Analisa Data
1. Analisis Univariat.
Analisi univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dari tiap-tiap varabel yang diteliti, variabel independen
(ketepatan triage) dan variabel dependen (Kepuasan pasien), rumus
yang digunakan untuk menghintung frekuensi tiap-tiap variabel
adalah39:
f
P= × 100%
n
25

Keterangan:
P : Persentase jawaban responden
f : Frekuensi
n: Jumlah sampel
2. Anlisis Bivariat
Analisis bivariate ialah analisis tabel silang dengan dua variabel
yaitu diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariate dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Ketepatan Triage
dengan Kepuasan pasien di IGD Rumah Sakit Umum Mokopido
Tolitoli. Penelitian menggunakan table 2x2 sehingga uji yang
digunakan adalah uji chi-square. Adapun rumus uji chi-square
sebagai berikut :
n

X 2= ∑ 2
(Oi−E )
i−1 i

Ei

Keterangan:
X2 : Distribusi chi-square
Oi : Nilai observasi (pengamatan) ke-i
Ei : Nilai ekspektasi ke-i
Persyaratan penggunaan Uji Chi-Square40.
c. Tidak terdapat sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut
juga Actual count (F0) Sebesar 0 (Nol)
d. Jika bentuk tabel kontigensi 2x2, maka tidak boleh ada 1 sel saja
yang mempunyai frekuensi harapan atau disebut juga expected
count (”Fh”) kurang dari 5.
e. Jika bentuk tabel lebih dari 2x2, misalnya 2x3, maka jumlah sel
dengan frekuensi harapan yang ≤5 tidak boleh ≥20%.
Apabilah tabel kontigensi 2x2, tetapi tidak memenuhi syarat
dalam uji Chi-Square maka rumus yang digunakan adalah
Fisher’s Exac Tes. Sedangkan apabilah tabel kontigensi lebih dari
2x2 misal 2x3 maka rumus yang digunakan adalah pearson Chi-
Square.
26

J. Bagan Alur Penelitian

Mengidentifikasi Masalah

Menentukan lokasi penelitian diruangan IGD RSUD Mokopido Tolitoli

Mengajukan surat izin pengambilan data dari pihak kampus STIKes Widya
Nusantara Palu ke kantor RSUD Mokopido Tolitoli

Melakukan Uji Turnitin

Ujian Proposal

Proses Penelitian

Waktu Penelitian bulan


Juli 2022

Mengajukan surat penelitian ke kantor RSUD


Mokopido Tolitoli

Melaksanakan Penelitian

Populasi adalah pasien yang di ruangan IGD


RSUD Mokopido Tolitoli

Populasi dari sampel penelitian yaitu sebanyak


774 orang

Pemeberian lembar kuesioner

Analisis Data

Penyusunan Hasi Penelitian Dan


Pembahasan

Melakukan Uji Turnitin

Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

1. Gustia M, Manurung M. Hubungan ketepatan penilaian triase dengan


tingkat keberhasilan penanganan pasien cedera kepala di IGD RSU HKBP
Balige Kabupaten Toba Samosir. J Jumantik. 2018;3(2):98–114.
2. Harahap TW. Hubungan ketepatan triase dengan respon time perawat
diruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). 2021;
3. Kemenkes(2017). Standar Instalasi Gawat Darurat (1).
4. RSD Madani. Data Rekam Medik RSD Madani Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2021. Palu 2021.
5. Uman C, Muchlisoh L MH. Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
Kesehatan Rawat Jalan Dengan Metode Ipa (Importance Perfomance
Analysis) Di Puskesmas Bogor Tengah. Kota. 2019;(1):7.
6. Saraswati CD. Hubungan Ketepatan Triase Dengan Response Time
Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (Igd). Karya Tulis Ilmiah. 2019.
1p p.
7. Yotlely K, Mochammad A, Soemah EN. Ketepatan Pelaksanaan Triage
Dalam Memberikan Pelayanan Di Instalasi Gawat Darurat (Litelature
Revies). STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto. 2020;(C).
8. Anutapura jumlah pasien dan jumlah perawat di ruanga IP (ID): RR. No
Title. 2017;
9. Afifah, E., & Wajdi FM. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Lokasi
Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Klinik MMC. Institutional
Repository Universitas Muhammadiayah Surakarta. 2020;
10. Saraswati CD. Hubungan Ketepatan Triase Dengan Response Time
Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (Igd). Karya Tulis Ilmiah. 2019.
11. Faidah, N., Ratnawaty, R. S. Pengalaman Perawat dalam Pengambilan
Keputusan Triage di Instalasi Gawat Darurat RSUD RAA. Soewondo Pati.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Vol 2 No 2 DOI: 2017;
12. Fahlevi, & Iqbal M. Pengaruh Kompetensi Petugas Terhadap Kinerja
Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Peureumeue Kabupaten Aceh Barat.
Prosiding Seminar Nasional IKAKESMADA, 256–265. 2017;
13. Apriani. Ketepatan Penilaian Triase Dan Pendidikan Petugas Kesehatan
Dengan Tingkat Keberhasilan Penanganan Asma. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah
Multi Science Kesehatan, Vol 11, No 4, 78-89. 2019;
14. Rumampuk J, Katuuk ME. Hubungan Ketepatan Triase Dengan Response
Time Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Tipe C. J
Keperawatan. 2019;7(1).
15. Gunawan MI. Hubungan Prilaku Penentuan Triage Dengan Respon
timepada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas Di Ruang Ugd RSI. Siti Khadijah
Dan RS. Muhammadiyah Palembang. Media Publikasi Penelitian.
Palembang. 2017.
16. Nurlina Dewi RA, Jamaluddin. Faktorfaktor Yang Memengaruhi Kepuasan
Pasien Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Tni Ad Tk Iv 02.07.04 Bandar
Lampung . Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.Doi:
10.33221/Jikm.V8i03.299, 78-88. 2019;
17. Irawati W. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Pelaksanaan
Triage Di Instalasi Gawat Darutat Rsud Dr. Soedirman Kebumene.
Gombong : Stikes Muhammadiyah Gombong . 2017;
18. Kharina, I., Malini, h. H. Faktor faktor yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan perawat dalamketepatan triase dikota padang.
2018;2.
19. Oini, O., Komalasari, R., &Hasibuan SY. Tingkat Kepuasan
pasienterhadap Pelayanan Keperawatandi Unit Rawat Inap.Nursing Current
Journal 5 (2), 50-60. 2017;
20. Gunawan MI. Hubungan penentuan triage dengan respon time pada pasien
kecelakaan lalulintas di ruangan ugd RSI. Muhammadiyah Palembang.
2017;
21. Atmojo, J. T., Putri, A. P., Widiyanto A, Handayani, R. T., & Darmayanti
AT. Australasian Triage Scale (ATS): Literature Review. Journal of
Borneo Holistic Health, 3(1), 20–25.
Http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/bortic alth/article/view/1305. 2020;
22. Sulistyawati, W. HOV. Hubungan Tingkat Kegawatan Pasien Dan Beban
Kerja Perawat Dengan Waktu Tanggap Perawat Di Instalasi Gawat
Darurat. 2017;VOL.01 No,.
23. Rispa A. Hubungan Kondisi Over Crowded dengan Ketepatan Pelaksanaan
Triage di Instalasi Gawat Darurat. 2020;
24. Sutriningsih D, S., Susilo, C., Hamid M A. Penerapan Respon Time Dalam
Pelaksanaan Penentuan Prioritas Penangan Kegawatdaruratan Pada Pasien
Di IGD RSD Balung. 2017;
25. Gustia mm. Hubungan ketepatan penilaian triase dengan tingkat
kberhasilan penanganan pasien cedera kepala. 3.
26. Meggy. Sumarno, amatus y. Hubungan keteppatan pelaksanaan triase
dengan tingkat kepuasan keluarga pasien di igd. 2017;
27. Putri ZM. Hubungan Response Time Perawat Pada Pelayanan Gawat
Darurat dengan kepuasan Pasien di IGD RSUD dr. Rasidin Padang. 2017;
28. Ambarika R, Wardani LK. Analisis Hubungan Perilaku Caring dengan
Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan. 2021;13(1):2.
29. Akhirul T, Fitriana NF. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Hubungan
Rensponse Time Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien. 2020;1:263–71.
30. Harifka, j.,& abdullah N. Pengaruh kualitas pelayanan dan fasilitas
terhadap kepuasan pasien di RSU Kabupaten Aceh Barat Daya. 2017;
31. Nuraini,i.s. & mudiantono. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan serta dampaknya. 2017;
32. Prof.Dr.Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif. 2020. 57 p.
33. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung. 3 ed. Alfabeta; 2011. 1–330p hal.
34. Arikunto PDS. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cipta PR,
editor. Jakarta; 2013.
35. Hasmi. Metode Penelitian Kesehatan. Katalog Dalam Terbitan (KDT). In
Media, editor. Jakarta: Perpustakaan Nasional; 2016. 96p hal.
36. Prof.Dr.Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif. 2021;
37. Hidayat. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
SALEMBA MEDIKA; 2014. 78p hal.
38. Rifai Abubakar. Pengantar metodologi penelitian. 1 ed. Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga; 2021. 121p hal.
39. Purnama TB. Manajemen dan Analisis Data Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. 1 ed. Jakarta;
2020. 31p hal. 2020;
40. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan [Internet]. 5 ed. Peni
Puji Lestari, editor. Jakarta: Salemba Medilka; 2020. 123p hal. Tersedia
pada: http://www.penerbitsalemba.com.
LAMPIRAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informan concent)

Responden yang saya hormati,


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
No Responden :
Hari/Tanggal :

Sehubungan dengan persyaratan tugas akhir Mahasiswa Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu. Maka dengan ini saya mohon izin Kepada
Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian saya.
Nama : Regina V. Buangsampuhi
NIM : 201601131
Judul :Hubungan Ketepatan Triase dengan Kepuasan pasien di IGD Rumah
Sakit Umum mokopido Toli-toli.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan sebagai
responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan terjaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, maka mohon untuk
menandatangi lember persetujuan ini. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ibu
sebagai responden, saya ucapkan terimakasih.

Palu, Juli 2022

Responden
LEMBAR OBSERVASI TRIASE

Di isi oleh Responden


No responden:
Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab semua pertanyaan di bawah
ini bacalah dengan seksama pertanyaan, kemudian jawablah dengan jujur dan
lengkap. Terimakasih atas kesediaan dan kerja sama yang Bapak/Ibu berikan.

I. IDENTITAS RESPONDEN
Inisial Responden :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan terakhir :
II. PETUNJUK PENELITIAN
Berilah tanda chek list (√) pada kolom angka yang ada disebelah kanan pada
masing-masing butir pernyataan
LEMBAR OBSERVASI

1
NO PENATALAKSANAAN TRIASE 2
Tidak Dilakukan
dilakukan

1 Apabila pernapasan <30 menit, nadi radialis


tidak teraba, CRT > 2 detik, pasien tidak
mengikuti perintah, langsung dorong ke
ruangan resusitasi untuk di tindaki, waktu
respon 0-10menit (Merah).

2 Apabila pernapasan > 30 menit, nadi teraba,


CRT < 2 detik, pasien mengikuti perintah.
Pasien di dorong ke ruangan tindakan, waktu
respon 30menit (Kuning).

3 Apabila pasien datang dengan kondisi bisa


jalan, pernapasan normal, CRT < 2 detik,
dorong keruangan observasi, waktu respon
60 menit (Hijau).

4 Apabila pasien tidak bernapas, nadi carotis


tidak teraba, pubul melebar, tidak ada tanda-
tanda kehidupan, dorong ke ruangan jenazah
waktu respon 120 menit (Hitam).

Sumber :IGD RSU Anutapura Palu (2017).


KUISIONER
TINGKAT KEPUASAAN KLIEN TERHADAP PELAYANAN
KEPERAWATAN

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan terakhir :
II. PETUNJUK PENELITIAN
Berikan tanda chek list (√) padakolom angka yang ada disebelah kanan pada
masing-masing butir pertanyaan.
SP : Sangat percaya
P : Percaya
KP : Kurang percaya
TD : Tidak percaya

N PERNYATAAN SP P KP TD
O 4 3 2 1
1 Perawat menerima pasien dengan baik dan
memberikan tindakan keperawatan dengan cepat dan
segera.
2 Perawat dalam memberikan pelayanan cepat dan
tepat.
3 Perawat melakukan pemeriksaan jalan nafas
terhadap pasien
4 Perawat melakukan pemeriksaan denyut nadi
terhadap pasien.
5 Perawat melakukan pemeriksaan kemampuan bicara
pada pasien.
6 Perawat memberi informasi yang jelas dan mudah
dimengerti oleh pasien dan keluarga pasien.
7 Menunjukkan penguasaan dalam menggunakan
perlengkapan dan alat kerja secara efisien.
8 Menunjukkan integritas diri sesuai dengan
penampilan yang menunjukkan kecakapan,
kewibawaan dan dedikasi kerja.
9 Memberikan pelayanan menggunakan fasilitas yang
ada sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.

10 Memberikan perhatian secara khusus kepada setiap


keluarga pasien.
11 Kepedulian terhadap kebutuhan dan keinginan
keluarga pasien.
12 Pemberian pelayanan terhadap semua pasien tanpa
pilih-pilih.
13 Tindakan cepat dan tepat terhadap pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan.
14 Perawat memberikan penjelasan setiap melakukan
tindakan.
15 Penerimaan hasil pemeriksaan secara cepat dan
tepat.

Anda mungkin juga menyukai